Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

U DENGAN

BBLR

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

WINDA VERATAMI PURBA


200202065

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BBLR merupakan salah satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap
kematian bayi khususnya pada masa parinatal. Selain itu bayi BBLR dapat mengalami
gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan
biaya keperawatan yang tinggi. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) hingga saat ini masih
merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian
pada masa bayi baru lahir. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita
berhubungan dengan faktor banyaknya bayi dengan berat badan lahir rendah(BBLR). BBLR
termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus,
bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan nya dimasa
depan(Atikah dan Cahyo, 2010). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sholihah, dkk.
(2014) padasuku Tengger menyebutkan adanya budaya tabu makanan saat hamil,
yaitupadajenisbuah-buahan, lauk,sayuran,makanan di anggappanasdantidak lazim seperti
kembar atau dempet. Budaya tabu terhadap makanan juga mempengaruhi zat gizi dari makan
yang di peroleh ibu hamil. Kebutuhan zat gizi meningkat ketika saat hamil dan tabu makanan
dapat memperparah kejadian kurang gizi saat kehamilan. Bila tabu makanan dilakukan
dengan ketat maka dapat mempengaruhi zat gizi ibu saat hamil dan dapat terjadi defisiensi zat
gizi (Sholiha, dkk, 2014).
Resiko terbesar BBLR adalah wanita yang melahirkan pada usia remaja (Atikah dan Cahyo,
2010). Umur ibu merupakan salah satu factor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat
lahir rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia di bawah 20 tahun dan
pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat, kejadian terendah adalah pada
usia ibu hamil antara 26-30 tahun(Atikah dan Cahyo, 2010). Berdasarkan WHO (2010)
prevalansi bayi berat lahir rendah di perkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan
batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara – negara berkembang atau sosio-
ekonomi rendah. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan
daerah lain, yaitu berkisar antara 9% - 30%, hasil studi di 7 daerah multicenter di peroleh
angka BBLR dengan rentang 2,1% - 17,2%. Saat ini BBLR memang masih menjadi faktor
penyabab paling banyak angka kematian bayi (AKB).Karena itu setiap tahun dinkes
menargetkan adanya penurunan AKB. Salah satunyamenyosialisasikan penanganan bayi baru
lahir. Bardasarkan data dinas kesehatan, tahun 2017 AKB mencapai 77 orang. Bila di rata-
rata perbulan, ada sembilan hingga sepuluh bayi yang mininggal setiap bulan. Komplikasi
yang di alami bayi dengan berat lahir rendah meliputi asfiksia, aspirasi atau gagal bernafas
secara spontan dan teratur sesaat atau beberapa menit setelah lahir, hipotermia atau gangguan
termoregulasi, gangguan nutrisi dan resiko infeksi.Masalah pada bayi dengan berat badan
lahir rendah juga meliputi permasalahan pada system pernafasan, susunan syaraf pusat,
kardiovaskuler, hematologi, gastrointestinal, ginjal dan termoregulasi (Atikah dan Cahyo,
2010).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana asuhan keperawatan pada bayi dengan diagnosa medis berat bayi lahir
rendah?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFENISI
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang di lahirkan dengan berat badan kurang
dari 2500 gram (H. Nabiel ridha, 2017). Menurut WHO (1961), istilah bayi prematur diganti
dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur (Winkjosastro,
2009). Bayi Berat badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Sugeng (2012) Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1) Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan


Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK)
2) Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
tersebut (KMK).Berat badan kurang dari seharusnya yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Devinisi (SD) (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc.
Lean).
3) Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berlahir
rendah dibedakan dalam:
(1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499 gram.
(2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
(3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat badan lahir < 1000 gram.

2.2 Definisi pertumbuhan dan perkembangan


1) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolic
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
2) Perkembangan (development) adalah tambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramaikan, sebagai
hasil dari proses pematangan (dr. Soetjiningsih, SpAk, 2009).

Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup b u l a n
( p r e m a t u r ) d i s a m p i n g i t u j u g a d i s e b a b k a n dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilannya,yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain
yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuha n janin tidak mengalami hambatan, dan
selanjutnya akan melahirkan bayid e n g a n berat normal. Dengan kondisi
k e s e h a t a n y a n g b a i k , s i s t e m reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi
 
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih b e s a r
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
y a n g sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih
lagi bila ibu menderita anemia.

2.3. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak


1) Pre natal
(1) Geminal : konsepsi ± 8 minggu
(2) Embrio : 2-8 minggu
(3) Fetal : 8 ± 40 minggu
2) Bayi
(1) Neonatus : lahir ± 1 bulan
(2) Bayi : 1 bulan -12 bulan
3) Anak-anak awal
(1) Toddler : 1 - 3 th
(2) Pra sekolah : 3 - 6 th
4)Anak-anak tengah/sekolah : 6 -12 th
5)Anak-anak akhir:
(1) Pra pubertas : 10 -13 th
(2) Remaja : 13 ± 19 th

2.4 Tahapan pertumbuhan bayi


Tahapan pertumbuhan pada bayi menurut (Sulistyawati, 2014) adalah :
1) Panjang badan
Penentuan tinggi badan neonatus menggunakan istilah panjang badan, dengan pemahaman
bahwa metode pengukuran tinggi badan dilakukan dengan neonatus dengan posisi berbaring.
2) Berat badan
Bayi baru lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada hari ke 10. Kenaikan
berat badan bayi jika didapatkan gizi yang baik.
3) Ubun-ubun
Kepala bayi dibentuk oleh beberapa lempeng tulang, antara lain tulang oksipital satu buah di
bagian belakang kepala, tulang parietalis sebanyak 2 buah yang berada di bagian kanan dan
kiri, tulang frontalis sebanyak 2 buah yang berada di bagian depan kepala. Tulang-tulang
yang belum tersambung itu terdapat celah yang di sebut sutura.
4) Lingkar kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir ukuran MO : 35 cm, SOB : 33 cm, FOB : 34 cm rata-rata 34
cm. Besarnya lingkar kepala lebih besar dari pada lingkar dada.

5) Gigi
Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian besar mempunyai 6-
8 gigi susu. Selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 buah, sihingga jumlah seluruhnya sekitar
14-16 gigi, dan pada umur 2,5 tahun sudah terdapat 20 gigi susu.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan menurut Dr.


Soetjiningsih, (2009) :
1) Faktor genetik
Faktor genetic, merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui intruksi genetic yang terkandung dalam sel telur yang di buahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan
pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan paktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan,sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan
lingkungan setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
3) Lingkungan perinatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi
pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis

Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara
lain yaitu :

1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia.
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty.
10. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :

1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 02 Dsember 2020 jam 08.00 WIB

1. Identitas Data
a. Nama : By. Ny. M
b. Alamat : Jembangan Kec. Sukolilo Kab. Pati
c. Tanggal Lahir/ Umur : 02 Dsember 2020 /1 Hari
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Agama : Islam
f. No. Register :
g. Tanggal Masuk/ Jam : 02 Dsember 2020 jam 15.00
h. Diagnosa Medis : Neonatus Preterm, BBLSR, Asfiksia Berat,
Neonatus Infeksius

Nama Penanggung Jawab

a. Nama Ayah : Tn. E


b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. M
e. Pendidikan : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

2. Keluhan Utama
Bayi menangis lemah, reflek hisap belum ada, berat bayi lahir sangat rendah
yaitu 1060 gram.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 02 Dsember 2020 di RSUD Kota Semarang secara
spontan diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain
itu setelah lahir bayi tidak langsung menangis dengan nilai apgar score yaitu 4-5-6
(asfiksia sedang), oleh karena itu bayi sekarang dipindah keruang Perinatologi untuk
mendapat tindakan lebih lanjut.
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Pre Natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya di bidan tiap
2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit kehamilan
TORCH. G : 3 P : 1 A : 2.

b. Intra Natal
Bayi lahir secara spontan di usia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan
ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir pada jam
16. 45 WIB. Panjang lahir 34 cm dan berat lahir 1060 gram.

c. Post Natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menangis dan langsung dipasang kanul O2
dengan resusitasi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6, keadaan lemah,
nafas tidak teratur.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Genogram

Keterangan

= Laki-laki = Pasien

= Perempuan = Tinggal serumah

6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Saat ini klien diwarat diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali
ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.

b. Hubungan dengan Keluarga


Ibu klien bisa mengunjungi, melihat, dan menyentuh bayinya saat berkunjung
mskipun bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak boleh melihat bayinya
karena sudah aturan dari pihak rumah sakit.

