Anda di halaman 1dari 31

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Standar Asuhan Keperawatan

1. Definisi

Menurut potter dan perry, 2005 (Dalam, Sumijatun, 2010: 146)

standar asuhan keperawatan adalah tingkat minimal asuhan yang

diterima untuk memastikan diberikannya asuhan berkualitas tinggi

pada klien. Standar asuhan mendefinisikan jenis-jenis terapi yang

biasanya diberikan pada klien dengan masalah dan kebutuhan tertentu.

Proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang

ilmiah, dinamis dan terus menerus serta berkesinambung dalam rangka

pemecahan masalah kesehatan. Pasien/klien dimulai dari pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan

implementasi, serta evaluasi yang merupakan proses yang sistematik

(Zaidin Ali, Dalam. Darmawan, 2013:104)

Standar merupakan uraian pernyataan tingkat kinerja yang

diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.

Standar asuhan keperawatan berati pernyataan kualitas yang

diinginkan dan dapat di nilai pemberian asuhan keperawatan terhadap

pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar menjadi dua hal

yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi

sebagai bukti pelayanan (Darmawan, 2013: 116).

7
8

Standar mempunyai dua pengertian, yaitu pertama : sebagai

kriteria keberhasilan, dan ke-dua sebagai dasar untuk mengukur

peristiwa atau perilaku. Menurut Gillis (Dalam, sumijatun, 2010:146)

standar praktek keperawatan adalah pernyataan deskriptif dari

penampilan yang diinginkan sehingga kualitas struktur, proses dan

hasilnya dapat dinilai.

Menurut American Nurse Association (Dalam, sumijatun, 2010:

146) standar praktek keperawatan menggambarkan tanggung jawab

perawat dalam melaksanakan pekerjaannya, standar merupakan:

a. Refleksi nilai dan prioritas pekerjaan bagi perawat

b. Memberikan bimbingan langsung dalam praktik keperawatan

c. Menyediakan keranggka kerja untuk evaluasi dan praktik klinik

d. Menegaskan/memberikan gambaran tentang hasil pekerjaan dan

tanggung jawab profesi keperawatan kepada masyarakat dan klien

Bertolak dari uraian diatas, standar praktik keperawatan

profesional merupakan pedoman bagi perawat di indonesia dalam

melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses

keperawatan. Standar praktik keperawatan tersebut dilaksanakan oleh

perawat generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan

kesehatan di rumah sakir, puskesmas maupun tatanan pelayanan

kesehatan lain di masyarakat (PPNI, Dikutip Dalam, Dalami, 2011: 9).

Kebutuhan akan standar asuhan keperawatan sebagai pedoman

dan dasar evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan, telah dipenuhi


9

oleh pemerintah dangan keputusan Mentri Kesehatan R.I No.

660/Mankes/SK/IX/1987, yang dilengkapi dengan surat edaran

Direktur Jendral Pelayanan Medik No. 105/Yan Med/RS

Umdik/Raw/1/88, tentang penerapan standar praktik keperawatan bagi

perawat dirumah sakit. Berdasarkan kedua surat tersebut, dinyatakan

bahwa semua tenaga perawat perlu memperhatikan serta menerapkan

standar praktik keperawatan yang telah ditentukan dalam standar

asuhan keperawatan(Sumijatun, 2010: 151).

Perkembangan IPTEK kesehatan dan informasi menuntut

kemampuan tinggi tenaga kesehatan terutama keperawatan baik

pelayanan, pendidikan, atau bidang lain dalam sistem kesehatan.

Kemampuan ini menjadi yang pertama dan utama dalam mengkaji

situasi sistem kesehatan nasional, sistem pendidikan keperawatan

(Iskandar, 2013: 77).

2. Lingkup standar asuhan keperawatan

a. Standar I: pengkajian keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.

1) Rasionalnya

pengkajian keperawatan merupakan aspek penting

dalam proses keperawatan yang bertujuan mendapatkan data

tentang tingkat kesehatan klien yang digunakan untuk

merumuskan masalah klien dan rencana tindakan.


