Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANANBAYI BARU LAHIR

PADA BAYI NY. N DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANGAN PERINATOLOGI RSUD UNDATA

OLEH :

RUHANA

NIM : P07124323083

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA

TAHUN 2024
LPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP TEORI

1. PENGERTIAN
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentase belakang kepala
melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan 37 minggu sampai dengan
42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat
bawaan. (Widya Juliarti, 2022).
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru saja dilahirkan dengan usia 0-28 hari.
(Rateh Wijayanti, RSUP Fatmawati,2023).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gr sehingga WHO mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR
(1500 - 2499 gram), BBLSR (1000 - 1499 gram), BBLER (<1000 gram).
Menurut Saifuddin (2001), bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2449 gram).
Sedangkan menurut Depkes RI (1996) bayi berat lahir rendah ialah bayi lahir dengan
berat lahir 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan lamanya kehamilan ibunya (
Wahyuni, 2015: 154-155).

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga
kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan. Namun
penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur. Semakin
muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat
terjadi. Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara
umum :
a. Faktor fetal
1) Kehamilan kembar
2) Gawat janin
3) Eritroblastosis
4) Faktor genetik, kelainan bawaan dan kelainan kromosom
5) Infeksi bawaan seperti rubela dan CMV
b. Faktor Maternal
1) Hipertensi
2) Preeklampsia dan eklampsia
3) Penyakit kronis dan penyakit infeksi
4) Malnutrisi
5) Merokok
6) Penyalahgunaan obat terlarang
7) Faktor maternal lain, seperti usia, paritas, dan status ekonomi yang rendah
c. Faktor Uterus
1) Uterus bicornis
2) Servik inkompeten
d. Faktor Plasenta
1) Plasenta previa
2) Solusio plasenta
3) Insufisiensi plasenta
4) Berbagai masalah anatomis, seperti infark multiple, trombosis vaskuler
umbilikal dan hemangioma
Faktor lainnya, seperti ketuban pecah dini dan oligohiramnion. (Proverawati dan
Sulistyorini, 2010 : 5-6).

3. GEJALA /TANDA

a. Bayi tidak mau menyusu atau muntah


b. Kejang
c. Lemah
d. Sesak nafas
e. Rewel
f. Pusar kemerahan
g. Demam
h. Suhu tubuh dingin
i. Diare
j. Bayi kuning
( Muslihatun,2010 hal 46).

4. PENATA LAKSANAAN /TAHAPAN KERJA


BBLR adalah bayi yang beratnya kurang dari 2500 gram oleh karena ibu
bayi berat lahir rendah memiliki asuhan khusus yaitu :
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan kuat karena BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh harus dipertahankan dengan kuat.
b. Mencegah infeksi dengan kuat karena BBLR sangan rentan dengan infeksi,
perhatikan pencegahan infeksi seperti mencuci tangan sebelum menyentuh bayi.
c. Pengawasan Nutrisi atau ASI, refleks menelan BBLR belum sempurna oleh karena
itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
. Pemberian nutrisi enteral lebih dianjurkan daripada pemberian total parenteral
nutrition (TPN), karena yang pertama menghindari komplikasi yang terkait dengan
vaskular catheterization, sepsis, dampak buruk TPN, dan puasa. Nutrisi parenteral
awal pada BBLR tetap dibutuhkan, terutama untuk bayi BBLSR dan BBLASR, dan
harus digunakan sebagai tambahan untuk nutrisi enteral (Dutta et al., 2019).
Nutrisi enteral dalam bentuk trophic feeding diberikan dalam waktu 48 jam
pertama. Pemberian nutrisi enteral dini pada bayi prematur tidak berhubungan
dengan meningkatnya risiko enterokolitis nekrotikan (EKN). Pemberian nutrisi
enteral harus hati-hati pada kondisi hipoksia atau penurunan aliran darah usus, seperti
hipoksia-iskemik usus, hipoksemia persisten berat, hipotensi, penurunan aliran darah
usus halus akibat persistent ductus arteriosus (PDA) dan penurunan sementara aliran
darah arteri mesenterika superior akibat pemberian indometasin dosis tinggi melalui
intravena (IDAI, 2020).
Hal serupa juga diperoleh dalam sebuah penelitian yang dilakukan di ruang
NICU Rumah Sakit Xinhua. Dukungan nutrisi dirancang untuk memenuhi kebutuhan
untuk pemeliharaan dan untuk mencapai pertumbuhan normal. Penting untuk
memberikan nutrisi yang adekuat tidak hanya pada minggu-minggu pertama
kehidupan, tetapi selama bayi berada di rumah sakit, dan bahkan ketika dipulangkan
ke rumah. Asupan nutrisi yang tidak adekuat dapat memperparah kejadian
extrauterine growth retardation (EUGR) (Hu et al., 2021).
Salah satu komplikasi yang paling ditakuti dari pemberian makanan enteral pada
bayi prematur adalah risiko NEC; ini menjadi pusat perhatian berdasarkan studi yang
dipublikasikan di The Lancet pada tahun 1990. Dalam studi ini, NEC lebih umum
terjadi pada bayi prematur yang diberi susu formula dibandingkan dengan bayi diberi
ASI. Dalam studi diterbitkan, tidak ada peningkatan risiko NEC dengan pemberian
makanan enteral cepat atau dini dari ASI atau susu formula dibandingkan dengan
pengenalan makanan enteral yang lambat atau tertunda pada bayi BBLR.
Selanjutnya, makanan enteral telah ditemukan untuk membantu perkembangan usus
dan menurunkan risiko infeksi dan sepsis (Kumar et al., 2021).
Jenis nutrisi untuk BBLR yang menjadi pilihan utama adalah air susu ibu (ASI)
dari ibu kandung bayi. Manfaat penting yang ditemukan adalah untuk kematian
(pengurangan 18%), infeksi parah atau NEC (pengurangan 60%), dan (5,2 poin lebih
tinggi) terkait dengan pemberian susu ibu sendiri dibandingkan dengan Formula
(WHO, 2011). Apabila bayi tidak dapat diberikan ASI, maka bayi dpat diberikan ASI
donor. Bila ASI atau ASI donor tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
tumbuh kejar bayi <32 minggu atau <1500 gram, maka dapat ditambahkan Human
Milk Fortifier (HMF).
Untuk bayi yang tidak dapat diberikan ASI atau ASI donor maka dapat diberikan
susu formula prematur pada bayi dengan usia gestasi <32 minggu atau berat lahir
<1500 gram. Sedangkan pada bayi dengan usia gestasi ≥32 minggu atau berat lahir
≥1500 gram dapat diberikan susu formula standar. Pemilihan jenis formula juga
ditentukan oleh target kejar tumbuh dan kemampuan minum bayi (IDAI, 2020).
Menurut Dutta, ASI atau kolostrum dari ibu kandung bayi adalah pilihan utama.
Diutamakan dalam keadaan segar atau bila tidak memungkinkan dapat berupa ASI
perah yang dibekukan. Pilihan kedua adalah ASI donor, dan pilihan ketiga adalah
susu formula prematur (Dutta et al., 2020).
Cara pemberian nutrisi pada bayi prematur memperhatikan kematangan fungsi
oral yaitu kemampuan mengisap serta koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas :
a. Oral
Sebelum memberikan nutrisi per oral harus dipastikan bayi mempunyai
kemampuan koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas yang baik. Metode
pemberian nutrisi oral dapat dengan menyusu atau dengan cup feeder . Menyusui
merupakan metode yang paling dianjurkan. Apabila menyusui tidak
memungkinkan, alternatifnya adalah dengan menggunakan cup feeder atau
dengan sendok. Pemberian nutrisi dengan menggunakan cup feeder dapat
mengurangi risiko infeksi seperti diare (WHO, 2019).
b. Enteral
Pemberian nutrisi enteral diindikasikan pada bayi prematur <32–34
minggu, bayi prematur dengan kemampuan mengisap, menelan dan/atau
bernapas yang belum baik, bayi prematur tidak bisa mendapat nutrisi per oral
karena kondisi medis atau sebagai suplementasi nutrisi oral yang tidak adekuat.
Sebelum memulai nutrisi enteral pastikan saluran cerna dan kondisi
hemodinamik baik.
Nutrisi enteral dapat diberikan melalui NGT (nasogastric tube) atau OGT
(orogastric tube). Kedua rute ini mempunyai keuntungan dan kerugiannya
masing- masing. NGT lebih mudah untuk difiksasi dibandingkan OGT, namun
neonatus bernapas melalui hidung dan NGT dapat menyebabkan obstruksi
hidung parsial, meningkatkan resistensi jalan napas dan meningkatkan usaha
yang dibutuhkan untuk bernapas. Kekurangan OGT adalah pergerakan
berlebihan dari OGT bisa menyebabkan trauma mukosa mulut dan dapat
meningkatkan insiden apnea dan bradikardi karena stimulasi vagal. Namun,
sampai saat ini tidak ada perbedaan yang bermakna antara OGT dan NGT, baik
dalam hal peningkatan berat badan dan efek samping. Pada bayi prematur yang
menggunakan continous positive airway pressure (CPAP) atau alat bantu napas
lain melalui hidung, lebih dipilih penggunaan OGT.
c. Parenteral
Apabila nutrisi bayi tidak dapat memenuhi target dari pemberian per
enteral, maka pemberian nutrisi dapat dilakukan dengan cara parenteral.
Pemberian nutrisi parenteral dapat didefinisikan sbagai pemberian nutrisi
melalui pembuluh darah vena. Pemberian nutrisi parenteral hanya dilakukan
apabila pemberian nutrisi tidak dapat dilakukan, tidak memenuhi target atau
apabila pemberian nutrisi enteral dirasa berbahaya (misalnya pada bayi yang
mengalami gangguan sistem pencernaan). Hal ini sesuai dengan artikel yang
ditulis oleh Dutta, bahwa pemberian nutrisi per enteral harus ditunda pada bayi
dengan obstruksi usus, atau memiliki gejala obstruksi usus atau illeus (Dutta et
al., 2015).
Nutrisi parenteral agresif harus diberikan pada bayi prematur dengan usia
gestasi <32 minggu dan atau berat lahir <1500 gram segera setelah terpenuhi
kriteria. Penelitian menunjukkan bayi prematur yang mendapat nutrisi parenteral
dalam 24 jam pertama kehidupan mempunyai skor indeks perkembangan mental
(Mental Development Index,MDI) yang lebih tinggi (IDAI, 2016).
Adapun Frekuensi dan Volume dalam pemberian minum dengan cara
Trophic feeding diberikan dalam waktu 48 jam pertama diusahakan ASI segar.
Pemberian minum (feeding) yang sudah baik dinilai dengan istilah full feed
(WHO, 2011).
Tabel 1
Pemberian Cairan Awal Neonatus
Premature Dismatur
HARI I 60 ml/Kg BB/hari 60 ml/Kg BB/hari
HARI II 110 ml/Kg BB/hari 90 ml/Kg BB/hari
HARI III 120 ml/Kg BB/hari 120 ml/Kg BB/hari
HARI IV 140 ml/Kg BB/hari 150 ml/Kg BB/hari
HARI V 160 ml/Kg BB/hari 150 ml/Kg BB/hari
HARI VI 180 ml/Kg BB/hari 150 ml/Kg BB/hari
HARI VII 200 ml/Kg BB/hari 150 ml/Kg BB/hari

Target nutrisi enteral penuh (full feed), yaitu 150-180 ml/kg/hari, dimana :
a. Bayi dengan usia gestasi ≥28 minggu atau berat lahir >1500 gram, diusahakan
dicapai dalam waktu 7–10 hari
b. Bayi dengan usia gestasi <28 minggu atau berat lahir <1000 gram, diusahakan
dicapai dalam waktu maksimal 14 hari. (IDAI, 2016)
d. Penimbangan ketat, perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih, pertahankan
suhu tetap hangat
f. Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.
g. Tali pusat dalam keadaan bersih.
h. Beri minum dengan sonde atau tetes dengan pemberian ASI
i. Bila tidak mungkin infus dekstrose 10% + bicarbornas natricus 1,5% = 4:1, hari 1 =
60 cc/kg/hari (kolaborasi dengan dokter) dan berikan antibiotik (Yeyeh, 2012 : 245-
255).
Selain penatalaksanaan BBLR yang diatas terdapat pula kangaroo mother
care(KMC). KMC adalah perawatan bayi baru lahir dengan melekatkan bayi di dada ibu
(kontak kulit bayi dan kulit ibu) sehingga suhu tubuh ibu tetap hangat. Syarat KMC
adalah bayi berat lahir rendah yang stabil (sudah bernafas dengan spontan dan tidak
memiliki kesehatan yang serius). Tanda-tanda berat bayi lahir rendah (BBLR) yang
memerlukan KMC adalah sebagai berikut :
a. Tubuh bayi dingin (suhu badan di bawah 36,5 derajat celcius).
b. Bayi menjadi gelisah, mudah terangsang, lesu dan tidak sadarkan diri, demam (suhu
badan di atas 37,5 derajar celcius).
c. Bayi malas menyusu, tidak minum dengan baik,muntah- muntah.
d. Bayi kejang
e. Mengalami kesulitan bernafas, yaitu nafas lebih cepat (lebih dari 60 kali permenit
dan mengalami berhenti napas selama 20 detik)
f. Diare atau mencret
g. Kulit tampak kuning atau biru, terutamapada mulut/ bibi bayi
h. Menunjukkan gejala lain yang mengkhwatirkan (Proverawati,2010:64).
Adapun keuntungan dan manfaat KMC adalah suhu tubuh bayi tetap normal,
mempercepat pengeluaran air susu ibu (ASI) dan meningkatkan keberhasilan menyusui,
perlindungan bayi dari infeksi, berat badab bayi cepat naik, stimulasi dini, kasih
sayang, mengurangi biaya rumah sakit karena waktu perawatan yang pendek, tidak
memerlukan inkubator dan efisiensi tenaga kesehtan (Proverawati, 2010 : 64).
Perawatan metode kangguru di bagi menjadi /dua yaitu :
a. KMC intermiten, yaitu KMC demgan jangka waktu yang pendek (perlekatan lebih
dari satu jam per hari) dilakukan saat ibu berkunjung KMC ini diperuntukkan bagi
bayi dalam proses penyembuhan yang masih memerlukan pengobatan medis (infus,
oksigen). Tujuan KMC intermiten adalah untuk perlindungan bayi dari infeksi.
b. KMC kontinu, yaitu KMC dengan jangka waktu yang lebih lama dari pada KMC
intermiten. Pada metode ini perawatan bayi dilakukan selama 24 jam sehari
(Proverawati, 2010 : 64).
Cara Perawatan Metode Kangguru
Gambar (Metode Kangguru)

