Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA BY. NY P DENGAN BBLSR DI RUANG PICU NICU


RSUD TJITROWARDOJO
PURWOREJO

Disusun Oleh:
RAHMADI (220300907)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA BY. NY P DENGAN BBLSR DI RUANG PICU NICU
RSUD TJITROWARDOJO
PURWOREJO

Disusun Oleh:

RAHMADI (220300907)

Telah Mendapatkan Persetujuan Dan Pengesahan


Pada Tanggal:

Pembimbing Akademik Perceptor

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa melihat usia

gestasi sedangkan Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

1500 gram tanpa melihat usia gestasi. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari 37 minggu atau

pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR), (Sudarti & Fauziah, 2013). Factor

penyebab terjadi BBLR/BBLSR diantaranya faktor ibu, factor janin dan faktor plasenta. Factor

Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat

kelahiran premature, perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan gizi,

hipertensi, toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok. Factor plasenta: solosio plasenta,

plasenta previa. Factor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).

UNICEF mengemukakan lebih dari 20.000.000 juta bayi lahir di dunia dengan berat badan

rendan (kurang dari 2500 gram) pada tahun 2015. WHO dari tahun 2014 sampai dengan saat ini

masih berusaha menurunkan presentasi kelahiran bayi dengan berat badan rendah hingga

tahun 2025 dengan target 30%.pada tahun 2015 didapatkan sedikit hasil sebanyak 14.6%

presentasi BBLR di dunia menurun. Presentasi BBLSR di Indonesia berbeda setiap tahun. Hasil

Riskesdas 2018 memaparkan proporsi BBLR di Indonesia dari Tahun 2007 –2018 yaitu pada

Tahun 2007 sebanyak5,4%, Tahun 2010 sebayak 5,8%, Tahun 2013 sebanyak 5,7% dan pada

Tahun 2018 mengalami peningkatan yang berarti sebanyak 6,2% (Kemenkes RI,2018). Ibu

dengan kehamilan ganda memiliki resiko lebih besar untuk bayi BBLR/BBLSR. Hal ini dikarenakan

dalam kandungan bayi yang sau dan lainnya akan memiliki perbedaan berat badan berbeda

dengan kehamilan tunggal. Saat kehamilan ganda asupan nutrisi terbagi dan adanya beberapa

hormone atau penggunaan obat untuk mempercepat proses melahirkan atau menekan
hormone. Hal lain juga disebabkan karena perbedaan usia gestasi dan masa persalinan. 2 2

Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah / Berat Bayi Lahir Ssangat Rendah dapat menimbulkan

komplikasi diantaranya bayi lahir premature, hipotermi resiko hiperbilirubin, hipertermia,

hipoglikemia, gangguan cairan dan elektrolit, sindroma gawat nafas, paten duktus arteriosus,

infeksi, perdarahan intraventrikuler, apnea of prematury, dan anemia (Sembiring, 2019). BBLR

erat kaitannya dengan mordibitas dan mortilitas neonatal, gizi kurang pada awal kehidupan,

gangguan laju pertumbuhan, gangguan kognitif dan motorik anak, (Nuryani, 2017). Terapi

keperawatan yang diberikan kepada neonatus dengan BBLSR sebagian besar dengan

mengontrol asupan gizi dan pemberian gizi. Asupan gizi yang masuk dapat berupa ASI dari ibu

atau susu sesuai dengan usia neonatus. Pemberian gizi juga dipantau berdasarkan waktu

pemberian dan takaran cairan yang didapat bayi. Angka Kematian Bayi karena BBLR/BBLSR

masih tidak stabil. Ditahun tahun tertentu AKB terus bertambah ataupun menurun. Pembahasan

asuhan keperawatan pada bayi BBLR diperlukan untuk menekan tingkat morbiditas dan resiko

cacat pada bayi. Hal ini juga dibutuhkan untuk menstabilkan asuhan keperawatan pada bayi

