Anda di halaman 1dari 47

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Terjadinya pengetahuan

adalah setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran,

yakni mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif adalah domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo.

2010).

Mengatakan pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran

manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali

dengan kepercayaan, takhayul dan penerangan yang keliru. Pengetahuan

itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah

pendidikan formal. Jadi pengetahuan sangat erat hubunganya dengan

pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi,

maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi

perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah,

mutlak berpengetahuan rendah pula (Ahmadi, 2008).

Hal ini mengingat bahwa, peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan formal. Pengetahuan seseorang tentang

6
suatu objek mengandung dua aspek yaitu positif dan negatif. Kedua

aspek ilmiah yang pada akhirnya akan menentukan sikap seseorang

tentang suatu objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dan objek

yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap

objek tertentu.

Melalui pengalaman dan penelitian diketahui bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak

didasari pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007)

mengungkap bahwa sebelum terjadi Adopsi perilaku, di dalam diri

sesorang secara berurutan terjadi proses sebagai berikut :

1) Awareness (kesadaran) yaitu proses menyadari dalam arti mengetahui

stimulus atau objek terlebih dahulu.

2) Interest, yakni seseorang mulai tertarik terhadap stimulus.

3) Evaluation (evaluasi) yaitu proses menimbang-nimbang baik

dantidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden

sudah lebih baik.

4) Trial, yaitu orang mulai mencoba melakukan sebuah perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

(Notoatmodjo, 2007).

Namun demikian, penelitian selanjutnya membuktikan bahwa

tidakseluruh tahap dilewati dalam pencapaian adopsi. Apabila

penerimaan adopsisebuah perilaku didasari oleh adanya pengetahuan,

kesadaran, dan sikappositif maka hal tersebut akan menyebabkan

2
perilaku yang langgeng (longlasting). Sebaliknya apabila perilaku tidak

didasari oleh pengetahuan dankesadaran, maka tidak akan berlangsung

lama (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Jenis- Jenis Pengetahuan

Pengetahuan seseorang berbeda-beda. Secara garis besar

pengetahuan dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai pengingatan (recall) terhadap sebuah materi

yang sebelumnya sudah dipelajari. Termasuk dalam tingkat ini adalah

kemampuan untuk recall atau mengingat kembali sesuatu hal spesifik

dari pelajaran terdahulu. Pengukuran tercapainya kualitas pengetahuan

ini adalah dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Misalnya, tahu bahwa buah tomat banya

mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar,

penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes

Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan,

misalnya : apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab

penyakit TBC, bagaimana cara melakukan pemberantasan sarang

nyamuk, dan sebagainya (Notoatmodjo. 2010).

2) Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

3
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi, maka harus bisa menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya, terhadap objek yang

dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang

telah paham tentang perencanaan proses perencanaan, ia harus dapat

membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau

dimana saja. Orang yang telah paham metodologi peneletian, ia akan

mudah membuat proposal penelitian di mana saja (Notoatmodjo,

2010).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

sebuah struktur pengorganisasian, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya. Analisis adalah kemampuan

seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian

mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang

4
tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan

atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk

Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow

chart) siklus hidup cacing kremi, dansebagainya (Notoatmodjo, 2010).

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungakan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun suatu hal baru dari hal-hal yang ada. Misalnya dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang

telah ada (Notoatmodjo, 2010).

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pekerjaan

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria yangtelah ada. Pengukuran pengetahuan dapat

dilaksanakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di

atas (Notoatmodjo, 2010).

5
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan ada 6 yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal

terdiri atas pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar dan madrasah

ibtidayah atau bentuk lain yang ederajat, serta sekolah menengah

pertama dan madrasah sanawiyah atau bentuk lain sederajat,

pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan

pendidikan tinggi terdiri dari diploma, sarjana, magister, spesialis dan

dokter yang di selengarakan perguruan tinggi (Sisdiknas, 2008).

2) Media / informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan. Majunya akan tersedia bermacam-macam media massa

yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi

baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media masa seperti

televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam

6
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai

sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya

pengetahuan terhadap hal tersebut (Hidayat, 2010).

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan

seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi

jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang tidak

secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat

juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami

(Hidayat, 2010).

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

7
4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar

dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan

ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan

dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja. Semua

pengalaman pribadi dapat merupakan sumber kebenaran pengetahuan,

namun perlu diperhatikan disini bahwa tidak semua pengalaman

pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan

benar, diperlukan berpikir kritis dan logis (Notoadmodjo, 2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pengetahuan

diantaranya adalah pengalaman, semakin banyak seseorang

mendengar, melihat dan melakukan tindakan maka semakin

bertambah pengetahuan tentang subjek tersebut (Taufik, 2008).

8
6) Usia

Mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula

daya tangkap dan pola pikirnya. Menurut teori Notoadmodjo (2007),

mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses

perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur

tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat

seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu memang daya ingat

seseorang dipengaruhi oleh umur. Bertambahnya umur seseorang

dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya,

akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan

berkurang. Pengetahuan sebagai bagian dari perilaku kesehatan,

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat, tradisi

dan kepercyaan masyarakat, sistem nilai yang dianut masyarakat,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Hal ini

dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan,

misalnya menjaga kesehatan ibu hamil, diperlukan pengetahuan dan

kesadaran tentang manfaat. Di samping itu, kepercayaan, tradisi, dan

sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong dan menghambat

perilaku. Faktor-faktor ini terutama yang positif dapat mempermudah

9
terwujudnya perilaku, maka sering pula disebut dengan faktor

pemudah.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk tercapainya perilaku, misalnya perilaku kesehatan

masyarakat. Contohnya adalah ketersediaan air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan

makanan bergizi, dan sebagainya. Termasuk pula di dalam hal ini

fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga medis. Untuk berperilaku

sehat, masyarakat membutuhkan sarana dan prasarana mendukung

yang memadai. Seseorang yang melakukan perilaku sehat bukan

hanya karena kesadaran dan pengetahuan, melainkan juga karena

ketersediaan fasilitas. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor

ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin pemudah.

c. Faktor penguat (reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas, termasuk petugas

kesehatan. Termasuk juga undang-undang, peraturan, baik dari pusat

maupun dari Perda. Selain kesadaran dan pengetahuan yang didukung

oleh fasilitas yang memadai, seseorang dalam berperilaku juga

membutuhkan perilaku contoh (acuan) dari tokoh-tokoh. Selain itu

peraturan dan undang-undang juga memperkuat keberadaan suatu

perilaku. Oleh sebab itu, intervensi pendidikan hendaknya dimulai

10
dengan memperhitungkan ketiga faktor tersebut, kemudian

intervensinya diarahkan pula pada ketiga faktor tersebut. Pendekatan

ini disebut dengan model Precede, yaitu predisposing, reinforcing,

and enabling cause in educational diagnosis and evaluation

(Notoatmodjo. 2010).

2.1.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan

seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau

diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban yang

benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai

0 (Notoatmodjo, 2008). Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat

diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu :

1) Baik : hasil presentasi 76%-100%

2) Cukup : hasil presentasi 56-75%

3) Kurang : hasil presentasi < 56%

(A. Wawan dan dewi M, 2010).

2.2 Konsep Dasar Masa Nifas

2.2.1 Pengertian

Masa nifas atau puerperium dimulai 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai dengan 6 minggu (42 hari) (Prawirohardjo, 2009).

11
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini

6-8 minggu (Eny & Diah, 2010).

2.2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan dalam bidang kebidanan selalu

mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi

dan penilaian.

Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah :

a. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita, dengan jalan :

1) Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan

2) Menghilangkan terjadinya anemia

3) Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan kebersihan

4) Pergerakan otot yang cukup agar peredaran darah lebih lancar

b. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi.

c. Untuk memperlancar pembentukan ASI.

d. Agar ibu dapat melaksanakan perawatan sampai masa nifas selesai, dan

dapat merawat bayinya dengan baik agar pertumbuhan dan

perkembangan bayi normal (Wulandari & Handayai, 2011).

2.2.3 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Puerperium dini

Merupakan masa kepulihan, pada saat ini ibu sudah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

12
2. Puerperium intermedial

Merupakan masa kepulihan alat-alat genitalia secara menyeluruh yang

lamanya sekitar 6-8 minggu

3. Remote puerperium

Merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,

terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama

berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan (Purwanti, 2012)

2.2.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

a. Kunjungan Pertama, 6-8 jam setelah persalinan. Tujuannya :

1) Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain ; perdarahan rujuk jika

perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu bagaimana mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypothermi

7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, harus tinggal dengan

ibu dan bayi lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran

13
b. Kunjungan Kedua, 6 hari setelah persalinan. Tujuannya :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau

2) Menilai adanya tanda-tanda demam

3) Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

5) Memberikan konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari

c. Kunjungan Ketiga, 2 minggu setelah persalinan. Tujuannya sama

dengan tujuan kunjungan kedua.

d. Kunjungan Keempat, 6 minggu setelah persalinan. Tujuannya :

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu alami

2) Memberikan konseling KB secara dini

Tujuan kebijakan tersebut yaitu :

a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir

b. Pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu

nifas dan bayinya

c. Mendeteksi adanya komplikasi pada masa nifas

d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan

ibu maupun bayinya pada masa nifas (Wulandari & Handayani, 2011).

14
2.3 Konsep Perawatan Payudara

2.3.1 Pengertian Perawatan Payudara

Perawatan payudara ibu hamil adalah perawatan yang dilakukan

pada masa kehamilan yang berguna untuk melenturkan atau menguatkan

puting susu, mengeluarkan puting susu yang datar dan masuk dalam serta

merangsang pembentukan ASI (Manuaba, 2012). Sedangkan menurut

Soetjiningsih (2009), perawatan payudara ibu hamil adalah perawatan yang

dilakukan untuk mengetahui lebih dini adanya kelainan sehingga diharapkan

dapat dikoreksi sebelum persalinan. Perawatan payudara sangat penting

dilakukan selama hamil sampai masa menyusui, hal ini karena payudara

merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok

bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin.

Perawatan payudara pada ibu nifas sangat penting karena salah satu

manfaatnya yaitu melancarkan produksi ASI yang merupakan makanan

pokok bagi bayi, perawatan payudara harus dilakukan dengan benar dan

teratur sehingga dapat memudahkan bayi mengkonsumsi ASI dan

mengurangi resiko terjadinya luka saat menyusui seperti terjadi puting susu

lecet. Teknik menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara.

Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu biasanya

disebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi

yang salah, selain itu juga dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan psikologi ibu.

Salah satu tujuan perawatan payudara adalah mendeteksi dini bila ada

kelainan pada payudara seperti puting susu lecet, payudara bengkak,

15
mastitis, abses payudara dan deteksi kanker payudara (Saryono, 2009 &

Weni, 2011).

2.3.2 Tujuan Perawatan Payudara

Menurut Manuaba (2012) ada beberapa tujuan perawatan payudara,

yaitu : Untuk memelihara hygiene payudara, melenturkan dan menguatkan

puting susu, mengatasi puting susu yang datar atau terbenam supaya dapat

mengeluarkan ASI sehingga siap untuk disusukan kepada bayinya. Menurut

Jumarini, dkk (2010) tujuan perawatan payudara adalah memelihara

kebersihan payudara melenturkan dan menguatkan puting susu,

mengeluarkan puting yang tertarik ke dalam, mempersiapkan produksi ASI.

Menurut Saiful (2008) ada beberapa manfaat perawatan payudara, menjaga

kebersihan payudara terutama kebersihan puting, melenturkan dan

menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi untuk menyusui,

merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan lancar,

dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan

upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk

menyusui.

Menurut Ambarwati (2012) tujuan perawatan payudara adalah

memelihara kesehatan dan kebersihan payudara, melancarkan sirkulasi

darah, mencegah tersumbatnya payudara, memperlancar produksi ASI.

Menurut Kristiyanasari (2011), perawatan payudara setelah

melahirkan bertujuan untuk :

1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi

16
2. Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu

melalui pemijatan

3. Mencegah bendungan ASI

4. Melenturkan dan menguatkan puting

5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan payudara pada ibu hamil dan

postpartum

Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan payudara pada ibu hamil dan

postpartum menurut Soetjiningsih (2009), diantaranya :

a. Penyakit

Perawatan yang tidak teratur dan salah dapat mengakibatkan payudara

kotor, mastitis, infeksi pada payudara, payudara bengkak dan bernanah,

muncul benjolan di payudara.

b. Pengetahuan

Pengetahuan perawatan payudara sangat penting, karena pengetahuan

yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

c. Motivasi

Motivasi ibu dalam melakukan perawatan payudara sangat berpengaruh

terhadap keinginan ibu untuk menyusui dini.

d. Status sosial ekonomi

Perawatan payudara yang benar memerlukan alat-alat bahan seperti

minyak, baby oil, waslap, kapas dan handuk yang semuanya memerlukan

uang untuk menyediakannya.

17
e. Keluarga

Peran keluarga terutama suami sangat berpengaruh pada ibu hamil dan

postpartum untuk memotivasi melakukan perawatan payudara.

2.3.4 Perawatan Payudara Selama Hamil

Merawat payudara selama hamil adalah suatu hal penting yang

harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya. Saat

kehamilan payudara akan membesar dan daerah sekitar puting akan lebih

gelap warnanya dan juga lebih sensitif. Perawatan payudara saat hamil

sangat penting untuk kelancaran air susu kelak setelah melahirkan. Dengan

perawatan payudara yang benar, hasilnya bukan Cuma produksi ASI yang

cukup, tapi juga bentuk payudara akan tetap baik selama menyusui.

Perawatan payudara dianjurkan mulai dilakukan setelah kehamilan

berusia 5-6 bulan. Sebab, jika sejak awal kehamilan sudah melakukan

perangsangan puting, misalnya, bukan hasil baik yang diperoleh tapi malah

bisa menimbulkan kontraksi rahim.

Menurut Ambarwati (2008), Perawatan payudara selama hamil

antara lain bertujuan untuk :

a. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.

b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi

untuk menyusu.

c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan

lancar.

d. Dapat mendeteksi kelainan – kelainan payudara secara dini dan

melakukan upaya untuk mengatasinya.

18
e. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

Menurut Ambarwati (2008), terdapat beberapa cara dalam

melakukan perawatan payudara pada ibu hamil UK 6-9 bulan:

a. Kedua telapak tangan dibasahi dengan baby oil.

b. Puting susu sampai aerola mammae (daerah sekitar puting dengan warna

lebih gelap) dikompres dengan baby oil selama2-3 menit. Tujuannya

untuk memeperlunsk kotoran atau kerak yang menempel pada puting

susu sehingga mudah dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol

sabun atau yang lainnya karena menyebabkan iritasi atau puting susu

lecet.

c. Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan

kearah luar (searah dan berlawanan jarum jam).

d. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut ke arah

puting susu sebanyak 30 kali sehari.

e. Pijat kedua aerola mammae hingga keluar 1-2 tetes

f. Kedua puting susu dan sekitarnya di bersihkan dengan handuk kering dan

bersih.

g. Memakai BH yang dapat menopang payudara.

2.3.5 Pelaksanaan Perawatan Payudara

Cara merawat dan menjaga payudara (Sulistyawaati, 2009) :

a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu

b. Menggunakan BH yang menyokong payudara

c. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

disekitar puting susu yang tidak lecet

19
d. Apabila lecet, dapat di istirahatkan selama 24 jm ASI dikeluarkan dan

diminumkan dngan menggunakan sendok

e. Untuk menghilangkan nyeri,ibu dapat minum paracetamol tablet setiap 4-

6 jam

f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI maka ibu dapat

melakukan :

1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah.

2) Urut payudara dari arah pangkal ke puting atau gunakan sisir untuk

mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.

3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting

susu menjadi lunak.

4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak menghisap seluruh

ASI, sisanya keluarkan dengan tangan.

5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

2.3.6 Persiapan Perawatan Payudara

a. Alat dan Bahan

1) Baskom berisi air hangat dan air dingin

2) Waslap 2 buah

3) Handuk2 buah

4) Kapas

5) Mangkok plastik untuk menampung air susu

6) Minyak kelapa/baby oil

20
b. Langkah kerja

1) Lakukan konseling pada pasien sebelum melakukan perawatan

payudara

2) Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan

3) Cuci tangan

4) Membuka pakaian dan mengatur posisi.

5) Meletakkan handuk dibawah payudara ibu.

6) Kompres puting susu dengan kapas minyak selama 2 menit,

kemudian basahi kedua telapak tangan dengan minyak, tarik kedua

puting bersama-sama dan putar kedalam kemudian keluar sebanyak

20 kali.

7) Basahi kedua telapak tangan dengan minyak. Kedua telapak tangan

mengurut payudara dari tengah keatas dan kebawah dan ke samping

20-30 kali setiap payudara.

8) Telapak tangan kiri menopang payudara, dengan jari-jari tangan

kanan digenggam dan tulang sendi jari payudara diurut dari pangkal

payudara kearah putting susu lakukan 20-30 kali.

9) Telapak tangan kiri menopang payudara, dengan jari-jari tangan

kanan sisi kelingking urut payudara kearah putting lakukan 20-30

kali setiap payudara.

10) Membersihkan payudara dengan air hangat kemudian air dingin

dengan waslap.

11) Merapikan kembali pasien.

12) Membereskan peralatan.

21
13) Cuci tangan

2.3.7 Dampak Dari Ibu Yang Tidak Melakukan Perawatan Payudara

a. Puting susu lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan

menjadi lecet. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh menyusui yang

salah. Cara menangani :

1) Cari penyebab puting susu lecet

2) Obati penyebab puting lecet

3) Olesi puting susu dengan ASI akhir

4) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara kurang

lebih 1x24 jam.

b. Payudara bengkak

Pada hari pertama sekitar (2-4 jam), payudara sering terasa penuh

dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan

dengan ASI mulai di produksi dalam jumlah banyak. Penyebab bengkak :

1) Produksi ASI berlebih

2) Terlambat menyusui

3) Pengeluaran ASI yang jarang

4) Waktu menyusui yang terbatas

Untuk merangsang reflek oksitosin maka dilakukan :

1) Kompres panas untuk mengurangi rasa sakit

2) Ibu rileks

3) Pijat leher dan punggung belakang

4) Pijat ringan pada payudara yang bengkak

22
5) Stimulasi payudara dan puting

6) Kompres dingin pasca menyusui

7) Pakailah BH yang sesuai

c. Mastitis atau Abses payudara

Mastitis adalah peradangan payudara. Payudara menjadi merah,

bengkak kadang kala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat.

Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan

diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.

Tindakan yang dapat dilakukan :

1) Kompres hangat/panas dan pemijatan

2) Rangsang oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu

stimulasi puting susu

3) Bila perlu diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa

nyeri

4) Bila terjadi abses jangan sebaiknya tidak disusukan karena mungkin

perlu tindakan bedah (Ambarwati & Wulandari, 2008)

2.4 Konsep Dasar Praktik atau Tindakan

2.4.1 Pengertian Praktik atau Tindakan

Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata,

diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara

lain fasilitas dan dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami

atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain.

23
2.4.2 Tingkatan Praktik atau Tindakan

Praktik dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, ibu

post partum dapat melakukan perawatan payudara dengan benar.

2) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua. Misalnya, ibu

post partum dapat melakukan perawatan payudara dengan benar sesuai

dengan langkah-langkah yang ada.

3) Mekanisme (mechanism)

Dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau telah

merupakan kebiasaan, maka ibu tersebut sudah mencapai praktik ketiga.

Misalnya, ibu post partum yang melakukan perawatan payudara dengan

inisiatif sendiri karena ibu mengetahui fungsi dari perawatan payudara.

4) Adopsi (adoption)

Suatu praktik atau tindakan yang telah berkembang dengan baik. Hal ini

berarti tindakan tersebut telah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut misalnya, ibu post partum dapat melakukan

perawatan payudara berdasarkan langkah-langkah yang benar

(Maulana, 2009). Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak

langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang

24
telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran

juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2007).

2.4.3 Indikator Praktik Kesehatan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapakan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik

kesehatan atau dapat dikatakan perilaku kesehatan. Oleh sebab itu

indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas,

yakni :

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencangkup :

1) Pencegahan penyakit, menggunakan peralatan yang bersih untuk

melakukan perawatan payudara

2) Penyembuhan penyakit, minum obat sesuai petunjuk dokter,

melakukan anjuran dokter

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi

makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, dan

sebagainya.

c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini mencakup : membuang sampah ditempat sampah,

menggunakan air bersih untuk melakukan perawatan payudara. Secara

25
teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu

mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas. Cara mengukur

indicator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang

indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan

praktik agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan

sikap cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur

maupun wawancara mendalam dan khusus untuk penelitian kualitatif.

Sedangkan untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling

akurat adalah melalui pengamatan. Namun dapat dilakukan melalui

wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku

yang telah dilakukan oleh responden bebrapa waktu yang lalu.

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Praktik atau Tindakan

Bentuk gangguan praktik adalah sebagai berikut :

a) Aktivitas tubuh berkurang

b) Kelambatan yang ditandai reaksi terhadap lingkungan berkurang,

gerakan sangat lambat, dan tidak memperhatikan lingkungan

c) Tindakan yang menolak atau menentang nasihat, permintaan dan

perintah orang lain

d) Tremor

2.5 Konsep Masa Nifas

2.5.1 Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluardan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

26
keadaan semula (sebelum hamil) dan berlangsung selama kira-kira 6

minggu (Sulistyawati, 2009).

