OLEH:
WINDA VERATAMI PURBA
202002065
A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit multi sistem kronik yang di tandai oleh
berbagai manifestasi klinis, dengan awitan penyakit umumnya pada usia 35 dan 50 tahun.
Gambaran utama adalah sinovitas inflamatorik yang biasanya mengenai sendi perifer.
Penyakit ini memiliki kecenderungan merusak tulang rawan, menyebabkan erosi tulang, dan
menimbulkan kerusakan sendi. Tangan, pergelangan tangan, dan kaki sering terkena. Timbul
nyeri yang di perburuk oleh gerakan di sertai pembengkakan dan nyeri tekan.selain itu
gejalah sinovitis, sebagian pasien memperlihatakan rasa lelah, anoreksia,lemah
otot,penurunan berat badan dan gejalah tulang otot yang samar. Kelainan di luar sendi adalah
nodus rheumatoid vaskulitis, dan gejalah pleuropulmoner (Isselbacher, et all., 1998).
Di Indonesia, prevalensi AR hanya 0,1-0,3 persen di kelompok orang dewasa dan
1:100 ribu jiwa dikelompok anak-anak. Total, diperkirakan hanya terdapat 360 ribu pasien di
Indonesia. “Walau prevalensi rendah, penyakit ini sangat progresif dan paling sering
menyebabkan cacat,” ujar Prof DR dr Harry Isbagio, SpPD-KR, Guru Besar Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Price. A Sylvia, Wilson
M. Lorraine, 2003)
Wanita tiga kali lebih sering menderita rheumatoid artritis (radang sendi) dibanding
dengan laki-laki (3:1). Penyakit ini menyerang semua etnis, dengan insiden pada orang
berusia di atas 18 tahun berkisar 0,1 persen sampai 0,3 persen, sedangkan pada anak-anak
dan remaja yang berusia kurang dari 18 tahun 1/100.000 orang.Prevelensi diperkirakan kasus
RA diderita pada usia di atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah
penduduk Indonesia. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
pria dengan rasio kejadian 3 : 1. Penyakit ini 75 % diderita oleh kaum wanita, bisa
menyerang semua sendi. Prevalensi meningkat 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun (Padip
R. Patel, 1990).
Onsetnya biasa perlahan namun bisa menjadi penyakit relaps akut atau kronis di
tandai dengan keadaan umum sakit berat. Manifestasi ekstraartikuler sangat penting untuk
menentukan morbiditas penyakit ini. Sering ditemukannya adanya riwayat penyakit serupa
dalam keluarga. Prevalensi meningkat 5 % wanita di atas usia 50 tahun (Padip R. Patel,
1990).
Membran sinovial membungkus sendi dan menahan cairan, sedangkan sinovial
sebagai pelumas. Permukaan sendi adalah tulang rawan sendi, yaitu bahan/struktur halus
yang seperti karet dan melekat ke tulang. Permukaan tulang rawan sendi tidak semulus
bantalan poros buatan manusia. Di perkirakan bahwa kekasaran tulang rawan ini berperan
dalam pelumasan sendi dengan menangkap sebagian dari cairan sinovial. Dan juga di
perkirakan sifat tulang rawan sendi yang berpori berperan dalam pelumasan sendi.
B. Tujuan
1.2.1 tujuan umum
Dengan adanya pendidikan kesehatan ini diharapkan Ny.R dapat mengetahui
tentang cara mengatasi nyeri pada gout atrithis dan menambah pengetahuan untuk
meningkatkan manajemen kesehatan.
C. Pelaksanaan
1. Topik kegiatan
Manfaat kompres hangat jahe merah terhadap penderita gout atrithis pada Ny. R
2. Sasaran kegiatan
Ibu / Orang Dewasa
3. Strategi
a. Penyaji memberi informasi tentang pengertian dari Gout athritis
b. Penyaji memberi informasi tentang cara mengurangi nyeri pada gout atrithis.
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
5. Media/Alata
1) Media
-
2) Alat
8. Setting Tempat
Keterangan :
= Perawat
= Ny.R
9. Kriteria evaluasi
1. Struktur evaluasi
Waktu pelaksanaan yang ditentukan yaitu :
Hari :
Waktu :
2. Proses evaluasi
3. Evaluasi Hasil
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
A. Pengertian
Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk
mengurangi nyeri atau peradangan sendi.
B. Tujuan
Tujuan kompres hangat jahe merah yaitu untuk mengurangi nyeri atau peradangan
sendi.
C. Tahap Persiapan
a. Persiapan Pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4. Selama komunikasi menggunakan bahasa yang jelas, sistematis serta mudah
dimengerti.
5. Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
6. Privacy klien selama komunikasi dihargai.
7. Membuatkontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
8. Posisikan klien duduk
202002065