PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
rawat jalan dan gawat darurat. Penyelenggaraan rumah sakit berasaskan Pancasila
Sejarah perkembangan rumah sakit di Indonesia pertama kali didirikan oleh VOC
tahun 1626 dan kemudian juga tentara Inggris pada zaman Raffles terutama
pertolongan. Hal ini berlanjut dengan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh
kelompok agama. Sikap ini diikuti oleh Rumah Sakit CBZ di Jakarta. Rumah sakit
ini tidak memungut bayaran pada orang miskin dan gelandanga, sehingga
rumah sakit adalah gratis. Mereka tidak mengetahui bahwa sejak zaman VOC,
orang Eropa yang berobat di rumah sakit VOC (kecuali tentara dan keluarganya)
Rumah sakit sebuah institusi atau lembaga yang pada mulanya didirikan dengan
masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu. Pada era ini dikenal
sarat dengan sifat sosial, kemanusiaan, dilandasi nilai ke-Tuhanan dan tidak
mencari keuntungan.1
1 Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung, Keni Media,
2012, hlm.6
3
pada doctrine of charitable community. Pada saat itu rumah sakit tidak dapat
digugat jika melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian pada diri pasien.
Rumah sakit seolah kebal hukum, dengan alasan tugas kemanusiaan tersebut.
Rumah sakit tidak mungkin dibebani tanggung jawab hukum jika terjadi sesuatu
pada diri pasien yang disebabkan oleh tindakan pelayanan medik yang salah di
rumah sakit. Bentuk kegiatan rumah sakit adalah menolong tanpa pamrih dan
Pada awal tahun 1990-an terjadi perubahan paradigma, rumah sakit tidak sebagai
unit sosial semata, tetapi menjadi unit sosio ekonomi. Rumah sakit tetap
swasta yang sebelumnya hanya boleh didirikan oleh badan hukum yayasan atau
badan sosial lainnya, sejak tahun 1990 Perseroan terbatas (PT) baik penanaman
modal dalam negeri maupun penanaman modal asing dapat mendirikan rumah
sakit.
subjek hukum. Perubahan rumah sakit dari unit sosial menjadi unit sosio ekonomi
apabila hubungan antara pemilik, pengelola dan staf medis tidak diatur dengan
baik. Rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit (hospital
bylaws).
mengatur semua kebijakan dan kegiatan yang terdiri dari beberapa profesi dengan
peran, tugas dan tanggung jawab yang berbeda namun harus saling bersinergi
padat modal, padat tenaga, padat teknologi dan padat persoalan dalam berbagai
Rumah sakit mempunyai kewajiban untuk membuat aturan yang berguna untuk
melindungi pasien dari praktek rumah sakit yang tidak sesuai standar, melindungi
pemerintah.
Menurut ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf r UU RS, ditentukan bahwa rumah
sakit harus menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit (hospital
bylaws). Salah satu persyaratan perizinan dan akreditasi rumah sakit yang wajib
dipenuhi adalah hospital bylaws. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws)
adalah peraturan organisasi rumah sakit (corporate bylaws) dan peraturan staf
medis rumah sakit (medical staff bylaws) yang disusun dalam rangka
dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf
medis rumah sakit (medical staff bylaws) antara lain diatur kewenangan klinik
(clinical privilige).4
5
Pada prinsipnya, hospital bylaws dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu:
Pertama, dari sudut pandang akreditasi bahwa hospital bylaws merupakan butir-
butir yang diperlukan untuk akreditasi rumah sakit. Akreditasi memeriksa ada
prosedur yang harus ditempuh, dan sebagainya. Kedua, dilihat dari segi hukum,
demikian karena hukum hanya mengatur hal-hal secara umum yang masih harus
pembuktian yang lebih rinci harus terdapat pada hospital bylaws. Dapat dikatakan
bahwa hospital bylaws dapat dipergunakan sebagai tolak ukur mengenai ada
Ketiga, dilihat dari segi manajemen risiko, maka hospital bylaws dapat menjadi
4 Penjelasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5 J. Guwandi, Merangkai Hospital Bylaws, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2007, hlm.1
6
alat (tool) untuk mencegah timbulnya atau mencegah terulangnya suatu risiko
yang merugikan.
hospital bylaws berasal dari dua buah kata yaitu hospital (rumah sakit) dan
utama dalam peraturan internal rumah sakit menurut JCAHO (Joint Comission on
pemilik atau yang mewakili. Mengingat pemilik atau yang mewakili merupakan
pemeran utama dalam peraturan internal rumah sakit, maka yang berwenang
rumah sakit merupakan produk hukum dari suatu organ yang lebih tinggi daripada
direktur rumah sakit, dan konsekuensi logisnya adalah peraturan internal tersebut
tidak memuat hal-hal yang bersifat teknis manajerial seperti halnya standar
operasional prosedur (SOP) suatu technical task tertentu atau job description
seseorang.
Peraturan internal rumah sakit lebih merupakan anggaran rumah tangga sebuah
rumah sakit, dan secara yuridis hal ini tidak di campur dengan aturan yang
seharusnya ditetapkan oleh eksekutif (direktur rumah sakit) dalam suatu produk
hukum. Dijelaskan juga bahwa peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws)
7
sebagai suatu produk hukum yang merupakan konstitusi sebuah rumah sakit yang
ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau yang mewakili. Peraturan internal rumah
sakit (hospital bylaws) ini dibuat dan dipergunakan untuk rumah sakit itu sendiri
(tailor made). Peraturan internal rumah sakit hanya berlaku untuk rumah sakit itu
sendiri dan tidak dapat dipergunakan oleh rumah sakit lain. Peraturan internal
klinis sebuah rumah sakit. Standar Operasional Prosedur (SOP) atau protap,
uraian tugas, surat keputusan direktur dan lain sebagainya bukan peraturan
Pedoman Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), hospital bylaws terdiri dari
corporate bylaws dan medical staff bylaws. Peraturan ini masih kurang rinci dan
terlalu umum sehingga perlu diperbaiki dan diatur dalam peraturan tersendiri.
6 Depkes RI, Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), Depkes
RI, Jakarta,2002, hlm.1
8
sakit, maka perlu dilakukan pengaturan internal yang mengatur peran dan fungsi
pemilik, pengelola dan staf medis. Pemilik atau yang mewakili pemilik sebagai
otoritas steering, Direksi atau Pimpinan rumah sakit mempunyai fungsi motor
penggerak dan staf medis adalah pelaku utama core business rumah sakit.
Selanjutnya untuk peraturan internal staf medis diatur khusus di dalam Peraturan
Sakit
bylaws hanya dibuat sebagai persyaratan perizinan dan akreditasi saja. Hospital
bylaws yang dibuat hanya sebatas narasi dan belum jelas aturan hukumnya. Di
umumnya banyak yang masih secara lisan dan kebanyakan juga pengaturannya
rumah sakit.
9
Salah satu contoh kasus yang menunjukkan bahwa rumah sakit belum
di suatu rumah sakit pemerintah yang juga berpraktek di rumah sakit swasta.
Dokter tersebut melakukan praktek pada saat jam kerja PNS sehingga terjadi
rumah sakit pemerintah. Pada akhirnya pasien yang berobat di rumah sakit
yang berpraktek di rumah sakit tersebut dan ada komite medik yang bertugas
untuk mengingatkan. Hanya saja aturan yang ada tidak pernah digunakan
judul Hospital Bylaws dan Asas Kepastian Hukum. Pada penelitian tersebut
dihubungkan dengan asas kepastian hukum, jadi jika hospital bylaws yang
diterapkan dan digunakan di rumah sakit tersebut sesuai dan mengacu pada
kepastian hukum.
lembaga rumah sakit, direktur rumah sakit, izin rumah sakit, komite medik,
bisa memberikan perlindungan hukum bagi pemilik atau yang mewakili, direktur
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
b. Aspek hukum keperdataan apa saja yang harus termuat dalam sebuah
hospital bylaws?
2. Ruang Lingkup
11
dalam bidang ilmu hukum kesehatan. Dimana akan dilakukan pengkajian yang
1. Tujuan Penelitian
rumah sakit.
rumah sakit
2. Kegunaan Penelitian
a) Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
b) Secara praktik, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit agar
D. Kerangka Pemikiran
12
1. Alur Pikir
berikut :
Rumah Sakit
Staff Medis
13
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti bagaimana eksistensi atau keberadaan
hospital bylaws dengan aspek-aspek hukum keperdataan yang termuat didalamnya bisa
memberikan perlindungan hukum kepada pemilik atau yang mewakili, direktur rumah
sakit sebagai pengelolanya dan staf medis sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
2. Kerangka Teori
aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan,
acuan dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitian atau penulisan. Pada
umumnya, teori bersumber dari undang-undang, buku/karya tulis bidang ilmu dan
subjek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif
(pencegahan) maupun dalam bentuk yang bersifat represif (pemaksaan), baik yang
secara tertulis maupun tidak tertulis dalam rangka menegakkan peraturan hukum. 8
pengawasan.
Perlindungan hukum diterapkan bagi para pihak bukan karena sudah terjadi
permasalahan atau wanprestasi pada perjanjian antara pihak rumah sakit dengan
pihak dalam perjanjian itu telah dilindungi oleh peraturan dan aturan pada
Hukum agar menjadi valid maka hukum harus dapat diterima oleh masyarakat.
Dan sebaliknya, agar dapat dilakukan terhadap masyarakat, maka suatu kaidah
hukum haruslah merupakan hukum valid atau legitimate. Dari kaidah hukum yang
(obligation).10
menjalankannya.
11 Ibid,hlm.124-125
16
3. Keberlakuan moral. Agar valid, maka kaidah hukum tersebut tidak boleh
suatu teori yang disebut teori validitas hukum. Validitas aturan hukum diperlukan
hukum.
5. Untuk mengetahui apakah akibat hukum jika suatu aturan hukum tidak
6. Untuk mengetahui apakah perlu dibuat suatu aturan hukum yang baru
nonhukum ini tidak pernah diakui oleh para penganut paham hukum
positivisme.
tanggung jawab subjek hukum atau pelaku yang telah melakukan perbuatan
cacat, atau matinya orang lain. Ada tiga unsur yang terkandung dalam teori
1. teori ;
2. tanggung jawab ;
3. hukum.
Teori tanggung jawab hukum adalah jenis tanggung jawab yang dibebankan
kepada subjek hukum atau pelaku yang melakukan perbuatan melawan hukum
atau tindak pidana. Sehingga yang bersangkutan dapat dituntut membayar ganti
suatu tanggung jawab yang dibebankan kepada orang yang melakukan kesalahan
administratif, maka yang bersangkutan dapat dicabut izin praktiknya. Jadi teori
tanggung jawab hukum merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis tentang
kesediaan dari subjek hukum atau pelaku tindak pidana untuk memikul biaya atau
18
kealpaannya.12
Tujuan hukum yang mendekati realistis adalah kepastian hukum dan kemanfaatan
dikemukakan bahwa summum ius, summa injuria, summa lex, summa crux
yang artinya adalah hukum yang keras dapat melukai, kecuali keadilan yang dapat
hukum satu-satunya akan tetapi tujuan hukum yang paling substantif adalah
keadilan.13
Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran yuridis-dogmatik yang didasarkan
pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung melihat hukum
sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut pemikiran ini,
hukum tak lain hanya kumpulan aturan. Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum
tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum
itu diwujudkan oleh hukum dengan sifatnya yang hanya membuat suatu aturan
hukum yang bersifat umum. Sifat umum dari aturan-aturan hukum membuktikan
12 Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Disertasi dan Tesis. Buku Kedua, PT. Rajagrafindo Persada, Kota Depok,
2014, hlm.207-208
3. Kerangka Konseptual
konsep-konsep khusus, yang diteliti. Terdiri dari susunan beberapa konsep sebagai
satu kebulatan yang utuh, sehingga terbentuk suatu wawasan untuk dijadikan
landasan, acuan, dan pedoman dalam penelitian atau penulisan. Sumber konsep
]
14 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis),
Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta, 2002, hlm.82-83
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
bylaws) dan peraturan staf medis rumah sakit (medical staff bylaws) yang
(good corporate governance) dan tata kelola klinis yang baik (good
clinical governance).
4. Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Masalah
Penelitian ini termasuk dalam penelitian hukum normatif dan penelitian hukum
empiris.
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk
lapangan adalah penelitian hukum yang bertitik tolak dari data primer18
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder,
yaitu sebagai berikut 19 :
a. Data Primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai
18 Suratman & Philips Dilah, Metode Penelitian Hukum, Bandung, Alfabeta, 2014,
hlm.53
Terbanggi Besar
Terbanggi Besar
Besar
Sugih
Besar
Terbanggi Besar
23
dari :
Kesehatan.
Rumah Sakit.
Sakit
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
memperjelas data yang diperoleh dari unsur hukum primer dan bahan
kesehatan.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka dan studi
lapangan :
permasalahan
1) Seleksi data , pada tahap ini data yang diperoleh diperiksa dan dipilih
satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada sub pokok bahasan sesuai
4. Analisa Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini, adalah analisa kualitatif karena
dalam penelitian ini bertujuan untuk menguraikan data dalam bentuk kalimat yang
induktif yang menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan tesis ini disajikan dalam 4 (empat) bab yang saling
Bab I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Ali, Achmad , 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis), Penerbit Toko Gunung Agung, Jakarta
Depkes RI, 2002, Buku Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws), Depkes RI, Jakarta.
Fuady, Munir, 2013, Teori-teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, Kencana,
Jakarta
28
H.S. Salim & Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada
Penelitian Disertasi & Tesis, Buku Kedua, PT. Rajagrafindo Persada, Kota
Depok
Soekanto, Soerjono & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Rajawali Press, Jakarta
Suratman dan Philips Dilah, 2014, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung
Yustina, Endang Wahyati, 2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media,
Bandung
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN