Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Pelayanan Kesehatan Dengan Tarif INA-CBGs

Pada Kasus Sectio Caesaria Pasien BPJS


di RS Cipto Mangunkusumo








Budi Iman Santoso







DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2014
ABSTRAK
Tujuan Penelitian:
Mengetahui pengaruh tarif INA-CBGs terhadap pelayanan kesehatan pasien BPJS
dengan kasus sectio caesaria di RS Cipto Mangunkusumo.
Metode Penelitian:
Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross-sectional dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil yang diharapkan:
Tarif INA-CBG`s dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pasien BPJS
dengan kasus sectio caesaria di RS Cipto Mangunkusumo
Outcome:
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai pengaruh pelayanan
kesehatan pada pasien BPJS, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan
biaya tarif paket INA-CBGs pada kasus sectio caesaria.
Benefit untuk RSCM:
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai besaran biaya riil dan tarif
menurut INA-CBGs pada kasus sectio caesaria, sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.














BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bidang kesehatan pada
tahun 2014 merupakan suatu momentum yang sangat krusial bagi bangsa Indonesia.
Kondisi ini merefleksikan keinginan dari pemerintah sebagai representasi rakyat
untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat berdasarkan prinsip keadilan
sosial. Perlu dilakukan transformasi secara menyeluruh dari sistem pelayanan
kesehatan untuk mendukung penerapan SJSN tersebut
1
. Transformasi sistem
pelayanan kesehatan tersebut diperkirakan akan menemui berbagai hambatan yang
cukup substansial. Walaupun negara secara hukum bertanggung jawab penuh dalam
penyediaan sistem pelayanan kesehatan namun sebagian besar sistem tersebut masih
bertumpu pada upaya setiap individu maupun sektor swasta. Hal ini terutama
disebabkan oleh kurangnya kemampuan negara dalam menyediakan sumber daya
kapital yang dibutuhkan untuk membiayai pelayanan kesehatan yang digunakan oleh
masyarakat. Kondisi ini menyebabkan masih dominannya pola pembiayaan yang
bersifat out of pocket. Model pembiayaan ini menyebabkan terjadinya disparitas
pelayanan kesehatan dan beban finansial katastrofik yang berdampak pada
kemiskinan
1,2
.
Untuk mendukung hal tersebut maka perlu disusun blue print sistem pelayanan
kesehatan yang akan menjadi acuan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
dalam mengelola sistem. Pedoman ini merupakan petunjuk yang akan memandu
operasionalisasi manfaat bagi peserta BPJS. Diharapkan pedoman ini dapat
mewujudkan sistem pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Dalam rangka memuluskan penyelenggaraan BPJS Kesehatan, pemerintah telah
memperbaiki mekanisme pembayaran klaim terhadap fasilitas kesehatan di tingkat
pertama (klinik, dokter keluarga, puskesmas) dan fasilitas kesehatan rujukan (Rumah
Sakit). Sistem pembayaran BPJS Kesehatan terhadap berbagai fasilitas kesehatan itu
melalui dua mekanisme, yaitu : kapitasi bagi fasilitas kesehatan primer, dan INA-
CBGs (Indonesian Case Base Groups) untuk pelayanan kesehatan tingkat lanjut
1,5
.
Kendali biaya dalam managed care dilakukan dengan mencari penyebab
terjadinya proses klaim yang lambat dengan mengevaluasi kemungkinan adanya
human error mulai dari tahapan ketelitian dan kelengkapan data peserta BPJS,
kemudian diagnosis dan formulir dokter yang belum disesuaikan dengan
pengkodingan INA-CBGs belum akurat, entry data klaim kurang teliti, masih belum
dilakukannya clinical pathways, hingga penyajian pelaporan pertanggungjawaban
klaim BPJS yang belum sesuai dengan prosedur. Clinical pathways merupakan
rangkuman perencanaan terpadu yang memuat setiap langkah yang diberikan kepada
pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis
bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah
sakit
4-6
.
Pada penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh pelayanan kesehatan
dengan sistem tarif INA-CBGs pada kasus sectio caesaria. Menurut WHO (World
Health Organization), standar rata-rata sectio caesaria di sebuah negara adalah
sekitar 515%
7
. Pada tahun 1983 jumlah kasus persalinan dengan sectio caesaria di
Amerika mencapai 25%. Pada 1970, di AS, rata-rata sectio caesaria adalah 5,5% dan
meningkat drastis menjadi 24,4% di tahun 1987. Dengan berbagai upaya telah
dilakukan sehingga pada 1996 angka tersebut dapat bertahan sekitar 22,8% dan terus
diusahakan untuk ditekan, sehingga akhir-akhir ini stabil pada angka 15-18%
8-10
. Di
Indonesia sendiri, jumlah persalinan sectio caesaria juga mengalami peningkatan
tahun 2005, jumlah persalinan dengan sectio caesaria sebanyak 8% dari seluruh
persalinan, tahun 2006 15% dan tahun 2007 sebanyak 21%. Dari analisis data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 mengenai sectio caesaria di Indonesia,
jumlah perempuan hamil melahirkan dalam kurun waktu lima tahun terakhir diketahui
sebanyak 20.591 orang. Sebanyak 15,3% (3.154 orang) melahirkan anak terakhirnya
dengan cara sectio caesaria
11
. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di RS
Cipto Mangunkusumo, sejak bulan April 2013 sampai Maret 2014 tercatat ibu yang
melahirkan dengan sectio caesaria berjumlah ??? dari ??? persalinan.
Tarif INA-CBGs sangat merugikan dokter spesialis, sebab dokter dibayar
dengan jasa medis yang sangat kecil. Itupun tergantung kebijakan dari masing-masing
direktur rumah sakit. Bahkan perbedaannya sangat mencolok antar strata rumah sakit
sekitar 30-50%. Akibatnya dokter yang berpraktik di rumah sakit tipe B, C, dan D
tidak mendapatkan keadilan. Hal ini dikhawatirkan akan memberikan dampak
pelayanan yang kurang memuaskan bagi pasien.
Uraian diatas menunjukkan bahwa penelitian tentang analisis perhitungan biaya
riil dengan tarif INA-CBGs pada kasus sectio caesaria di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo merupakan hal yang penting diketahui baik dari pihak rumah sakit
dan juga pihak pemerintah demi memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien
tanpa merugikan pihak lain.

1.2.Tujuan penelitian
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh tarif INA-CBGs terhadap pelayanan kesehatan pasien
BPJS dengan kasus sectio caesaria di RS Cipto mangunkusumo.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Menganalisis dampak tarif INA-CBGs terhadap pelayanan kesehatan pasien BPJS
dengan kasus sectio caesaria di RS Cipto Mangunkusumo.
2.Menganalisis perhitungan biaya riil pasien BPJS dengan kasus sectio caesaria di RS
Cipto Mangunkusumo.
3.Menganalisis tarif INA-CBGs pasien BPJS dengan kasus sectio caesaria di RS
Cipto Mangunkusumo.
4.Mengetahui bagaimana kendali biaya pelayanan jaminan kesehatan dilaksanakan
oleh manajemen rumah sakit.

1.3. Urgensi Penelitian
1.3.1. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai pengaruh pelayanan
kesehatan pada pasien BPJS, sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk menentukan
biaya tarif paket INA-CBGs pada kasus sectio caesaria.
1.3.2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai besaran biaya riil dan
tarif menurut INA-CBGs pada kasus sectio caesaria, sehingga dapat menjadi
pertimbangan dalam melakukan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
1.3.3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang
ilmu manajemen keuangan dan kasus sectio caesaria.



BAB II
STUDI LITERATUR

Pada awalnya SC dilakukan atas dasar indikasi medis, namun kecenderungan
yang saat ini terjadi adalah dilakukan SC atas dasar indikasi non medis. Indikasi non
medis ini bisa berasal dari Ibu maupun dari provider kesehatan. Indikasi non medis
yang berasal dari ibu antara lain rasa takut akan persalinan normal, dapat menentukan
tanggal kelahiran, alasan kosmetik (honeymoon fresh) dan lain sebagainya. Indikasi
yang berasal dari provider kesehatan antara lain faktor insentif, kenyamanan, tuntutan
hukum dan tekanan dari rumah sakit. Pada penelitian ini ingin melihat pengaruh
pelayanan kesehatan dengan tarif INA-CBG`s pada kasus sectio caesaria pasien BPJS
di RSCM, yang dilihat dari segi efektifitas, efisiensi, dan ekuitas.

2.1. Efektifitas, efisiensi, dan ekuitas
13

Efektifitas, efisiensi, dan ekuitas dapat dipandang sebagai kriteria spesifik
untuk mengevaluasi kebijakan dan praktiknya dalam level klinis maupun berdasarkan
populasi dengan perkiraan mereka menunjukkan perkembangan kesehatan yang
signifikan (efektifitas), merupakan sumber daya langka (efisiensi), dan menyalurkan
keuntungan dan biayanya secara adil kepada semua kelompok (ekuitas).

2.1.1 Efektifitas
13
Efektifitas berfokus pada keuntungan yang dihasilkan pelayanan kesehatan,
sebagaimana ditimbang oleh perkembangan kesehatan masyarakat. Akan tetapi,
keuntungan-keuntungan ini dan organisasi terkait dan pelayanan dapat bervariasi di
berbagai daerah dan negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi ini meliputi
sosio-ekonomi, kemajuan taraf hidup manusia, dan peraturan serta kebijakan
pemerintah. Penelitian ini ingin mengevaluasi perbandingan biaya riil dengan tarif
INA-CBG`s dengan maksud untuk melakukan kendali biaya yang tidak diperlukan,
sehingga dapat meberikan pelayanan yang optimal bagi pasien.

2.1.2 Efisiensi
13

Negara-negara berkembang yang muncul lebih berfokus pada kontrol biaya
makro, dimana bangsa yang sedang berkembang berjuang untuk mengalokasi ke
daerah-daerah yang akan mencapai manfaat kesehatan tertinggi dari sumber daya
mereka yang sangat terbatas (European Observatory on Health Care Systems 2002).
Semua sistem dapat memperoleh manfaat dari banyak metode efisien produksi dan
pelayanan kesehatan. Penelitian ini ingin melihat tingkat efisiensi dari sumber daya
yang telah digunakan rumah sakit bagi pelayanan kesehatan pasien.

2.1.3 Ekuitas
13
Ekuitas kesehatan merupakan bagian penting dalam mendorong formulasi dan
evaluasi kebijakan dan program kesehatan di banyak negara. Pada dasarnya, ekuitas
kesehatan berkaitan dengan operasi dan kinerja sistem kesehatan dan berfokus pada
pemaksimalisasian keadilan dalam distribusi pelayanan (ekuitas prosedural). Ekuitas
kesehatan mencakup faktor penentu medis dan non-medis kesehatan dan berfokus
pada peminimalisasian kesenjangan kesehatan kelompok dalam populasi (ekuitas
substansi). Pada penelitian ini ingin melihat persepsi pasien terhadap pelayan yang
telah diberikan rumah sakit.


















Ekuitas
-Persepsi pasien
terhadap
pelayanan yang
diberikan

Tarif INA CBGs
Efektivitas
-Analisis biaya Riil
-Kendali biaya

Persalinan dengan
Sectio Caesaria
Efisiensi
-Sumber daya
yang digunakan

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi cross-sectional dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSCM sejak bulan Juni 2014 hingga Juni 2015.
3.2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita kawin umur 15-49 tahun yang
memiliki riwayat kelahiran secara sectio caesaria pada saat survei dilakukan. Sampel
penelitian ini adalah adalah seluruh wanita pernah kawin umur 15-49 tahun yang
memiliki riwayat kelahiran secara sectio caesaria pada saat survei dilakukan dengan
menggunakan jawaban kuesioner pada anak terakhir.
3.2.2 Kriteria Sampel Penelitian
3.2.2.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain:
a. Wanita kawin umur 15-49 tahun yang memiliki riwayat kelahiran secara
sectio caesaria
b. Bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini
c. Dalam kondisi sehat dan anak dapat lahir normal
3.2.2.2 Kriteria Ekslusi
a. Subjek penelitian yang tidak melahirkan di RSCM
b. Subjek penelitian dengan kehamilan dan penyakit penyerta

3.2.3 Besar Sampel Penelitian
Metode sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dimana pasien
yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan ke penelitian sampai jumlah sampel
yang diharapkan tercapai.
Rumus besar sampel yang digunakan adalah analitik korelatif
Dengan asumsi: alpha = 0.05 and power = 0.90 (beta = 0.10).


N=


n = jumlah sampel setiap grup
Z = nilai konvensional alpha = 0.05 1.64
Z = nilai konvensional power = 0.90 1.28
r = 0,4 (kepustakaan)
Perhitungan dengan rumus 54 sampel
Antisipasi kriteria dropout sebesar 20% 65 sampel

4.3. Cara Pengambilan Subjek
Mengingat jumlah subjek yang tersedia tidak banyak, pengambilan subjek tidak
dilakukan secara acak, melainkan konsekutif. Semua subjek yang menjalani kelahiran
secara sectio caesaria di RSCM pada bulan Juni 2014 sampai dengan Juni 2015 yang
memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi serta bersedia
menandatangani informed consent akan diikutsertakan dalam penelitian ini. Beberapa
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan tingkat partisipasi pada penelitian ini
antara lain adalah:
a. Pelatihan untuk memberikan informed consent kepada anggota penelitian.
b. Apabila tidak menemui calon peserta penelitian, peneliti akan kembali mencoba
menemuinya di lain waktu.









3
1
1
ln 5 . 0
2
+
|
|
|
|
.
|

\
|

+
+
r
r
Z Z | o
4.4 Alur penelitian


















4.5 Rencana Analisis Data
Sesuai tujuan penelitian ini maka analisis yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat.








Perempuan melahirkan SC
Penilaian kriteria inklusi
Informed consent
Pengaruh tarif INA CBG`s:
-Efektifitas
-Efisiensi
-Ekuitas

Analisa data
Penulisan hasil
4.6 Jadwal Penelitian

Kegiatan
Tahun 2014 Tahun2015
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
Usulan Penelitian
Kajian komite etik
Pelatihan tim peneliti
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Penyajian Data
Penulisan Laporan
Presentasi Laporan
























BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1.Dewan Jaminan Sosial Nasional. Himpunan peraturan sistem jaminan sosial
nasional (SJSN) dan kelembagaan dewan jaminan sosial nasional. Jakarta: DJSN
RI. 2012.
2.Retnaningsih E, Misnaniarti, Ainy A. Kajian kelayakan badan layanan umum dan
alternatif bentuk penyelenggaraan Jamsoskes Sumatera Selatan semesta sesuai
undang-undang sistem jaminan sosial nasional. Jurnal manajemen pelayanan
kesehatan. 2012 Mar. 1;15:20-26.
3.Wisnu, Dinna. Politik sistem jaminan sosial: menciptakan rasa aman dalam
ekonomi pasa. Penerbit Gramedia-Jakarta, ISBN 978-979-22-8333-4. 2012.
4.Dewan Jaminan Sosial Nasional. Roadmap pencapaian kepesertaan menyeluruh
(Universal Coverage) program jaminan kesehatan di Indonesia. Jakarta: DJSN RI.
2011.
5.Triyono, Soewartoyo. Kendala kepesertaan program jaminan sosial terhadap pekerja
di sektor informal: studi kasus di kota Surabaya. Jurnal hukum prioris. 2013 ; 3:26-
41.
6.Suparjan. Jaminan sosial berbasis komunitas : respon atas kegagalan negara dalam
penyediaan jaminan kesejahteraan. Jurnal ilmu sosial dan ilmu politik. 2010.13;3:
251-76.
7.WHO. World Health Report. Health system financing: the path to universal
coverage. 2010.
8.Zhang j, Troendle J, M Reddy U, Laughon K, Branch W, et al. Contemporary
cesarean delivery practice I the United states. Am j obstet gynecol. 2010 Oct;
203(4): 326.e1-e10.
9.Khan A, Zaman S. Costs of vaginal delivery and Caesarean section at a tertiary
level public hospital in Islamabad Pakistan. BMC pregnancy and childbirth.
2010.10;1:2-8.
10.Heer I M, Kahlert S, Rummel S, Kmper C, Jonat W, et. Hospital treatment-Is it
affordable? A structured cost analysis of vaginal deliveries and planned caesarean
sections. European journal of medical research. 2009. 14;11:502-8.
11.Budiati, Windu. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan sectio
caesaria di wilayah puskesmas wire kecamatan semanding kabupaten Tuban. 2012.
12.Moctar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2 Obstetri Operatif dan Obstetri Sosial.
Jakarta, ECG. 1998.
13.Aday, Lu A, Charles E B, David R L, Rajesh B. Evaluating the Healthcare System:
Effectiveness, Efficiency and Equity. 3
rd
Edition. Health Administration Press,
Chicago, Illinois AcademyHealth, Washington, DC. 2004.
14.Kozhimannil K B, Law M R, Virnig B A. Cesarean delivery rates vary 10- fold
among US Hospitals; reducing variation may address quality, cost issues. Health aff
(millwood). 2013 March; 32(3):527-35.
15.Xu X, Ivy J S, Patel D A, Patel S N, Smith D G, et al. Pelvic floor consequences of
cesarean delivery on maternal request in women with a single birth: a cost-
effectiveness analysis. Journal of Women`S Health. 2010; 19(1):147-60.
16.Kasra K, Nur A M, Aljunid S M. The impact of casemix system on quality of
patient care in a class b hospital in west Sumatera Province, Indonesia. BMC Health
Services Research. 2012 June; 12(1):1-9.
17.Chatterjee S, Laxminarayan R. Cost of surgical procedures in Indian hospitals.
BMJ Open. 2013; 3:1-8.
18.Linna M, Hakkinen U, Peltola M, Magnussen J, Anthun K S, et al. Measuring cost
efficiency in the Nordic Hospitals- a cross- sectional comparison of public hospitals
in 2002. Health Care Manag Sci. 2010; 13:346-57.

Anda mungkin juga menyukai