10

2) Kriteria struktur

a) Metode pengumpulan data yang digunakan dapat

menjamin:

(1) Mengumpulkan data yang sistematis dan lengkap

(2) Diperbaharui data dalam pencatatan yang ada

(3) Kemudahan memperoleh data

(4) Terjangkauanya kerahasiaan

b) Tatanan praktek harus mempunyai sistem penyimpanannya

yang merupakan bagian integral dan sistem pencatatan

kesehatan klien, sehingga memudahkan penelusuran data

kembali bila diperlukan.

c) Tersedianya sarana dan lingkungan yang mendukung.

3) Kriteria proses

a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan data penunjang

pemeriksaan laboraturium dan uji diagnosa dan catatan lain

dari tim kesehatan.

b) Sumber data adalah klien, kluarga atau orang lain terkait,

tim kesehatan lainnya.

c) Klien berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

d) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk

mengidentifikasi:

(1) Riwayat kesehatan klien saat ini


11

(2) Riwayat kesehatan klien masa lalu

(3) Keadaan biologis (Fisiologis)

(4) Keadaan psikologis (Pola koping)

(5) Keadaan sosial kultural

(6) Keadaan spritual

(7) Respon terhadap terapi

(8) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal.

4) Kriteria hasil

a) Data dicatat dan dianalisis sesuai standar dan format yang

ada

b) Data yang dihasilkan akurat, terkini, dan relavan sesuai

kebutuhan klien.

b. Standar II diagnosa keperawatan

Perawat menganalisis data hasil kajian untuk merumuskan

diagnosis keperawatan.

1) Rasionalnya

Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan

intervensi keperawatan dalam rangka mencapai pencegahan,

peningkatan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan

kesehatan klien.

2) Kriteria struktur

Tatanan praktek memberi kesempatan :


12

a) Kepada teman sejawat, klien untuk melakukan validasi

diagnosa keperawatan

b) Untuk menggunakan hasil penelitian/informasi lain dalam

menetapkan diagnosis keperawatan yang tepat.

c) Untuk digunakan sebagai sumber-sumber dan program

pengembangan profesional yang terkait.

d) Adanya pencatatan yang sistematis.

3) Kriteria proses

a) Proses diagnosis terdiri dari interpretasi data dan analisis,

identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis

keperawatan.

b) Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari masalah (P),

penyebab (E), gejala/tanda (S) atau terdiri dari masalah

dengan penyebab (PE)

c) Bekerjasama dengan klien, dan tim kesehatan lain untuk

memvalidasi diagnosis keperawatan

d) Melakukan kaji ulang dan revesi diagnosis berdasarkan

data terbaru.

4) Kriteria hasil

a) Memvalidasi diagnosis keperawatan bila memungkinkan

b) Diagnosis keperawatan yang di buat merupakan diagnosis

yang relavan dan signifikan


13

c) Diagnosis didokumentasikan untuk memudahkan

perencanaa, implementasi, evaluasi, dan penelitian,

komunikasi dan akuntabilitas.

c. Standar III perencanaan

Perawat membuat perencanaan keperawatan untuk

mengatasi masalah kesehatan: pencegahan penyakit, peningkatan

kesehatan, penyembuhan dan penelitian.

Perencanaan keperawatan terdiri dari tujuan dan rencana

tindakan.

1) Rasionalnya

Perencanaan dikembangkan berdasarkan diagnosa

keperawatan.

2) Kriteria struktur

Tatanan praktek menyediakan:

a) Sarana yang dibutuhkan untuk mengembangkan

perencanaan

b) Adanya mekanisme pencatatan

3) Kriteria proses

a) Perencanaan terdiri dari penetapan masalah, tujuan dan

rencana tindakan keperawatan.

b) Jika memungkinkan bekerjasama dengan klien dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan.


14

c) Perencanaan bersifat individual (sebagai individu,

kelompok, masyarakat) sesuai dengan kondisi atau

kebutuhan klien.

4) Kriteria hasil

a) Tersusunnya suatu rencana asuhan keperawatan klien

b) Perencanaan mencerminkan penyelesaian terhadap

diagnosis keperawatan

c) Perencanaan tertulis dalam format yang singkat dan mudah

didapat.

d. Standar IV: Pelaksanaan Tindakan (Implementasi)

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah

diidentifikasi dalam perencanaan asuhan keperawatan.

1) Rasional

Perawat mengimplementasikan rencana keperawatan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang keberhasilannya

ditentukan antara lain oleh partisispasi klien.

2) Kriteria struktur

Tatanan praktek menyediakan:

a) Sumber daya untuk melaksanakan kegiatan

b) Pola ketenagaan yang sesuai dengan kebutuhan

c) Ada mekanisme untuk mengkaji dan merevisi pola

ketenagaan secara priodik


15

d) Pembinaan dan peningkatan keterampilan klinis

keperawatan

e) Sistem konsultasi keperawatan

f) Standar operasional prosedur

3) Kriteria proses

a) Jika memungkinkan bekerjasama dengan klien dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan

b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk meningkatkan

status kesehatan klien

c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

klien

d) Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana

keperawatan dibawah tanggung jawabnya.

e) Menjadi coordinator pelayanan dan odvokasi terhadap klien

untuk mencapai tujuan kesehatan

f) Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan

dan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

g) Memberikan pendidikan pada klien dan kluarga mengenai

konsep dan ketrampilan asuhan diri serta membantu klien

memodifikasi lingkungan yang digunakannya

h) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan

keperawatan berdasarkan respon klien.


16

4) Kriteria hasil

a) Adanya dokumentasi tindakan keperawatan dan respon

klien secara sistematik menyeluruh dan akurat

b) Ada bukti-bukti yang terukur tentang pencapaian tujuan.

e. Standar V: Evaluasi

Perawat mengevaluasi perkembangan kesehatan klien

berdasarkan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan

dan memodifikasi atau merevisi rencana

1) Rasional

Praktek keperawatan merupakan suatu proses dinamis yang

mencakup berbagai perubahan data, diagnosis atau perencanaan

yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi menilai kemajaun klien

dan keberhasilan tindakan. Efektifitas asuhan keperawatan

tergantung pada pengkajian yang berulang.

2) Kriteria struktur

a) Tatanan praktek menyediakan sarana dan lingkungan yang

mendukung terlaksananya proses evaluasi

b) Adanya akses informasi yang dapat digunakan perawat

dalam penyempurnaan rencana keperawatan.

c) Adanya supervisi dan konsultasi untuk membantu perawat

untuk melakukan evaluasi


17

3) Kriteria proses

a) Mengamati respon klien tepat waktu dan terus menerus

setelah dilakukan tindakan secara komprehensif.

b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan dalam mencapaian ke arah tujuan.

c) Memvalidasis dan menganalisis data baru dengan sejawat

dan klien.

d) Bekerjasama dengan klien, kluarga, untuk memodifikasi

rencana asuhan keperawatan.

e) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi

perencanaan.

f) Melakukan supervisi dan konsultasi klinik jika perlu.

4) Kriteria hasil

a) Diperolehnya hasil revisi data, diagnosis, pencana tindakan

berdasarkan evaluasi.

b) Klien berpartisipasi dalam proses evaluasi dan revisi

rencana tindakan.

c) Adanya dokumentasi hasil evaluasi yang menunjukkan

kontribusi terhadap efektifitas tindakan perawatan dan

penelitian (Darmawan, 2013: 119-125)

3. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan

Aspek kenyamanan dan kepuasan pasien dijaga dengan baik

apabila falsafah keperawatan dan tujuan keperawatan serta kriteria-


18

kriteria dalam standar intervensi keperawatan, khususnya dalam

memenuhi kebutuhan pasien, dipatuhi dengan penuh kesadaran dan

tanggung jawab.

1. Falsafah keperawatan

Merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan

esensi keperawatan. Yang menjadi dasar dalam praktik

keperawatan. Hakekat manusia disini sebagai mahluk bio-psiko

dan spiritual (A Aziz Alimul Hidayat, 2007. Dikutip Dalam Padila,

2012: 5-6). Sedangkan esensinya adalah falsafah keperawatan yang

meliputi:

a. Memandang pasien sebagai manusia holistik yaitu yang harus

dipenuhi kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual secara

komprehensif.

b. Pelayanan keperawatan diberikan secara langsung dengan

memperhatikan aspek kemanusiaan.

c. Setiap orang berhak mendapat perawatan yang sama

d. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan yaitu bekerja dengan tim kesehatan lain.

e. Pasien adalah mitra yang aktif bukan pasif.

