Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN HIV-AIDS PADA IBU HAMIL

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu penugasan mata kuliah SK IV.5

Keperawatan HIV-AIDS

Disusun Oleh:

Lady Agitha Br Tarigan / 201723008

Sesilis Novia. P / 201723011

Tiara / 201723014

Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti Rapih

Yogyakarta

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Keperawatan HIV-AIDS mengenai “ Äsuhan Keperawatan HIV-AIDS Pada
Ibu Hamil”. Diharapkan dengan adanya karya tulis ini bisa membantu para
pembaca agar lebih memahami dan mendalami tentang mengenai “ Äsuhan
Keperawatan HIV-AIDS Pada Ibu Hamil”. Penyusunan tugas yang diberikan ini
telah kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan sesuai dengan format
yang telah ditetapkan. Mengenai isi tugas ini telah diupayakan sesuai dengan
tujuan yang didasarkan berbagai sumber referensi yang terpercaya. Semoga
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Terima kasih.

Yogyakarta, 21 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... 2

Daftar Isi .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 5
E. Metode Penulisan ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 7

A. Pengertian HIV/AIDS ............................................................................... 7


B. Etiologi HIV/AIDS ..................................................................................... 8
C. Tanda dan Gejala HIV/AIDS ..................................................................... 9
D. Dampak HIV/AIDS pada Ibu Hamil .......................................................... 9
E. Patofisiologi HIV/AIDS ............................................................................. 9
F. Penularan HIV/AIDS ................................................................................ 10
G. Pemeriksaan Diagnostik HIV/AIDS .......................................................... 12
H. Penatalaksanaan HIV/AIDS ..................................................................... 14
I. Komplikasi HIV/AIDS ............................................................................... 20
J. Discharge Planning HIV/AIDS .................................................................. 21
K. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................. 21

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 32

A. Kesimpulan .............................................................................................. 32
B. Saran........................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 33

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Imunodefisiensi Virus atau HIV adalah virus yang
membunuh SDP (CD4) di dalam tubuh , SDP berfungsi membantu
melawan infeksi dan penyakit yang masuk kedalam tubuh. Maka AIDS
akan terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang dan
menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Ketika sistem kekebalan tubuh
seseorang rusak, maka tubuh akan mudah terserang penyakit.
Mengetahui status HIV secara dini sangat bermanfaat untuk
permpuan dan bayi. Kemampuan perempuan untuk mengawasi
kesehatan dan kehidupan sendiri perlu ditingkatkan bila dia mengetahui
dirinya HIV-positif, ibu dapat mencegah terjadinya penularan pada
bayinya.
Metode penularan utama di Indonesia adalah penggunaan
narkotika suntik yang tidak aman dan perilaku seksual beresiko. Sebagian
besar kasus HIV dan AIDS diderita oleh laki-laki , namun kasus HIV dan
AIDS pada perempuan usia reproduktif dan anak-anak juga meningkat
seiring dengan bergesernya epidemi dari kelompok berisiko menjadi
kelompok masyarakat umum. Menurut laporan Kemenkes RI (2013), sejak
1 Januari 2013 sampai dengan September 2013 kejadian HIV mencapai
20.413 orang. Pada triwulan III tahun 2013 yang menunjukkan faktor
risiko penularan HIV dari ibu ke anak sebesar 4,3%, meningkat 0,2% dari
laporan Kemenkes tentang HIV triwulan II tahun 2013. Penularan HIV dari
ibu ke anak dapat tersebut dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan,
dan menyusui.

4
Maka dari itu, di dalam makalah ini penulis akan menjelaskan
mengenai asuhan keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil yang dapat
membantu tenaga kesehatan khususnya perawat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV-AIDS?
2. Bagaimana etiologi dari HIV-AIDS yang trjadi pada ibu hamil ?
3. Apa saja tanda dan gejala terjadinya HIV-AIDS pada ibu hamil ?
4. Bagaimana patofisiologi HIV-AIDS pada Ibu Hamil?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada HIV-AIDS
dengan ibu hamil?
6. Bagaimana cara penularan HIV-AIDS pada ibu hamil?
7. Bagaimana asuhan keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami pengertian dari HIV-AIDS
2. Mengerti dan memahami etiologi dari HIV-AIDS pada ibu hamil
3. Memahami klasifikasi terjadinya HIV-AIDS pada ibu hamil
4. Mengetahui tanda dan gejala HIV-AIDS pada ibu hamil
5. Dapat mengetahui cara penularan HIV-AIDS pada ibu hamil
6. Mengetahui manifestasi klinis dapat dilakukan pada HIV-AIDS dengan
ibu hamil
7. Untuk memahami asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada
HIV-AIDS dengan ibu hamil
D. Manfaat Penulisan
Diharapkan dengan adanya karya tulis ini dapat membantu para
pembaca khususnya mahasiswa dan perawat dalam membuat asuhan
keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil, supaya dapat memberikan
tindakan yang tepat pada pasien.

5
E. Metode Penulisan
Studi pustaka dengan menggumpulkan data dari informasi buku buku dan
jurnal

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menurut Firmansyah (2016), Human Immuno Deficiency Virus
(HIV) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
kemudian menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut
termasuk limfosit yang disebut T. Limfosit atau “sel T-4” atau disebut juga
“sel CD – 4”.
Sedangkan Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS)
merupakan kumpulan gejala penyakit yang dapat disebabkan oleh Human
Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu
Ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan
mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi.
Sedangkan menurut March (2017), Human Imunodefisiensi Virus
atau HIV adalah virus yang membunuh SDP (CD4) di dalam tubuh , SDP
berfungsi membantu melawan infeksi dan penyakit yang masuk kedalam
tubuh. Kemudian AIDS terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh
seseorang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, ketika sistem
kekebalan tubuh seseorang rusak,maka tubuh akan mudah terserang
penyakit. HIV (Human Imunidefisiesi Virus adalah virus yang membunuh
SDP (CD4) di dalam tubuh, SDP berfungsi membantu melawan infeksi dan
penyakit yang masuk kedalam tubuh (Handayani, 2014). Sedangkan AIDS
terjadi setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang dan
menghancurkan sistem kekebalan tubuh seseorang.

7
B. Etiologi
Penyebab dari HIV adalah virus imunodevisiensi syndrom,
golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV)
pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Kemudian pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus
baru yang diberi nama HIV-2, yang dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkan dengan HIV , maka untuk memudahkan keduanya
disebut HIV (March, 2017).
Menurut Mufid (2019) etiologi dari HIV AIDS pada ibu hamil yaitu, sebagai
berikut:
1. Infeksi virus
2. Seks Bebas
3. Berganti-ganti pasangan
4. Pengguna Narkoba suntik
5. Penerima transfusi darah
6. Tenaga medis
7. Ibu hamil-bayi

Menurut Kementrian Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia (2015)


dalam Maula (2019) ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada
penularan HIV dari ibu ke anak yaitu:

1. Faktor ibu antara lain jumlah virus dalam tubuh, jumlah sel CD4, status
gizi selama hamil, penyakit infeksi selama hamil dan gangguan pada
payudara
2. Faktor bayi antara lain usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir,
periode pemberian ASI, adanya luka di mulut bayi
3. Faktor obstetrik antara lain jenis persalinan, lama persalinan, ketuban
pecah dini dan tindakan episiotomy

8
C. Tanda dan Gejala
1. Menurut Ramlun (2017), ada beberapa tanda dan gejala ibu hamil
dengan HIV-AIDS, yaitu:
a. Ruam pada kulit: bisul, jerawat yang mendadak, penyakit
kulit
b. Nyeri otot: bagian sendi dan pangkal paha atau lutut
c. Mual, muntah, dan diare
d. Penurunan berat badan dan batuk kering
2. Menurut Lemone (2012), menyatakan ada beberapa manifestasi
klinis HIV-AIDS pada ibu hamil, yaitu:
a. BB menurun – 10%
b. Diare kronis
c. Demam kronis
d. Batuk kronis
e. Dermatitis generalis
f. Herpes zoster/simplek
g. Kandidiasis
h. imfadenopati
i. Infeksi jamur
j. Retinitis virus sitomegalo
D. Dampak HIV/AIDS pada Ibu Hamil
Menurut Sunarno (2016), ada beberapa dampak kehamilan pada HIV-
AIDS, yaitu:
1. Abortus spontan
2. Malformasi janin
3. Mortalitas perinatal
4. Preterm delivery
E. Patofisiologi
Menurut Mufaid (2016), HIV AIDS Pada Ibu hamil

9
Etiologi : Infeksi Virus
Faktor Resiko :
1. Seks Bebas
2. Berganti-ganti pasangan
3. Pengguna Narkoba suntik
4. Penerima transfusi darah
5. Tenaga medis
6. Ibu hamil-bayi

Penularan melalui :

1. Antepartum / in utero
2. Inpartum
3. Postpartum / melalui ASI
4. Cara Penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak. Penularan HIV dari ibu
ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV / AIDS sebagian
besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan.
5. Terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV /
AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya hidup.

F. Penularan HIV/AIDS
Menurut Mufid (2019) cara Penularan HIV / AIDS dari ibu ke anak.
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV
/ AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko
penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997).
Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang
sudah terinfeksi HIV / AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan
gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan

10
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil.
Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat
ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan
obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh
HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan
menjadi tidak efektif apabila ibu :
a) Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama
malaria) pada plasenta selama kehamilan.
b) Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya
muatan virus pada saat itu.
c) Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun.
d) Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak
langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke
anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar
jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran
mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan.
Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko
penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat
dipersingkat dengan sectioncaesaria. Faktor yang mempengaruhi
tingginya risiko penularan dari ibu ke anak selama proses persalinan
adalah
a) Lama robeknya membran.
b) Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau
infeksi lainnya).
c) Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi
dengan darah ibu misalnya, episiotomy.

11
d) Anak pertama dalam kelahiran kembar.
3. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui
ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui
bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan
HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a) Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara
eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian
campuran.
b) Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan
putting susu dan infeksi payudara lainnya.
c) Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar
kemungkinan infeksi.
d) Status gizi ibu yang buruk
G. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Melisa (2019) pemeriksaan diagnostic HIV AIDS pada ibu hamil
yaitu, sebagai berikut:
1. Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA
2. Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
3. Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi pulmonal
untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy;
branskokopi.
4. Tes Antibodi
a. Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi HIV.
b. Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas HIV.

12
c. Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan
western blot untuk memastikan seropositifitas.
d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada
antibodi.
e. Pendeteksian HIV
Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan
kadar yang sangat rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur
HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk mengevaluasi efek anti
virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus
(viral burden).
Sedangkan menurut Menurut Firmansyah (2016), pemeriksaan diagnostik
dapat di bagi menjadi tiga, yaitu:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Tes Antibody
b) Pelacakan H, yang terdiri dari:
1) Serologis : Tes Antibody Serum, Tes Western Blot,
Sel T Limfosit, Sel T4 Helper, T8 (sel supresor
sitopatik), P24, Kadar Ig, Reaksi Rantai Polimerasi
dan Tes PHS
2) Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
(pemeriksaan saraf)
3) Tes Lainnya : Sinar X Dada, Tes Fungsi Pulmonal,
Scan Gallium, Biopsi.
2. VCT (Voluntary conseling Test)
Bertujuan untuk peubahan prilaku yang beresiko menjadi sehat
atau aman yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a) Voluntary: Pelayanan secara sukarela dan rahasia
mendorong orang untuk dtang ke tempat yang profesional
dan dapat dipercaya

13
b) Counseling: Sebagai komunikasi interpersonal yang efektif
untuk perubahan tingkah laku
c) Testing: Tes yang berkualitas dengan hasil cepat sehingga
dapat meningkatkan kebutuhan orang untuk melakukan
VCT
3. Konseling Pre Test
a) Alasan untuk test HIV
b) Pengetahuan tentang HIV
c) Meluruskan pemahaman yang keliru
d) Kajian tingkat resiko individu
e) Diskusi berbagai kemungkinan hasil test
f) Kemampuan mengatasi masalah
g) Kebutuhan dan dukungan
h) Memahami tingkat pengertiannya
i) Pemberian waktu untuk berpikir
j) Pembuatan keputusan: tes atau tidak
H. Penatalaksanaan HIV/AIDS
1. Menurut Mufid (2019) penatalaksanaan HIV AIDS pada ibu hamil
yaitu, sebagai berikut:
a. Pengendalian infeksi oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan
infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus
di pertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan yang
kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan
menghambat enzim pembalik transcriptase.
c. Terapi antiviral baru

14
Untuk meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai
reproduksi virus pada proses nya.Obat- obat ini adalah :
didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4
dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan
sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis,
membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku
kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup
sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan
makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-
obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga
bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan
kemungkinan isolasi dari masyarakat.
2. Menurut WHO (2017), sampai saat ini belum ada penyembuhan
untuk AIDS (HIV), namun dilakukan dengan pencegahan, yaitu :
a. Pengendalian infeksi oportunistik: Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti,
nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan
bagi pasien di lingkungan perawatan yang kritis.

15
b. Terapi AZT (Azidotimidin): Obat ini menghambat replikasi
antiviral HIV dengan menghambat enzim pembalik
transcriptase.
c. Terapi antiviral baru: Untuk meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan
rantai reproduksi virus pada proses nya.Obat- obat ini
adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant
CD4 dapat larut.
d. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah
interveron.
e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan
sel T dan mempercepat replikasi HIV.
f. Rehabilitasi: Bertujuan untuk memberi dukungan mental-
psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi
menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan
kondisi tubuh sehat.
g. Pendidikan: Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang,
makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang,
obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. Edukasi ini juga
bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan
kemungkinan isolasi dari masyarakat.
h. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat
persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan: bertujuan
agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus
yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.

16
i. Penanganan obstetrik selama persalinan: Persalinan
sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio
caesaria karena metode ini terbukti mengurangi resiko
penularan HIV. Namun , pembedahan ini juga mempunyai
resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa
memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu,
persalinan per vagina atau sectio caesaria harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor
lain.
j. Penatalaksanaan selama menyusui: Pemberian susu formula
sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan
ibu yang positif HIV.
3. Penatalaksanaan HIV/AIDS pada ibu hanil (Junnisa, 2015)
a. Tata Laksana Persalinan
Sebagian besar bayi tertular infeksi HIV pada saat
persalinan, maka cara persalinan bayi lahir dari ibu terinfeksi
HIV sangat menentukan terjadinya penularan vertikal.
Adanya trauma dan kerusakan pada jaringan tubuh ibu
maupun bayi akan mengakibatkan terjadinya penularan
vertikal. Untuk menghindari penularan vertikal, maka pecah
ketuban dini dan penggunaan elektrode kepala perlu
dihindari. Selain itu, jangan melakukan pertolongan
persalinan yang mengakibatkan trauma seperti
menggunakan forsep atau vakum untuk persalinan lama
dengan penyulit. Cara persalinan harus ditentukan sebelum
umur kehamilan 38 minggu untuk meminimalkan terjadinya
komplikasi persalinan. Sampel plasma viral load dan jumlah
CD4 harus diambil pada saat persalinan. Pasien dengan

17
HAART harus mendapatkan obatnya sebelum persalinan, jika
diindikasikan, sesudah persalinan.
Semua ibu hamil dengan HIV positif disarankan untuk
melakukan persalinan dengan seksio sesaria. Operasi seksio
sesarea pada usia kehamilan 38 minggu sebelum onset
persalinan atau mencegah ketuban pecah dini
direkomendasikan untuk wanita yang telah mendapatkan
terapi HAART dengan kadar viral load yang masih > 1000
kopi/ml, wanita yang mendapatkan monoterapi alternative
dengan zidovudin.
Operasi seksio sesarea elektif dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:
1) Pemberian zidovudin intravena diberikan sesuai
indikasi, dimulai 4 jam sebelum operasi dimulai sampai
dengan pemotongan tali pusat.
2) Sedapat mungkin meminimalisir perdarahan selama
operasi dan diusahakan kulit ketuban dipecah sesaat
sebelum kepala dilahirkan
3) Antobiotika spectrum luas diberikan sebelum operasi
sebagaimana umumnya.
Persalinan pervaginam yang direncanakan hanya boleh
dilakukan oleh wanita yang mengkonsumsi HAART
dengan viral load <50 kopi/mL. Pada persalinan
pervaginam, amniotomi harus dihindari, tetapi tidak
jika proses kelahiran kala 2 memanjang. Jika terdapat
indikasi alat bantu persalinan, forsep dengan kavitas
rendah lebih disarankan untuk janin karena insiden
trauma fetal lebih kecil.

18
b. Tatalaksana Postnatal
Setelah melahirkan, ibu sebaiknya menghindari
kontak langsung dengan bayi. Dosis terapi antibiotik
profilaksis, ARV dan imunosuportif harus diperiksa kembali.
Indikasi penggunaan infus ZDV adalah kombinasi single dose
NVP 200 mg dengan 3TC 150 mg tiap 12 jam, dan dilanjutkan
ZDV/3TC kurang lebih selama 7 hari pospartum untuk
mencegah resistensi NVP. Imunisasi MMR dan varicella
zoster juga diindikasikan, jika jumlah limfosit CD4 diatas 200
dan 400. Ibu disarankan untuk menggunakan kontrasepsi
pada saat berhubungan seksual. Secara teori, ASI dapat
membawa HIV dan dapat meningkatkan transmisi perinatal.
Oleh karena itu, WHO tidak merekomendasikan pemberian
ASI pada ibu dengan HIV positif dengan stadium kronik,
meskipun mereka mendapatkan terapi ARV. Saran suportif
mengenai susu formula pada bayi sangat diperlukan untuk
mencegah gizi buruk pada bayi.
c. Tatalaksana Neonatal
Semua bayi harus diterapi dengan ARV < 4jam
setelah lahir. Kebanyakan bayi diberikan monoterapi ZDV 2x
sehari selama 4 minggu. Jika ibu resisten terhadap ZDV, obat
alternatif bisa diberikan pada kasus bayi lahir dari ibu HIV
positif tanpa indikasi terapi ARV. Tetapi untuk bayi beresiko
tinggi terinfeksi HIV, seperti anak lahir dari ibu yang tidak
diobati atau ibu dengan plasma viremia >50 kopi/mL, HAART
tetap menjadi pilihan utama. Pemberian antibiotik
profilaksis, cotrimoxazole terhadap PCP wajib dilakukan. Tes
IgA dan IgM, kultur darah langsung dan deteksi antigen PCR
merupakan serangkaian tes yang harus dijalankan oleh bayi

19
pada umur 1 hari, 6 minggu dan 12 minggu. Jika semua tes
ini negatif dan bayi tidak mendapat ASI, orang tua dapat
menyatakan bahwa bayi mereka tidak terinfeksi HIV.
Konfirmasi HIV bisa dilakukan lagi saat bayi berumur 18
sampai 24 bulan.
d. Tatalaksana Komplikasi Obstetrik
Wanita yang terancam lahir prematur baik dengan
atau tanpa PROM harus melakukan skrining infeksi,
khususnya infeksi genital sebelum persalinan. Bayi prematur
<32 minggu tidak dapat mentoleransi medikasi oral,
sehingga pemberian terapi ARV pada ibu sesudah dan saat
persalinan akan memberikan profilaksis pada janinnya.
Apabila bayi lahir prematur dengan PROM terjadi pada umur
kehamilan >34 minggu, persalinan harus dipercepat.
Augmentation dapat dipertimbangkan jika viral load <50
kopi/mL dan tidak ada kontraindikasi obstetrik.
Pertimbangan tersebut termasuk pemberian antibiotik
intravena spektrum luas, jika pasien terbukti ada infeksi
genital atau korioamnionitis. Lain halnya pada umur
kehamilan <34 minggu, penatalaksanaannya sama tetapi
obat antibiotik oral yang diberikan adalah eritromisin.
Semua ibu hamil, baik yang terinfeksi HIV maupun tidak
sangat memungkinkan untuk menderita anemia. Untuk itu
pemeriksaan darah lengkap wajib dikerjakan.
I. Komplikasi
Menurut Indradjaja (2019) komplikasi HIV AIDS dapat terjadi pada
bayi mencakup Enchephalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif, system
saraf pusat (CNS/central nervous system) Lhympoma, Cerebro Vaskuler
Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty. Sedangkan menurut

20
Manuaba (2009) dalam Maula (2019) komplikai HIV AIDS pada ibu hamil
yang kelelahan yaitu perdarahan dan abortus. Kemudian menurut Junnisa
(2015) Komplikasi yang mungkin terjadi adalah bayi lahir prematur,
premature rupture of membran (PROM), berat bayi lahir rendah, anemia,
restriksi pertumbuhan intrauterus, kematian perinatal dan endometritis
postpartum.
J. Discharge Planning
1. Keluarga memberikan dukungan berupa dukungan informasi
(nasihat, petunjuk, masukan), dukungan emosional (mendengarkan
keluh kesah dan bersikap terbuka), dan dukungan instrumental
(memberikan fasilitas yang dibutuhkan klien dan batauna yang
lainnya).
2. Peningatkan status gizi ibu
3. Tetap berikan ASI eksklusif
4. Hindari terjadinya robekan pada putting susu dan infeksi oayudara
lainnya
5. Batasi lamanya pemberian ASI
K. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan
selama kehamilan :
a. Identitas pasien
b. Riwayat Kesehatan
1) Kesehatan masa lalu
2) Kesehatan sekarang
c. Menstruasi
d. Reproduksi
e. Keluhan Utama
f. Data Psikologi

21
Kondisi ibu hamil dengan HIV / AIDS takut akan penularan
pada bayi yang dikandungnya. Bagi keluarga pasien cenderung
untuk menjauh sehingga akan menambah tekanan psikologis
pasien.
2. Pemeriksaan fisik
a. Breating
Kaji pernafasan ibu hamil, apabila ibu telah terinfeksi sistem
pernafasan maka sepanjang jalr pernafasan akan mengalami
gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan jalan nafas.
b. Blood
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS.
Penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8
dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4; peningkatan nilai
kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar
IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymerase untuk mendeteksi
DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer
monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan
antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
c. Brain
Tingkat kesadaran ibu hamil dengan HIV/AIDS terkadang
mengalami penurunan karena proses penyakit. Hal itu dapat
disebabkan oleh gangguan imunitas pada ibu hamil.
d. Bowel
Keadaan sisitem pencernaan pada ibu hamil akan mengalami
gangguan. Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang
lama. Hal itu disebabkan oleh penurunan sistem imun yang
berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran
pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat
menyebabkan infeksi saluran pencernaan.

22
e. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti
perubahan warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan
mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada sistem
perkemihan. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi
pada uretra klien
f. Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek
pergerakan. pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium
meningkat,periksa apabila ada resiko osteoporosis. Hal itu
dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
3. Diagnose Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi,
malnutrisi dan pola hidup yang beresiko
b. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma penyakit, penarikan
diri dari sistem pendukung, prosedur isolasi dan ketakutan
bila dirinya menulari orang lain
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keadaan kelelahan
yang berlebihan
d. Diare yang berhubungan dengan kuman patogen usus
dan/atau infeksi HIV
e. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi, kejang
abdomen dan infeksi
f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan manifestasi
HIV
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan HIV dan AIDS
(perjalanan, penyebaran penyakit, efek jangka panjang pada
wanita dan janin

23
4. Intervensi Keperawatan
Diagnose Intervensi Rasioanal
Keperawatan
1. Resiko tinggi a. Pasien dan orang a. Mengurangi
infeksi terdekat sebelum resiko
berhubungan dan sesudah kontaminasi
dengan seluruh kontak silang.
imunosupresi, perawatan b. Mengurangi
malnutrisi dan dilakukan. patogen pada
pola hidup yang b. Berikan system imun.
beresiko lingkungan bersih c. Peningkatan
dan berventilasi suhu secara
c. Pantau TTV, berulang-ulang
terutama suhu dari demam
d. Selidiki keluhan yang terjadi
sakit kepala, kaku untuk
leher, perubahan menunjukkan
penglihatan. bahwa tubuh
e. Bersihkan kuku bereaksi pada
setiap hari. proses infeksi.
Dikikir lebih baik d. Ketidak
dari pada normalan
dipotong dan neurologis
hindari umum dan
memotong mungkin di
kutikula. hubungkan
f. Periksa adanya dengan HIV
luka/lokasi alat ataupun
invasif, infeksi

24
perhatikan sekunder.
tanda-tanda e. Mengurangi
inflamasi/infeksi resiko tranmisi
local. bakteri
g. Bersihkan pathogen
percikan cairan melalui kulit.
tubuh/darah f. Identifikasi/pe
dengan larutan rawatan awal
pemutih. dari infeksi
h. Patau studi sekunder
laboratorium. Mis. dapat
Periksa darah, mencegah
urin, sputum dan terjadinya
lain-lain. sepsis.
i. Berikan antibiotik, g. Mengontrol
antijamur dan anti mikroorganism
mikroba. Seperti e pada
pentamidin atau permukaan
AZT/retrovir. kertas.
h. Dilakukan
untuk
mengidentifika
si demam.
i. Mengahambat
proses infeksi.
2. Isolasi sosial a. Pasien dianjurkan a. Untuk
berhubungan untuk menambah
dengan stigma mengekspresikan nafsu makan
penyakit, perasaan pasien dan

25
penarikan diri terisolasi, kebutuhan
dari sistem kesepiannya nutrisi dapat
pendukung, b. Memberikan terpenuhi
prosedur isolasi informasi tentang b. Dapat
dan ketakutan cara melindungi membantu
bila dirinya diri sendiri dan kebersihan
menulari orang orang lain akan pasien,
lain dan
mengurangi
infeksi
3. Intoleransi a. Konsultasi dengan a. Dengan nutrisi
aktivitas ahli diet untuk yang tepat,
berhubungan menentukan maka
dengan kebutuhan nutrisi kebutuhan
keadaan b. Mengedukasikan nutrisi pasien
kelelahan yang pada pasien dan akan terpenuhi
berlebihan keluarga untuk dan kelelahan
menggunakan dapat
suplemen yang berkurang.
khusus dirancang b. Untuk
untuk pengidap menghindari
AIDS terjadinya
kesalahan
dalam
menggunakan
obat
4. Diare yang a. Membantu pasien a. Untuk menjaga
berhubungan untuk melakukan keseimbangan
dengan kuman terapi relaksasi antara aktivitas

26
patogen usus b. Bantuan pasien dan istirahat
dan/atau infeksi dalam menyusun b. Untuk
HIV rencana rutinitas mengurangi
harian kecemasan
yang
menimbulkan
kelemahan dan
keadaan
mudah letih
5. Nyeri a. Kaji keluhan nyeri, a. Mengindikasika
akut/kronis perhatikan lokasi, n kebutuhan
berhubungan intensitas nyeri untuk
dengan (skala 0-10), intervensi dan
inflamasi, frekuensi dan juga tanda-
kejang waktu. tanda
abdomen dan b. Berikan aktivitas perkembangan
infeksi hiburan, misalnya komplikasi.
membaca, b. Memfokuskan
menonton TV dan kembali
berkunjung. perhatian,
c. Lakukan tindakan mungkin
paliatif, misalnya dapat
pengubahan meingkatkan
posisi, masase, kemampuan
rentang gerak untuk
pada sendi yang mennanggulan
sakit. gi
d. Berikan kompres c. Meningkatkan
hangat/lembab relaksasi/men

27
pada sisi injeksi urunkan
pentamidin IV tegangan otot.
selama 20 menit d. injeksi ini
setelah diketahui
pemberian. sebagai
e. Instruksikan penyebab rasa
melakukan sakit dan
relaksasi progresif abses steril.
dan teknik napas e. Meningkatkan
dalam. relaksasi dan
f. Berikan perawatan perasaan
oral. sehat. Dapat
g. Berikan menurunkan
analgesic/antipiret kebutuhan
ik narkotik. narkotik
Gunakan ADP analgesic.
untuk memberikan f. Ulserasi/lesi
analgasik 24 jam. mungkin
menyebabkan
ketidaknyaman
an yang sangat.
g. Memberikan
penurunan
nyeri/tidak
nyaman dan
mengurangi
demam.

6. Kerusakan a. Menganjurkan a. Untuk

28
integritas kulit pada pasien mengurangi
berhubungan untuk rasa kelelahan
dengan mempertahanka yang
manifestasi HIV n keseimbangan berlebihan
antara istirahat yang dapat
dan mobilitas memepengaruh
b. Pasien diminta i keadaan kulit
untuk tidak pasien
menggaruk dan b. Untuk
menggunakan mencegah
sabun kekeringan
nonabrasif, kulit.
7. Kurang a. Berikan informasi a. Pasien perlu
pengetahuan mengenai waspada
berhubungan system/respon terhadap resiko
dengan HIV dan imun normal dan bagi dirinya
AIDS bagaimana efek sendiri sama
(perjalanan, dari HIV, seperti resiko
penyebaran penyebaran bagi bayi dan
penyakit, efek virus, factor yang orang lain
jangka panjang diyakini disekitarnya
pada wanita dapat b. Perlu untuk
dan janin meningkatkan memberikan
kemungkinan harapan yang
progresifitas realistis, untuk
penyakit. mengurangi
b. Berikan informasi resiko bunuh
yang realistis diri.
optimis selama c. Pasien mungkin

29
kontak dengan mengalami
pasien. penyakit akut
c. Tinjau tanda- d. 2-6 minggu
tanda/gejala selama
yang mungkin terinfeksi.
menjadi e. Membatasi
konsekuensi dari penyebaran
infeksi HIV. virus.
d. Tekankan Mengerangi
perlunya pemajanan
memperhatikan pada agen
seks yang lebih infeksi/sters
aman dan juga tamabahan
perlunya pada system
menghindari imun.
penggunaan f. Bukti
obat-obatan IV menunjukkan
terlarang. bahwa diet
e. Berikan yang khusus
informasi dan factor
mengenai gaya hidup
perubahan gaya dapat
hidup yang berpengaruh
sesuai dengan pada
factor yang perkembanga
membantu n infeksi
mempertahanka g. HIV sampai
n kesehatan. AIDS.
f. Diskusikan h. Keterlibatan

30
strategi pasien dalam
penatalaksanaan perawatan
terhadap gejala- meningkatkan
gejala dan tanda- kerja sama dan
tanda yang terus kepuasan
menerus. dalam
g. Dorong kontak perawatan.
dengan orang i. Banyak yang
terdekat, merasa takut
keluarga, dan mengungkapk
teman. an pada orang
terdekat,
keluarga dan
teman karena
takut ditolak.

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan
membunuh SDP (CD4) dalam tubuh. Sedangkan AIDS merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV dan menghancurkan
sistem kekebalan tubuh seseorang. Kemudian etilogi HIV AIDS pada ibu
hamil dibagi menjadi tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi, dan faktor
obstetrik. Terdapat banyak tanda dan gejala pada ibu hamil yang
mengalami HIV AIDS yaitu ruam pada kulit, nyeri otot, mual, muntah,
diare, berat badan menurun, dan lain-lain. Lalu untuk cara penularan HIV
AIDS pada ibu hamil dibagi menjadi periode kehamilan, periode
persalinan, dan periode post partum. Kemudian untuk pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil yang mengalami HIV AIDS yaitu
seperti tes serologis, tes neurologis, tes lainnya, tes antibodi, pelacakan
H, VCT, dan konseling pre test. Asuhan keperawatan HIV AIDS pada ibu
hamil meliputi pengkajian yang terdiri dari banyak sistem dan
pemeriksaaan fisik, diagnosa keperawatan, dan intervensi keperawatan.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan dan perawat dapat membuat asuhan
keperawatan HIV-AIDS pada ibu hamil dengan tepat agar intervensi yang
dilakukan berjalan dengan baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Fimansyah, Hanien. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN


HIV. Retrevied from: https://www.academia.edu/16347926/9-
ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_IBU_HAMIL_DENGAN_HIV_jurnal

Handayani, R.T. (2014). Gambaran pelaksanaan keperawatan pada ibu hamil


dengan hiv. Akademi Keperawataan Mamba’ul ‘Ulum. Surakarta.

INDRADJAJA, ERLIN. 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN


HIV /AIDS. Retrieved From: https://docplayer.info/63351997-Asuhan-
keperawatan-pada-ibu-hamildengan-hiv-aids.html

LeMone. P, at al. (2012). Keperawatan Medikal Bedah (Medical Surgical Nursing:


Critical Thinking in Patient Care, 5 th Ed.) alih bahasa: Nike Budhi
Subekti, Jakarta: EGC

Junnisa, S. D., Wiyati, P. S., & Wijayahadi, N. (2015). Luaran Maternal Dan
Neonatal Pada Ibu Bersalin Dengan Infeksi HIV (Analisis Faktor
Jumlah Sel Cd4) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).
http://eprints.undip.ac.id/46231/3/Silva_Dwinta_Junnisa_22010111
110097_Lap.KTI_Bab2.pdf

Kemenkes RI. (2013). Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Jakarta: Kemenkes RI

March, Almenthe. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kasus HIV/AIDS.


Retreived from:
https://www.academia.edu/33482041/ASKEP_pasien_dengan_Kasus
_HIV_AIDS

Maula, I. 2019. Laporan Pendahuluan Ibu Hamil dengan HIV. Retrieved from:
https://www.academia.edu/36640472/LAPORAN_PENDAHULUAN_IB
U_HAMIL_DENGAN_HIV

33
Melisa, Y. 2019. Askep HIV Ibu Hamil. Retrieved From:
https://www.academia.edu/18062319/ASKEP_HIV_IBU_HAMIL

Mufid, H. F. 2019. Kehamilan dengan HIV. Retrieved From:


https://www.academia.edu/16755308/KEHAMILAN_DENGAN_HIV

Sunarno, Isharyah. (2016). Kehamilan dengan HIV. Retreived from:


https://med.unhas.ac.id/obgin/wp-content/uploads/2016/08/3.-HIV-
dalam-kehamilan.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai