Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memberikan dampak yang

sangat panjang terhadap kehidupan di masa yang akan mendatang. BBLR

merupakan suatu problem kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi

yang memerlukan pentalaksanaan yang tepat dan memadai (Hidayat, 2005),

resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa

perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental

dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya

perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).

Maturitas fungsi sistem organ merupakan syarat bagi bayi untuk mampu

beradaptasi dengan lingkungan di luar rahim. Bayi berat lahir rendah, fungsi

sistem organnya belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk

beradaptasi dengan lingkungan. Oleh karena itu, bayi resiko tinggi sangat

membutuhkan perhatian dan perawatan intensif untuk membantu

mengembangkan fungsi optimum bayi (Asrining, 2003).

World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 16% dari

semua bayi yang lahir di seluruh dunia mempunyai berat kurang dari 2500 gram

dan 90% terdapat di negara-negara berkembang, sedangkan 20-30% terdapat di

negara-negara Asia Tenggara. Hal ini berkaitan dengan status sosial ekonomi ibu

hamil, keadaan lingkungan, umur kehamilan, dan pelayanan perinatal. Berat bayi

lahir antara lain dipengaruhi oleh umur kehamilan, hemoglobin (Hb) Ibu, dan

1
2

paritas ibu (Sari Pediatri, 2002). Sedangkan tahun 2011 diketahui bahwa jumlah

bayi baru lahir yang ditimbang dan angka kematian neonatal dari Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang tertinggi disebabkan karena BBLR yaitu

mencapai 38,03 % dibanding penyebab kematian neonatal lain (Dinkes, 2012).

Sedangkan angka kejadian BBLR tahun 2012 yang terjadi di RSUD Dr.Soetomo

Surabaya sebesar 19,34% (SDKI, 2013). Prevalensi BBLR yang ditoleransi pada

sasaran menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7% (Depkes RI, 2005).

Dari survey awal yang dilakukan peneliti di RSIA Cempaka Putih

Permata Kota Surabaya selama bulan Januari tahun 2015 terdapat 133 ibu

melahirkan, 95 ibu melahirkan bayi berat lahir rendah (71%). Hal ini dapat

diambil kesimpulan bahwa masih banyak kejadian bayi berat lahir rendah di

RSIA Cempaka Putih Permata Kota Surabaya.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian berat badan

lahir rendah (BBLR) diantaranya adalah faktor ibu, janin, dan plasenta. Faktor

ibu antara lain: ibu hamil dengan anemia (kadar hemoglobin rendah), perdarahan

pada kehamilan, pada hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan

kadar protein alfa, zat dasar nutrisi rendah, kehidupan sosial ekonomi ibu hamil;

faktor janin meliputi: kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini; dan

faktor plasenta yaitu: plasenta previa, dan solusio plasenta (Manuaba, 2007).

Salah satu faktor langsung yang mempengaruhi berat bayi lahir adalah

kadar hemoglobin ibu saat hamil. Berat bayi lahir dapat dipengaruhi oleh kadar

hemoglobin saat hamil. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan kematian janin

di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang

dilahirkan, hal ini antara lain parietas, BBLR, umur kehamilan, Hb menyebabkan
3

morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih

tinggi (Sarwono Prawirohardjo, 2002). Ibu hamil dengan kadar hemoglobin

rendah mempunyai risiko kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III

kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil normal. Akibatnya mereka mempunyai

risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah,

kematian saat persalinan, pendarahan, pasca persalinan yang sulit karena lemah

dan mudah mengalami gangguan kesehatan. Kekurangan gizi khususnya zat besi

dapat menyebabkan berbagai keterbatasan antara lain pertumbuhan mendatar,

berat dan panjang badan pada bayi menyimpang dari pertumbuhan normal.

Dampak lebih lanjut pada kejadian BBLR apabila tidak segera mendapat

pertolongan bisa beresiko lebih lanjut. Pada bayi BBLR dapat terjadi hipotermi,

sindrom gawat nafas, hipoglikemia, perdarahan intrakranial, rentan terhadap

infeksi, hiperbillirubinemia, dan kerusakan integritas kulit (Asrining, 2003).

Bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah umumnya kurang mampu

meredam tekanan lingkungan yang baru, sehingga dapat berakibat pada

terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu

kelangsungan hidupnya. Selain itu BBLR juga akan meningkatkan risiko

kesakitan dan kematian karena bayi rentan terhadap infeksi saluran pernafasan

bawah (Sarwono Prawirohardjo, 2002).

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) preventif dan kuratif adalah

langkah yang penting. Sebagai tenaga kesahatan hal-hal yang dapat dilakukan,

misalnya: memberikan konseling kepada ibu dengan meningkatkan pemeriksaan

kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai

sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor
4

risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau

dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Selain itu,

dapat dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim, tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung

dengan baik. Serta mendiagnosa segera bayi lahir rendah dan penanganan

intensif pada BBLR untuk mencegah penyakit-penyakit neonatus maupun

kematian neonatal dengan cara perawatan bayi di inkubator, pencegahan infeksi,

serta pengawasan pemberian nutrisi atau ASI secara ketat. Serta upaya

rehabilitasi, dengan penanganan di rumah sakit untuk BBLR dengan komplikasi

(Arini, 2009).

Oleh karena banyaknya faktor yang mengakibatkan kejadian BBLR,

dengan melihat uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga dengan Tingkatan

BBLR di RSIA Cempaka Putih Permata Surabaya Tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Adakah hubungan

Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester Ketiga dengan Tingkatan BBLR di RSIA

Cempaka Putih Permata Surabaya Tahun 2015?”


5

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kadar hemoglobin ibu hamil trimester ketiga

dengan tingkatan BBLR di RSIA Cempaka Putih Permata Surabaya Tahun

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kadar Hb ibu hamil Trimester III di RSIA Cempaka

Putih Permata Surabaya Tahun 2015.

b. Mengidentifikasi tingkatan BBLR di RSIA Cempaka Putih Permata

Surabaya Tahun 2015.

c. Menganalisis hubungan kadar Hb ibu hamil dengan tingkatan BBLR di

RSIA Cempaka Putih Permata Surabaya Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Metodologi Penelitian sebagai

bahan informasi dan dapat digunakan sebagai referensi kepustakaan

Universitas Kadiri.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Masyarakat

Secara tidak langsung sebagai informasi dalam usaha untuk

meningkatkan pengetahuan gizi khususnya zat gizi sumber zat besi

sehingga diharapkan masyarakat dapat mencegah terjadinya BBLR.


6

2. Bagi Peneliti

Merupakan sarana melatih diri dalam proses belajar yang bersifat ilmiah,

khususnya dalam keperawatan, maternitas, dan perinatal.

3. Manfaat bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

Instansi Kesehatan (RSIA Cempaka Putih Permata Surabaya) dalam

memberikan sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya

meningkatkan program pelayanan dan penanganan ibu hamil trimester

ketiga dengan kadar Hemoglobin (Hb) yang rendah dapat dinaikkan serta

dengan deteksi dini terhadap berat badan bayi rendah (BBLR)

pertumbuhan janin melalui pengawasan kesejahteraan janin intra uterin,

maka upaya preventif akan segera dapat dilakukan. Petugas kesehatan

(bidan, perawat, dokter) berperan penting dalam menguatkan asuhan

keperawatan maternitas sesuai praktik mereka agar pengalaman

kehamilan dan melahirkan tercipta baik sehingga mereka juga terlibat

aktif menciptakan perbaikan asuhan keperawatan.

4. Bagi Ilmu Kebidanan

Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi bagi

tenaga pendidik kebidanan khususnya dalam bidang kebidanan untuk

menambah pengetahuan peserta didik tentang hubungan kadar

hemoglobin pada ibu hamil trimester ketiga dengan kejadian BBLR


7

Anda mungkin juga menyukai