2. Tujuan keperawatan

a. Membantu individu atau masyarakat yang mandiri

b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisispasi dalam

bidang kesehatan
19

c. Membantu individu dan masyarakat untuk mengembangkan

potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak

tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan

d. Membantu individu dan masyarakat memperoleh derajat

kesehatan yang optimal (Dermawan, 2013: 3).

4. Faktor yang berhubungan dengan standar asuhan keperawatan

a. Pendidikan

Nyswander 1947 (Dalam. Susilo, 2011: 1) Pendidikan adalah

suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya

dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat.

Pendidikan kesehatan bukanlah suatu yang dapat diberikan oleh

seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian

tatalaksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan

dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu

berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau

menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada

dengan tujuan hidup.

Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan

kesehatan mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat,

namun perilaku tersebut, ternyata mencakup hal yang luas,

sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar.

Azwar 1983 (Dalam. Susilo, 2011: 4-5). Membagi perilaku

kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3 macam:


20

1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang

bernilai di masyarakat.

2) Secara mandiri maupun menciptakan perilaku sehat bagi

dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat didalam

kelompok.

3) Mendorong perkembangannya dan penggunaan sarana

pelayanan kesehatan yang ada secara cepat. Ada kalanya

masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara

berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan

sarana kesehatan yang ada sebagaimana mestinya.

b. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi

setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terhadap objek terjadi melalui pasca indra

manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba

dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003. Dikutip

Dalam. A. Wawan Dan Dewi M, 2011: 11).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,


21

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam, pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatukan.

2) Memahami (conprehention)

Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui secara benar tentang obyek

yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramaikan, terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (aplication)

Yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan


22

hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam kontek

atau situasi lain.

4) Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain

5) Sintesis (sytensis)

Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi atau menyusun

formulasi-formulasi yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi penilaian

terhadap materi atau obyek penilaian-penilaian itu berdasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

B. Tinjauan Teoritis

1. Motivasi

a. Pengertian

Motivasi adalah sesuatu yang mendorong, pendorongan

seseorang yang bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu.


23

Tingkah laku termotivasi dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan.

Kebutuhan tersebut diarahkan pada pencapaian tertentu.

b. Macam-macam motivasi

Ditinjau dari pihak yang menggerakkan motivasi digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu

1) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang telah berfungsi dengan

sendirinya yang berasal dari dalam diri orang tersebut tampa

adanya dorongan atau rangsangan dari pihak luar sedangkan.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berfungsi karna

adanya dorongan dari pihak luar atau orang lain.

Ditinjaun dari asalnya, motif manusia dapat dibagi

menjadi tiga golongan yaitu motif biogenetik, motif

sosiogenetik, dan motif teogenetik. Motif biogenetik adalah

motif yang berasal dari kebutuhan biologis seperti minuman,

makan, istrahat, dan kebutuhan seks. Motif sosiogenetik adalah

motif yang timbul karena kebutuhan sosial. Motif ini muncul

berdasarkan interaksi sosial dan pengaruh kebudayaan. Motif

teogenetik adalah motif untuk mengabdi kepada sang pencipta,

seperti adanya pengakuan kepada tuhan YME, kegiatan ibadah

dan perbuatan-perbuatan berdasarkan norma-norma agama.

Menurut Amiable (1982 Dikutip Dalam, Saam, dkk,

2013: 52-53) orang yang mempunyai motivasi intrinsik yang

tinggi mempunyai ciri-ciri perilaku sebagai berikut:


24

a) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar

b) Menyenangi tantangan

c) Ulet/gigih atau tidak mudah putus asa

d) Memandang keberhasilan sebagai usaha, bukan nasib

e) Memakai kriteria internal atas kesuksesan atau kegagalan.

Ditinjau dari ketahanan dan kekuatan, motivasi yang

lebih baik adalah motivasi intrinsik, tetapi jika dilihat dari

hasilnya terhadap perilaku seseorang berkemungkinan adalah

sama. Hal yang penting diingat adalah pemberian motivasi

ektrinsik bertujuan agar lama kelamaan setelah pengondasian

tertentu motivasi ektrinsik tersebut berubah menjadi motivasi

intrinsik.

Menurut Maslow (1982, Dikutip Dalam, Saam, dkk,

2013: 53) kebutuhan manusia tersusun secara hirarkir atau

bertingkat. Terpenuhinya suatu kebutuhan pada jenjang tertentu

menimbulkan adanya kebutuhan pada jenjang berikutnya. Ada

lima kebutuhan manusia menurut maslow, yaitu: kebutuhan

fisiologi, kebutuhan keselamatan, kebutuhan kasih sayang,

kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri.

c. Faktor yang mempengaruhi motivasi

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:


25

1. Faktor internal

a) Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang

termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak

tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi

seseorang tentang dirinya sendiri akan mendorong dan

mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak;

b) Harga diri dan prestasi: faktor ini mendorong atau

mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar

menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh

kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam

lingkungan masyarakat serta dapat mendorong individu untuk

berprestasi

c) Harapan adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan

ini merupakan informasi objektif dari lingkungan yang

mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang.

Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

d) Kebutuhan manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk

menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh,

sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan

akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari

atau menghindari, mengarahkan dan memberi respon

terhadap tekanan yang dialaminya.


26

e) Kepuasan kerja lebih merupakan suatu dorongan afektif yang

muncul dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan

yang diinginkan dari suatu perilaku.

2. Faktor Eksternal

a) Jenis dan sifat pekerjaan; dorongan untuk bekerja pada jenis

dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan objek pekerjaan

yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan

sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini

juga dapat dipengaruhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang

dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud

b) Kelompok kerja dimana individu bergabung kelompok kerja

atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam

mencapai suatu tujuan perilaku tertentu, peranan kelompok

atau organisasi ini dapat membantu individu mendapatkan

kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan

serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan

dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.

c) Situasi lingkungan pada umumnya setiap individu terdorong

untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam

melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya

d) Sistem imbalan yang diterima imbalan merupakan

karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang


27

dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi

motivasi atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu

objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang

lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong

individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan: perilaku

dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai

maka akan timbul imbalan. (Soemanto, 2011.

http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/)

2. Beban kerja perawat

a. Definisi beban kerja perawat

Adalah kegiatan rata-rata dari masing-masing pekerjaan

dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja

fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau

kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang

perawat menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Tenaga kesehatan khusus perawat, dimana beban kerjanya

dapat dilihat dari aspek-aspek seperti tugas-tugas yang dijalankan

berdasarkan fungsi utamanya, begitupun tugas tugas tambahan

yang dikerjakan, jumlah pasien yang harus dirawat, kapasitas kerja

sesui dengan pendidikan yang ia peroleh, waktu kerja yang

digunakan untuk mengerjakan tugasnya sesuai dengan jam kerja

yang berlangsung setiap hari, serta kelengkapan fasilitas yang

dapat membantu perawat menyelesaikan kerjanya dengan baik.


28

b. Perhitungan beban kerja perawat

Dapat dilihat dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan

panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi beban kerja berdasarkan

kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental merupakan

perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental

(psikologis). Sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih

mempertimbangkan pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja

(Adipradana, 2008). Aspek mental atau psikologis lebih

menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan

kepala ruangan, perawat dengan perawat lainnya dan hubungan

perawat dengan pasien, yang dapat mempengaruhi keserasian dan

produktifitas kerja bagi perawat sebagai alokasi penggunaan waktu

guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien.

c. Kelebihan Beban Kerja perawat

Pengelolaan tenaga kerja yang tidak direncanakan dengan

baik dapat menyebabkan keluhan yang subyektif, beban kerja

semakin berat, tidak efektif dan tidak efisien yang memungkinkan

ketidakpuasan bekerja yang pada akhirnya mengakibatkan

turunnya kinerja dan produktivitas serta mutu pelayanan yang

merosot (Bina Diknakes, 2001).

Kelebihan beban kerja (beban kerja berat) yang dirasakan

oleh perawat meliputi (French dan Caplan, 1973) :


29

1) Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam

kerja.

2) Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan demi

kesehatan dan keselamatan pasien.

3) Beragamnya jenis pekerjaan yang harus dilakukan demi

kesehatan dan keselamatan pasien.

4) Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama 24

jam.

5) Kurangnya tenaga perawat dibanding jumlah pasien.

6) Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki tidak mampu

mengimbangi sulitnya pekerjaan.

7) Harapan pimpinan rumah sakit terhadap pelayanan yang

berkualitas.

8) Tuntutan keluarga untuk keselamatan dan kesehatan pasien

9) Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang

tepat.

10) Tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan askep klien

di ruangan.

11) Menghadapi pasien dengan karekteristik tidak berdaya, koma

dan kondisi terminal.

12) Setiap saat melaksanakan tugas dokter ( memberikan obat

secara intensif ).

13) Tindakan yang selalu menyelamatkan pasien.


30

d. Faktor yang berbungan dengan beban kerja perawat

Menurut Swanburg C. R. (1993), dikatakan bahwa secara

nasional kekurangan tenaga perawat sekitar 100.000 perawat rumah

sakit. Dalam hal yang bersamaan terjadi peningkatan usia harapan

hidup lebih dari 65 tahun, yang merupakan konsumen utama pelayanan

keperawatan. Tenaga keperawatan menurun pada saat kebutuhan

konsumen atau klien meningkat, sehingga beban kerja perawat

semakin meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi beban kerja

disamping faktor jumlah tenaga dan jumlah konsumen atau klien,

adalah faktor ketrampilan majemen perawat atau pengalaman kerja

perawat dan faktor tingkat pendidikan perawat (Samba, 2000).

Salah satu cara untuk mengurangi beban kerja perawat yang

terlalu tinggi adalah dengan menyediakan tenaga kerja yang cukup

baik kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan tuntutan kerja.

Semakin banyak pasien yang ditangani seorang perawat selama

periode waktu tertentu, maka semakin berat atau besar beban kerja

perawat tersebut (Gilles, 1996). Pelayanan keperawatan yang bermutu

dapat dicapai salah satunya tergantung pada seimbangnya antara

jumlah tenaga perawat dengan beban kerjanya di suatu rumah sakit.

(Suyanto, 2009. http://wir-nursing. blogspot. com/2009/07/beban-

kerja-perawat.html).
31

3. Tanggung jawab perawat

a. Definisi tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat adalah keadaan yang dapat

dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa perawat

professional menampilkan kinerja secara hati-hati, telitin dan

kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Kepercayaan akan

tumbuh, apabila perawat memiliki kemampuan, terampil, dan

memiliki keahlian, dan pendidikan yang tidak memadai.

Tanggung jawab perawat dapat diidentifikasi sebagai

berikut:

1) Tanggung jawab utama terhadap tuhan

Dalam sudut pandang etika normatif, tanggung jawab perawat

yang paling utama adalah tanggung jawab dihadapan tuhannya.

Sesungguhnya penglihatan, pendengaran dan hati akan dimintai

pertanggung jawabannya di hadapan tuhan. Dalam sudut

pandang etika pertanggung jawaban perawat terhadap tuhannya

terutama yang menyangkut hal-hal berikut ini

a) Perawat berangkat menuju tugasnya dengan niat ikhlas

karena tuhan

b) Perawat mendoakan klien selama dirawat dan memohon

kepada tuhan untuk kesembuhannya

c) Perawat mengajarkan kepada klien hikmah dari sakit

d) Klien menjelaskan manfaat doa untuk kesembuhannya


32

e) Perawat memfasilitasi klien untuk beribadah selama di

rumah sakit

f) Perawat melakukan kolaborasi dalam pemenuhan

kebutuhan spiritual klien.

2) Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat

Tanggung jawab merupakan aspek terpenting dalam

etika perawat. Tanggung jawab adalah kesediaan seseorang

dalam menghadapi kemungkinan paling buruk sekalipun,

memberikan kompensasi dan informasi terhadap apa yang

dilaksanakannya dalam melaksanakan tugas. Tanggung jawab

perawat terhadap klien berfokus terhadap apa yang

dilakukannya terhadap klien.

Etika perawat juga melandasi perawat untuk memiliki

tanggung jawab, terutama memandang manusia sebagai

mahluk yang unik dan utuh. Unik artinya individu yang

bersifak khas tidak bisa disamakan dengan individu lain

sedangkan. Utuh artinya manusia memiliki kebutuhan yang

kompleks dan saling berkaitan. Berbagai tanggung jawab

lainnya dari perawat terhadap kliennya seperti bertanggung

jawab dalam memelihara suasana lingkungan yang

menghormati nilai budaya dan agama dari individu selama

melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan serta

bertanggung jawab dalam menjalin kerja sama dengan


33

individu, kluarga, dan masyarakat khususnya dalam

mengadakan upaya kesehatan dan kesejahteraan.

3) Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan tanggung jawab

perawat terhadap rekan sejawat atau atasan. Di antaranya

adalah sebagai berikut.

a) Membuat pencatatan atau pendokumentasian yang lengkap

tentang kapan dilakukan tindakan

b) Keperawatan dengan cara apa dan dengan siapa ia

melakukan

c) Mengajarkan pengetahuan perawat terhadap perawat lain

yang belum mampu atau belum mahir melakukannya

d) Memberikan teguran bila rekan sejawat melakukan

kesalahan atau menyalahi standar. Perawat bertanggung

jawab bila perawat lain merokok diruangan, memalsukan

obat, mengambil barang klien yang bukan haknya,

memalsukan tandatangan, memungut uang diluar prosedur

resmi, melakukan tindakan di luar standar

e) Memberikan kesaksian dan pengadilan tentang suatu kasus

yang dialami klien. Bila terjadi gugatan akibat kasus-kasus

malpraktek seperti aborsi, infeksi nosokomial, kesalahan

diagnostik, kesalahan pemberian obat, dan sebagainya.


34

Perawat berkewajiban untuk menjadi saksi dengan

menyertakan bukti-bukti yang memadai

4) Tanggung jawab terhadap profesi

Tanggung jawab perawat terhadap profesi adalah sebagai

berikut

a) Perawat bertanggung jawab dalam upaya untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya secara individu

maupun berkelompok melalui penambahan ilmu

pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman

b) Perawat bertanggung jawab dan menjunjung tinggi nama

baik profesi keperawatan dengan menunjukan sikap dan

pribadi yang terpuji

c) Perawat bertanggung jawab dalam menentukan pelayanan

keperawatan yang profesional dan menerapkannya dalam

kegiatan pelayanan keperawatan

d) Perawat bertanggung jawab secara bersama membina dan

memelihara mutu organisasi keperawatan sebagai sarana

pengabdian.

5) Tanggung jawab terhadap Negara

Tanggung jawab perawat terhadap negara adalah sebagai

berikut
35

a) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan

yang telah digariskan oleh pemerintah dalam bidang

kesehatan dan keperawatan

b) Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan peran

aktif menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan

kepada masyarakat (Damayanti, 2013: 78-85).

C. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Motivasi

Beban kerja
perawat Standar asuhan
keperawatan
Tanggung
jawab perawat

Masa kerja

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak di teliti

: Penghubung antar variabel


36

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

1. Motivasi

Motivasi adalah semangat atau dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan yang dapat

berpengaruh positif dalam pencapaian kinerja.

Criteria objektif

a. Baik : jika responden menjawab dengan benar maka skor yang

didapat ≥ 50%

b. Kurang : jika responden menjawab pertanyaan dengan skor < 50%.

2. Beban kerja

Beban kerja adalah frekuensi masing-masing jenis pekerjaan dalam

jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan berdasarkan

perhitungan atau pengalaman yang dilakukan oleh seorang perawat

Kriteria objektif

a. Ringan : jika responden memperoleh nilai ≥ 50%

b. Berat : jika responden memperoleh nilai < 50%

3. Tanggung jawab perawat

Semua pekerjaan yang harus diselesaikan/dipenuhi perawat

apakah sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab dengan

baik tanpa adanya tumpang tindih tugas atau tidak, masing-masing

perawat mengetahui apa yang menjadi hak dan tanggung jawabnya dan

dapat melaksanakannya dengan baik guna tercapainya efesiensi dan

efektifivas kerja.
37

Kriteria Objektif :

a. Ringan : jika responden memperoleh nilai ≥ 50%

b. Berat : jika responden memperoleh nilai < 50%

Anda mungkin juga menyukai