Anda di halaman 1dari 23

ANALISA PERATURAN, KEBIJAKAN DAN PERUNDANG-UNDANGAN

REGISTRASI DAN KEWENANGAN PERAWAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etik, Hukum dan Aspek Legal Keperawatan

Dosen Pengampu : Fauziah Rudhiati, M.Kep., Ns., Sp.An.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Astri Puspaningrum NPM. 215120017
2. Cicih Ratna NPM. 215120024
3. Erna Dwi Riyanti NPM. 215120033
4. Ika Sulistiawati NPM. 215120018
5. Lala Nurlaela NPM. 215120011
6. Manarul Ahmad NPM. 215120005
7. Parti Utami NPM. 215120021
8. Roy Andry Yani NPM. 215120030
9. Salama Niapele NPM. 215120006
10. Topan Ariyanto NPM. 215120008

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisa
Peraturan, Kebijakan dan Perundang-undangan Registrasi dan Kewenangan Perawat“ ini
dengan tepat waktu. Tugas ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas
mata kuliah Etik, Hukum Dan Aspek Legal Dalam Keperawatan di Magister Keperawatan
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
tugas ini masih belum sempurna dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata tugas mata kuliah Etik, Hukum Dan Aspek Legal Dalam Keperawatan
ini semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.

Cimahi, Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover............................................................................................................…........i
Kata pengantar.........................................................................................................ii
Daftar isi….............................................................................................................iii
BAB I PENDALULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Tujuan…......................................................................................................2
C. Manfaat…....................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Registrasi Perawat….................................................................................3

B. Kewenangan Perawat................................................................................5

C. Peraturan, Kebijakan dan Perundang-undangan mengenai Registrasi

dan Kewenangan Perawat..........................................................................5

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................15


BAB IV PENUTUP….........................................................................................18

A. Kesimpulan…..........................................................................................18
B. Saran…....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit
(UU No 38 tahun 2014). Pelayanan keperawatan ini merupakan bagian yang penting
dalam proses pelayanan kesehatan.
Seorang perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan wajib
menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan
dilandasi oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkup kewenangan serta tanggung
jawabnya.
Tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat dipertanggungjawabkan dari segi profesi
kesehatan maupun segi hukum. Oleh karena itu seorang perawat professional dalam
menjalankan Praktik Asuhan Keperawatan wajib menaati standar keperawatan, etika
profesi dan peraturan perundang-undangan agar melindungi masyarakat dari praktik
perawat yang tidak kompeten. Sistem registrasi lisensi dan sertifikasi ini akan
meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik keperawatan
mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar. Masyarakat
membutuhkan pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan dan memperoleh kepastian hukum pada pemberi dan
penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
Undang Undang Nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan salah satunya adalah
membahas tentang tertib administrasi legalitas perawat yaitu tentang Surat tanda registrasi
(STR) dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP). STR dikeluarkan oleh Konsil Keperawatan
setelah seorang perawat dipandanng kompeten dalam melaksanakan tugasnya. SIPP
dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan setempat sebagai syarat seorang perawat praktek pada
suatu institusi kesehatan. Tertib administrasi perijinan perawat akan menghindari tuntutan
hukum di kemudian hari apabila ada kejadian yang tidak diharapkan terhadap pasien
tentang perijinan serta menjadi jaminan ketenangan seorang perawat dalam bekerja
karena telah memenuhi aspek legalitas sesuai dengan peraturan yang berlaku.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Registrasi perawat yang benar
2. Apa saja kewenangan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan
3. Bagaimana Peraturan, Kebijakan dan Perundangan-undangan mengenai Registrasi
dan Kewenangan Perawat
4. Apa saja kebijakan dan elemen-elemen yang terkait lainnya untuk memberikan
perhatian dan dukungan pada model praktik keperawatan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa saja kewenangan perawat dalam melaksanakan praktek


keperawatan

1.4 Manfaat
1. Mengetahui apa saja kewenangan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan
2. Perawat mengetahui Peraturan, Kebijakan dan Perundangan-undangan mengenai
Registrasi dan Kewenangan Perawat

3. Mendorong para pengambil kebijakan dan elemen-elemen yang terkait lainnya untuk
memberikan perhatian dan dukungan pada model praktik keperawatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Registrasi Perawat


2.1.1 Pengertian Registrasi
Registrasi Berasal dari bahasa Inggris ‘registration’ yang memiliki arti daftar. Registrasi
merupakan proses melakukan pengisian sejumlah hal atau memenuhi persyaratan dari suatu
objek yang nantinya dibutuhkan untuk mengikuti suatu kegiatan.
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat
Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta
telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik Keperawatan.

