Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANAJEMEN LOGISTIK

Dosen Pengampu :

La Ode Syarfan , S.E., M.Si.,Ak

Disusun Oleh :
Muhammad Rafid : 197210461
Rahmat Hidayat : 197210410
Ridho Pramudia : 197210271
Rizka Kamalia : 197210051
Sifa Fauzia : 207213022

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari suara suara hati yang bersifat mulia,
AllahSubhanahu wa Ta’ala.Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW. Di balik
terselesaikannya makalah ini,ada seorang yang bijak yang begitu mendorong kami untuk
menyelesaikannya.Ia sekaligus dosen kami,sumber referensi utama dalam penulisan makalah
ini.Kami tujukan rasa terimakasih kepada beliau atas bimbingan dan ilmunya.

Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan inspirasi bagi pembaca
mengenai “Manajemen Logistik” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.

Saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini masih jauh
dari sempurna,oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihakyang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Akhirnya saya berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau yang membutuhkannya.

Pekanbaru, 29 September 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ 3
BAB I ................................................................................................................................................... 4
A. Latar belakang ............................................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4

C. Tujuan.......................................................................................................................... 4

BAB II .................................................................................................................................................. 5
A. Pengertian Jasa ............................................................................................................ 5

A. Produk Berwujud Versus Jasa ..................................................................................... 6

B. Penggolongan Dan Karakteristik Jasa ....................................................................... 10

C. Skema Klarifikasi Jasa .............................................................................................. 12

E. Jasa Sebagai Sebuah Proses ....................................................................................... 14

F. Peluang Dalam Industri Jasa...................................................................................... 15

G. Penetapan Posisi dan Rancangan Jasa ....................................................................... 17

BAB III ............................................................................................................................................... 25


A. Kesimpulan................................................................................................................ 25

B. Saran .......................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan utama dari manajemen logistik adalah mengembangkan operasi yang terpadu.
Manajemen kegiatan logistik individual seringkali di bawah perngarahan dan pengawasan
dari berbagai departemen dalam suatu perusahaan. Bila dilihat dari siklus fungsi-fungsi
logistik maka tahap pertama fungsi logistik adalah rencana kebutuhan logistik. Tahap
berikutnya yakni tahap kedua adalah semua kegiatan menyediakan barang-barang logistik
untuk menunjang pelaksanaan tugas seluruh organisasi. Pelaksanaan suatu rencana logistik
yang telah direvisi itu biasanya menyangkut modifikasi prosedur operating atau perubahan
besar dalam jaringan kerja sistem yang ada. Bergantung pada situasi perencanaannya,
banyak sekali pengumpulan dan analisa data yang mungkin diperlukan untuk
menyelesaikan suatu rencana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penulis
mengajukan rumusannya masalah secara singkat sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan pengadaan logistik?
2. Bagaimana cara pengadaan logistik?
3. Bagaimana sistem pengadaan logistik?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari pembuatan
makalah, yaitu:
1. Mengetahui pengertian pengadaan logistik.
2. Mengetahui cara pengadaan logistik.
3. Mengetahui sistem dari pengadaan logistik

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jasa
Jasa adalah suatu tindakan atau bentuk layanan yang ditawarkan oleh suatu kelompok
kepada orang lain. Menurut Kotler (2004), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud, dan
tidak mengakibatkan perpindahan kepemilikan apa pun. Sementara menurut Lovelock
(2011), jasa adalah suatu kegiatan yang bersifat melayani, membantu, dan melakukan hal
yang bermanfaat bagi orang lain atau perilaku yang ditujukan untuk menjaga kesejahteraan
orang lain. Selanjutnya Lupiyadi (2013) berpendapat bahwa jasa adalah semua aktivitas
ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik, memberikan nilai
tambah, atau sebuah pemecahan atas masalah yang dihadapi oleh konsumen. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang
mendatangkan nilai dan memberikan keuntungan keuntungan bagi pelanggan pada waktu-
waktu dan tempat tertentu serta mendatangkan hasil dari perubahan yang dikehendaki pada
atau untuk kepentingan penerima jasa.

Menurut Lovelock (2011), faktor yang mendorong berkembangnya sektor jasa


adalah kebijakan pemerintah, tren bisnis, perubahan sosial, kemajuan teknologi informasi,
dan adanya globalisasi. Kebijakan pemerintah sendiri mengalami beberapa perubahan
regulasi yang mendukung adanya perlindungan pelanggan. Hal tersebut pun memacu
pertumbuhan jasa karena pelanggan tidak perlu khawatir lagi terhadap beberapa kejadian
transaksi jasa yang mungkin merugikan mereka. Regulasi pemerintah juga memiliki peran
penting dalam menyelaraskan liberalisasi jasa agar tidak timpang dan mampu mendorong
pertumbuhan pembangunan ekonomi sosial. Selanjutnya, adanya tren bisnis di dunia
modern yang lebih menekankan pada produktivitas dan hemat biaya membuat perubahan
dan pertumbuhan bisnis didorong untuk maju. Kualitas dan kepuasan pelanggan memicu
tren bisnis yang berubah sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan pelanggan. Ada pula
perubahan sosial, seperti akses yang semakin mudah dan kepraktisan, yang membuat
seorang konsumen semakin membutuhkan bantuan usaha atau bisnis terutama di bidang
jasa untuk membantu aktivitasnya. Semua hal ini diperkuat dengan kemajuan teknologi
informasi, seperti pertumbuhan internet dan era digitalisasi, yang memudahkan konsumen
5
maupun perusahaan untuk mencari informasi. Terakhir, faktor pemicu yang juga berperan
adalah globalisasi yang menjadikan arus pengetahuan dan informasi memperoleh
kemudahan akses sehingga banyak lapangan kerja dapat dibuka dan kebutuhan konsumen
pun kian terpenuhi. Globalisasi membentuk suatu tatanan masyarakat yang secara sosial
lebih inklusif serta sadar akan pentingnya keberlangsungan dan kelestarian lingkungan
hidup.

A. Produk Berwujud Versus Jasa


1. Perbedaan Dasar antara Barang (Produk Berwujud) dan Jasa
Barang (produk berwujud) dan jasa memiliki perbedaan mendasar. Barang dapat
Sebagai segala sesuatu yang secara fisik mempunyai wujud dan menawarkan manfaat
(benefit) kepada konsumen yang mengonsumsinya. Setiap barang (produk berwujud)
dapat digunakan untuk menggambarkan output inti dari manfaat yang ditawarkan dari
berbagai tipe industri.
Sementara itu, jasa adalah suatu tindakan atau bentuk aktivitas yang tidak
berwujud yang menawarkan manfaat (benefit). Dalam definisi lain, jasa juga diartikan
sebagai berbagai tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain,
yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak menghasilkan hak milik terhadap
sesuatu. Dalam upaya agar jasa dapat ditawarkan dan direspons dalam wujud transaksi
pembelian oleh pelanggan maka jasa juga membutuhkan aktivitas pemasaran.
Awalnya, pemasaran jasa adalah hanya menawarkan jasa layanan inti. Namun, pada
perkembangannya, jasa layanan tambahan juga diperlukan untuk jasa inti dan tanpa
dikenai biaya tambahan dalam upaya meningkatkan daya secara keseluruhan. Jasa juga
identik dengan istilah nonstandardized output, yaitu variasi bentuk kualitas, dan jenis
jasa tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan.
Untuk lebih mudah membedakan antara produk berwujud dan jasa maka kita
akan berfokus pada faktor-faktor karakteristik barang dan jasa.

a. Pelanggan Tidak Mendapatkan Hak Kepemilikan


Kunci perbedaan antara barang dan jasa terletak pada fakta bahwa biasanya
pelanggan mendapatkan nilai jasa tanpa memperoleh kepemilikan yang permanen
dari elemen-elemen pokok yang dapat dilihat. dapat dikatakan bahwa pelanggan
hanya bisa memperoleh manfaat penggunaan tanpa hak untuk memilikinya.

6
Contohnya, pemasar jasa menawarkan kesempatan untuk menyewakan
penggunaan objek-objek fisik.
Dalam hal seperti menyewa mobil, kamar hotel, atau tenaga kerja,
kepemilikan objek fisik tidak secara otomatis akan ikut beralih kepada pelanggan
jasa. Pelanggan hanya berhak menggunakan mobil dalam jangka waktu perjanjian
penyewaan saja. Setelah transaksi selesai maka kepemilikan mobil tetap berada di
tangan pemilik usaha penyewaan mobil. Pelanggan hanya berhak mendapatkan
manfaat dari menyewa mobil.

b. Produk Jasa Pelayanan sebagai Bentuk yang Tidak Dapat Dilihat


Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda maka jasa merupakan
suatu perbuatan, kinerja, usaha, atau aktivitas. Jasa hanya mampu dirasakan dan
dialami pengalaman menggunakannya tanpa mampu terlihat secara fisik.
Umumnya, barang dapat dimiliki, sedangkan jasa hanya dapat dikonsumsi, tetapi
tidak dapat dimiliki. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia
menikmatinya sendiri. Walaupun jasa pelayanan sering mencakup elemen-elemen
yang dapat dilihat, seperti mendapat tempat dalam suatu penerbangan atau layanan
perbaikan dari peralatan elektronik yang rusak, jasa pelayanan ini pada dasarnya
tidak dapat dilihat. Jasa merupakan keseluruhan rangkaian proses yang
berkesinambungan, tetapi melibatkan perlengkapan dan peralatan yang
menunjang proses penyampaian jasa tersebut.

c. Peran Serta Pelanggan dalam Proses Produksi


Pada prinsipnya, menjalankan jasa menyertakan seluruh aktivitas yang dapat
mencakup pemasangan dan penyampaian output dari kombinasi fasilitas fisik dan
mental tenaga kerja fisik layanan jasa. Pelanggan sering kali dilibatkan secara aktif
dalam membantu untuk merancang produk jasa pelayanan juga melayani diri
mereka sendiri. Contohnya, jasa pendidikan. Pelanggan, yaitu peserta didik,
terlibat secara langsung dalam proses transfer pengetahuan (knowledge transfer)
dengan menghadiri kelas tutorial, mendengarkan ceramah, berdiskusi, bahkan
melaksanakan ujian.

d. Orang sebagai Bagian Produk


Pada praktiknya, barang akan diproduksi terlebih dahulu, kemudian dijual,
dan proses konsumsi terjadi setelahnya. Sementara di lain pihak, jasa umumnya
7
dijual, kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Dalam jasa
pelayanan dengan koneksi tinggi atau keterlibatan tinggi (high involvement),
pelanggan tidak hanya masuk ke dalam proses layanan jasa bersama dengan
karyawan jasa pelayanan, tetapi mungkin pula berinteraksi dengan pelanggan
yang lain.

e. Variabilitas Terbesar dalam Input dan Output Operasional


Dengan adanya karyawan dan pelanggan lainnya dalam sistem operasional
membuat sistem operasional jasa sulit untuk distandarisasi dan dikontrol
variabilitasnya baik dalam input maupun output jasa pelayanan. Barang-barang
yang diolah dapat diproduksi di bawah keadaan yang dikontrol, dirancang untuk
mengoptimalkan produktivitas dan kualitas, kemudian diperiksa dengan standar-
standar kualitas sebelum barang tersebut sampai ke tangan pelanggan. Jasa bersifat
sangat variabel karena merupakan nonstandardized output, yaitu variasi bentuk,
kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Para konsumen sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi dan
sering kali meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih
penyedia jasa. Hal ini mengingat sifat atau karakteristik jasa tergolong sulit
distandarisasi kualitas atau mutunya.
Kendati demikian, dengan bantuan teknologi, beberapa jasa saat ini telah
dapat dibuat sedemikian rupa menjadi relatif berwujud. Proses ini disebut "service
tangibilizing" . Contohnya, keberadaan ATM (anjungan tunai mandiri) dari
sebuah perbankan. Dengan bantuan teknologi, pihak bank dapat menstandarisasi
kecepatan, keakuratan, dan kepraktisan proses layanan perbankan.

f. Pelanggan Sangat Sulit untuk Melakukan Evaluasi


Kebanyakan barang fisik cenderung memiliki "atribut pencarian" yang lebih
tinggi mengingat sifatnya yang berwujud. Artinya, pelanggan dapat menentukan
terlebih dahulu untuk membeli produk, seperti melihat dari segi warna, model,
bentuk, harga kecocokan, perasaan,dan penciuman. Sementara jasa tidak
menekankan pada "atribut pencarian" yang lebih tinggi dan dominan, tetapi
"atribut pengalaman". Pada Atribut pengalaman, pelanggan baru dapat
memberikan evaluasi dan penilaian setelah pembelian atau selama penggunaan
jasa tersebut. Oleh karena itu, beberapa perusahaan asuransi sering kali

8
menggunakan testimoni pelanggan untuk menyampaikan atau menekankan atribut
pengalaman dalam proses komunikasi dan edukasi jasa asuransinya.

