Anda di halaman 1dari 28

PENGEMBANGAN TEORI KEPERAWATAN

MENURUT KATHARINE KOLCABA

DALAM AREA KEPERAWATAN ANAK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sains


Keperawatan

Disusun oleh :
KELOMPOK PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

EFI AFRIANTI NPM :


215120017
ERNA HERNAWATI NPM :
KANSIA ANASTASIA TEROK NPM :
MIKAELA DELPIN FRISTALIA NPM :

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD
YANI CIMAHI
2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya


kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Pengembangan teori keperawatan menurut Katharine Kolcaba dalam
area Keperawtaan Anak”.untuk memenuh tugas Sains dalam
Keperawatan. Makalah ini menjelaskan tentang teori serta
menganalisis secara kritis, dan pelaksanaan nya dalam pelayanan
proses asuhan keperawatan anak.

Kelompok menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, kelompok telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
makalah dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat berarti bagi kami. Besar harapan kami
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
serta memberi manfaat bagi pembaca. Aamin.

Cimahi, Desember
2020

Kelompok

II
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................................I

KATAPENGANTAR .....................................................................................................II

DAFTARISI ............................................................................................. .....................III

DAFTAR GAMBAR................................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATARBELAKANG............................................................................................................1

1.2TUJUAN.............................................................................................................................3

1.2.1. TujuanUmum..................................................................................................3

1.2.2Tujuan Khusus..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1TEORI KENYAMANANKOLCABA.....................................................................................4

2.2KONSEP KEPERAWATANANAK..................................................................................... 5

2.2.3. Peran Perawat Pediatrik...............................................................................................7


2.3RUANG RAWAT NEONATUS RESIKO TINGGI...............................................................9

2.3.1.. Gambaran Umum Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi............................9

2.3.2. Klasifikasi Neonatus Resiko Tinggi...............................................................11

2.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Berat Lahir............................................................11

2.3.2.2Klasifikasi Berdasarkan Usia Kehamilan.....................................................12

2.3.2.3Klasifikasi Berdasarkan Mortilitas................................................................12


BAB III ANALISA DAN APLIKASI TEORI KENYAMANAN KOLCABAANALISIS DAN
APLIKASI TEORI KOLCABA DI RUANG NEONATUS RISIKOTINGGI……………………..13

BAB IV PEMBAHASAN

4.1ASPEK POSITIF.............................................................................................................19

4.2ASPEK NEGATIF............................................................................................................21

BAB V PENUTUP

4.3KESIMPULAN.................................................................................................................22

4.4SARAN............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pelaksanaan asuhan keperawatan berbasis bukti merupakan
keinginan bagi semua perawat. Untuk membuat individu dan keluarganya
berespon terhadap masalah kesehatan, praktik keperawatan berbasis teori
diperlukan untuk membuat dan menerapkan intevensi keperawatan dalam
mengetahui kebutuhan klien. Teori akan membantu untuk menggambarkan,
menjelaskan, memprediksi, dan memperjelas asuhan keperawatan (Potter &
Perry, 2009). Teori menghasilkan pengetahuan keperawatan yang dapat
digunakan dalam praktik. Integrasi teori ke dalam praktik merupakan dasar
profesi keperawatan (McEwen & Will, 2007 dalam Potter & Perry, 2009 ).
Sebagai contoh teori Kolcaba yang menjelaskan tentang kenyamanan. Teori
ini mempunyai nilai dalam membantu keperawatan menciptakan
kenyamanan secara fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan.
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan.
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan
dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Kolcaba
(1994) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada
pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Teori Kolcaba termasuk dalam middle range theory. Menurut Kolcaba,
teori kenyamanan menjadi salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat
diaplikasikan langsung di lapangan karenabersifat universaldan tidak
terhalang budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan
teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-luasnya sesuai kebutuhanklien
masing-masing (March & McCormack, 2009).
Neonatus resiko tinggi adalah neonatus yang mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit atau kematian daripada
neonatus yang lain. Istilah neonatus resiko tinggi digunakan untuk
menyatakan bahwa neonatus memerlukanperawatan dan pengawasan
ketat(Surami,2003). Neonatus resiko tinggi menurut Kemenkes mengenai
Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal pada Rumah Sakit Umum (2008)
adalah semua bayi yang lahir dalam keadaan kritis memerlukan observasi
ketat dan tindakan intensif. Neonatus resiko tinggi memerlukan perawatan
secara khusus untuk membantumereka beradaptasi di lingkungan
ekstrauterin. Kebutuhan kenyaman yang diperlukan klien dengan neonatus

1
resiko tinggi adalah bisadilihat dari aspek fisik yaitu bagaimana menjaga
homeostatis kondisi bayi, manajemen nyeri (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006).
Konsep kenyamanan Kolcaba memiliki subjektifitas sama dengan nyeri.Telah
banyak didokumentasikan bahwa hospitalisasi pada neonatus terdapat 400
prosedur yang menstimulus nyeri sejak dirawat di NICU (Horrison, 2010).
Menciptakan lingkungan yang nyaman selama perawatan bayi
beresiko tinggi juga turut berkontribusi dalam asuhan perkembangan bayi
yang optimal. Seperti kebisingan, pencahayaan, bau, dan lain-lain.
Lingkungan merupakan faktor eksternal yang bisa dimodifikasi untuk
menimbulkan rasanyaman pada klien. Kesehatan merupakan fungsi optimal
yang bisa dicapai oleh klien, dimana salah satunya ditentukan dari faktor
kenyamanan (Wong, Hockenberrry-Eaton,Wilson, Winkelstein, & Schwartz,
2009).Ruangan yang digunakan untuk merawat neonatus resiko tinggi telah
didesain sedemikian rupa untuk menciptakan kenyamanan bayi sehingga
asuhan perkembangan bayi dapat optimal.
Asuhan keperawatan anak berpusat pada keluarga sehingga dalam
perawatan neonatus dengan resiko tinggi juga dilibatkan peran orang tua dan
keluarga untuk mendukung kesembuhan klien (Kolcaba, 2005). Memberikan
kenyamanan dari seluruh aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif sesuai tatanan
perawatan di ruang perinatologi. Oleh karena itu, teori Kolcaba sesuai untuk
diterapkan pada tatanan ruang neonatus resiko tinggi yang membutuhkan
segenap aspek baik dari dukungan keluarga maupun lingkungan rumah sakit.

