1. Sebagai acuan bagi rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah sakitnya.
2. Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun kebijakan yang
bersifat teknis operasional.
4. Sarana perlindungan hokum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
5. Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit antara pemilik,direktur rumah sakit, dan staff
medis.
Umum : Dimilikinya suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur pemilik rumah sakit atau yang
mewakili,direktur rumah sakit dan tenaga medis sehingga penyelengaraan rumah sakit dapat
efektif,efisien dan berkualitas.
Khusus : Dimilikinya pedoman oleh rumah sakit dalam hubungannya dengan pemilik atau yang
mewakili, direktur rumah sakit dan staff medis. Dimilikinya pedoman dalam pembuatan kebijakan
teknis operasional rumah sakit. Dimilikinya pedoman dalam peraturan staff medis.
Manfaat Hospital by laws
1. Untuk rumah sakit
- Rumah sakit memiliki acuan hokum dalam bentuk anggaran rumah tangga.
- Rumah sakit memiliki kepastian hukum dalam pembagian kewenangan dan tanggung jawab baik eksternal maupun internal yang
dapat menjadi alat/ sarana perlindungan hokum bagi rumah sakit atas tuntutan/gugatan.
- Menunjang persyaratan akreditasi rumah sakit
- Memilikinya alat/ sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
- Rumah sakit memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya.
2. Untuk pengelola rumah sakit
- Memiliki acuan tentang batas kewenangan,hak,kewajiban dan tanggung jawab yang jelas sehingga memudahkan dalam
menyelesaikan masalah yang timbul serta dapat menjaga hubungan yang serasi dan selaras.
4. Untuk pemilik
- Mengetahui tugas dan kewajibannya.
Bahwa isi,substansi dan rumusan rinci dari hospital by laws tidaklah sama di semua rumah sakit dan tidak mungkin sama. Masing-
masing rumah sakit mempunyai kekususan tersendiri. (faktor sejarah,maksud dan tujuan,kepemilikan,situasi dan kondisi yang
Fungsi hukum membuat peraturan –peraturan yang bersifat umum dan berlaku umum. Sedangkan kasus hokum RS dan kedokteran
bersifat kasuistis. Dengan demikian diperlukan untuk mengukur ada tindaknya kelalaian /kesalahan yang ditunduhkan.
3. Hospital by laws mengatur bidang yang berkaitan dengan seluruh manajemen rumah sakit.
Hospital (administrative atau corporate) by-laws mengatur tentang bagaimana kepentingan pemilik
direpresentasikan di rumah sakit, bagaimana kebijakan rumah sakit dibuat, bagaimana hubungan antara
pemilik dengan manajemen rumah sakit dan bagaimana pula dengan staf medis, dan bagaimana
hubungan manajemen dengan staf medis. Hubungan-hubungan tersebut diuraikan dalam keadaan statis
dan dinamis
Hospital (medical) by-laws memberikan suatu kewenangan kepada para profesional medis untuk
melakukan self-governance bagi para anggotanya, dengan cara membentuk suatu "komite medis" yang
mandiri; sekaligus memberikan tanggungjawab (responsibility) kepada "komite" tersebut untuk
mengemban seluruh kewajiban pemastian terselenggaranya pelayanan profesional yang berkualitas dan
pelaporannya kepada administrator rumah sakit.
Di dalam bagian administratif dari suatu hospital by-laws diatur tentang Badan Pengawas
(Board of Trustees atau Dewan Penyantun), kepengurusan korporasi, kepanitiaan (komite)
yang diperlukan, rapat, keuangan, tugas-tugas administrator (manajemen) serta hubungan
administrator dengan pengurus rumah sakit lainnya. Dianjurkan di dalam prototype hospital
by-laws tersebut bahwa administrator rumah sakit ditunjuk juga sebagai sekretaris Badan
Pengawas, tetapi bukan sebagai anggota Badan Pengawas. Administrator adalah orang
yang bertanggung-jawab atas berjalannya korporasi rumah sakit, termasuk
mempekerjakan-mengendalikan dan mengarahkan semua pegawai rumah sakit.
Pada umumnya, medical staff by-laws berisikan ketentuan tentang nama, tujuan,
keanggotaan, kategori keanggotaan, profesional yang bukan dokter/dokter gigi, prosedur
pengangkatan dan review, clinical privileges, tindakan korektif, proses hearing dan
banding, kepengurusan staf medis, organisasi pelayanan medis, kepanitiaan yang harus
dibentuk, rapat-rapat, kerahasiaan dan pengungkapan informasi, peraturan lain, dan
ketentuan tentang penambahan bylaws atau peraturan.
Medical staff by-laws harus mengatur tanggung-jawab profesional anggota staf medis, seperti
keharusan mematuhi standar profesi, mematuhi bylaws dan peraturan lain, dapat
bekerjasama, mematuhi aturan pengisian rekam medis, mematuhi sumpah dokter dan etik
kedokteran, kewajiban mengikuti pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan lain-lain
By-laws juga mengatur tentang kewenangan medis dari tiap anggotanya sesuai dengan
kualifikasinya, pengaturan apabila terdapat tindakan atau kasus yang menjadi lahan lebih dari
satu spesialisasi, sistem rujukan dan konsultasi internal, sistem jaga dan perpindahan
kewenangan dan tanggung-jawab, dll
Apabila dikaji uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hospital (medical) by-laws
memiliki peran yang besar dalam menertibkan penyelenggaraan layanan medis di sebuah
rumah sakit, yang berarti pula merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kasus
medikolegal. Bahkan bukan hanya sengketa medis antara pemberi layanan dengan penerima
layanan medis saja yang dicegah, melainkan juga sengketa hukum antara manajemen rumah
sakit dengan dokter pemberi layanan medis atau antar para pemberi layanan medis di rumah
sakit tersebut.
Kerangka Hukum
Peraturan –peraturan yang
atas dasar mengaturrumah
mana penyelenggaraan kehidupan
sakit berpijak rumah
adalah : sakit
▪ kebijakan pelaporan
o AD Yayasan
d. Peraturan internal rumah sakit
o PP Perusahaan Jawatan ( Perjan)
e. Kebijakan teknis operasional rumah sakit
o Peraturan lain yang terkait dengan bentuk badan
hokum pemilik rumah sakit. - SOP (Standar Operating Procedure)
- Job description
b. Peraturan perudangan tentang kesehatan dan
perumahsakitan f. Aturan hukum umum
Selesai !!