dengan BBLSR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep BBLSR
1. Definisi BBLSR
Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada
bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat badan
dibawah dari 10% pada kurva intrauterine bayi tersebut dapat lahir dalam
keadaan preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2013)
2. Etiologi BBLSR
Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama hanya saja
dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat terjadi karena
persalinan kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya,
(Kemenkes, 2011).
a. Factor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja,
kehamilan ganda, riwayat kelahiran premature, perdarahan antepartum,
penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan gizi, hipertensi, toksemia, anemia,
penyakit kronik dan merokok.
b. Factor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Factor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala bayi premature menurut surasmi 2003 dalam handriana 2016 :
1. Usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
2. Berat badan 1500gr atau kurang dari.
3. Panjang badan 46cm atau kuran dari.
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya.
5. Batas tidak jelas antara dahi dan ujung rambut kepala.
6. Lingkar kepala 33cm atau kurang dari. 5 5
7. Masih terdapat banyak rambut lanugo.
8. Kurangnya jaringan subkutan lemak atau tipis.
9. Tulang rawan daun telinga seperti tidak teraba karena pertumbuhannya yang
belum sempurna.
10. Tumit tampak mengkilap dan telapak kaki teraba halus.
11. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun kedalam skrotum, untuk perempuan klitoris menonjol, libia
minora tertutup oleh libia mayora.
12. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.
13. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap
atau menelan kurang.
14. Jaringan kelenjar mamae masih kurang.
15. Verniks tidak ada atau kurang.
4. Patofisiologi
Bayi BBLR mengalami kekurangan nutrisi in-utero diakibatkan karena buruknya
suplai nutrisi dari plasenta. Beberapa penyebab berhubungan dengan buruknya
kesehatan ibu, sosial ekonomi, factor ibu, dan beberapa dari factor janin, Factor
genetic dan rasial juga diperkirakan memicu terjadinya kecil pada berat dan
mengukur dengan standar percentile charts didesain untuk rata-rata untuk
populasi European Caucasian. Seringkali ini terjadi pada bayi-bayi yang original
Asians. Hal ini juga diakibatkan diet dan kesehatan yang buruk, dimana ibu
hidup berbeda budaya, susah untuk memenuhi makanan yang biasanya dia
konsumsi. Keadaan plasenta yang kurang baik menyebabkan janin tidak
mendapat cukup asupan glikogen dan saat lahir, bayi akan sulit untuk
mempertahankan suhu tubuh dan kadar gula darah dan dapat menyebabkan
bayi kecil mungkin organ-organ bisa sudah matur, terutama bila usia
kehamilannya mendekati aterm, Jika bayi ini premature, maka masalah-
masalahnya bisa imaturitas dari resiko komplikasi dan prematuritasnya
danmembutuhkan sebagai bayi premature. (Sudarti & Fauziah, 2013).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine serta untuk menemukan gangguan
pertumbuhan.
b. Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau
labopratorium dan jika hipoglikemi perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
e. Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan menderita
aspirasi mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekwensi
lebih dari 60x/menit dibuat foto thorax, (Rahardjo dan Marmi, 2012).
6. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan
bayi, dan menghindari infeksi, (Rahardjo dan Marmi, 2012) :
1. Suhu badan bayi prematuritas/BBLSR akan cepat kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermi, hal ini diakibatkan fungsi pusat pengaturan panas badan
bayi belum bekerja dengan baik, rendahnya metabolisme dan luasnya relative
permukaan badan. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badan mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki
inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain kemudian di
sampingnya diletakkan botol yang berisi air panas, sehingga panas badan bayi
dapat dipertahankan.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR Alat pencernaan bayi prematur masih belum
sempurna seperti lambung kecil atau belum sempurna sehingga enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan pada bayi BBLSR yaitu
kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, agar
pertumbuhan dapat meningkat. Bayi sekitar 3 jam setelah lahir diberikan minum
kemudian didahului dengan mengisap cairan lambung bayi. Lemahnya reflek
menghisap bayi sehingga untuk pemberian minum diberikan sedikit sedikit
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI diberikan lebih utama, karena
merupakan makanan yang paling utama. Bila faktor mengisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde arah lambung. Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai
60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi,
disebabkan daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang, dan pembentukan antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik. 4.
Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
BAB III
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
STASE KEPERAWATAN ANAK
UNIVERSITAS ALMA ATA PROGRAM STUDI PROFESI NERS

Nama : Rahmadi
NIM : 220300907
Tempat Praktek : Ruang PICU NICU
Tanggal Pengkajian :

I. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama bayi : By.Ny P
Tanggal dirawat : 2/5/2023
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Patutrejo 04/01 grabak
Tanggal lahir/usia : 2-5-2023
Nama orang tua : Ny.P
Pendidikan ayah/ibu : SMP/SMP
Pekerjaan ayah/ibu : Swasta / IRT
Usia ayah/ibu : 32/37 th
Diagnosa medis : BBLSR
II. KELUHAN UTAMA
Bayi BBLSR dengan berat 900 gram
III. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Bayi kiriman dari puskesmas grabag dengan BBLSR 900 gram apgar score
0 ,merintih ,sianosis, KU lemah ,terpasang o2 CPAP FLO2 25 persen PEEB 5, retraksi
+ ,infus D10% 4tpm terpasang OGT, BAK + BAB - ,bayi di inkubator
IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal ( ibu tidak tahu kalau diri nya hamil)
a. Jumlah kunjungan : 0 kali
b. Tempat :
c. HPHT :
d. Kenaikan BB selama hamil :
e. Komplikasi kehamilan :
f. Komplikasi obat:
g. Obat obatan yang di dapat:
h. Riwayat hospitalisasi :
i. Golongan darah:
j. Pemeriksaan kehamilan:
(-) Rubelle (-) Hepatitis (-) CMV
(-) Go (-) Herpes (-) HIV

2. Intranatal
a. Lama persalinan: 1 jam
b. Komplikasi persalinan: Tidak ada
c. Terapi yang di berikan:
d. Cara melahirakan: Spontan
e. Tempat melahirkan : puskesmas

3. Postnatal
a. Usaha nafas : Tidak menggunakan bantuan nafas
b. Kebutuhan resusitasi: ya
c. Apgar Score
1) Bayi langsung menangis : tidak
2) Tangisan bayi : merintih
3) Penilaian menit ke 1:5
4) Penilian menit ke 5: 6
5) Penilain menit ke-10 : 10
Tanda 0 1 2
Denyut jantung Tidak ada <100x m >100x m
Peranafasan Tidak ada lambat, tidak menangis
teratur kuat
Refleks Tidak ada merintih menangis
kuat
Tonus otot lemah fleksi pada gerakan
ekstermitas aktif
Warna kulit biru pucat badan merah, seluruhnya
ekstrermitas merah muda
pucat

1) Obat obat yang di berikan pada neontus : Vit K, Salep mata


2) Interaksi orangtua dengan bayi :
3) Trauma tidur: tidak
4) Narcosis : tidak
5) Keluarnya urin/BAB: BAK
6) Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna:

V. RIWAYAT KELUARGA
Tidak ada riwayat penyakit keluarga
VI. GENOGRAM

VII. RIWAYAT SOSIAL


a. System pendukung/keluarga terdekat yang bisa di hubungi:
Ibu mengatakan selain calon suami, keluarga terdekat yang selalu di hubungi adek
dan nenek dari ibu yang selalu mendukung.

b. Hubungan orangtua dengan bayi


Menyentuh Ayah Ibu
Memeluk
Berbicara Sering Sering
Berkunjung Sering Sering
Kontak mata Sering Sering
c. Anak yang lain
Anak Jenis kelamin Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
ke -

d. Lingkungan rumah:
Ibu mengatakan lingkungan rumah mendukung

VIII. KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa Medis: BBLSR
2. Tindakan Operasi:-
3. Status Nutrisi: Bayi memperoleh asupan nutrisi dari ASI
4. Obat Obatan:
5. Aktivitas:menangis kuat
Bayi Ny A gerak kurang aktif dan menangis apabila lapar dan BAB/BAK di pampers
dan bayi sering tidur
6. Tindakan Keperawatan Yang Telah Dilakukan
a. Pemasangan CPAP
b. Pemberian obat
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan Umum: lemah
2.Kesadaran: somnolen
3.Tanda Tanda Vital:
a. Tekanan Darah:-
b. Nadi: 132x/menit
c. Suhu:36,5 C
d. Pernafasan:40 x/menit
Saat lahir Saat ini
Berat badan 900
Panjang badan 31
Lingkar kepala
Lingkar dada
lila
4. Tonus/aktivitas
a. Aktivitas bayi: Bayi merintih
b. Kulit: kemerahan
c. Lanugo : Ada
d. Vernik caseosa: Tidak ada
5.Kepala/leher
Inspesksi
Kepala: Bersih. Persebaran rambut merata
Bentuk kepala: Normal
Gambaran wajah: Simetris
Palpasi
Fontanel anterior: Lunak
Sutura sagitalis: Tepat
Molding: Tidak

