Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pencapaian Tujuan MDGS

RSUD Undata Palu

RSUD UNDATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................... i


Pendahuluan ............................................................................................................. ii
Ucapan Terima Kasih ............................................................................................... iii
PONEK
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BAYI, BALITA, MAUPUN NEONATAL
TARGET Menurunkan angka kematian Bayi, Balita maupun neonatal dalam kurun
waktu 2015-2017 ....................................................................................... 1

Analisis ..................................................................................................................... 3
Tantangan ................................................................................................................. 3
Kebijakan ................................................................................................................. 4
MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL
TARGET Menurunkan angka kematian Maternal dalam kurun waktu 2015-2017 .......... 5
A. MEMERANGI HIV/AIDS DAN TB
TARGET Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru
HIV/AIDS dan TB hingga tahun 2017 ....................................................... 8
Analisis Pencatatan Dan Pelaporan VCT ...................................................................... 8
Analisis Pencatatan Dan Pelaporan PMTC ................................................................... 9
Analisis Pencatatan Dan Pelaporan HIV/AIDS Pra ART ............................................... 10
Analisis Pencatatan Dan Pelaporan HIV/AIDS ART ..................................................... 12
Tantangan ................................................................................................................. 14
Kebijakan ................................................................................................................. 15
TARGET Mengendalikan Penyebaran Dan Mulai Menurunkan Jumlah Kasus Baru TB
Hingga Tahun 2017 .................................................................................... 17
Tantangan ................................................................................................................. 18
Kebijakan ................................................................................................................. 18

i
PENDAHULUAN

Pemerintah Sulawesi Tengah telah mengharuskan pembangunan sejak tahap


perencanaan dan penganggaran sampai pelaksanaanya di RSUD Undata dinyatakan dalam
rencana pelaksanaan PONEK, HIV/AIDS dan TB DOTS di RSUD Undata tahun 2016.
Rencana kerja tahunan sebagaimana tersebut dimaksudkan dalam dokumen anggaran alokasi
dana dalam anggaran daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGS terus
meningkat tiap tahun di RSUD Undata palu.
Laporan pencapaian tujuan pembangunan di RSUD Undata tahun 2016 Merupakan
laporan yang bersifat lokal di RSUD Undata tahun 2016. Laporan pertama tahun 2015,
selanjutnya tahun 2016 dan 2017. Laporan ini bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai kemajuan yang telah dicapai oleh RSUD Undata. Serta menunjukkan komitmen
bersama dengan pihak managemen dan Tim. MDGS dan seluruh staff RSUD Undata dalam
menunjukkan cita-cita deklarasi MDGS di RSUD Undata.
Laporan ini secara rinci menguraikan pencapaian sasaran pembangunan sesuai
indikator MDGS Sampai tahun 2017. Berdasarkan laporan PONEK, HIV AIDS dan TB
DOTS. Menguraikan secara sekilas tentang yang dihadapi serta upaya yang diperlukan untuk
mencapai sasaran MDGS sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun kegiatan
yang diperlukan agar sesuai di RSUD Undata tahun 2017 dapat tercapai.
Berbagai keberhasilan yang telah dicapai adalah wujud yang komitmen dan kerja
sama management RSUD Undata kerja sama tim dan staff. Serta semua tenaga non medis
yang terlibat menuju RSUD Undata yang lebih sejahtera. Pencapaian ini merupakan
kontribusi masyarakat sulawesi tengah menuju terwujudnya masyarakat sulawesi tengah yang
lebih sejahtera dan berkeadilan.
Sebagai penutup. Saya menyampaikan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam laporan pancapaian tujuan pembagunan milllenium di RSUD Undata tahun
2016. Semua laporan MDGS menjadi kontribusi yang berharga bagi Provinsi Sulawesi
Tengah dalam mewujudkan cita-cita Pembanguanan masyarakat di Sulawesi Tengah yang
lebih Baik dan sejahtera dimasa yang akan datang.

Palu, Oktober 2017

dr. Reny A. Lamadjido, Sp. PK.,M. Kes

ii
UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan pencapaian tujuan pembanganan RSUD Undata Tahun 2016 yang disusun
oleh tim PONEK, HIV/AIDS dan TB DOTS yang Bertanggung Jawab Kepada Direktur
RSUD Undata. Kepada seluruh anggota tim penyusun disampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih setingi-tingginya atas kerja keras dan kontribusinya sehingga laporan pencapaian
ini dapat tersusun dengan baik.
Penghargaan dan ucapan terima kasih secara khusus disampakan kepada :
TIM PONEK : dr. Suldiah, Sp.A; dr. Kartin Akune, Sp.A; dr. Amsyar Praja, Sp.A;
dr. Effendy Salim, Sp.A; dr. Faridnan, Sp.An; dr. Fery Lumintang, Sp.An; dr. Sofyan
Bulango, Sp.An; dr. Juniaty C.Simanjuntak, M.Kes, Sp.OG; dr. Ni Made Asty Janigiri,
Sp.OG; dr. Daniel saranga, Sp.OG; dr. Robert Mangiri, Sp.Rad. M.Sc; dr. Daniel Saranga,
Sp.OG; dr. Hardiknas; dr. Esther Th. G. Walujan; dr. Kadek Rupawan; dr. Hardiknas; dr.
Fitrian; dr. Junjun Firtriani; dr. Arlin Tutu; dr. Try Apriani; drg. Jimmy Lee; Bid. Asna
Beatrix, S.ST; Bid. Jeane Kristina, S.ST; Bid. Misnawati, S.ST; Bid. Rina, Amd.Keb; Bid.
Nursia, Amd.Keb; Bid. Wayan sunarti, Amd.Keb; Bid. Ni Made Meiarti, Amd.Keb; Bid.
Bertha Sagala, Amd.Keb; Bid. Lily Handayani, Amd.Keb; Bid. Winarti Damayanti,
Amd.Keb; Nasir, S.Kep; Tony karapang, S.kep.Ns; Bid. Yulian, Amd.Keb; Bid. Dewi,
Amd.Keb; Bid. Nursia, Amd. Keb; Sang Ayu Sidan, S.ST; Niluh Putriana, S.ST; Siti
Marwah, S.ST; Jumardan, SKM; Nurwalidah Mahardika, APTD; Siti Hardianti Astuti,
Amd.Kep; Hasanah, S.ST; Budiman, Am.Ak; Andi Firdaus, Am.Ak; Fadli, Am. Ak; Deby
Warrow, S,ST; Samia Djafar, Amd.Rad; Sapriansyah, Amd.Rad; Rudi Santoso, Amd.Rad;
Dani Yusuf, S.ST.
TIM TB DOTS: dr. Nur Fitriani Nurdin, Sp.PD; dr. Jenny Sampe, M. Kes, Sp. S; dr. Roberty
D. Maelissa Sp.B; dr. Robert Mangiri Sp. Rad; dr. Komang Adi Sujendra, Sp. PD; dr. H. Rustam
Amiruddin, Sp.PD; dr. Abdullah Ammarie, Sp. PD; dr. Putu Malaya, MPH; dr. Christin Lopo
Sp. THT; dr. Dewi Suryani Anjaya, Sp. KJ; dr. Alfreth Langita, Sp. B; dr. Seniawaty Ismail,
Sp. KK; dr. Isnaniah, Sp.S; dr. Sarniwaty Kamissy, Sp.PD; dr. Marini; Andi Firdaus, Am.AK;
Mufidah, S.SI, Apt; Monalisa Amd. Far; Nur hidayah Ismail, S. Kep; Mahbub Achdar; Hj.
Iriani, S. Kep; Ulvasella Tantanasa, Amd. Kep; Yunus Toding S. Si. Apt; Elvia A. Y Alhusni,
M. Sc. Apt; Nursanti, M. Sc. Apt; Moh. Thamrin Tahir, M. Farm. Apt; Fadil Amd. Farm;
Niluh Mery Agustina, Amd. Farm; Ilham S. Kep. Ns. MPH; Husen S. Kep. Ns. MPH;
Nurwinarti, SKM; Lince Mangkey, SKM; Linda Haerunisa, S. Gz; Nusiah Laulemba; Heny
Fransiska, Amd. Kep; I Nyoman Budiantono, SKM; Astima.
TIM HIV/AIDS : dr. Putu malaya,MPH; dr.dewi suryani Angdjadja,Sp. KJ; dr.Rustam
Amiruddin, Sp.PD; dr.alfreth Langitan, Sp.B. FINAC; dr.Ferry Baan, M.Kes; dr.Marini Kalla
Tanan; dr. Juniaty, Sp.OG; dr.Nur hidayat, Sp KK; dr.Diany Nurdin, Sp.KK; dr. Nurcahya
Keliat; Lince Magkey, SKM; Moh.Basir, Sp.si.M.Psi,Psikolog; Inyoman Budiartono; yerry
Kuingu S.SI.M.SI,M.Kes.,Apt; Rayani Mpole, S.kep; Bid.Nurwinarti,SKM.,MM; Mufida,
S.Si.,Apt; Monalisa; Fatimah Amd Kep; Nurhasaah S.ST; Rahmata Baori; budimaan,Am.Ak;
Linda Hairunnisa,S.Gs; Heny fransiskka,Amd Kep; Fatimah, Amd.Kep; Andi Muliana, Amd
Kep.

iii
Semoga Laporan Pencapaian tujuan pembangunan MDGs RSUD Undata ini dapat digunakan
oleh semua pihak yang berkepentingan baik dilingkungan pemerintah maupun para
pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya dalam upaya mempercepat pencapaian sasaran-
sasaran RSUD Undata 2016.

Palu, Oktober 2017

dr. Reny A. Lamadjido, Sp. PK.,M. Kes

iv
B. PONEK : MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BAYI, BALITA, MAUPUN
NEONATAL.
TARGET : Menurunkan angka kematian Bayi, Balita maupun neonatal dalam kurun
waktu 2015-2017.
Keadaan Saat ini
Kesehatan anak di RSUD Undata terus membaik yang ditunjukkan dengan
menurunnya angka kematian balita, bayi maupun neonatal. Angka kematian balita
menurun dari 97 pada tahun 1991 menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007
(SDKI). Begitu pula dengan angka kematian bayi menurun dari 68 menjadi 34 per 1000
kelahiran hidup pada periode yang sama di RSUD Undata. Angka kematian neonatal juga
menurun walaupun relatif lebihh lambat yaitu dari 32 menjadi 19 kematian per 1000
kelahiran hidup .
Pencapaian target MDGs penurunan angka kematian bayi di RSUD Undata palu di
sulawesi tengah.

ANGKA KEMATIAN BAYI TAHUN 2015-2017

200
180
160 172
140
120
100
102
80
60
40
42
20
0 angka kematian bayi
2015 2016 2017
Grafik 1 : Angka Kematian Bayi Tahun 2015-2017

1
2.3 %
4.7 %
4.7 %
asfiksia
BBLR
9.5 %
Sepsis
50%
Prematur Murni
11 % serotinus + RDN
bronchopnemonia
Diare

16 %

Diagram penyebab kematian Bayi Tahun 2016

2% 5%

10% 2%
Prematur
Ikterus Neonatorum
12% Kelainan Kongenital
64% Asfiksia
5% Bronkopneumonia
Gangguan Napas
Sepsis

Diagram penyebab kematian Bayi Tahun 2017

2
ANALISIS
Rawat gabung adalah pelayanan kepada bayi baru lahir yang ditempatkan bersama
dengan ibunya di dalam satu ruangan dalam waktu 24 jam pertama sejak lahir. Pada tahun
2017 dari jumlah 641 bayi yang lahir, terdapat 590 bayi rawat gabung bersama ibu.
Pada tahun 2017, jumlah kematian bayi yang lahir di rumah sakit terdapat 30 kasus,
dan terdapat 21 kasus bayi lahir meninggal yang merupakan pasien rujukan dari rumah sakit
lain. Total jumlah bayi lahir meninggal tahun 2017 periode Januari-September sebanyak 51
kasus dari kelahiran hidup. Angka ini belum dapat dipastikan jumlahnya hingga periode
Desember 2017 nanti.
Pada tahun 2017, dari 641 jumlah kelahiran bayi, terdapat 201 bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah (<2500 gram) dan 366 bayi lahir dengan berat badan lahir normal (>2500
gram).
Penyebab terbesar kematian bayi pada periode Januari-September tahun 2017
berdasarkan penyakit adalah bayi yang lahir dengan prematur yaitu sebanyak 46 bayi.
Sedangkan pada periode Januari-September tahun 2016, kematian bayi terbesar disebabkan
oleh asfiksia. Angka ini belum dapat dipastikan jumlahnya hingga periode Desember 2017
nanti.
Prestasi ini dapat dicapai akibat penerapan berbagai program yang menjangkau
seluruh sasaran ibu bayi dan balita, seperti posyandu, pelayanan KIA, penggunaan buku KIA,
pemberian imunisasi kepada seluruh bayi. Pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar,
pemeliharaan gizi masyarakat, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan
kesehatan lingkungan. Di setiap desa telah di tempat bidan desa dan tidak ada satupun
puskesmas yang tidak memiliki dokter. Setiap wilayah kecamatan dan desa/kelurahan harus
mampu mendata dan memetakan kejadian kematian bayi dan balita. Gerakan DB4MK
merupakan upaya menjaga keberhasilan penurunan angka kematian bayi dengan cara
membawa isu kesehatan sebagai isu keberhasilan pemerintah sejak di tingkat desa hingga di
tingkat kabupaten.

TANTANGAN
1. Masih rendahnya cakupan ANC. Pengawasan program, perencanaan yang
terintegrasi dan kecukupan anggaran untuk program imunisasi belum memadai di
Rumah Sakit Undata.
2. Belum optimalnya deteksi dini dan perawatan segera bagi balita sakit atau
manajemen terpadu balita sakit (MTBS).

3
3. Masih rendahnya keterlibatan keluarga dalam kesehatan anak di RSUD Undata
Palu. Perlu menerapkan praktik kesehatan yang baik pada ibu melalui kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk perubahan perilaku perlu terus di
tingkatkan melalui TOL TINA ANTE NGANA KODI.
4. Masih rendahnya upaya pengendalian faktor resiko lingkungan RSUD Undata.
Faktor risiko kematian bayi dan anak sangat terkait dengan kesehatan lingkungan-air
bersih, sanitasi dasar dan tingkat polusi dalam ruangan dalam hal ini adalah tanggung
jawab oleh Tim PPI di RSUD Undata
5. Masih terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan. Masih terdapat sekitar 20
persen kelahiran tidak memiliki akses ke layanan kesehatan yang layak dan
kebanyakan bayi lahir di RSUD Undata berisiko tinggi.

KEBIJAKAN
Kebijakan kesehatan anak di RSUD Undata terfokuskan pada intervensi-intervensi
layanan kesehatan meliputi : imunisasi, MTBS, gizi pada anak, penguatan peran keluarga,
dan peningkatan akses layanan kesehatan dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Meningkatkan cakupan ANC. Pengawasan program, perencanaan yang terintegrasi
dan kecukupan anggaran untuk program belum memadai di RSUD Undata.
2. Meningkatkan pelaksanaan strategi MTBS, antara lain : (i) Pelatihan MTBS bagi
petugas di RSUD Undata; (ii) penguatan struktur manajemen di Rumah Sakit Undata;
(iii) menjamin ketersediaan obat esensial di Rumah Sakit Undata; (iv) pelaksana
MTBs di tingkat keluarga dan masyarakat di Rumah Sakit Undata; dan (v)
penyelenggara konseling bagi ibu di Rumah Sakit Undata.
3. Menangani permasalahan gizi pada anak yang di fokuskan untuk menurunkan
angka prevalensi stunting meliputi : (i) penigkatan pemberian ASI eksklusif; (ii)
pemberian makanan tambahan; (iii)) mamantau tumbuh kembang anak; (iv)
memperkenalkan komunikasi untuk perubahan perilaku; dan v) intervensi gizi mikro
di RSUD Undata.
4. Meningkatkan upaya perubahan perilaku melalui peningkatan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) di Rumah Sakit Undata
5. Meningkatkan pelayanan kesehatan neonatal dan ibu di Rumah Sakit Undata.
6. Memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Rumah Sakit Undata
7. Meningkatkan mobilisasi partisipasi masyarakat melalui kegiatan posyandu yang
meliputi pemantauan status gizi bayi dan balita melalui penimbangan bulanan,
pemberian imunisasi lengkap dan layanan kesehatan di RSUD Undata.
8. Memadukan strategi lintas sektor untuk mempercepat pencapaian target penurunan
angka kematian balita, bayi maupun neonatal di RSUD Undata.