1.2 Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengintegrasikan teori atau model
keperawatan dengan konsep dasar keperawatan anak di ruang
neonatus resiko tinggi.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menguraikan teori /model keperawatan yang sesuai dalam hal ini
teori kenyamanan (Comfort Theory) yang dikemukakan oleh
Katharine Kolcaba
b. Menguraikan konsep keperawatan anak
c. Menguraikan deskripsi ruang rawat neonatus resiko tinggi
d. Menganalisa aplikasi teori keperawatanpada ruang rawat resiko
tinggi
e. Membahas aspek positif dan negatif dari aplikasi teori / model
keperawatan comfort theory

2
f. Menyimpulkan aplikasi teori model keperawatan comfort theory pada
ruang rawat neonatus resiko tinggi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kenyamanan Kolcaba

Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima oleh seseorang dari


suatu intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung dan
menyeluruh ketika kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan
terpenuhi (Peterson & Bredow, 2008). Konsep teori kenyamanan meliputi
kebutuhan kenyamanan, intervensi kenyamanan, variable intervensi,
peningkatan kenyamanan, perilaku pencari kesehatan, dan integritas
institusional. Menurut Kolcaba & DiMarco(2005) hal tersebut dapat
digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan

Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga. Teori kenyamanan
terdiri atas tiga tipe, yaitu
(1) relief: kondisi resipien yang membutuhkan penanganan spesifik dan
segera, (2) ease: kondisi tenteram atau kepuasan hati dari klien yang terjadi
karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang dirasakan pada semua
kebutuhan,
(3) transcendence: keadaan dimana seseorang individu mampu mengatasi
masalah dari ketidaknyamanan yang terjadi.
Kolcaba memandang bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
seorang individu yang bersifat holistik, meliputi kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural, lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan
dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostasis, meliputi penurunan
kemampuan tubuh dalam merespon suatu penyakit atau prosedur invasif.
Beberapa alternatif untuk memenuhi kebutuhan fisik adalah memberikan
obat, merubah posisi, backrub, kompres hangat atau dingin, sentuhan
terapeutik. Kenyamanan psikospiritual dikaitkan dengan keharmonisan hati

4
dan ketenangan jiwa, yang dapat difasilitasi dengan memfasilitasi kebutuhan
interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan
dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien.
interaksi dan sosialisasi klien dengan orang-orang terdekat selama perawatan
dan melibatkan keluarga secara aktif dalam proses kesembuhan klien.
Kebutuhan kenyamanan sosiokultural berhubungan dengan hubungan
interpersonal, keluarga dan masyarakat, meliputi kebutuhan terhadap
informasi kepulangan (discharge planing), dan perawatan yang sesuai dengan
budaya klien. Beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan sosiokultural adalah
menciptakan hubungan terapeutik dengan klien, menghargai hak-hak klien
tanpa memandang status sosial atau budaya, mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaannya, dan memfasilitasi kerja tim yang mengatasi
kemungkinan adanya konflik antara proses penyembuhan dengan budaya
klien. Kebutuhan yang terakhir adalah kebutuhan akan kenyamanan
lingkungan yang berhubungan dengan menjaga kerapian dan kebersihan
lingkungan, membatasi pengunjung dan terapi saat klien beristirahat, dan
memberikan lingkungan yang aman bagi klien (Kolcaba, Tilton, &
Drouin,2006).
2.2 Konsep Keperawatan Anak
2.2.1 Filosofi Keperawatan Anak
Filososfi asuhan menurut Hockenberry & Wilson (2009)
keperawatan bayi dan anak sesuai dengan definisi keperawatan
yaitu diagnosis dan penanganan respon manusia terhadap masalah
kesehatan aktual atau potensial. Definisi ini mencakup empat
gambaran esensial tentangpraktik keperawatan :
a. Perhatian pada rangkaian pengalaman dan respon manusia
terhadap
kesehatan dan penyakit tanpa terbatas pada orientasi berfokus
masalah
b. Integrasi data objektif dengan pengetahuan yang didapat dari
pemahaman tentang pengalaman subjektif pasien atau kelompok
c. Penerapan pengetahuan ilmiah pada proses diagnosis dan
pengobatan
d. Penetapan hubungan caring yang memfasilitasi Kesehatan dan
penyembuhan
Filosofi merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak
yang berfokus pada keluarga, pencegahan terhadap trauma dan
manajemen kasus. Filosofi keperawatan anak antara lain perawat