7. Pola Sehari-hari
a. Nutrisi dan Metabolisme
Saat ini pasien mendapat diit susu formula khusus BBLR 3 jam sekali sekitar 30
cc melalui selang OGT

b. Eliminasi Urine dan Feses


Klien BAB ± 3-5x sehari dengan konsistensi warna hitam, lembek cair, bau khas
feses bayi. BAK menggunakan pempers dan diganti setian 6 jam sekali dan terisi
± 100 cc

c. Istirahat dan Tidur


Klien terlihat sering tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB
dan BAK, rata-rata tidur per hari yaitu 20-22 jam

d. Peran dan Hubungan


Keluarga mengatakan anak akan diasuh oleh orang tuanya sendiri, dan selama ini
ibu bayi menengok keruang perinatologi

e. Toleransi Stress dan Koping


Klien menangis saat merasa lapar, tidak nyaman, dan saat kotor

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Lemas, kurang aktif, menangis lemah,
perawatan dalam inkubator

b. Tanda-tanda Vital
- Nadi : 132 x per menit
- Pernafasan : 40 x per menit
- Suhu : 36,2°C
c. Antropometri
- Panjang Badan : 34 cm
- Berat Lahir : 1060 gram
- Lingkar Dada : 26 cm
- Lingkar Kepala : 23 cm
d. Kepala : Fontanel anterior lunak, wajah simetris,
rambut hitam

e. Mata : Simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak


ikterik

f. Hidung : Terpasang C-PAP Ventilator 2 lt/menit


g. Mulut : Reflek hisap belum ada, terpasang selang
OGT, mukosa kering

h. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada luka


i. Dada : Tidak ada luka, warna kecoklatan
j. Jantung
- Inspeksi : Tampak ictus cordis
- Palpasi : Ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi : Tak terkaji
- Auskultasi : BJ I & II regular, tidak terdengar gallop
k. Paru
- Inspeksi : Gerakan pernafasan kanan-kiri simetris,
RR : 40 x per menit

- Palpasi : Rabaan gerak pernafasan simetris


- Perkusi : Redup/ Dullness
- Auskultasi : Ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi : Pusar insersi ditengah, buncit, terpasang
infus umbilical

- Auskultasi : Peristaltik usus 18 x per memit


- Palpasi : Lunak, tidak ada pembesaran hati/limfa
- Perkusi : Tympani
m. Punggung : Bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora
belum menutupi labia minora, anus paten

o. Ekstremitas
- Atas : Lengkap, tidak ada kelainan
- Bawah : Lengkap, tidak ada kelainan, kaki kanan
terpasang SPO2, akral sedikit dingin
p. Kulit : Warna kulit coklat gelap, tidak ikterik,
turgor kulit cukup

9. Therapi
- PO Ferlin drop 1x0.3cc
- O2 nasal kanul 0.5 liter/menit
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalaui selang OGT
- Termoregulasi incubator suhu 34°C
- Infuse umbilical 5%