Sumber : Kemenkes RI, 2010: 47-48


a. Cuci tangan, keringkan dan gunakan gel hand rub
b. Ukur suhu tubuh bayi dengan termometer
c. Pakaikan baju kangguru pada ibu
d. Bayi dimasukkan dalam posisi kangguru, menggunakan topi,
e. Popok kaos kaki yang telah dihangatkan terlebih dahulu
f. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan langsung ke
kulit ibu dan pastikan kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. Posisikan bayi
dengan siku dan tungkai tertekuk, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan
kepal agak sedikit mendongak
g. Dapat pula ibu memakai baju dengan ukuran besar dan bayi diletakkan di antara
payudara ibu, baju di tangkupkan, kemudian ibu memakai selendang yang
dililitkan di perut ibu agar bayi tidak jauh
h. Setelah posisi bayi baik, baju kangguru diikat untuk menyangga bayi selanjutnya ibu
bayi dapat beraktifitas seperti biasa sambil membawa bayinya dalam posisi tegak
lurus di dada ibu (skin to skin contact) seperti kangguru (Proverawati, 2010 : 65).

Skor PMK

( sumber : undata )
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. 2023. Low Birthweight.


Endah Wahyuni1, Rohaya2, Eka Afrika3. (2023). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Ak.Gani Kota Palembang.
Jurnal Ilmiah Obsgin. Volume 15, 512. https://stikes-nhm.e-journal.id/OBJ/index. 29 maret
2023.

Widya Juliarti. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal di PMB Hasna Dewi
Pekanbaru Tahun 2021. Vol 2, no 1. https://doi.org/10.25311/jkt/Vol2.Iss1.559. 07 Januari
2022.
Rateh Wijayanti. (2023). Perawatan Bayi Baru Lahir: Kementerian Kesehatan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Octa, Dkk. Manajemen Termoregulasi Untuk Mencegah Kejadian Hipotermia Pada Pasien
Neonatus Yang Menjalani Operasi Gastroschisis.MEDICINA 2018, Volume 70 (Diakses
Tanggal 23 Februari 2019 Pukul 20.00 wita.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


2010.

Rochmah, Dkk. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta: EGC.
2011.

Muslihatun, Wafi. Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan balita.Yogyakarta: Fitramaya.

World Health Organization (WHO).Comprehensive Implementation Plan on Maternal,Infant And


Young Child Nutriotion. Swiss: WHO Document Production Service,2020
Palu, 29 Januari 2024

Mahasiswa Pembimbing Lahan/ Ci

(Murni) ( Ni Wayan Sunarti, S.ST)


NIM.P07124323069 NIP.19790917 200212 2 005

Pembimbing Akademik

( Mercy Joice K, SKM.,M.Kes )


NIP.198004302001 122001

Anda mungkin juga menyukai