Dalam Undang Undang No 44 Tentang Rumah sakit dalam Kewajiban Dan Hak Rumah
Sakit Pasal 29 huruf (r), menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws), berarti ini membuktikan bahwa Rumah sakit diwajibkan menyusun dan
melakasanakan Hospital By Laws sebagai dasar hukum dalam pelaksanaan peraturan interna
rumah sakit di Rumah sakit.
Dalam menyusun Hospital Bylaws Rumah Sakit yang harus diperhatikan adalah
subtansinya mempunyai unsur unsur kepastian hukum, dan mempunyai dampak manfaat
yang besar bagi masyarakat, dan mempunyai unsur unsur keadilan, dan sesuai dengan kaidah
kaidah dalam menyusun peraturan dan perundang undangan (Lihat : Kepastian
Hukum UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
... UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
merupakan peraturan pertama yang mengatur tata cara pembentukan perundang-
undangan yang berdasarkan asas peraturan perundang-undangan yang baik.3 Des
2015, sumber www.kompasiana.com.politik )
Dalam UU No12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan pada Bab II Pasal (5),”dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus
berdasarkan pada ASAS pembentukan perundang undangan yang baik meliputi”:
1. Kejelasan tujuan
2. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat
3. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan
4. Dapat dilaksanakan
5. Kedayagunaan dan kehasilan guna
6. Kejelasan rumusan ; dan
7. Keterbukaan
Pasal 6 UU NO NO12/2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN
PEMBUATAN UU. Materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung asas:
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhineka tunggal ika;
7. Keadilan;
8. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
9. Ketertiban dan kepastian hukum dan/atau
10. Kesimbangan, keselarasan dan keserasian
Terjemahan "BY LAWS" sampai sekarang masih banyak pendapat, beberapa
terjemahan bylaws adalah : konstitusi, statuta, dan anggran dasar dan peraturan
internal, konstitusi, dan anggaran dasar , statuta sama sama berarti produk tertinggi
yang mengatur suatu organisasi atau insitusi. PMK 631/2005.
Dalam pembuatan dan penetapan hospital by laws dan dan medical staf by laws
setiap rumah sakit tidak harus selalu, karena hospital By laws medical staff by laws
dan Nursing Staff by laws bersifat " tailor made"
Pada dasarnya pengelolaan rumah sakit ditentukan oleh tiga unsur atau organ
fungsional yang berbeda kewenangan, tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun
semua harus bekerja sama secara integratif dalam menjalankan misi rumah sakit. Ketiga
unsur tersebut adalah :
1. Pemilik atau yang mewakili, sebagai otoritas steering comitte.
2. Pengelola, dalam hal ini pimpinan rumah sakit, mempunyai fungsi sebagai motor penggerak.
3. Staf Medis, sebagai pelaku utama core business rumah sakit.
Tidak satupun dari ketiga unsur tersebut akan berfungsi, jika tidak ada dua yang lain.
Mereka adalah tri-tunggal yang bersama-sama secara fungsional memimpin rumah sakit dan
bertanggung jawab bersama tentang layanan kepada individu dan masyarakat (shared
accountability ).
Di masa lalu rumah sakit sering dianggap sebagai lembaga sosial yang kebal hukum
berdasarkan doctrin of charitable immunity. Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga
sosial menjadi lembaga sosio-ekonomi, dimana rumah sakit tetap mempunyai tanggung
jawab sosial tetapi dalam pengelolaan keuangannya menerapkan prinsip-prinsip ekonomi,
diikuti dengan perubahan peraturan penyelenggaraan rumah sakit membuat rumah sakit dapat
dijadikan sebagai subyek hukum karena masyarakat semakin kritis dan sebagai target gugatan
atas perilakunya yang dinilai merugikan.
Pergeseran perubahan rumah sakit dari insitusi/lembaga sosial menjadi lembaga sosio-
ekonomi berdampak juga pada semakin kompleksnya permasalahan rumah sakit (padat
modal, padat teknologi, padat tenaga dengan berbagai disiplin ilmu) sehingga pengelolaan
rumah sakit tidak bisa semata-mata hanya sebagai lembaga sosial, dan hal ini berpotensi
menimbulkan konflik antar pihak yang berkepentingan baik internal (antara pemilik dengan
pengelola, antara pengelola dengan staf medis apabila hubungan antara pemilik, pengelola
dan staf medis tidak diatur dengan baik) maupun eksternal (antara rumah sakit selaku
pemberi pelayanan dengan pelanggan selaku pengguna jasanya).
Penerapan Good Governance, rumah sakit perlu mengantisipasi kejelasan tentang peran
dan fungsi dari masing-masing pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan rumah sakit,
baik pemilik, pengelola dan staf medis di rumah sakit, serta mengatur hubungan ketiga unsur
tersebut dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws).
B. Fungsi Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) RS.....peraturan Internal
Rumah Sakit RS adalah :
1. Manfaat untuk RS :
a. Sebagai pedoman hukum dalam bentuk anggaran dasar/anggaran rumah tangga.
b. Sebagai pedoman untuk mendapatkan kepastian hukum dalam pembagian kewenangan dan
tanggung jawab.
c. Sebagai alat/ sarana untuk menunjang persyaratan akreditasi rumah sakit.
d. Sebagai alat/sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
e. Pedoman dalam memberikan kejelasan arah dan tujuan untuk melaksanakan kegiatannya.
f. Sebagai pedoman dalam membuat kebijakan, panduan, standar prosedur operasional.
a. Sebagai pedoman tentang batas kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung jawab yang
jelas .
b. Sebagai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis manajerial/operasional.
c. Sebagai pedoman dalam memberikan sanksi atau reward bagi SDM RSU
a. Sebagai alat/ sarana untuk mengetahui arah dan tujuan rumah sakit.
b. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.
a. Sebagai alat/ sarana untuk mengetahui visi, misi dan tujuan RS.........................
b. Sebagai pedoman bagi masyarakat untuk mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh
RS.......................................
c. Sebagai pedoman dalam pembuatan ikatan kerja sama baik dengan instansi pemerintah,
swasta, lembaga sosial masyarakat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sumber Bacaan :