6.Mata
Inspesksi
a. Pelpebra : Tidak edema, Tidak radang.
b. Skelra : Normal
c. Conjungtiva : Tidak anemis
d. Pupil : Isokor, Myosis, terdapat reflek pupil terhadap cahaya
e. Posisi mata : Simetris antara kanan dan kiri
f. Gerakan bola mata : Baik
g. Penutupan kelopak mata : Normal tidak ada kelainan
h. Keadaan bulu mata : Persebaran merata
Palpasi
Tekanan bola mata: Lunak

7.Hidung & sinus


Inspeksi
a. Posisi hidung : Simetris
b. Bentuk hidung : Simetris terdapat lubang hidung pada kanan dan kiri
c. Keadaan septum :-
d. Secret/cairan : tidak terdapat cairan

8.Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : Simetris
b. Bentuk telinga : Baik, Normal
c. Lubang telinga : Baik, Normal
Palpasi
Nyeri Tekan : Tidak terdapat nyeri tekan

9.Mulut
Inspeksi
a. Lidah : Tidak kotor
b. Bibir : Tidak ada sianosis, bibir kering

10. Leher
Inspeksi
Kelnjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Palpasi
Kaku kuduk : Tidak ada
Kelenjar limfe : Tidak membesar

11. Thorax dan pernafasan


Inspeksi
a. Bentuk dada : Simteris
b. Irama pernafsan : Teratur
c. Pengembangan di waktu bernafas : Ada
Palpasi
Vocal vemetus:
Massa/nyeri:
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara nafa tambahan : Tidak ada

12. Jantung
Palpasi
Ictus cordis:
Perkusi
Pembesaran jantung
Auskultasi
BJ I:
BJ II:
BJ III:
13. Abdomen
Inspeksi
Membuncit : Tidak terdapat pembuncitan
Ada luka/ tidak : Tidak terdapat luka
Lingkar perut :-
Palpasi
Hepar:
Lien:
Nyeri tekan: Tidak terdpat nyeri tekan
Auskultasi:
Peristaltic:
Perkusi:
a. Tympani
b. Redup

14. Genetalia : Normal berjenis kelamin perempuan


15. Anus : paten
16. Ekstermitas
a. Semua gerak ekstermitas: Tidak ada kelemahan anggota gerak
b. Ekstermitas atas dan bawah : Simteris. Terpasang IV plug ditangan sebelah
kiri.

X. PEMERIKSAAN REFLEK PATOLOGIS


a. Fisiologis
Moro ( ) Menggegam ( ) Menghisap (V ( lemah) Rooting ( )
B. Patologis
Babinsky ( ) Chaddock ( ) Oppengeim ( ) Gordon ( ) Schaeffer ( ) Hoffman ( ) Tromner
(V)
XI. INFORAMASI LAIN
XII. PEMERIKASAAN LABORATORIUM dan PENUNJANG
Pada tanggal:
Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
Glukosa/Gula Darah 80-140 mg/dl

Hematologi
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
IM -
IT -
XIII. ANALISA DATA
Nama Klien : By.Ny.p Ruang : PICU NICU
No. RM : 00592444 Mahasiswa : Rahmadi

No. Hari/ Data Problem Etiologi TTD


Tanggal
1. DS : - Pola Nafas Tidak Imaturitas neurologis
Efektif (D.0005)
DO :
- Terdapat retraksi dinding dada
- Tampak sianosis
- Terpasang O2 CPAP dg FrO2 25%
PEEP 5
- RR : 44 x/menit
- SpO2: 95%

2. DS: - Menyusui Tidak Efektif Hambatan pada neonates


(D.0029) (Prematuritas)
DO:
- Bayi di inkubator
- BB: 900 gram
- Telah diberikan sufor/ASI:

3. DS: - Risiko Hipotermi Prematuritas


(D.0140)
DO:
- Bayi lahir premature
- Bayi di incubator
- Bayi tampak sedikit pucat
- S: 36,5℃
IX . Prioritas Masalah
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Imaturitas neurologis
2. Menyusui Tidak Efektif b.d hambatan neonates (Prematuritas)
3. Resiko Infeksi
X. Rencana Keperawatan
Nama Klien : By.Ny.F Ruang : PICU NICU
No. RM : 00592444 Mahasiswa : Rahmadi
No. DPHari/Tanggal Diagnosa SLKI SIKI TTD
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d Keperawatan 3 x 8 jam diharapkan (I.01011)
Imaturitas “Pola Nafas Tidak Efektif” dapat - Monitor pola napas
neurologis teratasi dengan kriteria hasil : - Pertahankan
kepatenan jalan napas
Pola Nafas (L.01004) - Berikan oksigen
Indikator Awa Akhir - Kolaborasi dengan
l dokter
Penggunaan otot 2 4
bantu napas
Frekuensi nafas 2 4

2. Menyusui Tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


Efektif b.d Keperawatan 3 x 8 jam diharapkan (I.03119)
hambatan “Menyusui Tidak Efektif” dapat teratasi - Identifikasi status
neonates dengan kriteria hasil : nutrisi
(Prematuritas) - Berikan nutrisi sesuai
Status menyusui L.03029 kebutuhan pasien
Indikato Awal Akhir - Edukasi ibu untuk
r meningkatkan
Berat 2 4 produksi ASI
badan - Kolaborasi dengan
bayi ahli gizi
Intake 2 4
bayi
3. Risiko Hipotermi Setelah dilakukan tindakan Regulasi Temperatur
Keperawatan 2 x 8 jam diharapkan (I.14578)
“Risiki Hipotermi” dapat teratasi - Monitor suhu bayi
dengan kriteria hasil :
sampai stabil (36,5
Termoregulasi (L.14134): ℃ -37,5℃)
- Monitor warna dan
Indikator Awal Akhir
suhu kulit
Pucat 3 4
- Monitor dan catat
Suhu tubuh 3 4
tanda dan gejala
hipotermia
- Pertahankan
kelembaban incubator
50% atau lebih untuk
mengurangi
kehilangan panas
- Atur suhu incubator
sesuai kebutuhan
XI. Evaluasi
Nama Klien : By.Ny.p Ruang : PICU NICU
No. RM : 00592444 Mahasiswa : Rahmadi
No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi TTD
DP
1. 12.15 - Memonitor pola napas S:-
- Mempertahankan
kepatenan jalan napas O:
12.30 - Memberikan oksigen - Terdapat retraksi dinding dada
- Terdapat sianosis
- Terpasang O2 CPAP dg FrO2 25% Rahmadi
PEEP 5
- RR : 44
- SpO2: 96%

A: Masalah Pola Nafas Tidak Efektif


belum teratasi
Indikator Awa Akhir
l
Penggunaan otot 2 4
bantu napas
Frekuensi nafas 2 4

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen

2. 12.30 - Mengidentifikasi status S: -


nutrisi
- Memberikan nutrisi sesuai O:
12.40 kebutuhan pasien - Bayi di inkubator
- Mengedukasi ibu untuk - BB: 900 gram
meningkatkan produksi - Sonde 2cc/jam Rahmadi
ASI
- Kolaborasi dengan ahli A: MasalahMenyusui Tidak Efektif
gizi belum teratasi

Indikato Awal Akhir


r
Berat 2 4
badan
bayi
Intake 2 4
bayi

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi status nutrisi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan
pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi
3. 12.25 - Memonitor suhu bayi S: -
sampai stabil (36,5 ℃ -
37,5℃) O:
- Bayi lahir premature
- Memonitor warna dan
- Bayi di incubator
suhu kulit - Bayi tampak sedikit pucat Rahmadi
- Memonitor dan catat - S: 36,5℃
12.30 tanda dan gejala
hipotermia A: Masalah Risiko Hipotermia belum
- Mempertahankan teratasi
Indikator Awal Akhir
kelembaban incubator
13.00 Pucat 3 4
50% atau lebih untuk
Suhu tubuh 3 4
mengurangi kehilangan
panas P: Lanjutkan intervensi
- Mengatur suhu incubator - Monitor suhu bayi sampai stabil
sesuai kebutuhan (36,5 ℃ -37,5℃)
- Monitor warna dan suhu kulit
- Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia
- Pertahankan kelembaban incubator
50% atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas
- Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan

1. 15.00 - Memonitor pola napas S:-


- Mempertahankan
15.05 kepatenan jalan napas O:
- Memberikan oksigen - Terdapat retraksi dinding dada
- Terpasang O2 CPAP dg FrO2 25%
PEEP 5 Rahmadi
15.15 - RR : 42
- SpO2: 98%

A: Masalah Pola Nafas Tidak Efektif


teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Capaian
Penggunaan 2 4 2
otot bantu
napas
Frekuensi napas 2 4 3

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen

2. 17.00 - Mengidentifikasi status S: -


17.15 nutrisi
- Memberikan nutrisi sesuai O:
kebutuhan pasien - Bayi di inkubator
17.30 - Mengkolaborasi dengan - BB: 900 gram
ahli gizi - Sonde 1-3cc/jam Rahmadi

A: Masalah Menyusui Tidak Efektif


teratasi sebagian

Indikator Awal Akhir Capaian


Berat badan 2 4 2
bayi
Intake bayi 2 4 3

P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi status nutrisi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan
pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi

3. 17.10 - Memonitor suhu bayi S: -


sampai stabil (36,5 ℃ -
37,5℃) O:
- Bayi lahir premature
- Memonitor warna dan
- Bayi di incubator
suhu kulit - Bayi tampak sedikit pucat Rahmadi
- Memonitor dan catat - S: 36,5℃
tanda dan gejala
17.15 A: Masalah Risiko Hipotermia teratasi
hipotermia
Indikator Awal Akhir Capaian
- Mempertahankan Pucat 3 4 4
kelembaban incubator Suhu tubuh 3 4 4
50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan P: Hentikan intervensi
panas
- Mengatur suhu incubator
sesuai kebutuhan

1. 20.00 - Memonitor pola napas S:-


- Mempertahankan
20.15 O:
kepatenan jalan napas - Terdapat retraksi dinding dada
- Memberikan oksigen - Terpasang O2 CPAP dg FrO2 25%
PEEP 5 Rahmadi
20.18 - RR : 43
- SpO2: 99%

A: Masalah Pola Nafas Tidak Efektif


teratasi sebagian
Indikator Awal Akhir Capaian
Penggunaan 2 4 2
otot bantu
napas
Frekuensi napas 2 4 3

P: Lanjutkan intervensi
- Monitor pola napas
- Pertahankan kepatenan jalan napas
- Berikan oksigen

2. 20.20 - Mengidentifikasi status S: -


20.30 nutrisi
- Memberikan nutrisi sesuai O:
20.35 kebutuhan pasien - Bayi di inkubator
- Mengkolaborasi dengan - BB: 900 gram
05.00 ahli gizi - Sonde 1-3cc/jam Rahmadi

A: Masalah Menyusui Tidak Efektif


teratasi sebagian

Indikator Awal Akhir Capaian


Berat badan 2 4 2
bayi
Intake bayi 2 4 3
P: Lanjutkan intervensi
- Identifikasi status nutrisi
- Berikan nutrisi sesuai kebutuhan
pasien
- Kolaborasi dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA

1. Markus OMM, Yudiernawati A, Sutriningsih A. Pengaruh Penyuluhan Terhadap


Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Nutrisi Pada Bayi Di Posyandu Dermo. J Nurs
News. 2017;XI(1):31–7.
2. Richard SD. Keterampilan Ibu Dalam Deteksi Dini Tumbuh Kembang Terhadap Tumbuh
Kembang Bayi. 2018;6(1):63–73.
3. Meriyani DA, Tangkas NMKS, Sujana IW, Ratnadi NNA. Peningkatan Pengetahuan Ibu
dalam Pemberian Mp-ASI sebagai Upaya Peningkatan Tumbuh Kembang Bayi dan
Balita. J Peduli Masy. 2021;3(1):17–26.
4. Putro N saputri. Pentingnya Manfaat Pijat Bayi Pada Bayi Usia 0-12 Bulan. Din J
Pengabdi Kpd Masy. 2019;3:49–52.
5. PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DFP PPNI.
6. PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DFP PPNI.
7. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DFP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai