PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia atau lansia diatas umut 60 tahun, teridentifikasi dari tahun 2000 hingga 2050
akan berlipat ganda dari 11% menjadi 22%, atau secara pasti meningkat dari 605 juta menjadi
Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara
dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia, tercatat 18,1 juta jiwa atau 7,6
persen dari total penduduk. Badan Pusat Statistik (2013) memproyeksikan, jumlah penduduk
lanjut usia (60+) diperkirakan akan meningkat menjadi 27,1 juta jiwa pada tahun 2020,
menjadi 33,7 juta jiwa pada tahun 2025 dan 48,2 juta jiwa tahun 2035 (Kemenkes RI, 2016).
Keadaan dimana seseorang merasakan kehilangan antusiasnya akan kegiatan yang sering
dilakukan melebihi batas waktu 14 hari berturut-turut dapat dikatakan sebagai gejala awal
dari depresi (Vahia, 2013). Perubahan psikososial lansia akibat depresi sangat merugikan
bagi kesehatan lansia baik bagi kesehatan fisik maupun kesehatan mental (Putra, 2014)
clinical concerns; and its manifestations are characterized by hypochondriasis and somatic
preoccupation associated anxiety and insomnia rather than typical features including
melancholia/persistent sadness.
Salah satu tipe terapi yang mampu mengatasi rasa depresi pada lansia adalah terapi
reminiscence. Terapi reminiscene merupakan sebuah terapi mengenang masa lalu efektif
yang dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi (Westerhof, Bohlmeijer and
kenangan buruk, dan mampu menata ulang ingatan lalu merupakan fokus dari terapi
Proses pemberian terapi ini dilakukan oleh perawat baik itu secara individu atau grup
dengan saling berbagi pengalaman dan kenangan di masa lampau, di dukung dengan
menyediakan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut seperti foto, musik, ataupun
benda-benda yang memperkuat ingatan yang berlalu itu. Terapi ini berguna untuk
meningkatkan proses penyesuaian diri, quality of life, dan perasaan puas dengan keadaan
Intergrative reminiscence merupakan salah satu tipe dari terapi reminiscence dengan fokus
menemukan dan melanjutkan makna kehidupan (Wong and Watt, 1991; Cappeliez, O’Rourke
therapy mampu menurunkan tingkat depresi pada lansia secara signifikan (Karimi et al.,
Lansia mengalami berbagai hal didalam kehidupannya, perasaan tidak dihargai karena
ketidakberdayaan hingga depresi. Keterbatasan membuat lansia kehilangan makna dan tujuan
hidup sesungguhnya. Salah satu intervensi yang dapat diberikan pada lansia dengan depresi
ialah integrative therapy reminiscence. Terapi reminscence pada dasarnya telah efektif
terbukti untuk membantu lansia mengingat kembali masa lalunya sehingga perasaan tidak
berharga dan perasaan tidak berdaya dapat berangsur hilang. Namun, belum ada pembahasan
lebih lanjut mengenai hasil dari pengaplikasian spesifik dari integrative therapy reminiscence
2. Grup pendidikan
kesehatan
Partisipan dalam
kelompok ini
mendapatkan
pendidikan kesehatan
selama 8 minggu,
dengan 45menit untuk
masing-masing
pertemuan
perminggunya. Topik
yang diberikan:
managemen
pengobatan, manajemen
tekanan darah tinggi,
pendidikan diabetes,
manajemen stress,
pencegahan resiko
jatuh, gizi, olahraga,
dan topik lain yang
dipilih pseserta. Peneliti
fokus pada pemberian
penkes dan tidak
memberikan intervensi
reminscence selama
sesi berlangsung.
Partisipan menerima
print out dan brosur
mengenai topik yang
dibahas.
3. Grup kontrol
Partisipan dalam
kelompok ini tidak
menerima intervensi
yang aktif selama 8
minggu. Peneliti
menghubungi peserta
hanya untuk menjaga
kedekatan hubungan
dan mengingatkan
mereka tujuannya.
4.
Peningkatan efektivitas pemberian intervensi reminscence dengan memahami ketiga jenis reminiscence, yakni (Lo Gerfo, 1981) :
1. Informatif
Intervensi reminiscence melibatkan kembali ingatan dan mencaritakan ulang masa lalu klien sehingga dapat menghidupkan kembali
minat, harga diri, dan mempererat kembali hubungan pribadi.
2. Evaluatif
Bagaimana seseorang menceritakan kembali pengalamannya serta melihat makna dari hal-hal yang telah dilalui.
3. Obsessif
Merupakan sebuah ingatan yang muncul akibat perasaan tertekan, merasa bersalah, stress, depresi ketika meningat kenangan tersebut.
I. Tinjauan Pustaka
Daftar Pustaka
emotional regulation among older adults’, Journal of Aging Studies, 22(3), pp. 266–
mental health in later life’, Aging and Mental Health, 9(4), pp. 295–301. doi:
10.1080/13607860500131427.
International Journal of Aging and Human Development, 12(1), pp. 39–48. doi:
10.2190/CBKG-XU3M-V3JJ-LA0Y.
10.1016/j.jamda.2015.07.010.
10.1080/13607861003801037.
Koenig, H. G. and Cohen, H. J. (1992) ‘A BRIEF DEPRESSION SCALE FOR USE IN THE
Rationale and three single case studies.’, Special Issue: Traumatic exposure and
http://dx.doi.org/10.1023/A:1015952429199.
Preschl, B. et al. (2012) ‘Life-review therapy with computer supplements for depression in
the elderly: A randomized controlled trial’, Aging and Mental Health, 16(8), pp.
analysis’, International Journal of Nursing Sciences. Elsevier Ltd, 1(4), pp. 416–
10.3928/00220124-20091023-10.
Vahia, V. (2013) ‘Diagnostic and statistical manual of mental disorders 5: A quick glance’,
Westerhof, G. J., Bohlmeijer, E. and Webster, J. D. (2010) ‘Reminiscence and mental health:
Wong, P. T. and Watt, L. M. (1991) ‘What types of reminiscence are associated with
successful aging?’, Psychology and aging, 6(2), pp. 272–279. doi: 10.1037//0882-
7974.6.2.272.