5
berfokus pada keluarga (family centered care), atraumatic care dan
manajemen kasus (Hockenberry & Wilson, 2009).
a. Asuhan berpusat pada keluarga (family centered care)
Filosofi asuhan berpusat pada keluarga menunjukkan keluarga
bersifat konstan dalam hidup anak. Keluarga didukung dalam peran
pemberian perawatan yang alami dan peran pembuatan keputusan
dengan membangun kekuatan unik mereka sebagai individu dan
keluarga. Memberikan pelayanan berpusat pada keluarga berarti
perawat menggabungkan pengetahuan dan keyakinan keluarga
untuk secara konstan peduli terhadap kehidupan anak, melibatkan
keluarga dalam proses perawartana anak sehingga anak anak
menerima pelayanan yang berkualitas (Harrison, 2010). Filosofi
family centered care adalah filosofi petugas kesehatan yang bekerja
sama diantara keluarga, perawat, dan tim kesehatan yang lain
dimana kebutuhan keluarga diprioritaskan untuk mencari pelayanan
kesehatan yang baik untuk anaknya (Ball, Blinder, Cowen, 2012).
Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat keluarga adalah
memampukan dan memberdayakan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Professional memampukan keluarga dengan menciptakan
kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk
menunjukkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan anak dan
keluarga. Pemberdayaan menggambarkan interaksi professional
dengan keluarga sehingga keluarga mempertahankan kontrol atas
kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan yang positif.
b. Asuhan atraumatik (atraumatic care)
Asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan teraputik dalam
lingkungan, oleh personal , dan melalui penggunaan intervensi yang
menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik yang
diderita oleh anak-anak dan kelaurga mereka dalam system
pelayanan kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2009).
c. Penatalaksanaan kasus
Manajemen kasus adalah proses mengkoordinasikan pelayanan
petugas kesehatan dengan cara berfokus pada kualitas dan
outcome. Dalam praktiknya diperlukan kolaborasi dengan petugas
Kesehatan yang lain yang mempromosikan pelayanan secara
berkelanjutan dengan memfasilitasi kebutuhan pasien dengan
ketersediaan sumber. Perawat case manajer membantu anak dan
keluarga memiliki outcome pelayanan yang terbaik (Ball, Blinder, &
Cowen, 2012).

6
2.2.2 Peran Perawat Pediatrik
Menurut Hockenberry & Wilson (2009) menjelaskan peran
perawat pediatrik, yaitu :
a. Hubungan terapeutik
Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan
keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan
dan
kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapetik, caring
merupakan batasan yang memisahkan dan bersifat positif
yang meningkatkan kendali keluarga atas perawatan
kesehatan anak
b. Advokasi pada keluarga
Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga,
mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan
merencanakan intervensi yang dapat mengatasi masalah.
Sebagai advokat, perawat membantu anak-anak dan keluarga
mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang
diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik
kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga
akan mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia,
diinformasikan secara tepat tentang pengobatan dan
prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong
untuk berubah ke arah yang lebih baik,
c. Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan
Setiap perawat yang terlibat dalam keperawwatan anak harus
mempraktikkan kesehatan preventif. Pendekatan terbaik untuk
pencegahan adalah pendidikan dan pedoman antisipasi.
Pengenalan terhadap bahaya atau konflik dalam setiap
periode perkembangan memungkinkan perawat untuk
membimbing orang tua dalam hal praktik pengasuhan anak
yang ditujukan untuk pencegahan masalah potensial. Di
samping mencegah penyakit fisik atau cedera, peran perawat
adalah mempromosikan kesehatan mental.
d. Penyuluh kesehatan
Penyuluhan kesehatan sering merupakan satu bidang yang
perlu disiapkan dan dipraktikkan oleh perawat dengan model
peran kompeten, karena penyuluhan ini melibatkan transmisi
informasi pada tingkat pemahaman anak dan keluarga.
e. Konseling

7
Konseling merupakan pertukaran pendapat dan ide yang
memberi dasar untuk pemecahan masalah bersama.
Konseling melibatkan dukungan, penyuluhan, teknik untuk
membantu keluarga mengatasi. stress dengan cara eksplorasi
perasaan dan pikiran. Konseling juga memampukan keluarga
untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi, harga diri
lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat.
f. Kolaborasi
Perawat sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan
mengkoordinasikan pelayanan keperawatan dengan aktivitas
professional lain. Konsep asuhan holistik hanya dapat
direalisasikan melalui pendekatan interdisiplin.
g. Riset
Perawat harus berperan pada riset karena mereka adalah
inidvidu yang mengamati respons manusia terhadap
kesehatan dan kesakitan. Konsep praktik berdasarkan
penelitian melibatkan analisis riset yang diterapkan dalam
praktik keperawatan.
2.3 Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi
2.3.1 Gambaran Umum Ruang Rawat Neonatus Resiko Tinggi
Penanganan kasus neonatal harus dilakukan dalam ruang
perawatan khusus yang terdiri dari tiga level, berdasarkan
derajat kesakitan, risiko masalah dan kebutuhan
pengawasannya (Kemenkes, 2008). Level pertama adalah
untuk bayi risiko rendah, dengan kata lain bayi normal yang
sering digunakan istilah rawat gabung ( perawatan bersama
ibu) atau Level II untuk bayi risiko tinggi tetapi pengawasan
belum perlu intensif. Pada level ini bayi diawasi oleh
perawat 24 jam, akan tetapi perbandingan perawat dan bayi
tidak perlu 1-1. Sedangkan pada level III, pengawasan yang
dilakukan benar-benar ekstra ketat. Satu orang perawat
yang bertugas hanya boleh menangani satu pasien selama
24 jam penuh. Pada ketiga level peran dokter boleh dibagi,
artinya 1 orang dokter pada ketiga level, akan tetapi
dengan ketrampilan dan pengetahuan khusus mengenai
masalah gawat darurat pada neonatus. American Academy
of Pediatrics / AAP (2004a) membagi level pelayanan
neonatus resiko tinggi pada suatu institusi :
a. Level I Neonatal Care (Basic)