2.1.2 Kebijakan tentang adanya surat registrasi perwat tidak lepas dari tahapan kebijakan,
meliputi;

1. Tahap pertama adalah penyusunan agenda.

Proses merumuskan permenkes No.1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga


Kesehatan,berawal dari feromena di tatanan Praktek pelayanan kesehatan dimana
banyaktenaga kesehatan yang tidak teregistrasi di organisasi profesi. Kebijakan ini
berawal dari aturan yang terdapat dalam amandemen UUD 1945,pada pasal 28 H
dijelaskan tentang hak setiap warga negara untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Latar belakang lain yang membuat kebijakan ini menjadi penting adalah perlu
meregister/meregistrasi/mendata jumlah perawat yang ada di indonesia,sehingga
memudahakan dalam mengorganisir perawat dan dalam pembutan kebijakan
selanjutnya. Selain itu juga STR merupakan bentuk pengakuaan organisasi profesi
terhadap anggotanya yang telah memiliki kompetensi.

2. Tahap yang kedua adalah Formulasi Kebijakan;

STR merupakan bukti legalitas tenaga kesehatan yang wajib dipunyai termasuk salah
satunya tenaga keperawatan.STR akan di kelurakan oleh MTKI yang merupakan
lembaga resmi pemerintah danBerlaku selama 5 tahun. Tenaga keperawatan berhak
mengajukan pembuatan STR dengan Proses pemutihan bagi lulusan sebelum tahun
2012 diwajibkan untuk mengikuti ujiKompentasi sebelum mendapatkannya. Selama
masa berlaku STR, Tenaga KesehatanKhususnya tenaga keperwatan diwajibkan
untuk mengumpulkan Satuan Kerdit Point (SKP). Sebagian bukti pemeliharaan

3
kompetensi ynag nantinya akan digunakan sebagai salah satu Syarat dalam pengajuan
ulang STR yang selanjutnya.

3. Tahapan yang ketiga adalah Adopsi/Legitimasi Kebijakan.

Dalam hal ini, legitimasi Permenkes disahkan pada bulan September Tahun 2011.
Legitimasi pemerintahan terkait pentingnya STR bagi perawat Tertuang dalam
permenkes No. 1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga kesehatan Dengan adanya
Permenkes tersebut pemerintah memberikan pengakuan terhadap kebijakanYang
diambil oleh PPNI

4. Tahapan yang terakhir adalah Evaluasi.

Saat ini Permenkes No.1796 tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan sedang
disosialisakian dan diimplementasikan kepada seluruh tenaga kesehatan yang ada di
indonesia. Kebijakan ini baru diberlakukan di awal 2012, sehingga masih belum ada
kontrol dan evaluasi terkait kebijakan yang dikelurakan. Saat ini masih belum
pembuatan STR masih dalam pengumpulan berkas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan, Ditindak lanjuti oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia) dan MTKI (Majelis Tenaga Kesehatn Indonesia) untuk berkerjasama dan
berperan serta dalam penertiban STR. Kebijakan tentang penerbitan Surat Tanda
Registrasi dibuat agar MTKI dan PPNI dapat mengatur regulasi secara hukum
terhadap praktik profesi keperawatan. Sehingga pemerintah dalam hal ini
Kementerian Kesehatan dapat menjamin kualitas tenaga keperawatan dengan
memberikan sertifikat kompentasi yang menunjukkan bahwa tenaga tersebut
kompeten sehingga masyarakat mendaptakan pelayanan kesehatan yang terbaik dan
berkualitas (credentialing).

Dengan demikian fasilitas pelayanan kesehatan, diharapkan dapat menyedikan staf


keperawatan dengan kualifikasi yang sesuai dengan tanggung jawab profesi.