10. Data Penunjang


Laboratorium tanggal 16-10-2014

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hematologi

Hemoglobin 15.9 g/Dl 12.0-16.0

Hematokrit 49.50 % 37-47

Jumlah Eritrosit 4.14 /Ul 4.2-5.4

Jumlah Lekosit 24.7 /Ul 4.8-10.8

Jumlah Trombosit 249 10^3/ul 150-400

Kimia Klinik

Natrium 137.0 mmol/L 134.0-147.0

Kalium 5.30 mmol/L 3.50-5.20

Calsium 1.20 mmol/L 1.12-1.32

B. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI

1 DS : - Resiko hipotermi Jaringan lemak


DO : subkotis tipis

- Akral sedikit dingin


- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Perawatan dalam inkubator
2 DS : - Resiko Infeksi Prematuritas dan
DO : system imun yang
tidak adekuat
- Keadaan umum lemah
- Lahir premature 30 minggu
- BB 1060 gram
- Suhu tubuh 36,2°C
- Lekosit 24.7/uL
3 DS : - Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO : nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
kebutuhan tubuh mengabsorbsi
- Terpasang selang OGT nutrisi
- Reflek hisap lemah
- BB 1060 gram
- Terpasang infus umbilical
D5%
4 DS : - Ketidakefektifan Penumpukan cairan
DO : jalan nafas di rongga paru

- Terpasang ventilator
2lt/menit
- RR 40x/menit
- Perkusi paru dullness
- Auskultsi paru ronkhi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru


2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan subkotis tipis
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Prematuritas dan system imun yang tidak adekuat

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
NO KEPERAWATAN
TUJUAN TINDAKAN RASIONAL

1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Observasi - Sebagai


pola nafas tindakan TTV, acuan
berhubungan keperawatan cuping penatalaksan
dengan selama 3x24 jam hidung, aan tindakan
penumpukan cairan jalan nafas retraksi dada - Mensuplai
dirongga paru, adekuat, dengan - Berikan O2 dalam
penurunan ekspansi kriteria hasil : terapi O2 tubuh
paru 2lt/menit - Memberikan
- Pernafasan - Posisikan rasa nyaman
adekuat 16-30 klien semi klien
x/menit fowler - Jalan nafas
- Perkusi paru - Jaga tidak ada
sonor kepatenan sumbatan
- Auskultasi jalan nafas :
vesikuler suction
- Tidak ada
penumpukan
cairan di paru
2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan -Pantau suhu - Sebagai
berhubungan tindakan setiap 3 jam acuan
dengan jaringan keperawatan sekali penatalaksan
subkotis tipis selama 3x24 jam
aan tindakan
hipotermi tubuh
stabil , dengan - Mengikuti
kriteria hasil : -Atur suhu program
incubator yang
- Suhu tubuh sesuai indikasi dianjurkan
normal 36- -Hindarkan
37,5°C bayi kontak
- Akral hangat
langsung
- Bayi tidak
dengan
menggigil
sumber
dingin/panas - Menjaga
-Ganti popok kenyamanan
bila basah klien

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai


berhubungan tindakan gejala acuan
dengan keperawatan infeksi : penatalaksan
Prematuritas dan selama 3x24 tidak suhu, aan tindakan
system imun yang terjadi infeksi, lekosit,
tidak adekuat dengan kriteria penurunan
hasil : BB - Memberi
- Batasi kenyamanan
- Tidak ada jumlah
tanda tanda pada klien
pengunjung
infeksi
- Jumlah
lekosit dalam - Agar tidak
batas normal - Gunakan terjadinya
5000-10000 infeksi pada
teknik
klien
aseptic
selama
berinteraksi
dengan klien - Menjaga
- Bersihkan incubator
incubator tetap terjaga
secara kebersihann
berkala ya
- Mencegah
penyebaran
- Berikan anti infeksi
biotik sesuai
advis dokter

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah bergantung pada besara
kecilnya bayi. Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator. Bayi dengan berat lahir
rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan
berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,5 0 C s/d 370 C..
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang
dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan
secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram. Bayi dengan
berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan
melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator,
incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal
ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
observasi terhadap pernafasan lebih mudah.

Saran

- Diharapkan kepada mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat


mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dari pengertian,
patofisiologi, etiologi, manifestasi klinis maupun pencegahan serta penerapan
asuhan keperawatannya.
- Mahasiswa diharapkan lebih banyak menggali kembali tentang BBLR. Ilmu yang
didapatkan dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
- Diharapkan kepada tim kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan
bayi BBLR.

Anda mungkin juga menyukai