8
Well – newborn nursery, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan neonatal resusitasi pada awal kelahiran bayi
2) Evaluasi dan perawatan post natal pada bayi sehat
3) Stabilisasi dan perawatan bayi pada bayi dengan gestasi
35-37 minggu dengan mempertahankan status fisiologis
4) Stabilisai bayi yang sakit dengan usia gestasi < 35
minggu
b. Level II Neonatal Care (Spesiality)
Special care nursery dibagi menjadi dua :
Level IIA, yang memiliki kapabilitas :
1) Resusitasi dan stabilisai prematur atau bayi sakit
2) Memberikan pelayanan pada bayi yang lahir dengan gestasi
>32 minggu dan berat lahir ≥ 1500 g yang memiliki
imaturitas
fisioligik seperti apnea of prematurity, ketidakmmapuan
mempertahankan suhu tubuh, ketidakmampuan dalam
intake
oral.
3) Pelayanan pada bayi pada masa penyembuhan setelah
perawatan intensif.
Level IIB : memiliki kapabilitas level IIA ditambah pelayanan
dengan ventilasi mekanik <24 jam atau mengunakan
Continous Positive Airway Pressure (CPAP).
c. Level III (Subspeciality) NICU, dibagi menjadi tiga
kategori :
Level IIIA NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif pada bayi
dengan usia gestasi >28 minggu dan berat lahir >1000 g
2) Memberikan life support terbatas pada konvensional
ventilasi mekanik
3) Bisa dilakuan tindakan bedah minor seperti kateter vena
sentral dan repair hernia inguinal
Level IIIB NICU, yang memiliki kapabilitas :
a. Level I Neonatal Care (Basic)
Well – newborn nursery, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan neonatal resusitasi pada awal kelahiran
bayi
2) Evaluasi dan perawatan post natal pada bayi sehat

9
3) Stabilisasi dan perawatan bayi pada bayi dengan
gestasi 35-37 minggu dengan mempertahankan status
fisiologis
4) Stabilisai bayi yang sakit dengan usia gestasi < 35
minggu
b. Level II Neonatal Care (Spesiality)
Special care nursery dibagi menjadi dua :
Level IIA, yang memiliki kapabilitas :
1) Resusitasi dan stabilisai prematur atau bayi sakit
2) Memberikan pelayanan pada bayi yang lahir dengan
gestasi >32 minggu dan berat lahir ≥ 1500 g yang
memiliki imaturitas fisioligik seperti apnea of
prematurity, ketidakmmapuan mempertahankan suhu
tubuh, ketidakmampuan dalam intake oral.
3) Pelayanan pada bayi pada masa penyembuhan
setelah
perawatan intensif.
Level IIB : memiliki kapabilitas level IIA ditambah
pelayanan dengan ventilasi mekanik <24 jam atau
mengunakan Continous Positive Airway Pressure
(CPAP).
c. Level III (Subspeciality) NICU, dibagi menjadi tiga
kategori:
Level IIIA NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Memberikan pelayanan yang komprehensif pada bayi
dengan usia gestasi >28 minggu dan berat lahir >1000
gram.
2) Memberikan life support terbatas pada konvensional
ventilasi mekanik
3) Bisa dilakuan tindakan bedah minor seperti kateter
vena
sentral dan repair hernia inguinal
Level IIIB NICU, yang memiliki kapabilitas :
1) Pelayanan komprehensif pada Extremely low birth
weight infant (≤ 1000 g dan usia gestasi ≤ 28
minggu).

2) Advanced respiratory support seperti ventilasi dengan


high frekuensi dan inhalasi nitric oxide

10
3) Bisa dilakukan untuk advance diagnostic imaging
seperti computed tomography, MRI, echocardiography

4) Pediatric surgical specialist dan pediatric


anesthesiologist, dan pediatric surgery.

Level IIIC NICU, yang memiliki kapabalitias :

Memiliki kemampuan seperti level IIIB NICU dan


ditambahperawatan untuk exstracorporeal membrane
oxygenation (ECMO) dan kompleks surgical repair ka sus
genital cardiac malformasi.

2.3.2 Klasifikasi Neonatus Resiko Tinggi

Hockenberry & Wilson (2009) membagi neonatus resiko tinggi


berdasarkan berat lahir, usia kehamilan, mortalitas.

2.3.2.1 Klasifikasi Berdasarkan Berat Lahir

a. Low birth weight (LBW) infant : bayi dengan berat badan

lahir kurang dari 2500 gram.

b. Very low birth weight (VLBW) infant : bayi dengan beradt

badan lahir kurang dari 1500 gram.

c. Extremely low birth weight (ELBW) infant : bayi dengan

berat badan lahir kurang dari 1000 gram.

d. Appropiate for gestasional age (AGA) infant : bayi dengan

berat lahir diantara persentil 10th dan 90th pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

e. Small for gestasional age (SGA) infant : bayi dengan berat

lahir di bawah persentil 10th pada kurva pertumbuhan

intrauterin

f. Intrauterin growth restriction (IUGR) : ditemukan pada

bayi yang pertumbuhan dalam kandungannya tidak

berkembang.

g. Large for gestational age (LGA) : bayi dengan berat lahir di

atas persentil 90th pada kurva pertumbuhan intrauterin.

11
2.3.2.2 Klasifikasi berdasarkan Usia Kehamilan

a. Premature infant : bayi yang lahir dengan usia gestasi


kurang dari 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir.

b. Full term infant : bayi yang lahir pada usia gestasi 38


minggu dan 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat
badan lahir.

c. Postmature infant : bayi yang lahir pada usia gestasi lebih

dari 42 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir.

2.3.2.3 Klasifikasi Berdasarkan Mortalitas

a. Live birth : kelahiran bayi dengan manifetasi adanya


detak

jantung, nafas baik, gerakan aktif, tanpa memperhitungkan

usia kehamilan.

b. Fetal death : kematian fetus setelah 20 minggu gestasi


dan

sebelum dilahirkan, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan

setelah lahir.

c. Neonatal death : kematian yang terjadi pada 27 hari

pertama kelahiran bayi, kematian bayi lebih awal terjadi

pada minggu pertama kehidupan.

d. Perinatal mortality : menjelaskan total fetus dan kematian

bayi lebih awal per 1000 kelahiran hidup.

e. Postnatal death : kematian yang terjadi pada 28 hari


sampai 1 tahun setelah kelahiran bayi. 17

Kriteria neonatus resiko tinggi menurut Kemenkes (2008)


adalah bayi dengan kriteria atau kelompok III, yaitu:

a. Berat badan lahir sangat rendah (<1000 gr).

b. Nilai APGAR 5/10 menit>3

12
c. Gangguan nafas berat: RDS berat

d. Kejang neonatus, Hypoxic Ischemic Enchelopathy (HIE)


bilirubin enchpalopathi, hipoglikemia, tetanus
neonaturum.

e. Kelainan bawaan ringan dengan gawat darurat ; fistula


trakheaesophagus, atresia esophagus, gastroskisis,
omalokel berat, TGA minimal, dan meningoensefalokel
dengan komplikasi minimal.

f. Bayi baru lahir dengan komplikasi yang memerlukan


ventilasi mekanik.

