TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi karena proses
penginderaan yang dilakukan seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo,
2010 dalam Ifah 2020). Budiman dan Ryanto (2013, dalam Rofina 2019)
menyatakan bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan
dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai
factor dari dalam, seperti motivasi dan factor luar berupa saran informasi
yang tersedia, sertaa keadaan social budaya. Pengetahuan dapat diperoleh
seseorang secara alami atau diintervensi baik langsung maupun tidak
langsung.
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni inderea penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar, pengetahuan manusia
diperoleh dari mata dan telinga (Prof.Dr. Nursalam, 2015).
Secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu
knowledge dalan encyclopedia of philosophy. Sebagaimana definisi
pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true
belive), secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang
pengetahuan. Salah satunya pengetahuan adalah apa yang diketahui dan
hasil pekerjaan tahu, pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal,
sadar,insaf, mengerti, dan pandai (Bahtiar, 2013).
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah merupakah hasil
“tahu”,dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
12
13
2) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh seseorang yang bersangkutan.
3) Cara kekuasaan dan otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan baik atau tidak. Pengetahuan diperoleh berdasarkan
pada pemegang otoritas, yakni orang yang mempunyai wibawa atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pimpinan agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu. Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru
terbaik”, ini mengandung maksud bahwa pengalaman merupakan
sumber pengalaman untuk memperoleh pengetahuan.
5) Cara akal sehat (common sense)
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan manusia cara
berpikir manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
Pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut
banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran menerima wahyu
Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut
agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran ini diperoleh manusia secara cepat melalui proses diluar
kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
8) Metode penelitian
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis
dan ilmiah.
18
2. Kepatuhan
a. Pengertian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut
perintah, taat pada perintah. Sedangkan kepatuhan adalah suatu perilaku
manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin.
Menurut Sitinjak Labora (2015), patuh adalah sikap positif indidivdu
yang ditujukan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Kepatuhan merupakan perubahan perilaku atau
kepercayaan seorang diri adanya kelompok yang terdiri dari pemenuhan
19
c. Kriteria kepatuhan
Kriteria kepatuhan Menurut Depkes RI 2006 (dalam Neger Kogoya,
2019) kriteria kepatuhan dibagi menjadi tiga yaitu :
1) Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun
aturan dan semua aturan maupun perintah yang dilakukan semua
benar.
2) Kurang patuh suatu tindakan yang melaksanakan perintah ataupun
aturan dan hanya sebagian aturan maupun perintah dilakukan
sebagian benar.
3) Tidak patuh suatu tindakan yang mengabaikan aturan dan
melaksanakan perintah benar. Untuk mendapatkan nilai kepatuhan
yang lebih akurat atau terukur maka perlu ditentukan angka atau nilai
dari tingkat kepatuhan tersebut, sehingga bias dibuatkan rangking
tertinggi kepatuhan seseorang.
Menurut Yayasan (2006, dalam Neger Kogoya, 2019), tingkat
kepatuhan dapat di bagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
1) Patuh : 75%-100%
2) Kurang patuh : 50%-70%
3) Tidak patuh : < 50%
Assaf menyatakan pengukuran kepatuhan yang dilakukan dengan
kuesioner yakni dengan mengumpulkan data yang diperlukan untuk
mengukur indikator – indikator yang dipilih. Indikator tersebut
diperlukan sebagai ukuran tidak langsung untuk standar penyimpangan
dan diukur melalui sejumlah tolak ukur atau lambang batas yang
digunakan oleh organisasi sebagai penunjuk derajat kepatuhan terhadap
standar tersebut. Suatu indikator merupakan suatu variabel atau
karakteristik terukur yang dapat digunakan dalam menentukan derajat
kepatuhan terhadap standar atau pencapaian tujuan mutu. Indikator ini
memiliki karakteristik sama dengan standar, misal kerakteristik itu harus
reliabel, valid, jelas, mudah diterapkan, sesuai kenyataan dan mudah
diukur (Oktaviani, 2015).
21
3. Keselamatan Pasien
a. Pengertian keselamatan pasien
Menurut Devi Darliana (2016), keselamatan pasien merupakan
pencegahan cedera terhadap pasien. Pencegahan cedera didefinisikan
bebas dari bahaya yang terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah
sebagai hasil perawatan medis. Praktek keselamatan pasien untuk
mengurangi risiko kejadian yang tidak diinginkan yang berhubungan
dengan paparan terhadap lingkungan diagnosis atau kondisi perawatan
medis.
Dalam Permenkes Nomor 1691/MENKES/PER/VII/2011 disebutkan
bahwa Patient safety merupakan sebuah sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi: asesmen resiko identifikasi
dan pengelolaan resiko, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan sebuah tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil
Keselamatan pasien merupakan idikator yang paling utama dalam
system pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam
menghasilkan pelayanan kesehatan yang optimal dan mengurangi insiden
bagi pasien (Canadian Patient Safety Institute, 2017). Menurut
Kemenkes RI (2015), keselamatan pasien (Patient Safety) adalah suatu
system yang memastikan asuhan pada pasien jauh lebih aman. System
tersebut meliputi pengkajian resiko, identifikasi insiden, pengelolaan
insiden, pelaporan atau analisis insiden, serta implementasi dan tindak
lanjut suatu insiden untuk meminimalkan terjadinya resiko.
Pelaksanaan Patient Safety di Indonesia telah diatur dalam UU No.44
tahun 2009 pasal 29 dan pasal 43. UU No.44 tahun 2009 pasal 29 ayat 1
poi b menyebutkan bahwa setiap rumah sakit mempunyai kewajiban
memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan
22
B. Kerangka Teori
Kerangka teori pada dasarnya adalah garis besar atau ringkasan dari
berbagai konsep, teori, dan literature yang digunakan oleh peneliti. Penentuan
kerangka teori harus sesuai dengan topik atau permasalahan penelitian dan
tujuan dari peneltian. Tidak terdapat perbedaan yang khusus untuk menyusun
kerangka teori pada penelitian kualitatif atau kuantitatif. Keduanya
menggunakan pedoman atau aturan yang sama (John, 2013). Berdasarkan
beberapa teori diatas yang telah dikemukakan maka dapat dibuat suatu
kerangka teori sebagai berikut :
Pengetahuan
Pendidikan
p
Informasi / Media Masa
Pekerjaan
Kepatuha
Sosial, Budaya dan Ekonomi
Lingkungan
Pengalaman
Usia
Keterangan:
: yang tidak diteliti
: yang diteliti