lain.
Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann mekanika tubuh
dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh.
gravitasi.
Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan
istirahat untuk menopang atau menahan tubuh
Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara mempertahankan
posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah berat atau bobot
benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan
pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan
penarikan.
Mengangkat ( lifting ).Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan
otot otot besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
Memutar ( pivoting ).Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan
bertumpu pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh
C. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Ambulasi
a.
Status kesehatan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit,
berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari hari dan lain lainnya.
b.
Nutrisi.
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang kekurangan kalsium akan
c.
ambulasi.
d.
Situasi dan Kebiasaan.
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat bendabenda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
e.
Gaya Hidup.
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan kemungkinan
besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat menganggu
koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan
f.
Dudukkan pasien
Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk
b. Posisi Sim
Adalah posisi miring ke kanan atau miring ke kiri. Posisis ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberi obat per anus ( supositoria). Cara :
setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan di atas tempat
tidur.
Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengah telungkup dan kaki kanan
c. Posisi Trabdenburg
Pada posisi ini pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebiih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredarahan darah ke otak. Cara :
ujung tempat tidur pasien, dan berikan bantal dibawah lipatan lutut.
Berikan balok penonpang pada bagia kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus
dengan meninggikan bagian kaki.
d. Posisi dorsal recumbent
Pada posisi ini pasien berbaring telentan gdengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
genitalia serta pada proses persalinan. Cara :
e. Posisi litotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukakn untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan pemasangan alat kontrasepsi. Cara :
Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
1.
Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
2.
mikroorganisme.
Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
3.
4.
5.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut
Tempat tidur
Bantal angin
3.
4.
5.
Gulungan handuk
Footboard
Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
3. Naikkan kepala bed 90
4. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
6. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
7. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi
pada pinggul.
8. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
i. Posisi Pronasi (telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala
menoleh kesamping.
Tujuan :
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Tempat tidur
Bantal angin
Gulungan handuk
Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang
tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat
1.
2.
3.
4.
Tempat tidur
Bantal angin
Gulungan handuk
Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
2. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
3. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
4. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
5. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu
tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
6. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
7. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel
dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah
penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
8. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10.Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
F. Latihan Mobilisasi
Pada Klien Fraktur
Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau tulang rawan
bisa komplet atau inkomplet
Kondisi fraktur akan mendapat tindakan medis sesuai tingkatan keparahan. Fraktur
yang memerlukan tindakan pembedahan, memerlukan pedoman latihan mobilisasi sesuai
dengan pedoman pada pasien post pembedahan pada poin 1.
Pada fraktur yang penyembuhannya tanpa tindakan invasif, misalnnya cukup
dilakukan imobilisasi seperti dengan gips atau bidai, perlu diawasi kondisi vaskularisasi di
area distal dari fraktur. Mobilisasi pasif pada persendian di area distal atau proksimal dari
fraktur perlu dilakukan untuk mencegah kontraktur. Mobilisasi aktif dilakukan bertahap
ketika kekuatan otot dan tulang sudah adekuat. Biasanya pada orang dewasa, penyatuan
tulang ekstremitas atas terjadi dalam 2 bulan, dan pada ekstremitas bawah dalam 4-6 bulan.
Tapi untuk memastikan apakah telah terjadi penyatuan tulang, perlu dilakukan rontgen.
Mobilisasi aktif dilakukan dengan menggerakkan area fraktur, kemudian bertahap dilakukan
untuk Activity Daily Living sesuai kekuatan area fraktur.
Pada Pasien Pasca Serangan Stroke
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang disebabkan oleh pemulihan
sistem saraf pada daerah otak yang terkena.Pemulihan motorik sangat bervariasi, banyak
diantara mereka yang mengalami pemulihan lengkap (recovery completely) namun tidak
sedikit pula yang harus berlatih keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya
atau bahkan banyak diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
Pemulihan motorik terjadi melalui dua mekanisme utama yaitu
(1) resolusi dari faktor faktor lokal yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan
spontan yang umumnya berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa
hanya dalam beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
(2) Neuroplastisitas yang terjadi pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan
bermakna terhadap reorganisasi yang disebut Neural Plasticity dalam proses perbaikan
sistem sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah pendekatan fisik
(physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo kuntono, 1997)
Maka perbaikan fungsi pada penderita post stroke dapat dilakukan melalui dua cara :
(1) Latihan gerak atau mobilisasi dini untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik
kembali fungsi otot terhadap sisi anggota yang lesi
(2) Latihan untuk mempengaruhi gerak kompensasi sebagai pengganti daerah yang
lesi.
Pada fase penyembuhan ini latihan sangat berpengaruh dalam derajat maupun
kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi pasien stroke dapat dilakukan dengan :
(1)
latihan pasif yaitu anggota gerak klien digerakkan oleh orang lain untuk
Latihan sedini mungkin yang dilakukan serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang
terkontrol atau terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti,
Lussy.
2012.
Bab
Pendahuluan.
Diakses
dari
Aris,
Dede.
2014.
Body
Mekanik
dan
Posisi.
Diakses
http://dedearis.blogspot.com/2014/04/task-4-makalah-body-mekanik-posisi.html.
dari:
diakses