2.5.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan Asuhan Masa Nifas menurut Sulistyawati (2009) tujuan

asuhan masa nifas adalah :

a. Meningkatkan kesejahteran fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi,

b. Pencegahan, diagnosa dini dan pengobatan komplikasi pada ibu,

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu,

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan ibu

untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan

budaya yang khusus,

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus,

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan

anak,

g. Serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan

anak.

2.5.3 Perubahan Fisiologi Pada Ibu Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi Uteri

a) Pengertian

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan

berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah

plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.

27
b) Proses Involusi Uteri

Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah,

kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus

bersandar pada promotorium sakralis. Pada saat ini besar

uterus kira-kira sama dengan berat uterus sewaktu usia

kehamilan 16 minggu dengan berat 1000 gram.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

(1) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterin.

(2) Attrofi Jaringan

Jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen

dalam jumlah besar, kemudian mengalami attrofi sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang

menyertai pelepasan plasenta.

(3) Efek Oksitosin

Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis

memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,

mengkompresi pembuluh darah dan membantu proses

hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan

mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan

membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan.

28
c) Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Post

Partum

Tabel 2.1 Perubahan uterus masa nifas

Berat Diamete Palpasi


Involusi uteri Tinggi fundus uteri
uterus r uterus cervik
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak
Pertengahan antara
7 hari (minggu 1) 500 gr 7,5 cm 2 cm
pusat dan shympisis
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm
6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit

Involusi uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa

fundus uteri dengan cara :

(1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm

dibawah pusat.

(2) Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1

cm dibawah pusat.

Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm di bawah pusat.

Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis.

Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba

(Wulandari, 2008).

d) Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uteri

(1) Mobilisasi Dini

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-

lebih bila persalinan berlangsung lama, karena si ibu

harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang

selama 8 jam post partum untuk memcegah perdarahan

post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke

29
kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli.

Pada hari kedua telah dapat duduk, hari ketiga telah

dapat jalan-jalan dan hari ke empat atau ke lima boleh

pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung

pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan

sembuhnya luka.

(2) Senam Nifas

Senam nifas berupa gerakan-gerakan yang berguna untuk

mengencangkan otot-otot perut yang telah menjadi

longgar setelah kehamilan. Waktu memulai senam nifas

tergantung keadaan ibu dan nasehat dokter. Bila ibu

dalam keadaan normal, setelah beberapa jam boleh

dilakukan senam nifas mulai dengan gerakan-gerakan

yang amat ringan. Seperti menarik nafas panjang melalui

perut, tidur telentang lalu miring kanan, miring kiri dan

seterusnya. Senam nifas membantu memperbaiki

sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung

setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan

peregangan otot abdomen atau disebut juga perut pasca

hamil dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul.

(3) Proses Laktasi

Sesudah persalinan ibu disuruh mencoba menyusui

bayinya untuk merangsang timbulnya laktasi, kecuali ada

30
kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya :

menderita hypusabdominalis, tuberkulosis aktif,

thyrotoxicosis, DM berat, psikosi atau puting susu

tertarik ke dalam, leprae, sehingga ia tidak dapat

menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman

harus diberikan melalui sonde. Dimana menyusui

merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang akan

mampu meningkatkan proses kontraksi uterus yang

akhirnya memberikan dampak terhadap semakin

cepatnya proses involusi uterus.

(4) Usia

Usia ibu yang relatif muda dimana individu mencapai

satu kondisivitalitas yang prima sehingga kontraksi otot

dan kembalinya alat-alat kandungan juga semakin cepat

karena proses regenerasi dari sel-sel alat kandungan yang

sangat bagus pada usia-usia tersebut.

(5) Status Gizi

Status gizi adalah tingkat kecukupan gizi seseorang yang

sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang

kurang pada ibu postpartum maka pertahanan pada dasar

ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi

sel-sel bulat yang disamping mengadakan pertahanan

terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk

menghilangkan jaringan nefrotik, pada ibu post partum

31
dengan statusgizi yang baik akan mampu menghindari

serangan kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam

masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus.

(6) Paritas

Faktor paritas juga memiliki peranan yang cukup

penting. Ibu primipara proses involusi uterus

berlangsung lebih cepat. Sedangkan semakin banyak

jumlah anak maka proses peregangan otot dan tingkat

elastisitasnya akan berkurang.

(7) Pekerjaan

Pekerjaan erat hubungannya dengan kemampuan untuk

memberikan ASI eksklusif. Dimana ibu tidak

memberikan ASI secara eksklusif karena ibu harus

bekerja. Tidak diberikannya ASI secara eksklusif juga

akan mempengaruhi sekresi dari hormon oksitosin

sehingga akan memberikan dampak akan semakin

memanjangnya proses involusi uterus.

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea

mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari

dalam uterus. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah

menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya

berbeda-beda pada setiap wanita. Lcchea mempunyai perubahan

32
karena proses involusi. Proses keluarnya darah nifas atau lochea

terdiri atas 4 tahapan :

a) Lochea Rubra/merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa post

partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena berisi

darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak

bayi, lanugo (rambut bayi) dan mekonium.

b) Lochea Sanguinolenta

Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.

Berlangsung dari hari ke 4 sampai hari ke 7 post partum.

c) Lochea Serosa

Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung

serum, leukosit dan robekan atau laserasi plasenta. Muncul

pada hari ke 7 sampaihari ke 14 post partum.

d) Lochea Alba/Putih

Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lender

serviks dan serabut jaringan mati. Lochea alba berlangsung

selama 2 sampai 6 minggu post partum (Eny Retno, 2010).

3) Servik

Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.

Bentuknya seperti corong karena disebabkan oleh corpus uteri

yang mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga pada perbatasan antara corpus uteri dan serviks

terbentuk cincin. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm pada

33
waktu persalinan, menutup secara bertahap setelah bayi lahir,

tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat

dimasuki 2 sampai 3 jari, pada minggu ke 6 post partum serviks

menutup (Eny Retno, 2010).

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangatbesar selama proses persalinan dan akan kembali secara

bertahap dalam 6 sampai 8 minggu post partum. Penurunan

hormon estrogen pada masa postpartum berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali

pada sekitar minggu ke 4 (Eny Retno, 2010).

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah kelahiran plasenta, terjadi pula penurunan produksi

progesterone,sehingga yang menyebabkan nyeri ulu hati (heartburn)

dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini terjadi

karena inaktifitas motilitas usus akibat kurangnya keseimbangan

cairan selama persalinan dan adanya reflek hambatan defekasi karena

adanya rasa nyeri pada perineum akibat luka episiotomi (Eny Retno,

2010).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis dapat terjadi setelah 2 sampai 3 hari post partum.

Diuresis terjadi karena saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi

ini akan kembali normal setelah 4 minggu post partum. Pada awal post

partum, kandung kemih mengalami edema, kongesti dan hipotonik.

34
Hal ini disebabkan oleh adanya overdistensi pada saat kala 2

persalinan dan pengeluaran urin yang tertahan selama proses

persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan oleh adanya trauma saat

persalinan berlangsung dan trauma ini dapat berkurang setelah 24 jam

postpartum (Eny Retno, 2010).

d. Perubahan Endokrin

1) Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang

besar. Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan

hormon-hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta

menurun dengan cepat setelah persalinan.

2) Hormon Pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak

menyusuimenurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke 3, dan

LH tetap rendah sehingga ovulasi terjadi.

3) Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian belakang

(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.

Padawanita yang memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi

merangsang keluarnya oksitosin lagi dan ini membantu uterus

kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.

35
4) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan

mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi (Eny Retno,

2010).

e. Perubahan Kardiovaskuler

Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung sampai

kalatiga ketika volume darah uterus dikeluarkan. Penurunan terjadi

pada beberapa hari pertama post partum dan akan kembali normal

pada akibat minggu ke 3 post partum (Eny Retno, 2010).

2.6 Konsep ASI

2.6.1 Pengertian

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-

garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,

sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 2009).

2.6.2 Pengeluaran ASI

Pengeluaran ASI dapat di bedakan menjadi :

a. Kolostrum

Cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara dan keluar pada hari

kesatu sampai hari ke empat - ketujuh.

1) Komposisinya selalu berubah dari hari kehar.

Cairan kental yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning di

bandingkan susu mature.

36
2) Pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari

usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan

makanan bagi bayi makanan yang akan datang. Lebih banyak

mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat danlemaknya lebih

rendah di bandingkan ASI matur.

3) Mengandung zat anti infeksi 10 - 17 kali lebih banyak dari ASI matur.

4) Total energi labih rendah jika di bandingkan ASI matur.

5) Volume berkisar antara 150 - 300 ml/24 jam

b. ASI transisi (antara)

1) ASI yang di produksi pada hari ke 4 sampai 7 sampai hari ke 10

sampai 14.

2) Kadar protein berkurang sedangkan kadar karbohidrat dan lemak

meningkat.

3) Volume semakin meningkat.

c. ASI sempurna (matur)

1) Merupakan ASI yang di produksi sejak hari ke 14 dan seterusnya.

2) Komposisi relatif konstan

3) Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini

merupakan makanan satu - satunya yang paling baik bagi bayi sampai

umur 6 bulan (Riksani, 2012).

2.6.3 Manfaat ASI

ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi

dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, ASI mengandung

kadar laktosa yang lebih tinggi dimana laktosa ini dalam usus akan

mengalami peragian hingga membentuk asam laktat, ASI mengandung

37
antibody yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi

misalnya gastroentries, ASI lebih aman dari kontaminasi, karena diberikan

langsung kemungkinan tercemar zat berbahaya lebih kecil, temperatur ASI

sesuai dengan temperatur tubuh bayi, resiko alergi pada bayi kecil sekali

karena tidak mengandung beta laktoglobulin, ASI membantu pertumbuhan

gigi lebih baik, ASI dapat dipakai sebagai perantara untuk menjalin

hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi, ASI mengandung laktoferiun

untuk mengikat zat besi, ASI ekonomis praktis tersedia setiap waktu pada

suhu yang ideal dan dalam keadaan segar, kemungkinan bayi tersedak ASI

kecil sekali, proses laktasi dapat membantu menjarangkan kehamilan

(Riksani, 2012).

2.6.4 Fisiologi Laktasi

Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda–beda. Sebagian mempunyai

kemampuan yang lebih besar di bandingkan yang lain. Dari segi fisiologi,

kemampuan laktasi mempunyai hubungan dengan makanan, faktor

endokrin, dan faktor fisiologi. Laktasi mempunyai dua pengertian berikut

ini.

a. Pembentukan / produksi air susu

b. Pengeluaran air susu

Pada masa hamil terjadi perubahan payudara,terutama mengenai

besarnya. Hal ini di sebabkan karena berkembangnya kelenjar payudara

karena proliferasi sel - sel duktus laktifarus dan sel - sel kelenjar pembuahan

air susu ibu. Proses proliferasai di pengaruhi oleh hormon yang di hasilkan

plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, koriogonadotropin, estrogen, dan

38
progesteron. Selain itu, perubahan itu juga di sebabkan bertambah lancarnya

peredaran darah pada payudara.

Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang - kadang dari ujung

puting keluar cairan yang di sebut kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan

tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon

prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan

yang di hasilakan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup

tinggi, pengeluaran air susu juga di hambat oleh hormon estrogen.

Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteronmenurun dengan

lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi

hambatan terhadap prolaktin terhadap estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu

segera keluar. Biasanya, mengeluarkan air susu dimulai pada hari kedua atau

ketiga setelah kelahiran. Setelah persalianan, segera susukan bayi karena

akan memacu pengeluaran prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air

susu bertambah lancar. Dua hari pertama pasca - persalinan, payudara

kadang - kadang terasa penuh dan sedikit sakit. Keadaan yang di sebut

engorgement tersebut di sebabkan oleh bertambahnya peredaran darah ke

payudara serta mulainya laktasi yang sempurna.

Seorang ibu yang menyusui di kenal 2 reflek yaitu masing - masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu ibu yaitu reflek

prolaktin dan reflek “ let down “, yaitu :

a. Reflek prolaktin

Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang fungsinya

korpus luteum maka estrogen dan progesteron sangat berkurang,

39
ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting

susu dan kalang payudara, akan merangsang ujung - ujung sensoris

yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di lanjutkan ke

hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus

akan menekan pengeluaran faktor - faktor yang menghambat sekresi

prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor – faktor yang

memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin

akan merangsang adenohipofise (Hipofise anterior) sehingga keluar

prolaktin. Hormon ini merangsang sel - sel alveoli yang berfungsing

membuat air susu.

b. Reflek let down (Milk ejection reflex)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise,

rangsangan yang berasal dari hisapan bayi ada yang di lanjutkan ke

neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian di keluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini di angkut menuju uterus yang dapat

menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi pada organ

tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel

miopitelum. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat

keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya

mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi (Soetjiningsih,

2009).

Bayi yang sehat mempunyai tiga reflek instrinsik, yang di perlukan

untuk berhasilnya menyusui, seperti :

40
a. Reflek mencari (rooting reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada bayi. Ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang di ikuti

dengan membuka mulut dan kemudian puting susu di tarik masuk ke

dalam mulut.

b. Reflek menghisap ( sucking reflex )

Teknik menyusui yang baik adalah apabila aerola payudara sedapat

mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi. Untuk ini maka sudah

cukup bila rahang bayi menekan sinus laktiferus yang terletak di puncak

aerola payudara dan tidak di benarkan bila rahang bayi hanya menekan

puting susu saja, karena bayi hanya dapat menghisap susu sedikit dan

pihak ibu akan timbul lecet - lecet pada puting susunya.

c. Refleks menelan (Swallowing reflex)

Pada saat air susu keluar dari puting susu, di susul dengan gerakan

menghisap (tekanan negatif) yang di timbulkan oleh otot-otot pipi,

sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan di teruskan dengan

mekanisme menelan masuk ke lambung (Soetjiningsih, 2009)

2.6.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran asi pada ibu

postpartum, antara lain :

41
a. Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk

mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi dan

hormon oxytocin.

b. Pemasukan gizi

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang

diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat

ASI tidak dapat bekerja dengan sempurnatanpa makanan yang cukup.

Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus

memenuhi jumlah kalori, lemak dan vitamin serta mineral yang cukup,

selain itu ibu dianjurkan minum lebih banyak kurang lebih 8-12

gelas/hari.

c. Keadaan ibu

Kesehatan ibu merangsang peranan dalam produksi ASI. Hal ini jelas

karena pembentukan bahan-bahan yang diambilnya dari ibu. Bila ibu

tidak dapat mensuplay bahan karena tubuh tidak sehat, input makanannya

kurang atau kekurangan darah untuk membawa bahan-bahan yang akan

diolah oleh sel-sel acini di buah dada, maka bahan tidak akan sampai

pada sel acini tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan produksi ASI

menurun.

d. Cemas/setres

Produksi ASI sangat di pengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk

ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan

42
terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam

keadaan tenang (Wulandari, 2011)

2.6.6 Komposisi ASI

a. Protein

Di banding susu sapi protein dalam ASI lebih sedikit namun protein ASI

lebih mudah di cerna oleh usus bayi, protein dalam ASI dapat

menghancurkan bakteri dan melindungi bayi dari infeksi.

b. Karbohidrat

Karbohidrat yang utama pada ASI adalah laktosa. ASI lebih banyak

mengandung laktosa di bandingkan dengan susu mamalia lain, salah satu

kegunaan laktosa di perlukan untuk pertumbuhan otak dan laktosa

meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus

bifidus (Roesli, 2009).

c. Lemak

Kadar lemak dalam ASI merupakan sember kalori yang utama bagi

bayi karena dari ASI, bayi mendapatkan jenis lemak yang sangat tepat

untuk pertumbuhan perkembangan. Lemak ASI mudah di cerna dan di

serap, karena mengandung enzim ipase yang mencerna lemak sehingga

hanya sedikit lemak yang tidak di serap oleh usus bayi ( Roesli, 2009).

d. Vitamin

Vitamin dalam ASI dapat di katakan lengkap karena mengandung

vitamin A, D, dan C. Sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin

dan asam pantothenik adalah kurang (Soetjiningsih, 2009 ).