Hal ini dapat direalisasikan dengan adanya :

1. Pendidikan dan pelatihan keperawatan secara berkelanjutan


2. Staf yang berlisensi, dan disertifikasi dan
3. Staf yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang tepat untuk diberi
tanggung jawab Dalam menjalankan tugasnya

4
Dengan demikian perlindungan hukum untuk tenaga kesehatan melalui penerbitan
STR,merupakan hal yang sangat penting dan krusial untuk melindungi perawat
secara hukum dan diharapkan mampu memberikan jaminan pelayanan asuhan
keperawatan yang kerkualitas kepada klien, sehingga yang berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.

2.2 Kewenangan Perawat


2.2.1 Pengertian Kewenangan
Ada perbedaan antara pengertian kewenangan (Authority, gezag) dan wewenang
(Competence,bevoegdheid). Kewenangan adalah apa yang disebut “kekuasaan formal”, yaitu
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari
kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan biasanya terdiri ada beberapa wewenang.
Kewenangan adalah hak dan kekuasaan untuk bertindak, menurut kamus besar bahasa
Indonesia Kewenangan adalah kekuasaan membuat keputusan, memerintah, dan
melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Kewenangan perawat adalah sangat terkait
dengan sistem regulasi dari praktik keperawatan yang telah diputuskan oleh pemerintah
Republik Indonesia termasuk Keputusan Menteri Kesehatan, yang pada operasionalisasinya
akan dijabarkan oleh organisasi profesi PPNI.

A. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Peraturan tentang ijin tentang tenaga kesehatan diatur dalam Undang-Undang Kesehatan
No.36 tahun 2009 dimana disebutkan pada:

Pasal 22

(1) Bahwa setiap tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi Minimum

Pasal 23

(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki ijin dari
pemerintah

Undang-undang tersebut belum menjelaskan bagiman Sistem pengaturan ijin dari pemerintah.
Karena itu diperlukan Suatu kebijakan mengenai ijin dari pemerintah salah satunya adalah
Dalam bentuk surat tanda registrasi. Kebijakan ini diatur dalam Permenkes No.1796 tahun
2011 disebutkan pada :

Pasal 2

5
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaanyaWajib memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR).

(2) Untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR),sebagaimana yang dimaksud dalam ayat
(1) tenaga kesehatan harus memiliki ijasah dan sertifikat kompentasi.

(3) Ijasah dan sertifikat kompentasi sebagimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompentensi.

B. CARA DAN ALUR PERIJINAN DALAM PENYELENGGARAAN PRAKTIK


KEPERAWATAN

Dalam melaksanakan praktik keperawatan seorang perawat wajib memiliki ijin (lisensi) yang
meliputi Surat Izin Praktik Perawat(SIPP) berdasarkan permenkes RI No.
HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang ijin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Surat Izin
Praktik Perawat(SIPP) Surat Ijin Praktik Perawat atau disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan secara perorangan
dn/atau berkelompok. SIPP menjadi pedoman perawat dalam menjalankan praktik
keperawatan mandiri. Penjelasan tersebut tertuang dalam Permenkes RI No
HK.02.02/Menkes/148/2010 tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, disebutkan:

Pasal 2

(1) Perawat yang menjalankan praktik mandiri berpendidikan minimal Diploma III(D III)
Keperawatan

Pasal 3

(1) Setiap perawat yang menjalankan praktik wajib memiliki SIPP

(2) Kewajiban memiliki SIPP dikecualikan bagi perawat yang menjalankan praktik pada
fasilitas pelayanan kesehatan diluar praktik mandiri.

Pasal 4

(1) SIPP sebagaimana yang dimaksdu pada pasal 3 ayat (1) dikeluarkan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota

(2) SIPP berlaku selama STR masih berlaku

Pasal 5

(1) Untuk memperoleh SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, perawat harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan:

a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan bergelar


b. Surat Keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Ijin Praktik
c. Surat Pernyataan memiliki tempat praktik

6
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 lembar, dan
e. Rekomendasi dari organisasi profesi

(2) SIPP hanya diberikan untuk 1 tempat praktik

C. PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN

1. Standar profesi
a. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan hak pasien (UU No. 36 Tahun 2009).
b. Standar adalah yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi
yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan standar prosedur operasional
c. Standar profesi: standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang harus
sepakati,
sedangkan kopetensi diartikan kemampuan seseorang yang dapat teropservasi
mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam meyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja yang di terapkan, standar profesi
adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik.
d. Dokter atau perawat dalam melaksanankan tugasnya harus menghormati hak
pasien
antara lain: hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran, hak atas kedua.( secon opinion)
2. Kewenangan perawat

