Disusun oleh :
KELOMPOK PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK
I
KATA PENGANTAR
Cimahi, Desember
2020
Kelompok
II
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................I
KATAPENGANTAR .....................................................................................................II
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN
1.1LATARBELAKANG............................................................................................................1
1.2TUJUAN.............................................................................................................................3
1.2.1. TujuanUmum..................................................................................................3
1.2.2Tujuan Khusus..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1TEORI KENYAMANANKOLCABA.....................................................................................4
2.2KONSEP KEPERAWATANANAK..................................................................................... 5
BAB IV PEMBAHASAN
4.1ASPEK POSITIF.............................................................................................................19
4.2ASPEK NEGATIF............................................................................................................21
BAB V PENUTUP
4.3KESIMPULAN.................................................................................................................22
4.4SARAN............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
III
BAB I
PENDAHULUAN
1
resiko tinggi adalah bisadilihat dari aspek fisik yaitu bagaimana menjaga
homeostatis kondisi bayi, manajemen nyeri (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).
Konsep kenyamanan Kolcaba memiliki subjektifitas sama dengan nyeri.Telah
banyak didokumentasikan bahwa hospitalisasi pada neonatus terdapat 400
prosedur yang menstimulus nyeri sejak dirawat di NICU (Horrison, 2010).
Menciptakan lingkungan yang nyaman selama perawatan bayi
beresiko tinggi juga turut berkontribusi dalam asuhan perkembangan bayi
yang optimal. Seperti kebisingan, pencahayaan, bau, dan lain-lain.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang bisa dimodifikasi untuk
menimbulkan rasanyaman pada klien. Kesehatan merupakan fungsi optimal
yang bisa dicapai oleh klien, dimana salah satunya ditentukan dari faktor
kenyamanan (Wong, Hockenberrry-Eaton,Wilson, Winkelstein, & Schwartz,
2009).Ruangan yang digunakan untuk merawat neonatus resiko tinggi telah
didesain sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanan bayi sehingga
asuhan perkembangan bayi dapat optimal.
Asuhan keperawatan anak berpusat pada keluarga sehingga dalam
perawatan neonatus dengan resiko tinggi juga dilibatkan peran orang tua dan
keluarga untuk mendukung kesembuhan klien (Kolcaba, 2005). Memberikan
kenyamanan dari seluruh aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sesuai tatanan
perawatan di ruang perinatologi. Oleh karena itu, teori Kolcaba sesuai untuk
diterapkan pada tatanan ruang neonatus resiko tinggi yang membutuhkan
segenap aspek baik dari dukungan keluarga maupun lingkungan rumah sakit.
1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengintegrasikan teori atau model
keperawatan dengan konsep dasar keperawatan anak di ruang
neonatus resiko tinggi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menguraikan teori /model keperawatan yang sesuai dalam hal ini
teori kenyamanan (Comfort Theory) yang dikemukakan oleh
Katharine Kolcaba
b. Menguraikan konsep keperawatan anak
c. Menguraikan deskripsi ruang rawat neonatus resiko tinggi
d. Menganalisa aplikasi teori keperawatanpada ruang rawat resiko
tinggi
e. Membahas aspek positif dan negatif dari aplikasi teori / model
keperawatan comfort theory
2
f. Menyimpulkan aplikasi teori model keperawatan comfort theory pada
ruang rawat neonatus resiko tinggi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori kenyamanan
terdiri atas tiga tipe, yaitu
(1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan penanganan spesifik dan
segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati dari klien yang terjadi
karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang dirasakan pada semua
kebutuhan,
(3) transcendence: keadaan dimana seseorang individu mampu mengatasi
masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan
dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan
kemampuan tubuh dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif.
Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan
obat, merubah posisi, backrub, kompres hangat atau dingin, sentuhan
terapeutik. Kenyamanan psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati
4
dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan
interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan
dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien.
interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan
dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien.
Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan hubungan
interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap
informasi kepulangan (discharge planing), dan perawatan yang sesuai dengan
budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah
menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien
tanpa memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi
kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan dengan budaya
klien. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan akan kenyamanan
lingkungan yang berhubungan dengan menjaga kerapian dan kebersihan
lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan
memberikan lingkungan yang aman bagi klien (Kolcaba, Tilton, &
Drouin,2006).
2.2 Konsep Keperawatan Anak
2.2.1 Filosofi Keperawatan Anak
Filososfi asuhan menurut Hockenberry & Wilson (2009)
keperawatan bayi dan anak sesuai dengan definisi keperawatan
yaitu diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap masalah
kesehatan aktual atau potensial. Definisi ini mencakup empat
gambaran esensial tentangpraktik keperawatan :
a. Perhatian pada rangkaian pengalaman dan respon manusia
terhadap
kesehatan dan penyakit tanpa terbatas pada orientasi berfokus
masalah
b. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari
pemahaman tentang pengalaman subjektif pasien atau kelompok
c. Penerapan pengetahuan ilmiah pada proses diagnosis dan
pengobatan
d. Penetapan hubungan caring yang memfasilitasi Kesehatan dan
penyembuhan
Filosofi merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak
yang berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan
manajemen kasus. Filosofi keperawatan anak antara lain perawat
5
berfokus pada keluarga (family centered care), atraumatic care dan
manajemen kasus (Hockenberry & Wilson, 2009).
a. Asuhan berpusat pada keluarga (family centered care)
Filosofi asuhan berpusat pada keluarga menunjukkan keluarga
bersifat konstan dalam hidup anak. Keluarga didukung dalam peran
pemberian perawatan yang alami dan peran pembuatan keputusan
dengan membangun kekuatan unik mereka sebagai individu dan
keluarga. Memberikan pelayanan berpusat pada keluarga berarti
perawat menggabungkan pengetahuan dan keyakinan keluarga
untuk secara konstan peduli terhadap kehidupan anak, melibatkan
keluarga dalam proses perawartana anak sehingga anak anak
menerima pelayanan yang berkualitas (Harrison, 2010). Filosofi
family centered care adalah filosofi petugas kesehatan yang bekerja
sama diantara keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang lain
dimana kebutuhan keluarga diprioritaskan untuk mencari pelayanan
kesehatan yang baik untuk anaknya (Ball, Blinder, Cowen, 2012).
Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat keluarga adalah
memampukan dan memberdayakan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Professional memampukan keluarga dengan menciptakan
kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk
menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga. Pemberdayaan menggambarkan interaksi professional
dengan keluarga sehingga keluarga mempertahankan kontrol atas
kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan yang positif.
b. Asuhan atraumatik (atraumatic care)
Asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan teraputik dalam
lingkungan, oleh personal , dan melalui penggunaan intervensi yang
menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yang
diderita oleh anak-anak dan kelaurga mereka dalam system
pelayanan kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2009).
c. Penatalaksanaan kasus
Manajemen kasus adalah proses mengkoordinasikan pelayanan
petugas kesehatan dengan cara berfokus pada kualitas dan
outcome. Dalam praktiknya diperlukan kolaborasi dengan petugas
Kesehatan yang lain yang mempromosikan pelayanan secara
berkelanjutan dengan memfasilitasi kebutuhan pasien dengan
ketersediaan sumber. Perawat case manajer membantu anak dan
keluarga memiliki outcome pelayanan yang terbaik (Ball, Blinder, &
Cowen, 2012).
6
2.2.2 Peran Perawat Pediatrik
Menurut Hockenberry & Wilson (2009) menjelaskan peran
perawat pediatrik, yaitu :
a. Hubungan terapeutik
Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan
keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan
dan
kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapetik, caring
merupakan batasan yang memisahkan dan bersifat positif
yang meningkatkan kendali keluarga atas perawatan
kesehatan anak
b. Advokasi pada keluarga
Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga,
mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan
merencanakan intervensi yang dapat mengatasi masalah.
Sebagai advokat, perawat membantu anak-anak dan keluarga
mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang
diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik
kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga
akan mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia,
diinformasikan secara tepat tentang pengobatan dan
prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong
untuk berubah ke arah yang lebih baik,
c. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam keperawwatan anak harus
mempraktikkan kesehatan preventif. Pendekatan terbaik untuk
pencegahan adalah pendidikan dan pedoman antisipasi.
Pengenalan terhadap bahaya atau konflik dalam setiap
periode perkembangan memungkinkan perawat untuk
membimbing orang tua dalam hal praktik pengasuhan anak
yang ditujukan untuk pencegahan masalah potensial. Di
samping mencegah penyakit fisik atau cedera, peran perawat
adalah mempromosikan kesehatan mental.
d. Penyuluh kesehatan
Penyuluhan kesehatan sering merupakan satu bidang yang
perlu disiapkan dan dipraktikkan oleh perawat dengan model
peran kompeten, karena penyuluhan ini melibatkan transmisi
informasi pada tingkat pemahaman anak dan keluarga.
e. Konseling
7
Konseling merupakan pertukaran pendapat dan ide yang
memberi dasar untuk pemecahan masalah bersama.
Konseling melibatkan dukungan, penyuluhan, teknik untuk
membantu keluarga mengatasi. stress dengan cara eksplorasi
perasaan dan pikiran. Konseling juga memampukan keluarga
untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi, harga diri
lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat.
f. Kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan
mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan aktivitas
professional lain. Konsep asuhan holistik hanya dapat
direalisasikan melalui pendekatan interdisiplin.
g. Riset
Perawat harus berperan pada riset karena mereka adalah
inidvidu yang mengamati respons manusia terhadap
kesehatan dan kesakitan. Konsep praktik berdasarkan
penelitian melibatkan analisis riset yang diterapkan dalam
praktik keperawatan.
2.3 Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi
2.3.1 Gambaran Umum Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi
Penanganan kasus neonatal harus dilakukan dalam ruang
perawatan khusus yang terdiri dari tiga level, berdasarkan
derajat kesakitan, risiko masalah dan kebutuhan
pengawasannya (Kemenkes, 2008). Level pertama adalah
untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal yang
sering digunakan istilah rawat gabung ( perawatan bersama
ibu) atau Level II untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan
belum perlu intensif. Pada level ini bayi diawasi oleh
perawat 24 jam, akan tetapi perbandingan perawat dan bayi
tidak perlu 1-1. Sedangkan pada level III, pengawasan yang
dilakukan benar-benar ekstra ketat. Satu orang perawat
yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama
24 jam penuh. Pada ketiga level peran dokter boleh dibagi,
artinya 1 orang dokter pada ketiga level, akan tetapi
dengan ketrampilan dan pengetahuan khusus mengenai
masalah gawat darurat pada neonatus. American Academy
of Pediatrics / AAP (2004a) membagi level pelayanan
neonatus resiko tinggi pada suatu institusi :
a. Level I Neonatal Care (Basic)
8
Well – newborn nursery, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan neonatal resusitasi pada awal kelahiran bayi
2) Evaluasi dan perawatan post natal pada bayi sehat
3) Stabilisasi dan perawatan bayi pada bayi dengan gestasi
35-37 minggu dengan mempertahankan status fisiologis
4) Stabilisai bayi yang sakit dengan usia gestasi < 35
minggu
b. Level II Neonatal Care (Spesiality)
Special care nursery dibagi menjadi dua :
Level IIA, yang memiliki kapabilitas :
1) Resusitasi dan stabilisai prematur atau bayi sakit
2) Memberikan pelayanan pada bayi yang lahir dengan gestasi
>32 minggu dan berat lahir ≥ 1500 g yang memiliki
imaturitas
fisioligik seperti apnea of prematurity, ketidakmmapuan
mempertahankan suhu tubuh, ketidakmampuan dalam
intake
oral.
3) Pelayanan pada bayi pada masa penyembuhan setelah
perawatan intensif.
Level IIB : memiliki kapabilitas level IIA ditambah pelayanan
dengan ventilasi mekanik <24 jam atau mengunakan
Continous Positive Airway Pressure (CPAP).
c. Level III (Subspeciality) NICU, dibagi menjadi tiga
kategori :
Level IIIA NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif pada bayi
dengan usia gestasi >28 minggu dan berat lahir >1000 g
2) Memberikan life support terbatas pada konvensional
ventilasi mekanik
3) Bisa dilakuan tindakan bedah minor seperti kateter vena
sentral dan repair hernia inguinal
Level IIIB NICU, yang memiliki kapabilitas :
a. Level I Neonatal Care (Basic)
Well – newborn nursery, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan neonatal resusitasi pada awal kelahiran
bayi
2) Evaluasi dan perawatan post natal pada bayi sehat
9
3) Stabilisasi dan perawatan bayi pada bayi dengan
gestasi 35-37 minggu dengan mempertahankan status
fisiologis
4) Stabilisai bayi yang sakit dengan usia gestasi < 35
minggu
b. Level II Neonatal Care (Spesiality)
Special care nursery dibagi menjadi dua :
Level IIA, yang memiliki kapabilitas :
1) Resusitasi dan stabilisai prematur atau bayi sakit
2) Memberikan pelayanan pada bayi yang lahir dengan
gestasi >32 minggu dan berat lahir ≥ 1500 g yang
memiliki imaturitas fisioligik seperti apnea of
prematurity, ketidakmmapuan mempertahankan suhu
tubuh, ketidakmampuan dalam intake oral.
3) Pelayanan pada bayi pada masa penyembuhan
setelah
perawatan intensif.
Level IIB : memiliki kapabilitas level IIA ditambah
pelayanan dengan ventilasi mekanik <24 jam atau
mengunakan Continous Positive Airway Pressure
(CPAP).
c. Level III (Subspeciality) NICU, dibagi menjadi tiga
kategori:
Level IIIA NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif pada bayi
dengan usia gestasi >28 minggu dan berat lahir >1000
gram.
2) Memberikan life support terbatas pada konvensional
ventilasi mekanik
3) Bisa dilakuan tindakan bedah minor seperti kateter
vena
sentral dan repair hernia inguinal
Level IIIB NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Pelayanan komprehensif pada Extremely low birth
weight infant (≤ 1000 g dan usia gestasi ≤ 28
minggu).
10
3) Bisa dilakukan untuk advance diagnostic imaging
seperti computed tomography, MRI, echocardiography
pertumbuhan intrauterin.
intrauterin
berkembang.
11
2.3.2.2 Klasifikasi berdasarkan Usia Kehamilan
usia kehamilan.
setelah lahir.
12
c. Gangguan nafas berat: RDS berat
BAB III
13
meminimalisir nyeri dalam prosedur invasif, strategi yang dilakukan yaitu :
memberikan posisi yang nyaman pada bayi, memfasilitasi kebiasaan
kenyaman bayi seperti thumb-sucking, pembedongan, ayunan,
mengadvokasi kehadiran keluarga (Stephen, Barkey, & Hall, 1999). Kolcaba
mengobservasi bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien dan
keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan
aspek holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan. Berikut
adalah contoh aplikasi teori kenyamanan dalam asuhan keperawatan pada
bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi:
Pengkajian
14
Perawat dalam memberikan prosedur tindakan apapun perlu
berkonsultasi dengan keluarga untuk mengkaji apakah terapi sesuai
dengan budaya yang berlaku di lingkungan pasien, seperti misalnya saat
melakukan transfuse darah, apakah dalam keluarga terdapat budaya yang
melarang prosedur itu dilakukan. Selain budaya, sosial ekonomi keluarga
juga perlu diidentifikasi untuk menentukan pilihan prosedur yang tepat.