g. Tidak Ada Inventaris Jasa Pelayanan


Jasa adalah suatu tindakan atau bentuk rangkaian aktivitas. Oleh karena itu,
jasa layanan "tidak dapat bertahan lama" dan tidak dapat disimpan sebagai
inventaris. Dengan kondisi ini, tentu saja jasa memerlukan fasilitas, peralatan, dan
tenaga kerja yang dapat diperoleh dengan segera untuk memproses penyampaian
layanan yang dapat menyesuaikan kapasitas produksi jasa yang bisa disediakan.
Dengan demikian, jasa merupakan suatu bentuk komoditas yang tidak tahan lama
dan tidak dapat disimpan. Hal ini menyebabkan jasa tersebut dapat hilang begitu
saja apabila tidak digunakan. Namun, untuk perusahaan yang memiliki pelanggan
tetap dengan permintaan yang tetap pula, keadaan ini sebenarnya tidak terlalu
menjadi masalah. Keadaan permintaan yang tidak tetap menyebabkan banyak
kapasitas menganggur dan berakibat pelanggan tidak terlayani dengan baik
sehingga pelanggan akan pindah kepada penyedia jasa yang lain.

h. Pentingnya Faktor Waktu


Beberapa layanan harus diberikan saat itu juga (tepat waktu). Dalam hal ini,
pelanggan harus hadir secara fisik untuk menerima layanan dari organisasi jasa,
misalnya jasa penerbangan. Terdapat batasan, seperti berapa lama pelanggan
bersedia untuk menunggu dan layanan yang harus diberikan dengan segera
sehingga pelanggan tidak membuang waktu hanya untuk mendapatkan pelayanan
tersebut. Oleh karena itu, faktor waktu dalam jasa menjadi sangat penting,
mengingat pelanggan harus berada pada situasi, kondisi, dan tempat tertentu saat
jasa tersebut diberikan atau dikonsumsi.

i. Perbedaan Jalur Distribusi


Banyak usaha jasa pelayanan juga menggunakan jasa pelayanan elektronik
atau mengombinasikan jasa pabrik. Kemajuan teknologi sistem informasi saat ini
mendorong banyak industri jasa untuk memilih jalur distribusi elektronik dengan
menggunakan internet. Contohnya, industri jasa rite Gramedia, mendistribusikan
produknya tidak hanya menggunakan format toko (store format), tetapi juga secara
online (internet) melalui gramedia.com seperti halnya amazon.com.

9
B. Penggolongan Dan Karakteristik Jasa
Penggolongan jasa adalah berdasarkan dua pendekatan, yaitu kontak pelanggan
(customer contact) dan padat karya (labor intensiveness). Jasa dengan pendekatan kontak
pelanggan (customer contact) adalah pendekatan dengan melihat sampai seberapa jauh
kontak dengan pelanggannya, apakah tinggi atau rendah. Sementara jasa dengan
pendekatan padat karya (labor intensiveness) adalah pendekatan jasa dengan melihat
sampai seberapa besar keterlibatan tenaga kerja dan juga keterlibatan modal dan teknologi.
Jasa mempunyai sifat tidak terwujud karena tidak bisa dilihat, dirasa, diraba,
didengar atau dicium sebelum ada transaksi pembelian. Pada bisnis jasa, pembeli harus
percaya dan yakin kepada penjual jasa. Ada beberapa hal tertentu yang dilakukan oleh
pemilik jasa agar kepercayaan konsumen dapat ditingkatkan:
1. Meningkatkan gambaran ciri-ciri suatu jasa.
2. Lebih menekankan manfaat dari jasa tersebut.
3. Pemberian nama merek bagi jasa yang dijual untuk menambah kepercayaan.
4. Pemberian jasa dapat pula mengandalkan nama seseorang yang sudah terkenal untuk
meningkatkan kepercayaan calon konsumen.
Contohnya, industri pendidikan yang ingin mengomunikasikan ide agar jasanya
dapat dipercaya untuk tujuan ini, mereka harus dapat menempatkan strategi posisi, yaitu
dengan menyediakan ruaingan belajar yang bersih dan memadai, para staf pengajar yang
berpengalaman, serta memilih sebuah nama dan simbol untuk jasanya agar dapat selalu
dikenal dan diingat oleh konsumen
Menurut Griffin (1996), ada beberapa karakteristik jasa, yaitu intangibility (tidak
berwujud) unstorability (tidak dapat disimpan), dan customization. Intangibility (tidak
berwujud) identik dengan karakteristik jasa yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dirasa,
maupun tidak dapat Sementara unstorability (tidak dapat disimpan) berarti jasa memiliki
karakteristik tidak mengenal persediaan atau tempat penyimpanan dari produk yang
dihasilkan. Kemudian, customization adalah karakteristik jasa yang sering kali didesain
khusus untuk kebutuhan pelanggan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan nilai
kepuasan, kenikmatan, dan rasa aman bagi pelanggan.
Jika dilihat dari sisi operasi, jasa dapat dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu bisnis
jasa(service business) dan jasa internal (internal services). Bisnis jasa (service business)
pembagian, yaitu perusahaan penyedia jasa berbasis tempat dan perusahaan penyedia jasa
berbasis fasilitas. Perusahaan jasa berbasis tempat adalah tipe pemberian jasa kepada
10
konsumen yang dilakukan dengan cara mendatangi kediaman konsumen yang
membutuhkan, seperti jasa pengecatan rumah pembuatan taman, dan pemasangan instalasi
listrik, air, atau gas. Sementara jasa berbasis fasilitas adalah tipe pemberian jasa yang
dilakukan kepada konsumen yang datang ke fasilitas pelayanan yang disediakan, seperti
jasa pengisian bensin di SPBU, salon kecantikan, bengkel mobil, dan sekolah pendidikan
formal. Selanjutnya, jasa internal (internal services) berarti kegunaan jasa yang disediakan
oleh suatu departemen dari sebuah perusahaan yang akan dimanfaatkan oleh departemen
lainnya, seperti jasa-jasa kepegawaian dari departemen sumber daya manusia yang
dimanfaatkan oleh departemen lainnya yang berkaitan dengan departemen pendayagunaan
sumber daya manusia.

Berikut klasifikasi bisnis jasa menurut World Trade Organization (WTO):

1. Jasa Bisnis.
2. Jasa Komunikasi.
3. Jasa Konstruksi dan Jasa Teknik.
4. Jasa Distribusi.
5. Jasa Pendidikan.
6. Jasa Lingkungan Hidup.
7. Jasa Keuangan.
8. Jasa Kesehatan dan Jasa Sosial.
9. Jasa Kepariwisataan dan Jasa Perjalanan.
10. Jasa Rekreasi, Budaya, dan Olahraga.
11. Jasa Transportasi.
12. Jasa lain yang belum termasuk kategori mana pun.