Kewenangan perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berkaitan


penyelenggaraan peraktik terdapat pada permenkes RI no 02.02/ MENKES/
148/I/2010 pada:

Pasal 8

(1) praktik keperawatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat


pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga

(2) praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) di tuju akan pada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

7
(3) praktik keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) di laksanakan
melalui kegiatan:

a. pelaksanaan asuhan keperawatan


b. melaksanakan upaya promotif, preventif, pemulihan dan pemerdayaan
mayarakat dan
c. pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer

(4) asuhan keperawatan sebagaimana di maksud pada ayat tiga(3) huruf a meliputi:
pengkajian, penetapan diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi

keperawatan

(5) implementasi keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat empat(4) yang


meliputi penerapan perencanaan dan pelaksanaan tindakan keperawatan

(6) tindakan keperawatan sebagaimana di maksud pada ayat lima (5) meliputi:
pelaksanaan

prosedur keperawatan observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan

(7) perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat

empat(4) dapat memberikan obat bebas dan atau obat bebas terbatas

Pasal 10

(1) dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan seseorang/ pasien dan tidak ada
dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan sebagaimana di maksud pada pasal 8

(2) bagi perawat yang menjalanakan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter
dalam

rangka melaksanakan tugas pemerintah, dapat melakukan pelayanan kesehtan


diluarkewenangan sebagaimana yang di maksud pada pasal 8

(3) dalam pelaksanaan kesehatan sebagaimana di maksud ayat (2) harus


mempertimbangkan kopetensi, tingkat kedaruratan, dan kemungkinan untuk di rujuk.

8
(4) Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana yang di maksud pada ayat 2
adalah

kecamtan atau keluraraham/ desa yang di tetapkan oleh Kepala Dinas kesehatan
kabupaten atau kota

(5) Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) telah terdapat dokter,
kewenangan perawat sebagaimana yang di maksud pada ayat (2), tidak berlaku

3. Kewajiban perawat

Kewajiban perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan terdapat pada


permenkes RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada:

Pasal 12

(1) Dalam melaksanakan praktik, perawat wajib untuk:

a. Menghormati hak pasien;

b. Melakukan rujukan

c. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang undang;

d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien pelayanan yang di


butuhkan

e. Meminta persetujuan terhadap tindakan keperawatan yang akan di lakukan;

f. Melakukan pencatatan asuhan secara sistematis, dan

g. Memenuhi standar

4. Hak perawat

Hak perawat dalam melaksanakan praktik asuhan keperawatan terdapat pada


permenkes RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada

Pasal 11

Dalam melaksanakan praktik perawat mempunyai hak:

a. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan praktik keperawatan


sesuai
standar;
b. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien dan/ atau keluarganya;
c. Melaksanakan sesuai tugas kompetensi;
d. Menerima imbalan jasa profesi; dan
9
e. Memperoleh jaminan perlidungan terhadap resiko kerja yang berkaitan dengan
tugasnya
5. Sanksi

Sanksi administrative dijelaskan dalam BAB IV pembinaan dan pengawasan


permenkes RI no 02.02/MENKES/148/I/2010 pada

Pasal 14

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan, pemerintah dan pemerintah daerah dapat

memberikan tindakan adminisratif kepada perawat yang melakukan pelanggaran


terhadap

ketentuan penyelengaraan praktik

(2) Tindakan adminiratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui

a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Pencabutan SIPP

2.3 Peraturan, Kebijakan dan Perundangan-undangan mengenai Registrasi dan


Kewenangan Perawat
2.3.1 Kebijakan Tingkat UUD 1945
UUD 1945 pasal 28H ayat 1 : setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

2.3.2 Kebijakan Pada Tatanan Undang-Undang


a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Pasal 22
(1) Bahwa setiap tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum
Pasal 23
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki
ijin dari pemerintah
Undang-undang tersebut belum menjelaskan bagiman Sistem pengaturan ijin dari
pemerintah. Karena itu diperlukan suatu kebijakan mengenai ijin dari pemerintah

10
salah satunya adalah dalam bentuk surat tanda registrasi. Kebijakan ini diatur dalam
Permenkes No.1796 tahun 2011 disebutkan pada :
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaanyaWajib memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR).
(2) Untuk memperoleh surat tanda registrasi (STR),sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1) tenaga kesehatan harus memiliki ijasah dan sertifikat kompentasi.
(3) Ijasah dan sertifikat kompentasi sebagimana dimaksud pada ayat (2) diberikan
kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji
kompentensi.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
Undang-undang ini secara khusus mengatur tentang tenaga kesehatan. Pada pasal 8
disebutkan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari nakes dan asisten nakes. Selain itu,
tenaga fisioterapi sudah dipisahkan dari keperawatan. Dalam pasal 9 disebutkan
bahwa kualifikasi minimum pendidikan tenaga kesehatan adalah Diploma III kecuali
Tenaga Medis. Selanjutnya dalam pasal 11 diuraikan tentang kategorisasi masing-
masing tenaga kesehatan. UU ini juga menuntut adanya Konsil Tenaga Kesehatan
untuk peningkatan mutu dan perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan (pasal 34).
Dalam pasal 37, dijelaskan bahwa penjaminan mutu oleh Konsil dilaksanakan melalui
kegiatan : a) registrasi tenaga kesehatan; b) pembinaan praktik; c) menyusun standar
pendidikan tinggi tenaga kesehatan; d) Standar Praktik dan Standar Kompetensi
Tenaga Kesehatan; dan e) penegakan disiplin praktek tenaga kesehatan. Hingga saat
ini Konsil Keperawatan belum terbentuk dan masalah registrasi untuk saat ini
ditangani oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Juga diatur hak dan
kewajiban tenaga kesehatan, mekanisme pelimpahan wewenang, dan standar-standar
yang berhubungan dengan praktik profesional. Secara spesifik, UU ini juga mengatur
kewajiban tenaga kesehatan melaksanakan penelitian dan pengembangan ilmu dalam
praktik, melakukan informed consent atas tindakan yang diberikan, rekam medik,
kewajiban menjaga rahasia pasien, perlindungan tenaga kesehatan dan pasien serta
mekanisme penyelesaian perselisihan. Ketentuan pidana yang diatur dalam UU ini
adalah tentang kelalaian, praktek tanpa STR, serta praktek tanpa ijin (Surat Ijin
Praktek).
c. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan

11
UU ini secara khusus mengatur tentang keperawatan, perawat, praktek perawat,
pendidikan keperawatan, serta penjaminan mutu keperawatan. UU ini mewajibkan
dilaksanakannya uji kompetensi bagi mahasiswa keperawatan yang akan lulus, untuk
memenuhi standar kompetensi lulusan yang mengacu pada standar kompetensi kerja.
Terkait masalah praktek juga sudah diatur syarat dan mekanisme pengajuan dan
perpanjangan STR dan ijin praktek perawat, termasuk perawat lulusan luar negeri
yang akan praktek di Indonesia. Secara khusus, UU juga sudah mengatur kewajiban
dan wewenang perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan. Termasuk
mekanisme pelimpahan wewenang secara delegasi dan mandat serta organisasi
profesi. Terkait pengembangan cabang ilmu disiplin keperawatan dan standar
pendidikan tinggi keperawatan maka harus dibentuk Kolegium Keperawatan, dan
untuk penjaminan mutu praktik keperawatan serta memberikan kepastian hukum bagi
perawat yang melaksanakan praktik maka dibentuk Konsil Keperawatan (tahun 2016).
Perawat lulusan SPK diberikan kesempatan meningkatkan jenjang pendidikan
menjadi D-III hingga 6 tahun setelah UU diundangkan (tahun 2020).

2.3.3 Kebijakan Pada Tatanan Peraturan Menteri


a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010
Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Perawat dapat melaksanakan praktik di fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik
mandiri, dengan latar belakang pendidikan minimal DIII (pasal 2). Praktek di fasilitas
pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKP dan praktek mandiri wajib memiliki SIPP
(pasal 3). Untuk memperoleh ijin tersebut dipersyaratkan : 1) fotocopy STR yang
masih berlaku dan dilegalisasi; 2) surat keterangan sehat fisik dari dokter yang
memiliki Surat Izin Praktik; 3) surat pernyataan memiliki tempat di praktik mandiri
atau di fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri; 4) pas foto berwarna
terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; 5) rekomendasi dari kepala dinas
kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; dan 6) rekomendasi dari
organisasi profesi (pasal 5)
Perawat hanya dapat menjalankan praktik keperawatan paling banyak di 1 (satu)
tempat praktik mandiri dan di 1 (satu) tempat fasilitas pelayanan kesehatan di luar
praktik mandiri (pasal 5A). masa berlaku SIPP dan SIKP sama dengan masa berlaku

12
STR (pasal 5B). Pelanggaran terhadap ketentuan perijinan ini dikenakan sanksi
berupa : a) teguran lisan; b) teguran tertulis; atau c) pencabutan SIKP atau SIPP
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan
Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan
keprofesiannya wajib memiliki izin dari Pemerintah. Untuk memperoleh izin dari
Pemerintah tersebut diperlukan STR yang dikeluarkan oleh MTKI dan berlaku secara
nasional. Untuk memiliki STR harus memiliki sertifikat kompetensi (pasal 2).
Sertifikat Kompetensi diberikan kepada peserta didik setelah dinyatakan lulus Uji
Kompetensi oleh perguruan tinggi bidang kesehatan yang memiliki izin
penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Uji
Kompetensi dimaksud diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerja sama dengan
MTKI (pasal 3). STR berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang dengan syarat yang
bersangkutan sudah melaksanakan : a) pengabdian diri sebagai tenaga profesi atau
vokasi di bidang kesehatan; dan b) pemenuhan kecukupan dalam kegiatan pelayanan,
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. Jumlah satuan kredit profesi
untuk setiap kegiatan ditetapkan oleh MTKI atas usulan dari organisasi profesi (pasal
4). Pengabdian diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidang kesehatan tadi
dibuktikan dengan: a) keterangan kinerja dari institusi tempat bekerja, atau keterangan
praktik dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota; b) Surat Izin Praktik atau Surat
Izin Kerja; dan c) rekomendasi dari organisasi profesi. Pemenuhan kecukupan dalam
kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya
dibuktikan dengan pemenuhan syarat satuan kredit profesi yang diperoleh selama 5
(lima) tahun yang ditetapkan oleh organisasi profesi (pasal 5). Dalam hal Tenaga
Kesehatan tidak dapat memenuhi ketentuan persyaratan perpanjangan STR, maka
Tenaga Kesehatan tersebut harus mengikuti evaluasi kemampuan yang dilaksanakan
oleh organisasi profesi bekerja sama dengan MTKI (pasal 6). STR tidak berlaku
apabila: a) masa berlaku habis; b) dicabut atas dasar peraturan perundang-undangan;
c) atas permintaan yang bersangkutan; atau d) yang bersangkutan meninggal dunia
(pasal 9).
Untuk memperoleh STR, Tenaga Kesehatan mengajukan permohonan kepada MTKI
melalui MTKP; atau Tenaga Kesehatan yang baru lulus Uji Kompetensi mengajukan
permohonan secara kolektif oleh Perguruan Tinggi yang ditujukan kepada MTKI
melalui MTKP. Permohonan sebagaimana dimaksud dilengkapi dengan fotokopi

13
Sertifikat Kompetensi yang dilegalisasi dan pas foto 4x6 dengan latar belakang
merah. Permohonan dimaksud dilengkapi dengan : a) daftar lulusan Uji Kompetensi
dari perguruan tinggi yang bersangkutan; b) pas foto 4x6 dengan latar belakang
merah; dan c) surat keterangan dari perguruan tinggi tentang kebenaran seluruh data
yang diusulkan. Kelengkapan berkas permohonan tadi diproses oleh MTKP dan
dikirimkan ke MTKI dalam bentuk elektronik sesuai dengan format yang ditetapkan
oleh MTKI. STR dikirimkan kepada pemohon melalui MTKP (pasal 10).
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan

d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2019 tentang


Registrasi Tenaga Kesehatan
Pasal 2
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia dan diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
(3) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditandatangani oleh ketua konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan yang berfungsi sebagai registrar
Pasal 4
(1) Setiap Tenaga Kesehatan mengajukan permohonan STR melalui aplikasi
Registrasi daring/online dengan memenuhi persyaratan Registrasi.
(2) Aplikasi Registrasi daring/online sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
aplikasi yang digunakan oleh pemohon untuk mengajukan STR atau perpanjangan
STR secara daring/online.
(3) Persyaratan Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a.
memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan; b. memiliki Sertifikat Kompetensi
atau Sertifikat Profesi; c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d.
memiliki surat sumpah/janji atau surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
profesi; dan e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi

14
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 FENOMENA PELAYANAN KEPERAWATAN SAAT INI


Seorang perawat profesional dalam melaksanakan pelayanan Asuhan Keperawatan
wajib menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman padastandart
keperawatan dilandasi oleh etik dan etika keperawatan dalam lingkupkewenangan
serta tanggung jawabnya.
Tanggung jawab yang dimaksud adalah dapat dipertanggungjawabkan dari segi
profesi kesehatan maupun segi hukum. Oleh karena itu seorang perawat
profesionaldalam menjalankan Praktik Asuhan Keperawatan wajib mentaati standar
keperawatan, etika profesi dan peraturan perundang-undangan, agar melindungi
masyarakat daripraktik perawat yang tidak kompeten, karena belum adanya konsil
Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU Praktek Keperawatan akan
menjalankan fungsinya karena konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan
membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi
perawat yang mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik
keperawatan. Saat ini sistem regulasi berupa registrasi, lisensi dan sertifikasi mulai
dijalankan dengan dasar Permenkes Nomor 1796/MENKES/PER/V111/2011.
Sistem registrasi lisensi dan sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa
perawat yang melakukan praktik keperawatan mempunyai pengetahuan yang
diperlukan untuk bekerja sesuai standar. Masyarakat membutuhkan pelayanan
keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
memperoleh kepastian hukum pada pemberi dan penyelenggaraan pelayanan
keperawatan.

3.2 JURNAL
1. Pengembangan Karier Professional Perawat Non PNS Di Rumah Sakit X
Professional Career Development of non-Civil Servant Nurses at X Hospital, oleh
Ahmad muslim, muslimah, 2020
2. Kewenangan Klinis dalam Tindakan Pembedahan dan asas Perlindungan Hukum
Bagi Pasien, oleh Ahmad hafiedz Kartamiharja, P. Lindawaty S.Sewu, Tri
WahyuMurni S, 2009.

15
3. Pengalaman perawat Baru Dalam Melaksanakan asuhan Keperawatan Sebelum
Diberi Kewenangan Klinis, New Nurse Experience in implementing Nursing Care
Before Being Given Clinikal, oleh Bela Pratiwi, 2019.
4. Kredensial Keperawatan Dan Mutu Pelayanan Keperawatan Di RS wava Husada
Kepanjen Malang, LNA Abdullah, 2016.
5. Kompetensi Sumber Daya Manusia Dalam Penyelenggaraan Hemodialisis Di RS
Dihubungkan Dengan Asas Perlindungan Hukum, oleh Irene Ranny kristya
Nugraha, P Lindawaty S Sewu, TammyJ Siarif, 2016.
6. Pertanggungjawaban Hukum Perawat Dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Di Rumah Sakit, oleh Arrie Budhiartie, 2019.

3.3 ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pengaturan Kewenangan Perawat dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Kewenangan Perawat dalam menjalankan tugas dan profesinya secara prinsip diatur
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1293/Menkes/SK/XI/
2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Keputusan Menteri ini sebagai
peraturan tekhnis yang diamanatkan UU Kesehatan Tahun 1992 dan peraturan
pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan. Dalam PP No. 39 Tahun 1996 tersebut dijabarkan bahwa perawat
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan dan fungsi khusus
yang berbeda dengan tenaga kesehatan lain. Dengan demikian sebagai peraturan
pelaksana, Keputusan Presiden ini merupakan norma yuridis yang mengikat perawat
dalam menjalankan profesinya, terutama yang dilakukan di rumah sakit.
Dalam menjalankan profesinya maka perawat tidak akan terlepas dari batasan
kewenangan yang dimiliknya. Karena menurut Prof. Leenan seperti yang telah
menurut Prof. Leenan seperti yang telah kewenangan merupakan syarat utama dalam
melakukan suatu tindakan medis. Pasal 15 Kepmen No. 1293/Menkes/SK/ XI/2001
menyebutkan batasan kewenangan tersebut yaitu::
1. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnose
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evlauasi
keperawatan;
2. tindakan perawat sebabaimana dimaksud pada butir a meliputi intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan, dan konseling kesehatan;

16
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud harus sesuai
dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi;
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan perintah tertulis
dari dokter. Dalam menjalankan kewenangan tersebut ada kewajiban yang patut
diingat oleh perawat. Kewajiban tersebut terdapat dalam Pasal 16 yaitu:
1. menghormati hak pasien;
2. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
3. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. memberikan informasi;
5. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
6. melakukan catatan perawatan dengan baik. Meskipun demikian ada
pengecualian terhadap kewenangan yang telah dilandaskan pada Pasal 15 tersebut.
Pengecualian tersebut jelas dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum
yang lebih luas terhadap penyelenggaran dan pelayanan kesehatan yang dilakukan
seorang perawat. Ketentuan tentang pengecualian tersebut terdapat dalam Pasal 20
yakni: 1. dalam keadaaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien,
perawat berwenang untuk melakukan pelayanan.
3. Kesehatan diluar kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15. 2.
pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk penyelamatan jiwa. Pengaturan kewenangan perawat tersebut lebih lanjut
dijelaskan dalam Petunjuk Pelaksana Kepmenkes 1239/MENKES/2001 yang
merupakan suatu pedoman untuk melaksanakan registrasi praktek kepeawatan.
Pada petunjuk pelaksanaan tersebut disebutkan bahwa kewenangan perawat
adalah melakukan asuhan keperawatan yang meliputi kondisi sehat dan sakit yang
mencakup; asuhan keperawatan pada perinatal, asuhan keperawatan pada
neonatal, asuhan keperawatan pada anak, asuhan keperawatan pada dewasa, dan
asuhan keperawatan pada maternitas.

17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kewenangan perawat adalah hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.
1. Undang-undang  RI No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.161/MENKES/PER/1/2010,tentang
registrasi   tenaga      kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik perawat.
                        Kewenangan perawat mencakup:
a. Asuhan keperawatan pada klien anak dari usia 28 hari sampai usia 18 tahun.
b. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada masa
subur dan neonatus (bayi baru lahir sampai 28 hari) dalam keadaan sehat.
c. Asuhan keperawatan medikal bedah, yaitu asuhan pada klien usia di atas 18 tahun
sampai  60 tahun dengan gangguan fungsi tubuh baik oleh karena trauma atau
kelainan fungsi tubuh.
d. Asuhan keperawatan jiwa, yaitu asuhan keperawatan klien pada semua usia, yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
e. Asuhan keperawatan keluarga, yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga unit
terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak sehat,
sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
f. Asuhan keperawatan komunitas, yaitu asuhan keperawatan kepada klien masyarakat
pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat.
g. Asuhan keperawatan gerontik, yaitu asuhan keperawatan pada klien yang berusia 60
tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.

4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami peran, fungsi, registrasi dan kewenangan perawat

18
DAFTAR PUSTAKA

Presiden Republik Indonesia. (2012). Peraturan Presiden Repulik Indonesia


Mrayyan, Madt T dan Al-faouri, I. (2008). and Job Performance : Care Units and
Susilo, R., & Yustiawan, T. (2015). Perhitungan Tenaga Keperawatan dengan Metode Full
Time Equivalent di Rumah Sakit Adi Husada Undaan Weta Wards, 38–51.
https://doi.org/10.1177/1744987107079882 n Surabaya (Calculation of Nursing
Staff Using Full Time Equivalent in Adi Husada Undaan Wetan Hospital Surabaya).
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 18(4), 399–406.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2019 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan
Swansburg. (2000). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis,.
Jakarta: EGC.
Tetuan, Broeder, Ohm, & Mosier. (2013). A Profesional Nurse Contribution Ladder In
Anintegrated Health Care System.
Triwijayanti, R. (2016). Hubungan Locus of Control Dengan Burnout Perawat
Undang-Undang Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36
Tahun 2009 Tentang Kesehatan, 111.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang keperawatan
Vroom, V. H. (1995). Work And Motivation. San Francisco: CA: Jossey-Bass.
Yoder-Wise, P. S. (2015). Leading and Managing in Nursing, 6th Edition.
PPNI. (2016a). Keputusan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
SK Dirjen Yan. Med. No. YM.03.2.6956 tanggal 5 oktober 2005 ( dalam buku kode etik
Perawat Indonesia)
http://desantra.blogspot.com/2021/01/makalah-dokumentasi-keperawatan-peran.html

19
20

Anda mungkin juga menyukai