4
C. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN MATERNAL

250

200

150

100

50

Grafik 10 Penyebab Kematian Maternal Tahun 2015

TARGET : Menurunkan angka kematian Maternal dalam kurun waktu 2015-2017

Salah satu program penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) yaitu dengan meningkatkan mutu dan menjaga keseninambungan pelayanan
kesehatan ibu dan neonatal ditingkat pelayanan dasar dan rujukan. Konsep AMP merupakan
salah satu cara untuk menurunkan AKI dan AKB. Dengan cara menggali permasalahan yang
berperan atas kejadian morbiditas maupun mortalitas yang berakar dari pasien/keluarga,
petugas kesehatan, manajemen pelayanan, serta kebijakan pelayanan.

Melalui kegiatan ini diharapkan pihak pemberi pelayanan dalam hal ini RSUD Undata
dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi masalah-masalah yang berpengaruh terhadap
mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal/neonatal.

Berkaitan dengan target MDGs tahun 2015 yaitu mengurangi angka kematian
bayi(AKB) dan balita 2/3 dari AKB pada tahun 1990 dari 25 menjadi 20/1000 kelahiran
hidup dan mengurangi angka kematian ibu (AKI) dari AKI 1990 menjadi 125/100.000
kelahiran hidup. Untuk itu kementrian kesehatan dalam rencana strategis tahun 2011-2014
telah menetapkan target penurunan angka kematian ibu dari 307 menjadi 118/100.000
kelahiran hidup dan AKB dari 35 menjadi 24/1.000 kelahiran hidup pada tahun 2014.

5
Kematian maternal adalah kasus kematian perempuan oleh proses berhubungan
dengan kehamilan (termasuk hamil ectopic, persalinan, abortus, (termasuk abortus mola), dan
masa dalam kurun waktu 42 hari setalah berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi
dan tidak termasuk didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau kejadian accidental.

Kematian perinatal adalah kematian bayi (dengan umur kehamilan lebih dari 22
minggu yang lahir dalam keadaan meninggal atau bayi yang lahir hidup namun kemudian
meninggal dalam masa 7 hari setelah persalinan.

Lahir mati adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 500 gram atau umur kehamilan
lebih dari 22 minggu yang dilahirkan tanpa tanda-tanda kehidupan. Lahir mati dibagi dalam
dua kelompok yaitu lahir mati dengan tanda maserasi dan lahir mati tanpa tanda maserasi.

Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir yang kemudian meninggal sebelum 28
hari kehidupan. Kemudian neonatal dibagi dua kelompok yaitu kematian neonatal dan
kematian neonatal lanjuut. Kematian neonatal adalah kematian bayi yang terjadi pada 7 hari
kehidupannya. Kematian neonatal lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8-28
hari kehidupannya.

Maternal 2016
350
300
250
200
150
100
50
0

Maternal 2016

Data maternal pada tahun 2016 berdasarkan kasus terbanyak yaitu pada section
sesaria sejumlah 247 kasus, post partum spontan letak belakang kepala 295 kasus, abortus
inkomplit 166 kasus, post partum induksi 144 kasus, hiperemesis grafidarum 62 kasus,

6
hipertensi pada kehamilan 39 kasus, abortus iminens 37 kasus, post partum IUFD 22 kasus,
retensio plasenta 33 kasus dan molahidatidosa 7 kasus. Berdasarkan data pada tahun 2016
kematian maternal sejumlah 4 kasus dimana beberapa diantaranya disebabkan oleh gagal
jantung + syok hipovolemik + gagal napas 1 kasus, syok septic 1 kasus, grafid 30 minggu +
eklampsia + suspek sindrom help 1 kasus, letak bokong + vakum + ekstraksi + hipertensi
gestasional + sinus bradikardi + emboli pembuluh darah 1 kasus.

Hal ini disebabkan karena permasalahan yang kompleks menyangkut aspek medis
yang harus ditangani oleh tenaga kesehatan, sedangkan aspek non medis merupakan
penyebab mendasar seperti status perempuan, social budaya, pendidikan, ekonomi, geografis,
transportasi dll yang memerlukan keterlibatan lintas sector dalam penanganannya. Perlu
ekstra kerja keras dan kerja cerdas untuk mencapai target tersebut.

Selanjutnya dilakukan upaya dalam pengurangan angka kematian bayi dengan


berbagai strategi dari system rujukan neonates terpadu mengingat kematian bayi mempunyai
hubungan erat dengan mutu penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi
harus dilakukan dalam system terpadu.

7
D. MEMERANGI HIV/AIDS DAN TB

TARGET : MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN


JUMLAH KASUS BARU HIV/AIDS DAN TB HINGGA TAHUN 2017

Variabel Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total
Pasien 34 20 22 18 34 7 5 5 2
HIV + 6 3 2 3 2 4 3 2 0

KEADAAN SAAT INI

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN VCT

Data VCT (Voluntary consultating and testing) tahun 2016 menunjukkan terdapat
total 147 pasien yang menjalani VCT. Dari total 147 pasien yang menjalani VCT tersebut di
dapatkan 25 pasien di antaranya positif mengidap HIV. Sedangkan data VCT sampai bulan
September tahun 2017, terdapat total 40 pasien yang menjalani VCT dari 40 pasien tersebut
terdapat sebanyak 28 pasien yang positif menghidap HIV.

Jumlah VCT 2016


40

35

30

25

20

15

10

5 /Jumlah VCT 2017


0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Pasien HIV +

8
Variabel Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Total
Pasien 3 5 2 3 1 6 9 2 9
HIV + 3 3 1 6 9 6

Data di atas menunjukkan terjadi penurunan jumlah pasien yang menjalani VCT dari
tahun 2016 sampai bulan september tahun 2017. Selain itu, jumlah pasien yang positif
menghidap HIV juga mengalami peningkatan jumlah dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat
disebabkan karena menurunnya jumlah pasien yang menjalani VCT sehingga hanya sedikit
pasien positif HIV yang dapat terjaring. Oleh karena itu,efektivitas dari pelayanan VCT perlu
ditingkatkan agar semakin banyak yang dapat di deteksi sedini mungkin sehingga
penatalaksanaan pasien yang positif mengidap HIV dapat dilakukan secara lebih efektif.

Jumlah VCT 2017


10
9
8
7
6
5 Pasien
4 HIV +
3
2
1
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep okt Nov Des

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN PMTCT

Program PMTCT atau Prevention Mother to child HIV Transmition adalah suatu program
yang dirancang untuk sebuah program pelayanan dan intervensi yang didesain untuk
menurunkan resiko penurunan dari Ibu HIV positif kepada bayinya. Secara umum program
PMTCT meliputi 5 intervensi utama yaitu:

9
1. HIV testing and counseling mulai hamil sampai paska melahirkan
2. Pemberian ARV pada ibu dan bayi yang dilahirkan
3. Persalinan yang aman.
4. Pemberian makanan kepada bayi(infant feeding), konseling, dan dukungan.
5. Care, Support, dan Movement komperhesif kepada ibu dan keluarganya

PMTCT bukan sekedar program pelayanan individual. PMTCT adalah sebuah paket
pelayanan kesehatan masyarakat secara komperhensif. Dengan demikian, fokus PMTCT
tidak hanya wanita dengan HIV positif, tetapi juga suami (pasangan) yang HIV negatif atau
status HIVnya tidak diketahui.

Program ini di RSUD Undata Palu baru dilaksanakan pertama kali pada tahun 2016
dan menunjukkan progresivitas yang cukup baik sampai sekarang terutama pada akhir tahun
2017. Pada awalnya di RSUD undata,program ini kurang mendapat respon yang baik dari
masyarakat karena PMTCT belum memiliki ruangan khusus dan edukasinya masih tergabung
di poliklinik Jiwa sehingga kebanyak ibu hamil enggan untuk mengikuti program PMTCT.

Namun, pada bulan januari sampai September 2017 terjadi peningkatan yang
signifikan dari jumlah ibu hamil yang menjalani program PMTCT yaitu mencapai 20 ibu
hamil di mana pada bulan-bulan sebelumnya yaitu selalu kurang dari 10 pasien. Hal ini
terutama disebabkan karena sudah adanya ruangan khusus untuk melakukan program
PMTCT yang sudah tidak tergabung lagi dengan Poliklinik jiwa sehingga edukasi dan
pelayanan dapat dilakukan dengan lebih leluasa dan pasien dapat merasa lebih nyaman.

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN HIV/AIDS PRA ART

Dari data jumlah kasus penderita HIV/AIDS pra ART sepanjang tahun 2016,
didapatkan 62 kasus dengan 52 pasien hidup dan 10 diantaranya meninggal,sedangkan pada
tahun 2017 dari bulan januari-september dilaporkan terdapat 39 kasus dengan pasien hidup
dan 1 pasien meninggal atau total 40 pasien. Dengan kata lain terdapat penurunan jumlah
pasien penderita HIV/AIDS pra ART dari tahun 2016 ke tahun 2017 dengan jumlah kasus 62
pada tahun 2016 menjadi 40 kasus sampai bulan September 2017.

Ditinjau dari variabel jenis kelamin penderita HIV/AIDS pra ART, pada tahun 2016
tercatat 38 pasien adalah laki-laki dan 24 orang adalah pasien berjenis kelamin perempuan.
Sedangkan data tahun 2017 sampai bulan september menunjukkan bahwa jumlah penderita
HIV/AIDS pra ART 20 orang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan 20 diantaranya adalah

10
penderita berjenis kelamin perempuan. Data ini mununjukkan adanya kecenderungan bahwa
penderita HIV/AIDS pra ART tahun 2016 didominasi oleh pasien berjenis kelamin laki-laki
yang juga menunjukkan peningkatan dari 38 pasien pada tahun 2016, akan tetapi pada tahun
2017 terjadi keseimbangan jumlah penderita HIV/AIDS pra ART menjadi 20 orang pasien
laki-laki dan 20 orang pasien perempuan sampai periode september 2017.

Berdasarkan usia penderita yang dikategorikan menjadi beberapa kelompok usia, data
tahun 2016 penderita HIV/AIDS Pra ART menunjukkan tidak ada penderita berusia kurang
dari 1 tahun, 3 orang penderita berusia 1-14 tahun, 4 orang penderita berusia 15-19 tahun, 11
orang penderita berusia 20-14 tahun, 41 orang penderita berusia 25-49 tahun, dan 3 orang
penderita berusia lebih dari 50 tahun. Dibandingkan dengan data yang diperoleh sepanjang
tahun 2017 sampai bulan september, tercatat 2 orang penderita berusia kurang dari 1 tahun, 2
orang penderita berada dalam rentang 1-14 tahun, 2 orang penderita berusia 15-19 tahun, 3
orang penderita berusia 20-24 tahun, 30 penderita berusia 25-49 tahun dan 1 orang penderita
berusia 50 tahun ke atas, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penderita HIV/AIDS pra
ART pada tahun 2016 paling banyak adalah pasien dalam kelompok usia 20-24 yaitu
sebanyak 11 orang, sedangkan pada tahun 2017 pasien paling banyak berada pada kelompok
25-49 tahun yaitu sebanyak 30 pasien.

Selama tahun 2016, data penderita HIV/AIDS dengan IO (TB) pra ART tercatat
terdapat 20 pasien hidup dengan 7 pasien yang meninggal sedangkan data tahun 2017 sampai
bulan september tercatat 12 pasien HIV/AIDS dengan IO(TB) dengan 11 pasien yang hidup
dan 1 pasien meninggal. Data ini menunjukkan terdapat penurunan jumlah penderita
HIV/AIDS yang menderita infeksi oportunistik yaitu tuberkulosis. Jumlah pasien yang
meninggal juga mengalami penurunan menjadi 1 orang pada tahun 2017, sedangkan
berdasarkan data pada tahun sebelumnya terdapat 7 orang yang dinyatakan meninggal.

Sedangkan jika ditinjau dari variabel jenis kelamin data penderita HIV/AIDS dengan
infeksi oportunistik (TB) tahun 2016 menunjukkan 16 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 5
orang berjenis kelamin perempuan, sedangkan data tahun 2017 dari bulan Januari sampai
bulan september tercatat terdapat 6 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 6 orang pasien
berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa tahun 2016
penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki

sedangkan 2017 terdapat keseimbangan penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik


laki-laki dan perempuan.

11
Jika data penderita HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (TB) pra ART ditinjau
berdasarkan usia sepanjang tahun 2016, tercatat tidak ada pasien dengan rentang usia kurang
dari 1 tahun,3 orang pasien usia 1-14 tahun, tidak ada pasien pada kelompok usia 15-19
tahun, 2 orang pasien pada kelompok usia 20-24, 14 orang pasien pada kelompok usia 25-49
dan 2 orang pasien pada kelompok usia 50 tahun ke atas. Sedangkan data tahun 2017 dari
bulan januari sampai september menunjukkan 1 pasien pada kelompok usia kurang dari 1
tahun, 1 orang pasien pada kelompok usia 1-14 tahun, tidak ada pasien pada pasien pada
kelompok usia 15-19 tahun, 1 orang pada kelompok usia 20-24 tahun, 8 orang pasien pada
kelompok usia 25-49 tahun, dan 1 orang pasien pada kelompok usia 50 tahun ke atas.

Berdasarkan uraian data di atas, dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan


penurunan jumlah pasien HIV/AIDS pra ART dari tahun 2016-2017 dengan jumlah pasien
pada tahun 2016 didominasi dari kelompok usia 25-49 tahun dan kebanyakan adalah pasien
berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat disebabkan karena kelompok usia tersebut, terutama
bagi laki-laki, merupakan kelompok usia produktif sehingga dapat meningkatkan resiko
penularan infeksi HIV/AIDS terutama orang dengan aktivitas seksual beresiko maupun
penggunaaln obat-obat menggunakan jarum suntuk yang tidak steril. Oleh karena itu upaya
pencegahan perlu ditingkatkan sedini mungkin, seperti melakukan penyuluhan dan sosialisasi
mengenai bahaya dan penularan penyakit HIV/AIDS seperti mencegah hubungan seksual
yang tidak aman maupun penggunaan obat-obatan terlarang menggunakan jarum suntik yang
tidak steril. Selain itu juga perlu juga ditingkatkan upaya pemberian terapi profilaksis untuk
infeksi oportunistik terutama TB untuk mencegah dan mengatasi terjadinya peningkatan
jumlah pasien yang meninggal diakibatkan HIV/AIDS dengan infeksi oportunistik (TB) di
tahun berikutnya. Upaya deteksi dini pasien penderita HIV/AIDS juga perlu ditingkatkan
agar pasien dapat diterapi sedini mungkin sehingga menurunkan resiko terjadinya infeksi
oportunistik di kemudian hari.

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN HIV/AIDS ART

Data pencatatan dan pelaporan penggunaan obat Anti Retroviral (ARV) selama tahun
2016 ditinjau dari variabel jenis kelamin terdapat total 39 orang pasien HIV/AIDS penerima
obat anti retroviral (ARV) di mana 26 orang pasien adalah penderita berjenis kelamin laki-
laki dan 13 pasien adalah penderita berjenis kelamin perempuan. Jika dibandingkan dengan
data tahun 2017 sampai bulan september, terdapat total 5 pasien atau terjadi penurunan dari

12
tahun 2016 yang sebelumnya berjumlah 13 pasien yang menjalani terapi Anti Retroviral.
Dari total 5 pasien pada yang tercatat sampai bulan september 2017, tercatat 4 pasien berjenis
kelamin laki-laki, dan 1 yang lainnya adalah pasien berjenis kelamin perempuan, data ini
menunjukkan bahwa pasien HIV/AIDS penerima obat ARV dari 2016 sampai tahun 2017
selalu didominasi pasien berjenis kelamin laki-laki.

GRAFIK PERBANDINGAN MENERIMA ARV LAKI-LAKI DAN


PEREMPUAN JANUARI SEPTEMBER 2016
14

12 4

10

8 8 3

6
5 PEREMPUAN
4 1 1
3 3 2 3
0
LAKI-LAKI
2 2
0 1
1 1 1
0 0

Grafik Perbandingan Menerima ART Laki Laki dan Perempuan


Januari September 2017
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2 Laki - Laki
0
Perempuan

13
Ditinjau dari segi usia pasien HIV/AIDS yang menerima terapi Anti Retroviral (ARV)
sepanjang tahun 2016, tidak ada pasien dalam kelompok usia kurang dari 15 tahun, 23 pasien
dalam kelompok usia 15-30 tahun, 13 pasien pada kelompok usia 31-45 tahun, 3 pasien
dalam kelompok usia lebih dari 45 tahun. Dengan kata lain jumlah pasien HIV/AIDS yang
menerima terapi ARV sepanjang tahun 2016 paling banyak berada dalam kelompok usia 16-
30 tahun yaitu sebanyak 23 pasien. Sedangkan data dari tahun 2017 dari bulan Januari sampai
september menunjukkan tidak ada pasien dalam kelompok usia kurang dari 1 tahun, 1 pasien
kelompok usia 1-14 tahun, tidak ada pasien dalam kelompok usia 15-19 tahun, tidak ada
pasien dalam kelompok usia 20-24 tahun, 4 orang pasien 25-49 tahun dan tidak ada pasien
usia lebih dari 50 tahun. Dengan kata lain, sepanjang tahun 2016 sampai bulan september,
jumlah pasien HIV/AIDS yang menerima terapi ARV paling banyak berada dalam kelompok
usia 25-49 tahun, yaitu sebanyak 4 orang pasien.

Dari uraian data di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan jumlah pasien
HIV/AIDS yang menerima terapi ARV didominasi dari kelompok usia 25-49 tahun, dan
kebanyakan pasien berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat disebabkan meningkatnya
kesadaran pasien maupun petugas kesehatan mengenai pentingnya terapi ARV pada pasien
yang menderita HIV/AIDS yang dapat berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien
tersebut. Hal ini perlu untuk terus ditingkatkan efektivitasnya agar semakin banyak pasien
HIV/AIDS yang menjalani terapi ARV dan semakin banyak pasien yang dapat ditingkatkan
kualitas hidupnya.

TANTANGAN

1. Terbatasnya akses terhadap pelayanan kesehatan dalam pencegahan, perawatan dan


pengobatan HIV/AIDS. Sistem layanan kesehatan perlu diperkuat dalam menangani
kasus HIV/AIDS antara lain dibidang pencegahan, diagnostik, pengobatan,
perawatan, keamanan transfuse darah dan kewaspadaan universal di Rumah Sakit
Undata.

2. Terbatasnya alokasi anggaran dan ketersediaan dana yang berkesinambungan dalam


menangani epidemi HIV/AIDS di Rumah Sakit Undata.

3. Masih lemahnya koordinasi lintas sektor serta sistem monitoring dan evaluasi.
Pemberantasan HIV/AIDS membutuhkan peran serta berbagai sektor yang

14
memerlukan koordinasi yang efektif dalam mendesain dan menerapkan strategi dan
intervensi di Sulawesi Tengah.

4. Masih adanya hambatan terkait stigmatisasi dan diskriminasi ODHA di masyarakat


serta adanya ketidaksertaan gender dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Walaupun
program komunikasi perubahan perilaku dan KIE tetap diupayakan terus sebagai
bagian dari strategi pengendalian HIV/AIDS, namun belum mampu mengimbangi
cepatnya penyebaran infeksi HIV/AIDS Khususnya di RSUD Undata.

5. Masih terbatasnya fasilitas dan tenaga kesehatan baik dalam hal kuantitas maupun
kapasitas, serta ketersediaan obat antiretroviral baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas di Rumah Sakit Undata.

KEBIJAKAN

1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi dan menghadapi


epidemi yang ada, melalui: (i) peningkatan jumlah fasilitas perawatan, pengobatan
serta konseling dan testing HIV yang berkelanjutan di Rumah Sakit Undata; (ii)
penguatan kemampuan menerapkan upaya pencegahan; dan (iii) peningkatan cakupan
seluruh program pencegahan dan pengobatan di Rumah Sakit Undata; (iv)
mengembangkan panduan untuk mengutamakan penderita HIV/AIDS, dan
penyesuaian terhadap kondisi setempat, dan (v) peningkatan kapasitas sumber daya
manusia dalam pengendalian HIV/AIDS di Rumah Sakit Undata.

2. Meningkatkan mobilisasi masyarakat dalam upaya pencegahan, perawatan dan


pengobatan HIV/AIDS pada populasi rentan, melalui: penyediaan layanan KIE di
Rumah Sakit Undata; (i) pelaksanaan penjangkauan terhadap masyarakat pada
kelompok paling berisiko; (iii) peningkatan cakupan penggunaan kondom; (iv)
mengurangi prasangka di lingkungan para petugas kesehatan, di masyarakat, dan di
antara para pasien; dan (v) pengembangan lingkungan yang lebih kondusif untuk
mengurangi stigma dan diskriminasi di Rumah Sakit Undata.

3. Mobilisasi sumber dana untuk penanggulangan HIV/AIDS, melalui: (i) Program


penanggulangan HIV/AIDS ke dalam program pembangunan; (ii) mobilisasi sumber
dana tambahan dalam pengendalian HIV/AIDS, dan (iii) pengembangan public
private partnership (ppp) di Rumah Sakit Undata.

15
4. Meningkatkan koordinasi melalui: (i) penguatan organisasi dan kelembagaan untuk
berkontribusi terhadap sebuah strategi terpadu; (ii) penguatan peran KPAN dan KPA
di Rumah Sakit Undata; (iii) penguatan kemitraan dengan berbagai sektor, (iv)
menetapkan peran Rumah Sakit Undata dalam menangani HIV/ AIDS; (v)
merumuskan pedoman utama HIV/AIDS; dan (v) mengupayakan pendekatan inklusif.

5. Memperkuat sistem informasi dan sistem monitoring dan evaluasi, melalui: (i)
pelaksanaan monitoring dan analisis kesehatan, khususnya surveilans generasi kedua;
(ii) menyediakan informasi kepada para pembuat kebijakan di Rumah Sakit Undata.

16
TARGET : MENGENDALIKAN PENYEBARAN DAN MULAI MENURUNKAN
JUMLAH KASUS BARU TB HINGGA TAHUN 2017

90

80 SUSPEK

70 POSITIF RO

60
TIDAK DIOBATI
50
MENINGGAL SEBELUM DIOBATI
40
TIDAK BERSEDIA DIOBATI
30

20 PASIEN HILANG KONTAK

10 DIOBATI

0
TRIWULAN 1 TRIWULAN 2 TRIWULAN 3

KONDISI SAAT INI

Strategi penanganan TB berdasarkan World Health Organization (WHO) tahun 1990


dan International Union Against Tuberkulosa and Lung Diseases (1IJATLD) yang dikenal
sebagai strategi Directly observed Treatment Short-course (DOTS) secara ekonomis
paling efektif (cost-efective), strategi ini juga berlaku di RSUD Undata.
Mengingat akan bahaya TB paru, maka penting bagi RSUD Undata Palu dalam
melaksanakan program untuk Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam
rangka pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Pada 2017, dari jumlah pasien yang terkena suspek TB adalah 250 orang, dimana
pada triwulan pertama terdapat 189 pasien yang terkana suspek TB dan pada triwulan kedua
terdapat 61 pasien yang terkena suspek TB. Sedangkan untuk yang positif RO terdapat 14
dalam tahun 2017. Untuk pasien yang tidak diobati dengan jumlah 3 orang. Dan terdapat 1
orang pasien yang meninggal sebelum di obati. RSUD Undata telah mengobati 11 pasien
yang terkena positif TB dan melakukan pengobatan rutin dan dinyatakan sembuh. Sedangkan
terdapat 8 pasien TB yang sekarang masih dalam masa pengobatan. Serta terdapat 1 pasien
yang meninggal pada saat masa pengobatan.

17
TANTANGAN

1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengakibatkan tingginya risiko penyebaran


infeksi. Hal ini terkait dengan : (i) Advokasi, komunikasi dan mobilisasi social
(ASCM) masih belum optimal; (ii) terbatasnya akses pelayanan; (iii) belum
maksimalnya potensi kemitraan antara public swasta di RSUD Undata.
2. Masih tingginya penemuan kasus yang belum diimbangi dengan ketersediaan
pelayanan pengobatan yang memadai di RSUD Undata. Layanan pengobatan TB
secara rutin belum merata. Disamping itu masih dijumpai tingginya MDR-TB
(Multidrugs-Resistant TB/TB yang resisten terhadap berbagai macam obat) yang
disebabkan oleh tidak adekuatnya pengobatan pasien TB.
3. Masih terbatasnya kebijakan pengendalian TB berbasis local. Diperlukan penguatan
pelayanan kesehatan, informasi dan pendanaan di Rumah Sakit Undata.
4. Belum optimalnya sistem informasi untuk penyusunan kebijakan berbasis fakta di
RSUD Undata. Saat ini penerapan elemen strategi TB, penguatan system kesehatan,
peran serta petugas kesehatan, ACSM, dan riset masih kurang optimal.
5. Masih terbatasnya sumber pendanaan untuk menanggulangi TB di Rumah Sakit
Undata. Untuk itu diperlukan peningkatan mobilisasi sumber daya lokal dan
peningkatan efisiensi anggaran program TB di Rumah Sakit Undata.

KEBIJAKAN

1. Peningkatan cakupan DOTS, melalui : (i) peningkatan advokasi, komunikasi dan


mobilisasi sosial; (ii) peningkatan dukungan politik dan desentralisasi program; (iii)
peningkatan akses pada layanan kesehatan dan obat-obatan gratis; (iv) peningkatan
sistem penyediaan dan manajemen obat yang efektif; (v) peningkatan promosi aktif
dalam pengendalian TB; (vi) peningkatan komunikasi efektif kepada penderita TB,
dan (vii) peningkatan system pengawasan dan evaluasi serta pengukuran dampak
pengobatan melalui DOTS di Rumah Sakit Undata.
2. Peningkatan kapasitas dan kualitas penanganan TB di RSUD Undata, melalui: (i)
penguatan kapasitas laboratorium diagnostik di seluruh sarana pelayanan kesehatan;
(ii) penerapan standar penanganan TB; (iii) peningkatan kemitraan dalam
penanggulangan TB; (iv) penyediaan tenaga kesehatan yang memadai baik kuantitas
maupun kualitas; (v) penyediaan obat; (vi) peningkatan kerjasama program TB/HIV;

18
(vii) peningkatan promosi perawatan berbasis masyarakat; (viii) peningkatan cakupan
penemuan kasus dan layanan pengobatan untuk TB di seluruh pelayanan kesehatan;
(ix) peningkatan layanan dukungan konseling; dan (x) penyediaan sarana dan
prasarana pelayanan TB sesuai standar di RSUD Undata.
3. Penguatan kebijakan dan peraturan dalam pengendalian TB, melalui : (i) penguatan
system kesehatan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit; (ii) pengkajian dan
penyesuaian pengendalian TB sesuai dengan kondisi lokal; (iii) peningkatan layanan
konsultasi untuk mendorong pencegahan dan pengobatan yang tepat; (iv) penilaian
secara periodik di daerah; (v) survei periodik untuk mengidentifikasi risiko-risiko
khusus; (vi) pengendalian mutu obat-obatan; (vii) peningkatan kapasitas pengendalian
TB di Rumah Sakit Undata.
4. Penguatan sistem informasi untuk mendukung monitoring dan evaluasi progrom TB,
melalui : (i) peningkatan penelitian TB; (ii) peningkatan jaringan uji mikroskopis; dan
(iii) pelaksanaan surveilans di RSUD Undata.
5. Mobilisasi alokasi sumber daya secara tepat di Rumah Sakit Undata melalui: (i)
peningkatan komitmen pembiayaan pemerintah dalam APBN untuk program TB; dan
(ii) peningkatan komitmen pembiayaan pemerintah daerah dalam APBD untuk
program TB sebagai bagian dari pelaksanaan Standar Pelayanan Minimum (SPM) di
RSUD Undata.

19

Anda mungkin juga menyukai