43
e. Garam dan mineral

Garam yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium dan

natrium dari asam klorida dan fosfat, yang terbanyak adalah kalium

(Soetjiningsih, 2009). ASI juga mengandung mineral yang lengkap,

walaupun kadarnya relatif rendah tetapi cukup untuk bayi sampai usia 6

bulan (Roesli, 2009). Kalsium dan fosfor adalah 2 mineral penting dalam

ASI yang merupakan bahan pembentuk tulang (Soetjiningsih, 2009).

2.6.7 Kelancaran ASI

Lancar atau tidaknya ASI itu sendiri di sebabnya oleh banyak faktor,

diantaranya adalah tentang perawatan payudara yang sesuai dengan teori

yang di kemukakan oleh Soetjiningsih (2009) yaitu perawatan payudara

sangat penting agar pengeluaran ASI lancar dan tidak terjadi masalah-

masalah dalam menyusui juga akan menjaga payudara. Sedangkan ibu yang

tidak melakukan perawatan payudara dapat terjadi seperti puting susu lecet,

payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, dan abses payudara.

Dan untuk mencegah masalah yang timbul pada ibu menyususi, maka

sebaiknya perawatan payudara di lakukan secara rutin. Kecepatan air susu

bisa bervarisasi. Terkadang air susu mengalir secara lambat, dan kadang

mengalir dengan deras. Lambatnya air susu dapat di sebabkan tersumbatnya

saluran pada puting payudara. Untuk mengatasi masalah ini, hendaknya ibu

melakukan perawatan payudara sebelum menyusui, dan memeras payudara

dan kemudian mengeluarkan sedikit ASI sebelum menyusui guna

memperlancar susu. Sementara itu, bila aliran susu terlalu kuat, maka air

susu akan memenuhi daya tampung rongga mulut, sehingga menyebabkan

ia tersedak (Prasetyono, 2009).

44
2.6.8 Upaya-Upaya Untuk Memperbanyak ASI

Pemberian ASI segera 30 menit pertama setelah lahir, menyusui bayi

sering siang atau malam atau setiap kali bayi minta, menyusui payudara kiri

dan kanan secara keseluruhan pindah ke payudara lain, cara menyusui yang

benar sangat penting sekali dalam upaya memperbanyak ASI, dukungan

psikologis dari keluarga dan sekitarnya, susui bayi ditempat yang tenang

dan nyaman, rawat gabung dan anjurkan ibu banyak mengkonsumsi

makanan bergizi dan istirahat yang cukup.

Untuk memperoleh ASI yang baik, cukup pada masa hamil ibu harus

makan makanan yang bergizi baik, hidup teratur, tenang dan jauhkan dari

ketegangan pikiran, pakailah BH yang dapat menahan payudara jangan

memakai BH yang menekan, melakukan perawatan payudara yang dimulai

pada kehamilan 6-7 bulan, dilakukan 2 x sehari sebelum mandi (Wulandari,

2011).

2.6.9 Lama Menyusui

Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup

disusukan selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan

membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh

disusukan selama 10menit (jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama

15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah

cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada

5menit pertama adalah ± 112 ml. 5menit kedua ± 64 ml, dan 5menit

terakhir hanya ± 16 ml (Soetjiningsih, 2009).

45
2.6.10 Tanda-Tanda Bayi Cukup Memperoleh ASI

Bayi buang air kecil paling sedikit 6 kali perhari dan warna air

kencing jernih atau kekuningan, bayi tampak puas diselingi dengan saat-

saat lapar, setelah menyusu bayi bersendawa, pada saat menyusu bayi

melepas sendiri putingnya, bayi tidak rewel, bayi tenang, bayi terlihat

mengantuk setelah menyusu, bayi menyusui paling sedikit 10 kali dalam

sehari, payudara ibu terasa kosong dan lunak setelah menyusui

(Wulandari, 2011).

2.6.11 Cara Menyusui Yang Benar

Cuci tangan sebelum menyusui, membersihkan puting dan areola

dengan kapas yang sebelumnya telah dibasahi dengan air matang,

mengeluarkan ASI sedikit dan mengoleskannya pada puting susu dan

areola, mendekatkan bayi dan meletakkan menghadap ibu dan meletakkan

menghadap perut ibu atau payudara sambil kepalanya di sokong oleh

badan dengan posisi perlekatan yang benar, memegang payudara diantara

ibu jari dan keempat jari, memberikan rangsangan pada bayi untuk

membuka mulut dengan cara menyentuh pipi bayi dengan puting susu

atau menyentuh sisi mulut bayi, memasukkan puting susu dan sebagian

besar areola kedalam mulut bayi dan melepaskan tangan yang menyangga

payudara setelah bayi mulai menghisap, menyusui bayi dengan kedua

payudara sampai kedua payudara terasa kosong, melepaskan hisapan bayi

dengan cara memasukkan jari kelingking ke mulut bayi melalui sudut

mulut atau menekan dagu bayi ke bawah, mengeluarkan ASI sedikit

setelah menyusui dan mengoleskannya pada puting susu dan areola

46
sekitarnya serta membiarkan kering dengan sendirinya, menggendong

bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian menepuk

punggung bayi perlahan-lahan sampai bayi bersendawa, menganjurkan ibu

untuk membiasakan diri agar selalu menyusui dengan payudara yang pada

sebelumnya terakhir kali dihisap oleh bayi (Wulandari, 2011).

47

Anda mungkin juga menyukai