BAB III

ANALISIS DAN APLIKASI TEORI KENYAMANA KOLCABA

Analisis dan Aplikasi Teori Kolcaba Di Ruang Rawat Neonatus Resiko


Tinggi Aplikasi suatu teori ke lahan praktik dipengaruhi oleh banyak faktor.
Sebuah teori keperawatan harus sesuai dengan nilai dan misi suatu institusi,
teori bersifat sederhana, dan mudah dipahami untuk dipakai sebagai
panduan praktik (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Teori Kolcaba termasuk
dalam middle range theory. Menurut Kolcaba, teori kenyamanan menjadi
salah satu pilihan teori keperawatan yang dapat diaplikasikan langsung di
lapangan karena bersifat universal dan tidak terhalang budaya yang dimiliki
oleh setiap masyarakat. Hal ini menyebabkan teori kenyamanan bisa
dimodifikasi seluas luasnya sesuai kebutuhan klien masing-masing (March &
McCormack, 2009). Teori kenyamanan ini disusun sebagai teori yang
berpusat pada klien dan keluarga (family-client centered theory) yang
dianggap sebagai inti dari praktik keperawatan (ANA, 2000). Hal ini sesuai
dengan filosofi keperawatan anak yang berpusat pada keluarga, sehingga
teori ini cocok digunakan pada tatanan pelayanan keperawatan anak. Setting
pelayanan ini meliputi pre dan post area operatif, pelayanan ambulatory,
pelayanan primer, pusat komunitas, dan rumah sakit. Tipe pelayanan
keperawatan anak sebagai contoh di ruang pelayanan neonatus ini diberikan
pada well baby yang akut sampai kronik. Intervensi penerapan teori
kenyamanan yang dilakukan pada bayi di ruang neonatus resiko tinggi yaitu

13
meminimalisir nyeri dalam prosedur invasif, strategi yang dilakukan yaitu :
memberikan posisi yang nyaman pada bayi, memfasilitasi kebiasaan
kenyaman bayi seperti thumb-sucking, pembedongan, ayunan,
mengadvokasi kehadiran keluarga (Stephen, Barkey, & Hall, 1999). Kolcaba
mengobservasi bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien dan
keluarga tidak hanya sebatas sensasi fisik dan emosi, tetapi melibatkan
aspek holistik yaitu fisik, psikospritual, sosiokultural, dan lingkungan. Berikut
adalah contoh aplikasi teori kenyamanan dalam asuhan keperawatan pada
bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi:

Pengkajian

Proses pengkajian dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan rasa


nyaman klien ditinjau dari 3 fase (relief, ease, dan transcendence) serta
meliputi 4 konteks kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan
lingkungan). Pengkajian fisik sistematis menyeluruh merupakan komponen
esensial dalam asuhan bayi resiko tinggi.

a. Kebutuhan kenyamanan fisik Ketidaknyamanan fisik pada bayi yang


dirawat di ruang neonatus risiko tinggi antara lain, nyeri akibat prosedur
invasif (terkait prosedur diagnostic dan terapi), ketidakmampuan bayi
dalam mempertahankan termoregulasi, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan kelemahan otot, serta gangguan oksigenasi.

b. Kebutuhan kenyamanan psikospiritual

Pemenuhan kebutuhan psikospiritual pada bayi mungkin belum bisa


diberikan secara optimal, namun bagi keluarga, khususnya orang tua bayi,
hal ini membutuhkan intervensi khusus. Kebutuhan kenyamanan dari
aspek psiko-spiritual pasien bisa dipenuhi meskipun pasien dengan tingkat
kesadaran yang menurun seperti memfasilitasi kunjungan orang tua,
sentuhan terapeutik (caring touch). Perawat perlu mengidentifikasi tahap
penerimaan orang tua terhadap kondisi bayi mereka (denial, anger,
bargaining, depression, dan acceptance). Setiap tahap memiliki
karakteristik masalah emosional dan kebutuhan tertentu yang bersifat
spesifik. Kebutuhan spiritual juga menjadi fokus dalam konteks ini,perawat
perlu mengidentifikasi adanya tanda-tanda distress spiritual yang dialami
oleh orang tua, seperti perasaan marah kepada Tuhan, menolak untuk
melaksanakan kegiatan beribadah, perasaan tidak tenang
setelahberibadah, dan membutuhkan bimbingan spiritual khusus dari
pemuka agama yang dipercaya.

c. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural

14
Perawat dalam memberikan prosedur tindakan apapun perlu
berkonsultasi dengan keluarga untuk mengkaji apakah terapi sesuai
dengan budaya yang berlaku di lingkungan pasien, seperti misalnya saat
melakukan transfuse darah, apakah dalam keluarga terdapat budaya yang
melarang prosedur itu dilakukan. Selain budaya, sosial ekonomi keluarga
juga perlu diidentifikasi untuk menentukan pilihan prosedur yang tepat.

d. Kebutuhan kenyamanan lingkungan

Kebutuhan kenyamanan lingkungan yang perlu diidentifikasi adalah


ketenangan ruangan/pengontrolan kebisingan, suhu, bau, pencahayaan
yang cukup, tidak menginterupsi pola tidur bayi ,serta keamanan pasien
selama dirawat di ruang neonatus risiko tinggi (Kolcaba & Wilson,
2002).Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, karena bayi-bayi yang
dirawat diruang tersebut terpasang banyak alat invasif dan monitor.

Intervensi Kolcaba & Wilson (2004) membagi intervensi untuk mencapai


kenyamanan klien menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Standard comfort intervention

Standard comfort intervention adalah intervensi standar untuk


mempertahankan hemostasis dan mengontrol nyeri pada bayi. Intervensi
standar antara lain adalah manajemen nyeri nonfarmakologis dan
farmakologis, medikasi, monitoring vital sign, modifikasi lingkungan terkait
pengaturan suhu, bau, pembatasan kunjungan, dan lain-lain.

b. Coaching (dukungan emosional, pendidikan kesehatan)

Coaching mengandung pengertian melatih pasien dan keluarga untuk


mengurangi atau menghilangkan kecemasan dengan menyediakan
informasi yang akurat tentang status kesehatan klien, tetap memberi
harapan yang sesuai dengan kondisi klien, mau mendengarkan secara
aktif, serta membantu implementasi perencanaan untuk meningkatkan
kesembuhan klien.

c. Comfort food for soul (terapi musik, kunjungan orang terdekat)

Perawat melakukan intervensi-intervensi khusus yang membuat klien


dan keluarga merasa diperhatikan dan dikuatkan secara fisik, mental,
emosional, dan spiritual, sebagai contoh mengajarkan beberapa teknik
relaksasi seperti pijatan, guided imagery, terapi musik, dan lainnya.

Implementasi

15
Implementasi teori Kolcaba pada bayi yang dirawat di ruang neonatus
risiko tinggi dapat terlihat jelas dalam prinsip perawatan bayi di ruang
tersebut, yaitu S-T-A-B-L-E (Karlsen, 2006).

a. Sugar and safe care

- Melakukan pemantauan kadar glukosa darah untuk memberikan


energi yang cukup bagi otak, sehingga tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada jaringan otak (pusing, nyeri, kejang, dan lain
lain). Hipoglikemia merupakan salah satu tanda dari distress pada bayi.

- Memberikan lingkungan yang aman, memasang side rail untuk


mencegah pasien jatuh, mengatur pencahayaan agar tidak merusak
retina, dan lain-lain. Perawatan yang aman juga terkait dengan
penggunaan vena umbilikalis dan kateter arteri untuk terapi.

b. Temperature

- Memodifikasi lingkungan untuk mencegah bayi kehilangan panas

yang berlebih dari konduksi (menghangatkan alas dan selimut yang

dipakai), konveksi (tidak meletakkan box bayi di dekat jendela atau

di bawah AC), radiasi (memasang topi untuk menutupi kepala bayi),

dan evaporasi (menjaga tubuh bayi agar tetap kering).

c. Airway

- Membuka jalan nafas dengan memposisikan bayi sedikit hiperekstensi


dengan tujuan meningkatkan aliran oksigen sehingga metabolisme yang
terjadi adalah metabolisme aerob yang menghasilkan energi dan panas,
sehingga bayi merasa nyaman, dan bukan menghasilkan asam laktat
yang dapat mengiritasi serabut saraf perifer dan menimbulkan nyeri.

- Perawat harus mampu mengidentifikasi tanda distress pernafasan

yang terjadi pada bayi (ringan, sedang, dan berat).

- Monitoring saturasi oksigen dilakukan pada dua lokasi (pre dan post

duktal) untuk mengidentifikasi adanya shunt dari kanan ke kiri pada

duktus arteriosus

d. Blood pressure

16
- Memantau tekanan darah klien untuk mengidentifikasi adanya kondisi
syok (hipovolemik, kardiogenik, atau septik). Tekanan darah yang stabil
menunjukkan fungsi jantung yang baik, sehingga dipastikan perfusi dan
oksigenasi ke jaringan adekuat, tanda distress nafas dan kegagalan
sirkulasi bisa diminimalisir.

e. Label work

Bayi yang dirawat di ruang neonates risiko tinggi memiliki kerentanan

terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan pemantauan hasil


laboratorium CBC (Complete Blood Count), CRP, AGD (Analisa Gas
Darah).

f. Emotional support

- Memberikan penjelasan yang akurat tentang kondisi klien kepada

keluarga (inform consent)

- Menjadi pendengar yang aktif ketika keluarga mencurahkan perasaan


dan emosinya.

- Memberikan jaminan prosedur yang diberikan sesuai dengan budaya


yang dianut klien.

- Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan spiritual keluarga. Perawat


bereaksi untuk mengimplementasikan intervensi yang dapat
memperbaiki fungsi optimal neonatus resiko tinggi. Salah satu intervensi
terapeutik dalam NIC adalah environment modification dimana perawat
dapat memodifikasi lingkungan baik secara internal dan eksternal untuk
kenyamanan klien. Kenyamanan juga menjadi salah satu priority
outcome yang dinilai berdasarkan NOC (Nursing Outcome
Classification) (Moorhead, 2008) dan juga menentukan intervensi
terapeutik mandiri perawat berdasarkan NIC (Nursing Intervention
Classification) (Dochterman & Bulechech, 2008). Setiap tindakan
keperawatan, teori kenyamanan ini selalu bersifat holistik

(bio, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan). Dengan demikian


proses kesembuhan klien akan lebih cepat sehingga dapat menurunkan
biaya perawatan dan lamanya hari perawatan, meningkatnya keamanan
klien selama dirawat, meningkatnya stabilitas ekonomi, dan banyak
kepentingan public lainnya yang bisa terfasilitasi.