Implementasi
15
Implementasi teori Kolcaba pada bayi yang dirawat di ruang neonatus
risiko tinggi dapat terlihat jelas dalam prinsip perawatan bayi di ruang
tersebut, yaitu S-T-A-B-L-E (Karlsen, 2006).
b. Temperature
c. Airway
- Monitoring saturasi oksigen dilakukan pada dua lokasi (pre dan post
duktus arteriosus
d. Blood pressure
16
- Memantau tekanan darah klien untuk mengidentifikasi adanya kondisi
syok (hipovolemik, kardiogenik, atau septik). Tekanan darah yang stabil
menunjukkan fungsi jantung yang baik, sehingga dipastikan perfusi dan
oksigenasi ke jaringan adekuat, tanda distress nafas dan kegagalan
sirkulasi bisa diminimalisir.
e. Label work
f. Emotional support
17
BAB IV
PEMBAHASAN
18
mahasiswa dengan berbagai perbedaan budaya dan adat istiadat. Pada
fase transcendence mahasiswa memiliki motivasi, partisipasi, dan
kepuasaan sepanjang proses pembelajaran yang ditempuh.
19
teruji secara evidenced based. Penilaian dari implementasi keperawatan
dapat diperoleh melalui pertanyaan langsung yang diajukan ke pasien
atau menggunakan kuesioner evaluasi, observasi. Beberapa contoh
instrument evaluasi dari tindakan berdasarkan uji empiris oleh Kolcaba
antara lain
Beberapa kelemahan dari penerapan teori comfort adalah bahwa teori ini
melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik,
psikospiritual,lingkungan, dan sosial kultural. Akan tetapi, untuk menilai
semua aspek tersebut dibutuhkan kerjasama secara multidisplin profesi
sehingga membutuhkan komitmen tinggi dari berbagai profesi dan
ketrampilan kemampuan perawat. Hal ini menyebabkan masing-masing
profesi hanya memberikan intervensi sesuai kompetensinya sehingga
pelayanan cenderung terfragmantasi dan tidak komprehensif, dan malah
sering terjadi tumpah tindih.
20
komunikasi, sedangkan pada bayi sulit memperoleh data tersebut karena
keterbatasan dalam mengungkapkan ekspresi ketidaknyamanan secara
verbal, sehingga data lebih banyak didapatkan dari orang lain
(aloanamnesis), yaitu perawat yang bertugas di ruangan. Data dari keluarga
juga hanya sedikit yang dibutuhkan, karena di ruang neonates risiko tinggi
terdapat aturan pembatasan kunjungan dan orang tua atau keluarga tidak
berada 24 jam di sisi klien.
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
21
b. Bagi perawat anak hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan
anak menggunakan evidence based practice terbaru yang menunjang
pelayanan atraumatic care dan family center care.
DAFTAR PUSTAKA
Ball, J., Blinder, R., & Cowen, K. (2012). Principles of pediatric nursing:
Caring
J.M & Bulecheck G.M, (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. St. Louis: Mosby Elsevier
22
Goodwin, M., Sener, L., & Steiner, S. (2007). A novel theory for nursing
education: Holistic comfort. Journal of Holistic Nursing, 25(4), 278-
285.doi:10.1177/0898010107306199
Hockenberry & Wilson. (2009). Wong’s nursing care of infants and children
(8th
Horrison, T.M. (2010). Family centered pediatric nursing care: State of the
science. Journal of Pediatric Nursing, 25(5), 335-
343.doi:10.1016/j.pedn.2009.01.006
Karlsen, K.A. (2006). The stable program (5th ed.). Retrieved from
http://www.stableprogram.org/docs/stable_learner_manual_preview.pdf.
Kolcaba, K., & DiMarco, M., A. (2005). Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3), 187-194. Retrieved from
http://www.medscape.com/viewarticle/507387.
Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying
23
framework to enhance the practice environment. The Journal of
Nursing Administration, 36(11), 538-544. Retrieved
from:http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work
(7th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
24
25