Berdasarkan dua pendekatan tersebut, terdapat empat kuadran, yaitu quasi


manufacturing, custom-shop services, mass services, dan professional services:
1. Quasi manufacturing pada dasarnya merupakan suatu proses pemberian jasa kepada
pelanggan dengan pelanggan yang tidak sepenuhnya terlibat pada proses pemberian
jasa. Contohnya, pa pelayanan jasa pos, pelanggan cukup datang ke kantor pos untuk
menyerahkan dokumen.
2. Custom-shop services merupakan jasa yang diberikan oleh perusahaan penyedia jasa
kepada pelanggannya dengan pelanggan yang turut serta dalam proses pelayanan jasa
yang bersangkutan. Contohnya, pada pelayanan jasa penerbangan, pemeriksaan
11
kesehatan, dan kebugaran jasmani, konsumen ikut berproses dalam pemberian jasa
yang bersangkutan.
3. Mass services merupakan pelayanan jasa yang diberikan oleh penyedia jasa kepada
pelanggannya dengan pelanggan yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut bersifat
massal. Contohnya, kegiatan perkuliahan dan pelayanan hiburan rakyat.
4. Professional services adalah jasa yang diberikan kepada pelanggan oleh penyedia
jasa yang profesional pada bidangnya. Contohnya, jasa konsultasi hukum oleh
konsultan hukum dan jasa akuntansi oleh akuntan publik.

C. Skema Klarifikasi Jasa


Skema klasifikasi merupakan cara utama yang digunakan oleh para peneliti untuk
mengatur item ke dalam kelas atau kelompok yang berbeda dalam rangka penyelidikan
sistematis dan pengembangan teori. Para pelaku pemasaran telah lama mengetahui nilai
pengembangan strategi yang khusus untuk jenis barang yang berbeda. Salah satu skema
klasifikasi yang terkenal adalah sering konsumen membeli barang tersebut dan seberapa
banyak usaha yang mereka persiapkan memisahkan barang menjadi kategori umum dan
kategori khusus, berdasarkan pada seberapa untuk melakukan perbandingan dan
menemukan produk yang cocok dengan kebutuhan mereka.
Klasifikasi utama yang lain adalah barang tahan lama (tangible) dan barang tidak
tahan lama (intangible). Ketahanan diasosiasikan dekat dengan frekuensi pembelian.
Meski demikian, masih klasifikasi lain, yaitu barang belanja versus barang industri.
Klasifikasi ini berhubungan dengan tidak hanya satu jenis barang yang dibeli, tetapi juga
metode untuk evaluasi alternative kompetisi. prosedur pembelian, ukuran/jumlah
pembelian, dan penggunaan sesungguhnya. Meskipun skema klasifikasi berdasarkan
barang cukup membantu, tetapi skema yang ada tidak dapat digunakan lebih jauh untuk
menunjukkan masalah strategi yang utama.
Terdapat beberapa cara dalam mengklasifikasikan jasa, diantaranya berdasarkan
tingkat keterkaitan atau ketidakterkaitan dari proses layanan jasa; berdasarkan sifat
penerimaan proses jasa secara langsung atau tidak langsung; berdasarkan tempat dan
waktu penyampaian jasa, berdasarkan penyesuaian versus standardisasi; berdasarkan sifat
hubungan dengan pelanggan; berdasarkan batasan permintaan dan supply (penawaran)
dalam keadaan seimbang; dan berdasarkan batasan ketika fasilitas, peralatan, dan
masyarakat adalah bagian dari pengalaman jasa. Berikut masing-masing penjelasan dari
pengklasifikasian jasa:
12
1. Berdasarkan Tingkat Keterkaitan atau Ketidakterkaitan dari Proses Jasa
Tingkatan yang berbeda dari ketidakterkaitan dalam jasa membentuk sifat
sistem penyampaian jasa serta memberi pengaruh pada peranan karyawan dan
pengalaman konsumen. Apakah jasa tersebut memiliki hubungan secara fisik dan
terkait atau apakah prosesnya melibatkan konsumen dalam jumlah yang lebih
banyak. Tingkatan yang berbeda dari keterkaitan konsumen dalam proses jasa
memberikan pengaruh terhadap karyawan maupun terbentuknya pengalaman bagi
konsumen. Semakin banyak keterkaitan dengan konsumen, seperti jasa pendidikan
formal dan event organizer maka implementasi strategi manajemen jasa juga
berbeda. Hal ini mungkin akan sangat berbeda dengan jasa penyewaan buku cerita,
pengiriman paket, dan sebagainya.

2. Berdasarkan Sifat Penerimaan Proses Jasa secara Langsung atau Tidak Langsung
Beberapa jasa ditujukan pada konsumen secara langsung, Para konsumen
mencari jasa untuk meningkatkan objek yang mereka miliki, tetapi mereka tetap tidak
terlibat dalam proses penyampaian jasa dan tidak dapat menikmati keuntungan
hingga proses penyampaian jasa tersebut usai. Contohnya, jasa potong rambut atau
transportasi publik yang merupakan proses penyampaian jasa yang ditujukan kepada
para konsumen secara langsung. Jenis jasa dengan sifat penerimaan langsung lebih
memudahkan penyedia layanan jasa untuk melihat respons dari pelanggan.
Sementara pada jasa dengan sifat penerimaan tidak langsung, para konsumen juga
mencari jasa untuk meningkatkan atau memperbaiki objek yang mereka miliki, tetapi
mereka tetap tidak terlibat dalam proses penyampaian jasa. Contohnya, jasa asuransi
atau pengiriman paket. Pada jenis jasa seperti ini, penyedia jasa akan membutuhkan
usaha lebih keras untuk mendapatkan respons dari pengalaman jasa konsumennya.

3. Berdasarkan Tempat dan Waktu Penyampaian Jasa


Ketika mendesain sistem penyampaian, penjual jasa harus bertanya kepada diri
mereka sendiri, apakah konsumen perlu untuk berkunjung ke tempat organisasi
penyedia jasa atau tidak. Penjual jasa juga perlu mempertimbangkan apakah interaksi
dapat terjadi melalui segi fisik, seperti surat. Keputusan-keputusan manajerial
semacam ini melibatkan pertimbangan atas sifat dari jasa itu sendiri, dimana
konsumen bertempat tinggal, keinginan mereka berhubungan dengan waktu untuk
pembelian dan penggunaan, dan biaya relatif dari alternatif yang berbeda karena

13
faktor musim. Contohnya, jasa taman membutuhkan sistem penyampaian dengan
mendatangi pelanggan.