17
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aspek Positif

Teori kenyamanan Kolcaba bisa diterapkan pada program Pendidikan


keperawatan, praktik keperawatan, dan penelitan. Pada program
Pendidikan keperawatan, mahasiswa bisa belajar bagaimana penerapan
comfort care plan melalui pembelajaran sistem online yaitu website
Kolcaba. Teori Kenyamanan Kolcaba bisa dikenalkan pada mahasiswa
melalui intervensi kenyamanan pada NANDA, NOC, dan NIC dan 3
bentuk teori comfort yaitu relief, ease, transcendence (Tomey & Alligood,
2010). Sebagai tambahan penerapan pada area pendidikan Goodwin,
Sener, dan Steiner (2007) mena mbahkan aplikasiKolcaba merupakan
konsep yang holistik untuk dijadikan teaching guideline.

Pengajar bisa menurunkan ketidaknyamanan mahasiswa. Untuk


menurunkan ketidaknyamanan fisik, pengajar mendukung mahasiswa
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan istirahat. Dari aspek psycho-
sosial, guru memberikan inspirasi dan reinforcement positif pada
mahasiswa untuk menurunkan kecemasan. Untuk menurunkan
ketidaknyamanan sosio-kultural, guru menunjukkan penghargaan kepada

18
mahasiswa dengan berbagai perbedaan budaya dan adat istiadat. Pada
fase transcendence mahasiswa memiliki motivasi, partisipasi, dan
kepuasaan sepanjang proses pembelajaran yang ditempuh.

Penerapan teori Kolcaba dapat digunakan secara luas diberbagai


tatanan pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Sebagai contoh
Teori Kolcaba bisa diterapkan pada setting perianastesia (Kolcaba &
Wilson, 2004), perioperative nursing (Wilson & Kolkaba, 2004), critical
care (Kolcaba & Fisher, 1996), emergency room (Hawley, 2000), dan
setting onkologi, terapi radiasi, dan praktik perawatan palliative (end-of-
life nursing practice). Teori kenyamanan bisa digunakan sebagai acuan
kerangka dalam penelitian sehingga memudahkan perawat untuk lebih
terlibat dalam penguasaan teori yang berdasarkan riset dan praktik.
Instrumen pengkajian pada teori Kolcaba telah disusun untuk mengukur
tingkat kenyamanan klien dan keluarga, memvalidasi sehingga dapat
membantu perawat untuk menyusun intervensi kenyamanan (Tomey &
Alligood, 2010). Kelebihan dari teori comfort ini bahwa outcome pasien
bisa diukur. Kuisoner instrument ini juga sudah diterjemahkan ke dalam
berbagai bahasa yaitu Spanish, Portugis, Italian, Turki, dan Farsi
(Kolcaba, 2010).

Teori kenyamanan Kolcaba bisa juga diterapkan dalam asuhan


keperawatan anak karena bersifat sederhana dan tidak terhalang oleh
budaya. Hal ini menyebabkan teori kenyamanan bisa dimodifikasi seluas-
luasnya sesuai kebutuhan klien masing-masing (March & McCormack,
2009). Sesuai dengan falsafah keperawatan secara umum yaitu
memandang klien secara holistik bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, teori
Kolcaba cocok diterapkan dalam setting keperawatan anak karena
kenyamanan tidak hanya berfokus pada anak sesuai konsep atraumatic
care tetapi juga berpusat pada keluarga (family centered care). Teori
Kolcaba sangat relevan diterapkan di ruang perinatologi karena neonatus
resiko tinggi yang dirawat disana membutuhkan kenyamanan dari seluruh
aspek bukan hanya lingkungan fisik dalam ruangan tetapi juga aspek
emosional dan spiritual dari keluarga turut berkontribusi dalam perawatan
bayi dengan resiko tinggi. Lingkungan yang nyaman akan membantu bayi
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan konsep
developmental care.

Pilihan intervensi keperawatan dapat berdasarkan nursing intervention


classification (NIC) atau panduan intervensi keperawatan lainnya yang
sudah

19
teruji secara evidenced based. Penilaian dari implementasi keperawatan
dapat diperoleh melalui pertanyaan langsung yang diajukan ke pasien
atau menggunakan kuesioner evaluasi, observasi. Beberapa contoh
instrument evaluasi dari tindakan berdasarkan uji empiris oleh Kolcaba
antara lain

(Peterson & Bredow, 2008) :

a. Ceklist perilaku nyaman di area pediatrik

b. General comfort questionnaire (GCQ)

c. Radiation therapy comfort questionnaire (RTCQ)

d. Visual analog scales (VAS)

e. Urinary incontinence and frequency comfort questionnaire (UIFCQ)

f. Hospice comfort questionnaire (HCQ) for family and patient

4.2 Aspek Negatif

Beberapa kelemahan dari penerapan teori comfort adalah bahwa teori ini
melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik,
psikospiritual,lingkungan, dan sosial kultural. Akan tetapi, untuk menilai
semua aspek tersebut dibutuhkan kerjasama secara multidisplin profesi
sehingga membutuhkan komitmen tinggi dari berbagai profesi dan
ketrampilan kemampuan perawat. Hal ini menyebabkan masing-masing
profesi hanya memberikan intervensi sesuai kompetensinya sehingga
pelayanan cenderung terfragmantasi dan tidak komprehensif, dan malah
sering terjadi tumpah tindih.

Teori kenyamanan Kolcaba bisa digunakan sebagai guideline untuk


meningkatkan kenyamanan baik dari segi perawat maupun pasien dan
lingkungan praktik keperawatan (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Namun,
kenyataannya intervensi kenyamanan untuk kecukupan staff sulit untuk
diterapkan. Institusi pelayanan mungkin memiliki keinginan untuk
menciptakan lingkungan yang nyaman sesuai teori Comfort. Akan tetapi,
rumah sakit memiliki target perhitungan budget untuk operasional organisasi.
Sehingga kenyamanan yang diciptakan diperoleh dari modifikasi dari fasilitas
yang sudah ada. Kenyamanan dan ketidaknyamanan lebih banyak diperoleh
dari data subjektif (autoanamnesis), yang mengutamakan kemampuan

20
komunikasi, sedangkan pada bayi sulit memperoleh data tersebut karena
keterbatasan dalam mengungkapkan ekspresi ketidaknyamanan secara
verbal, sehingga data lebih banyak didapatkan dari orang lain
(aloanamnesis), yaitu perawat yang bertugas di ruangan. Data dari keluarga
juga hanya sedikit yang dibutuhkan, karena di ruang neonates risiko tinggi
terdapat aturan pembatasan kunjungan dan orang tua atau keluarga tidak
berada 24 jam di sisi klien.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kenyamanan adalah tujuan sentral dari keperawatan karena melalui


rasa nyaman tahap recovery klien akan tercapai. Teori Kolcaba menjelaskan
tentang seorang individu dapat merasakan kondisi nyaman dan tidak nyaman
yang dipengaruhi oleh aspek yang bersifat holistik, meliputi fisik
psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Ketidaknyamanan yang
dirasakan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, Oleh karena itu
perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan perlu memahami dan
mengaplikasikan model konseptual teori kenyamanan untuk meningkatkan
status kesehatan klien. Dalam konteks perawatan neonatus dengan resiko
tinggi diperlukan stabilitas dan kenyamanan dari seluruh aspek guna
menunjang asuhan perkembangan bayi secara optimal.

5.2 Saran

a. Dalam praktik keperawatan hendaknya level kenyaman klien terus

dievaluasi sehingga kesembuhan klien lebih cepat tercapai.

21
b. Bagi perawat anak hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan
anak menggunakan evidence based practice terbaru yang menunjang
pelayanan atraumatic care dan family center care.

c. Dalam clinical neonates setting, perawat hendaknya lebih peka terhadap


situasi dan kondisi klien sehingga mampu menerapkan teori mana yang
cocok yang menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan holistik.

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatric (AAP) Committee on Fetus and Newborn.


(2004a). Policy statement : Organizational principle to guide and define
the child health care system and/or improve the health of all children.
Pediatrics, 114(5), 1341-1347.

American Nurses Association (ANA). (2000). Scope and standars for


pediatric

nursing. Washington DC: Author.

Ball, J., Blinder, R., & Cowen, K. (2012). Principles of pediatric nursing:
Caring

for children (5th ed.). New Jersey: Pearson Education Inc.


Dochterman,

J.M & Bulecheck G.M, (2008). Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth
Edition. St. Louis: Mosby Elsevier

22
Goodwin, M., Sener, L., & Steiner, S. (2007). A novel theory for nursing
education: Holistic comfort. Journal of Holistic Nursing, 25(4), 278-
285.doi:10.1177/0898010107306199

Hockenberry & Wilson. (2009). Wong’s nursing care of infants and children
(8th

ed.). St. Louis: Mosby, Inc.

Horrison, T.M. (2010). Family centered pediatric nursing care: State of the
science. Journal of Pediatric Nursing, 25(5), 335-
343.doi:10.1016/j.pedn.2009.01.006

Karlsen, K.A. (2006). The stable program (5th ed.). Retrieved from
http://www.stableprogram.org/docs/stable_learner_manual_preview.pdf.

Kemenkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah


Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas B. Retrieved from: www.
Hukor.depkes.go.id /up_prod_kepmenkes/KMK.no.604.pdf. 2008.

Kolcaba, K. (2010). Kolcaba comfort instrument. Retrieved from


http://www.thecomfortline.com/webinstruments.html.

Kolcaba, K., & DiMarco, M., A. (2005). Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3), 187-194. Retrieved from
http://www.medscape.com/viewarticle/507387.

Kolcaba, K., Y. (1994). A theory of holistic comfort for nursing. Journal of


Advance Nursing, 19, 1178-1184. Retrieved from:
http://thecomfortline.com/files/pdf/1994.

Kolcaba, K.Y., & Fisher, E.M. (1996). A holistic perspective on comfort


care as an advance directive. Critical Care Nursing, 18, 66-76.

Kolcaba & Wilson, L. (2004). Practical application of comfort theory in


the

perianesthesia setting. Journal of PeriAnasthesia Nursing, 19 (3),


164-173. Retrieved from: http://thecomfortline.com/files/pdfs/2004.

Kolcaba, K. (2005). Comfort Theory and Its Application to Pediatric


Nursing. Retrieved
from:http://medscape.com/viewarticle/507387_2

Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C. (2006). Comfort theory a unifying

23
framework to enhance the practice environment. The Journal of
Nursing Administration, 36(11), 538-544. Retrieved
from:http://thecomfortline.com/files/pdfs/2006.

March, A. & McCormack, D. (2009). Nursing theory-directed healthcare


modifying kolcaba’s comfort theory as an institution-wide
approach. Holistic Nursing Practice.

Peterson, S.J. & Bredow, T.S. (2008). Middle range theories :


Application to nursing research. (2nd ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.

Potter & Perry, (2009). Fundamentals of nursing, (7th ed.). Missouri :


Mosby Elsevier, Inc.

Stephens, B., Barkey, M., & Hall, H. (1999). Techniques to comfort


children during stressful procedures. Advances in Mind-Body
medicine, 15, 49-50.

Surami, A.(2003). Perawatan bayi resiko tinggi. Jakarta: EGC.

Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work
(7th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.

VandenBos, G.R (Ed.). (2007). APA dictionary of psychology.


Washington, DC: American Psychological Association.

Wilson, L., & Kolcaba, K. (2004). Practical application of comfort theory


in the perianasthesia setting. Journal of Perianastesia Nursing,
19(3), 164-173.

Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L.,


Schwartz, P. (2009). Wong’ essentials of pediatric nursing (7th
ed.). St. Louis:Mosby, Inc.

24
25

Anda mungkin juga menyukai