4. Berdasarkan Penyesuaian Versus Standardisasi


Jasa dapat diklasifikasikan tergantung pada tingkat penyesuaian atau
standardisasi yang terlibat dalam proses penyampaian jasa. keputusan pemasaran
yang penting adalah apakah semua konsumen seharusnya mendapatkan jasa; atau
fitur jasa seharusnya diadaptasikan untuk kebutuhan individual.

5. Berdasarkan Sifat Hubungan dengan konsumen


Beberapa jasa melibatkan hubungan formal yaitu setiap konsumen dikenal oleh
perusahaan dan semua transaksi dicatat secara individual dan ditandai. Akan
tetapi,jasa yang lain konsumen yang tidak teridentifikasi melakukan transaksi
langsung akan menghilang dari pengamatan perusahaan.

6. Berdasarkan Batasan Permintaan dan Supply (Penawaran) dalam Keadaan


Seimbang
Beberapa industri layanan menghadapi permintaan yang stabil terhadap jasa
mereka. Namun, industri layanan lainnya menghadapi fluktuasi yang signifikan.
Ketika permintaan atas jasa berfluktuasi secara luas terhadap waktu maka kapasitas
pun harus disesuaikan untuk mengakomodasi tingkat permintaan. Di sisi lain, strategi
pemasaran juga harus diterapkan untuk memprediksi, mengatur, dan memperlancar
tingkat permintaan guna mencapai keseimbangan dengan kapasitas.

E. Jasa Sebagai Sebuah Proses


1. Pengelompokan Proses-Proses Jasa
Sebuah proses melibatkan pengubahan input menjadi output. Dua kategori
tersebut diproses dalam jasa: orang dan objek. Dengan melihat jasa dari perspektif
operasional murni maka proses jasa dapat dikategorikan menjadi empat kelompok
besar. Masing-masing kategori melibatkan bentuk proses yang berbeda secara
fundamental dengan penerapan yang penting untuk pemasaran, operasional, proses
kepemilikan, dan manajer sumber daya manusia.
a. Pemrosesan masyarakat melibatkan aksi terikat pada tubuh masyarakat.
b. Pemrosesan kepemilikan melibatkan aksi terikat terhadap barang dan kepemilikan
fisik lain yang dimiliki oleh konsumen.

14
c. Pemrosesan rangsang mental merujuk pada aksi terikat yang ditujukan pada
pemikiran masyarakat. Jasa dalam kategori ini mencakup hiburan, penggemar
olahraga, peragaan teater, dan pendidikan.
d. Pemrosesan informasi menggambarkan aksi tidak terikat yang ditujukan pada aset
milik konsumen. Dalam kategori ini, keterlibatan langsung dengan konsumen
mungkin lebih sedikit diperlukan setelah permintaan jasa disetujui.

F. Peluang Dalam Industri Jasa


Pembangunan ekonomi suatu negara juga erat kaitannya dengan kesadaran akan
keseimbangan dalam mendorong perubahan tren dunia. Menjalankan bisnis jasa
membutuhkan fungsi manajemen secara komprehensif, baik manajemen pemasaran,
manajemen operasi, manajemen sumber daya manusia, maupun manajemen keuangan.
Untuk mengintegrasikan fungsi manajemen tersebut perlu dilakukan analisis terhadap
berbagai faktor, antara lain pemahaman lingkungan jasa, kebijakan pemerintah. perubahan
sosial yang terjadi di masyarakat, tren-tren dalam bidang usaha, kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi, internalisasi dan globalisasi, serta pengaturan dan perubahan
lingkungan yang berkelanjutan.

1. Mengatur Lingkungan Jasa


Sektor jasa merupakan sektor yang sangat dinamis. Oleh karena itu, identifikasi
perlu dilakukan untuk mencari tahu kekuatan apa yang mengendalikan perkembangan
jasa, bentuk pengguna jasa, dan menentukan dasar persaingan.

2. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
Kinerja-kinerja lembaga pemerintahan pada tingkat regional, nasional, dan
internasional terus berjalan untuk membentuk struktur perekonomian jasa dan situasi
yang kompetitif. Lembaga pemerintahan ditugaskan pada bagian penetapan kebijakan-
kebijakan harga, pembatasan letak geografis dengan strategi, dan didefinisikan sebagai
pelengkap produk. Namun, terdapat beberapa pandangan yang menyatakan bahwa
kebijakan atau regulasi pemerintah perlu untuk diminimalkan. Contoh privatisasi pada
tingkat lokal antara lain jasa pelayanan pengelolaan barang rongsokan, termasuk proses
daur ulang.

3. Perubahan-Perubahan Sosial

15
Perubahan sosial sangat berdampak pada permintaan penggunaan jasa.
Contohnya, adanya perubahan sosial ketika lebih banyak orang yang hidup mandiri
daripada sebelumnya, maupun adanya keluarga dengan suami dan istri yang bekerja
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan konsumen terhadap segala sesuatu yang
bersifat serba instan.

4. Tren-Tren dalam Bidang Usaha


Selama lebih dari 25 tahun, perubahan-perubahan signifikan telah terjadi.
Tekanan finansial yang dihadapi oleh publik dan organisasi profit menuntut
dilakukannya operasi yang efisien dan memberikan perhatian yang lebih pada
kebutuhan pelanggan dan kegiatan-kegiatan persaingan. Di sisi lain, regulasi
pemerintah yang berkaitan dengan etika usaha telah mendorong banyak pihak untuk
menjalankan larangan-larangan yang sudah ada dalam kegiatan periklanan atau
promosi. Dengan meningkatnya persaingan yang semata-mata hanya didasarkan pada
harga, hal tersebut mengakibatkan tekanan yang lebih besar bagi perusahaan untuk
memperbaiki produktivitas.

5. Kemajuan dalam Teknologi Industri


Secara radikal, teknologi baru telah mengubah organisasi jasa pelayanan.
Banyak jenis teknologi yang diimplementasikan oleh jasa pelayanan, termasuk
bioteknologi, tenaga daya, dan energi. Demikian pula dukungan teknologi sistem
informasi dalam bisnis jasa yang semakin hari menjadi unsur yang semakin penting.
Contohnya, jasa perbankan, yang tidak akan mampu bertahan untuk memberikan
layanan unggul tanpa bantuan sistem informasi yang andal. Bentuk-bentuk teknologi
yang ada antara lain digitalisasi dalam penyediaan teks, grafik, video, dan audio untuk
dimanipulasi, disimpan, dan ditransmisikan dalam bahasa digital dari komputer.
Teknologi juga memfasilitasi dan mengatur ulang kegiatan-kegiatan informasi
pengiriman, pengambilan order, dan pembayaran.

6. Internalisasi dan Globalisasi

Internalisasi perusahaan jasa pelayanan telah dilakukan oleh beberapa usaha jasa
perjalanan. Perluasan strategi internasional dapat dikendalikan dengan mencari pasar
baru atau kebutuhan untuk merespons pelanggan yang bepergian ke luar negeri dalam
upaya

16
G. Penetapan Posisi dan Rancangan Jasa
Perusahaan jasa merupakan salah satu sektor yang dilihat oleh konsumennya dari sisi
performanya. Konsumen menilai suatu perusahaan jasa berdasarkan pelayanan yang
diberikan, penghargaan atas nilai uang, kenyamanan, atau keandalan personel yang
dimiliki. Namun, tidak bisa disangkal bahwa ada pula konsumen yang mengatakan, " pada
dasarnya usaha jasa adalah sama saja". Pada kenyataannya, tidak mungkin bagi usaha jasa
untuk dapat sama persis dalam hal desain lingkup jasanya, para pekerjanya, kepribadian
para pemimpinnya, atau kebiasaan yang mereka ciptakan. Sejalan dengan persaingan yang
semakin intens bagi usaha di sektor jasa, mengembangkan dan mengomumikasikan
perbedaan pun menjadi hal -hal penting yang perlu diperhatikan untuk profitabilitas jangka
panjang Perusahaan yang berusaha untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen
merupakan suatu hal yang mustahil. Ini karena jumlah konsumen sendiri terlalu banyak,
ditambah dengan kebutuhan, kebiasaan berbelanja, dan pola konsumsi mereka yang terlalu
bervariasi.
Di sisi lain, perusahaan pun memiliki kemampuan yang berbeda dalam melayani
tipe-tipe konsumen. Oleh karena itu, ketimbang berusaha untuk bersaing di keseluruhan
pasar, tiap-tiap perusahaan sebaiknya memfokuskan usahanya untuk memberikan
pelayanan terbaik pada sektor usaha yang paling dikuasai. Dalam istilah pemasaran, fokus
berarti menyempitkan variasi produk untuk memenuhi segmen pasar tertentu—kelompok
konsumen yang memiliki karakteristik, kebutuhan, kebiasaan berbelanja, dan pola
konsumsi.
H. Produk yang Diperkuat (Augmented Product)
Pemasar menggunakan istilah produk yang diperkuat (augmented product) untuk
mendeskripsikan kombinasi dari suatu produk inti dengan rangkaian elemen pelengkap
tambahan nilai. Para ahli teori pemasaran jasa pun telah mengembangkan beberapa kerangka
untuk mendeskripsikan produk yang diperkuat. Lynn Shostack menciptakan suatu model
molekuler yang bisa diterapkan untuk barang atau jasa. Model ini menggunakan suatu analogi
kimiawi guna membantu pemasar memvisualisasikan dan mengelola apa yang disebut sebagai
suatu "kesatuan pasar total". Pada pusatnya terdapat manfaat inti yang membicarakan
kebutuhan dasar pelanggan, yang terkait dengan serangkaian karakteristik jasa lain. Sementara
di sekeliling molekul-molekul tersebut terdapat serangkaian elemen yang merepresentasikan
harga, distribusi, dan positioning pasar (pesan-pesan komunikasi). Sebagaimana dalam
formulasi kimia, suatu perubahan dalam satu unsur bisa sepenuhnya mengubah sifat kesatuan
atau keseluruhannya. Model molekuler membantu mengidentifikasi unsur-unsur berwujud dan
17
tak berwujud tercakup dalam penyampaian layanan. Dengan menyoroti unsur-unsur yang be
pemasar dapat menentukan apakah jasa mereka dominan--berwujud (tangible) atau dominan-
tak berwujud (intangible).

Contohnya, dalam suatu perusahaan penerbangan, elemen tak berwujud mencakup


transportasi itu sendiri, frekuensi layanan, serta layanan prapenerbangan, saat penerbangan,
dan pasca penerbangan. Sementara pesawat serta makanan dan minuman yang disajikan
kepada penumpang merupakan elemen berwujud. Semakin banyak terdapat unsur tak berwujud
maka semakin perlu pula untuk menyediakan isyarat-isyarat tentang ciri-ciri dan kualitas jasa
tersebut Sementara itu, Eiglier dan Langeard mengembangkan suatu model yang berbeda untuk
mendeskripsikan produk yang diperkuat. Dalam model yang mereka kembangkan, jasa inti
dikelilingi oleh suatu lingkaran berisi serangkaian jasa pelengkap yang spesifik bagi produk
tertentu. Seperti pendekatan Shostack, pendekatan Eiglier dan Langeard menekankan saling
ketergantungan berbagai komponen. Mereka membedakan antara unsur-unsur yang
dibutuhkan untuk memfasilitasi (facilitating) penggunaan jasa intinya-misalnya, meja resepsi
pada suatu

I. IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI JASA PELENGKAP


Semakin banyak kita mengkaji tipe-tipe jasa inti yang berbeda maka semakin kita
mendapati bahwa sebagian besar tipe tersebut memiliki banyak jasa pelengkap yang sama pada
umumnya. Meskipun produk-produk inti dapat berbeda secara luas, unsur-unsur pelengkap
seperti informasi, billing (penagihan), dan reservasi atau penerimaan order tetap muncul
kembali. Terdapat banyak jasa pelengkap yang berbeda, tetapi hampir semuanya bisa
diklasifikasikan kedalam salab satu dari delapan cluster (himpunan). Hal ini disebut sebagai
"jasa pelengkap fasilitas/facilitating", yang menambah penggunaan produk inti atau diperlukan
untuk penyampaian jasa atau "jasa pelengkap peningkat/enhancing , yang menambah nilai
ekstra bagi pelanggan.

1) ATRIBUT JASA

Apabila sebuah perusahaan telah menentukan target segmen tertentu maka perusahaan
tersebut wajib untuk menggali lebih dalam mengenai konsep jasa yang tepat bagi perusahaan.
Oleh karena itu, diperlukan identifikasi secara menyeluruh untuk mengetahui atribut-atribut
yang penting dari sebuab jasa sesuai dengan segmennya dan persepsi pelanggan pada atribut-
atribut tertentu dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Perlu kita ingat bersama bahwa setiap
individu akan memiliki pertimbangan yang berbeda tergantung pada:

1. Tujuan penggunaan jasa.

18
2. Pengambilan keputusan.

3. Waktu penggunaan.

4. Pengguna jasa; apakah individual atau kelompok (tergantung pada komposisi kelompok
tersebut).

Contohnya, ketika hendak memilih sebuah restoran untuk makan siang, ada beberapa hal
yang akan kita pertimbangkan, antara lain apakah tujuan makan siang untuk membicarakan
sebuah kesepakatan bisnis bersama dengan kolega ataukah sekadar makan siang cepat bersama
teman kantor. Dengan berbagai pertimbangan yang ada maka sangat memungkinkan jika Anda
akan memilih restoran yang berbeda pada setiap kesempatan. Oleh karena itu, sangat penting
bagi sektor jasa untuk memperhatikan situasi dan konteks pelanggan dalam membeli atau
menggunakan jasa.

2) MENCIPTAKAN STRATEGI JASA YANG FOKUS

Empat Strategi Fokus suatu perusahaan dapat dijabarkan menjadi dua dimensi:

1. Fokus pada pasar (market focused): Perusahaan memfokuskan untuk melayani


beberapal banyak pasar.
2. Fokus pada pelayanan (service focused): Perusahaan memfokuskan untuk melayani
beberapa/banyak jasa.

Kedua dimensi di atas memunculkan empat strategi dasar dalam hal fokus:

1. Fully focused: Perusahaan menyediakan lingkup jasa yang sangat sempit bahkan
mungkin hanya satu produk jasa bagi segmen pasar tertentu dan sangat spesifik.
Contohnya, biro perjalanan "Aspen" yang melayani kebutuhan jasa khusus untuk
industri perfilman.

2. Market focused: Perusahaan memfokuskan pada segmen pasar yang sempit, tetapi
dengan lingkup pelayanan jasa yang luas. Contohnya, tiap toko "Travelfest" melayani
segmen pasar yang secara geografis sempit serta mengarah pada segmen keluarga dan
individu, tetapi memiliki pelayanan variasi jasa yang luas.

3. Service focused: Perusahaan memfokuskan pada segmen pelayanan yang sempit, tetapi
dengan sasaran pasar yang luas. Contohnya, "CPT" menspesialisasikan usahanya pada
19
lingkup jasa sempit, yaitu diskon bagi perjalanan dengan berlayar, tetapi dapat
menjangkau konsumen yang secara geografis berada jauh dari perusahaannya.

4. Unfocused: Perusahaan yang berusaha melayani lingkup yang luas dengan


menyediakan

produk jasa yang bervariasi pula.

Setelah menentukan segmen pasar yang menjadi target maka perusahaan perlu menyusun
suatu keseluruhan strategi, yaitu strategi jasa, dengan tujuan untuk mendapat dan
mempertahankan posisi persaingan yang nyata atau jelas, termasuk di dalamnya strategi
pelayanan atau jasa guna mencapai dan menjaga posisi persaingan yang khusus. Strategi
pelayanan dapat diartikan sebagai nilai dari suatu layanan yang diberikan kepada pelanggan
untuk menciptakan pelayanan yang terbaik atau memuaskan. Strategi pelayanan terbaik dapat
dilakukan dengan cara menempatkan kebutuhan manusia sebagai yang paling utama dan tidak
akan berubah dalam jangka waktu yang lama. Jadi, perusahaan harus dapat menempat gerakan
yang mendukung visi dari layanan yang memuaskan dan menempatkan petunjuk arah yang
menjadi perhatian khusus bagi masa depan.

Beberapa pakar pemasaran jasa menekankan pentingnya strategi jasa sebagai berikut.

Perusahaan jasa yang besar memiliki strategi jasa yang jelas dan nyata. Mereka memiliki
"alasan keberadaan" yang merupakan pemicu bagi kemajuan perusahaan. Strategi jasa
menentukan bagaimana jasa tersebut menjadi berharga bagi konsumen. Strategi jasa suatu
perusahaan biasanya dapat dinyatakan dalam bentuk rangkaian kalimat atau kata yang
merupakan panutan dan memacu para pekerjanya.

Contohnya, strategi jasa sebuah restoran cepat saji adalah dengan menawarkan makanan cepat
saji paling istimewa kapan pun dan di mana pun konsumen merasa lapar. Walaupun terdengar
sederhana, namun pernyataan tersebut mampu menimbulkan dampak yang cukup besar bagi
perusahaan dalam mendefinisikan dirinya serta kinerjanya.

Menciptakan Keunggulan Kompetitif yang Berkelanjutan

Dalam menciptakan keunggulan kompetitif untuk strategi pelayanan, perusahaan harus


dapat berfokus pada kebutuhan pelanggan. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat
menciptakan keunggulan dalam menemukan kebutuhan dan keinginan pelanggan pada pasar
sasarannya. Dengan demikian, perusahaan tidak kalah dengan para pesaingnya. Langkah

20
pertama dalam menciptakan strategi jasa adalah dengan berfokus pada kebutuhan konsumen.
Kebutuhan penting bagi konsumen yang tidak diketahui oleh para pesaing dapat membuka
kesempatan bagi perusahaan untuk memosisikan dirinya secara terbuka di segmen pasar
tertentu.

Dua hal utama yang harus diperhatikan mengenai kebutuban dan harapan dari suatu target
pasar terkait jasa yang ditawarkan adalah (1) Apa yang benar-benar penting bagi segmen
konsumen tersebut? dan (2) Hal seperti apa yang akan menyenangkan mereka setelah itu,
strategi jasa dapat disusun untuk memenuhi hal yang penting bagi konsumen serta yang
berpotensi untuk memenuhi harapan konsumen.

3) POSITIONING JASA

Perusahaan harus memutuskan bagaimana memosisikan produknya dalam strategi


pelayanan yang paling efektif. Konsep dari pemosisian ini melibatkan pembentukan suatu
tempat yang khusus dengan tujuan pelanggan yang menjadi target sasaran relatif dalam suatu
produk yang bersaing.

Menurut Jack Trout, penempatan yang utama dapat dibagi ke dalam empat prinsip:

1. Perusahaan harus membentuk atau menempatkan posisi dengan tujuan. Posisi tersebut
adalah pelanggan yang menjadi sasaran utamanya.

2. Posisi seharusnya berada dalam keadaan tunggal serta dapat memberikan suatu
kemudahan dan pesan yang konsisten.

3. Posisi harus meletakkan perusahaan yang terpisahkan dari posisi pesaing-pesaingnya.

4. Perusahaan tidak dapat disamakan sebagai suatu benda bagi semua orang. Oleh karena
itu, perusahaan harus memusatkan dirinya pada usaha-usaha.

Perusahaan menggunakan strategi pemosisian dengan tujuan untuk membedakan dirinya


dari para pesaingnya sekaligus menciptakan komunikasi yang menyatakan keinginan dan
harapan perusahaan kepada para pelanggan dan segmen pasar yang dituju. Berikut enam dimensi
berbeda pada penempatan strategi yang dikembangkan:

1. Atribut Produk (Product Attributes)

21
Contohnya, menggunakan layanan surat elektronik America Online (AOL) karena
merupakan layanan yang terbaik.

2. Harga atau Kualitas Hubungan (Price or Quality of Relationships)

Contohnya, Supercuts menjual produk pemotong rambut dengan harga yang


terjangkau.

3. Pilihan Terkait dengan Pesaing (Reference to Competitors)

Contohnya, Visa card lebih banyak digunakan oleh pelanggan karena Visa card tidak
menggunakan American Express.

4. Memanfaatkan suatu Kesempatan (Usage Occasions)

Contohnya, Ski Resort menawarkan bukit yang melandai pada musim salju, mendaki,
dan bersepeda gunung pada musim panas.

5. Karakter Pengguna (User Characteristics)

Contohnya, CheapTickets menjadi tempat pemesanan tiket secara online untuk para
pelancong Fasilitas melalui internet ini akan memberikan kenyamanan dalam
memesan tiket.

6. Kelas Produk (Product Class)

Contohnya, Blue Cross Blue Shield memberikan bermacam-macam paket asuransi


kesehatan kepada pelanggannya.

Para pemasar dapat menggunakan kombinasi dari pendekatan pemosisian di atas. Pada
dasarnya, apa pun strategi yang dipilih oleh perusahaan, sasaran utamanya adalah membedakan
diri dari para pesaingnya. Di sini perusahaan pun menekankan keuntungan khusus dari layanan
yang ditawarkan. Jika keuntungan yang diperoleh hampir sama dengan pesaingnya maka
perusahaan mungkin akan memutuskan untuk menekan perbedaan keuntungan tersebut dalam
usaha promosi.

Setelah menentukan strategi jasa, perusahaan harus memutuskan penempatan produk


yang paling efektif. Konsep pemosisian mencakup usaha untuk meyakinkan konsumen dari
produk pesaing.
22
Esensi dari pemosisian dapat diimplementasikan dalam prinsip-prinsip:

1. Perusahaan harus mampu menciptakan satu posisi pada pemikiran para konsumen yang
menjadi targetnya.
2. Posisi tersebut harus jelas, sederhana, dan konsisten.
3. Posisi tersebut harus berbeda dari pesaing lainnya.
4. Perusahaan tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dan harus memfokuskan diri.
Berikut prinsip-prinsip pemosisian yang dapat digunakan dalam manajemen pemasaran:

1.Menyediakan sarana analisis yang berguna untuk mendefinisikan dan memahami keterikatan
antara produk dan pasar.

a. Bagaimana produk tersebut apabila dibandingkan dengan penawaran lain yang


kompetitif?

b. Seberapa efektif kinerja produk tersebut dalam memenuhi kebutuhan dan harapan
konsumen pada kriteria kinerja yang spesifik?
c. Bagaimana perkiraan tingkat konsumsi suatu produk dengan kriteria kinerja dan
harga tertentu?

2. Mengidentifikasi kesempatan pasar.

a. Pengenalan produk baru.

b. Mendesain ulang suatu produk.

c. Mengeliminasi produk dengan kriteria:

3. Menyusun keputusan pemasaran baru dengan tujuan mendahului atau merespons terhadap
persaingan:
a. Strategi distribusi
b. Strategi penetapan harga
c. Strategi komunikasi

23
4) REPOSITIONING JASA

Posisi pasar tidak bersifat permanen. Tindakan-tindakan kompetitif, teknologi baru,


dan perubahan internal menyebabkan perusahaan harus memosisikan kembali jasa
pelayanannya. Repositioning berarti mengubah posisi perusahaan yang telah ada dalam pikiran
konsumen. Hal yang penting dilakukan adalah mengukur tingkat persaingan, mempertahankan
konsumen yang telah dimiliki, atau pun menargetkan segmen baru/tambahan. Hal ini termasuk
pula menambahkan layanan jasa baru atau menghilangkan layanan jasa yang sudah tidak
menguntungkan.

PETA PERSEPSI SEBAGAI ALAT POSITIONING

Banyak perusahaan menggunakan peta persepsi untuk membantu mereka menyusun


strategi penempatan posisi. Peta persepsi (perceptual maps) membantu para manajer
mengidentifikasikan hal-hal penting dari layanan jasa mereka dibandingkan dengan para
pesaing, dilihat dari sisi konsumen. Peta ini memberikan gambaran yang jelas atas karakteristik
khusus dari layanan jasa, mengidentifikasi ancaman dan kesempatan kompetitif perusahaan,
serta menggarisbawahi perbedaan persepsi antara konsumen dan pihak perusahaan.

Untuk menciptakan peta persepsi, para peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi atribut
atau hal-hal yang dianggap penting oleh konsumen. Setelah itu, peneliti akan mengukur
seberapa jauh perusahaan tersebut maupun pesaingnya memenuhi atribut yang ada. Hasil yang
diperoleh dapat ditunjukkan dalam bentuk diagram. Berikut atribut yang secara umum
digunakan.

1. Kenyamanan.

2. Industri-karakteristik tertentu yang menawarkan keuntungan yang unik pula.

3. Tingkat pelayanan secara pribadi.

4. Harga.

5. Mutu dari elemen-elemen fisik.

6. Reliabilitas.

7. Kecepatan.

8. Kemampuan untuk dipercaya

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Logistik adalah perencanaan, pelaksanaan, pengendalian faktor produksi
secara efektif dan efisien dalam rangka memperoleh barang atau jasa sejak dari titik asal
ke titik konsumsi sesuai dengan harapan pelanggan.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terletak pada kegiatan bekerja
sama dalam membangun sebuah perusahaan dimana setelah tersedia segala hal yang
diperlukan sebagai informasi perusahaan, maka akan sangat dibutuhkan orang yang dapat
mengelola dan mengontrolnya agar dapat berjalan dengan lancar dan memberikan
keuntungan bagi perusahaan.

B. Saran
Saran semoga makalah yang sudah dipaparkan oleh penulis bermanfaat untuk kita
semua, umumnya untuk para pembaca dan khususnya untuk penulisnya sendiri.

25
DAFTAR PUSTAKA

artikata.com/arti-338771-logistik.htmlhttp://dpy.blogspot.com/2013/05/jenis-jenis-
manajemen.htmlhttp://dwisholeharini.blogspot.com/http://rinatnunay.com/2013/07/02/bebera
pa-pengertian-tentang-logistik/http://rinatnunay.com/2013/07/01/apa-sih-logistik-
itu/mli.web.id/perihal/pengertian-logistik

Modul Pengantar Logistik, disusun oleh Edi Supardi SE, AAAIK

Modul Manajemen Jasa, penerbit oleh Salemba Empat

26

Anda mungkin juga menyukai