Republik Indonesia
Latar Belakang Kebijakan
Visi Strategi
Misi Target
Tujuan Umum Kegiatan Pokok Pela
yanan Kesehatan
Tujuan Khusus
Sasaran
• Tugas nasional yang dilaksanakan oleh
pemerintah secara inter departemental
• Departemen Kesehatan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia
• Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan
pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan
setelah kembali ke tanah air.
• Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan
yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji
dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar
dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama
serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji secara mandiri sehingga diperoleh haji
mabrur.
• meningkatnya jumlah calon jemaah haji
risiko tinggi
• beragamnya latar belakang pendidikan, etnis
dan sosial budaya
• kondisi fisik yang kurang baik
• kondisi lingkungan di Arab Saudi yang
berbeda secara bermakna dengan kondisi di
tanah air
– perbedaan musim (panas, dingin)
– kelembaban udara yang rendah
– perbedaan lingkungan sosial budaya
keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji
kepadatan populasi jemaah haji pada saat
◄
• Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya
mencapai kemandirian calon/ jemaah haji dalam
pemeliharaan kesehatannya dan perilaku hidup
sehat.
• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
kesehatan haji.
• Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring
informasi tele komunikasi berbasis komputer
untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
• Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
manusia yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi
dan profesional dalam kesehatan haji.
• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
dalam surveilans, penanggulangan KLB/ wabah dan
bencana atau musibah masal.
• Mengembangkan kemitraan dengan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, badan
pengelola pembiayaan pemeliharaan kesehatan,
lembaga/ badan penelitian dan kerja sama lintas
program serta lintas sektor.
◄
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/
jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari
transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah
haji Indonesia
◄
• Terindentifikasinya calon jemaah haji yang
memenuhi persyaratan kesehatan untuk ibadah
haji.
• Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji
dan kemandirian pemeliharaan kesehatan.
• Tersedianya petugas kesehatan haji yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan
profesional disetiap jenjang pelayanan
kesehatan haji.
Meningkatnya surveilans, sistem
kewaspadaan dini dan respon KLB.
Terwujudnya kesiapsiagaan dalam
dengan kebutuhan.
Menurunnya angka kunjungan sakit dan
◄
Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji sehingga
petugas dan masyarakat mengetahui manfaat
dari pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
haji.
Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan
◄
• Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
dengan penanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya
terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Umum Kabupaten/ Kota
• Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap
seluruh calon jemaah haji untuk menentukan
layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke
Arab Saudi
• Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan
adalah dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan
atau dokter yang pernah bertugas sebagai Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim
Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
• Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/
Kota adalah dokter spesialis yang ditetapkan
oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota
Pada saat memeriksa calon jemaah haji,
tenaga kesehatan harus memeriksa dengan
teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa
sesuai dengan foto yang terdapat dalam BKJH
Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia
◄
Tujuan Pemeriksaan
Di Tanah Air
◦ Puskesmas
◦ Rumah Sakit Kabupaten / Kota
◦ Embarkasi / Debarkasi Haji
Di Pesawat
Di Arab Saudi
◦ Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
◦ Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter
Aspiran
◦ Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehata
n
Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan
faktor risiko calon jemaah haji.
Tercatatnya data kondisi kesehatan dan
◄
Memberikan pelayanan pengobatan rawat
jalan, rawat inap bila tersedia dan rujukan ke
rumah sakit kabupaten/ kota bila diperlukan.
◄
• Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan,
rawat inap, pemeriksaan penunjang medis
(laboratorium, EKG, foto thoraks dan lain-lain),
konsultasi dan rujukan spesialisasi
• Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter
puskesmas yang merujuk calon jemaah haji
• Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang
harus dibawa oleh calon jemaah haji risti
◄
Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat sementara, pemeriksaan
penunjang medis dan rujukan ke rumah sakit
yang telah ditetapkan selama calon jemaah
haji berada di asrama haji pada saat
keberangkatan
Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh
di pesawat.
Melakukan visite secara berkala kepada calon
◄
• Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
• Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
• Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat
kesehatan kloter.
• Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan dan
minum.
• Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji
yang memerlukan.
• Melakukan rujukan ke BPHI.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah
haji yang wafat.
Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
Memberikan pelayanan pengobatan bagi
Depo.
Membagikan jatah obat untuk kloter di
sektor.
◄
• Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat sementara bagi jemaah haji yang
memerlukan.
• Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI
Makkah dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
• Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.
• Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
• Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
• Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak
bersama kloternya, perlu disertai resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
Menyerah terimakan pasien pulang dini
beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan
mendampingi.
Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
Membuat Certificate of Death (COD) bagi
dan spesialistik.
Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS
dari kloter.
• Memberikan pelayanan penunjang kesehatan
terbatas.
• Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
• Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang ikut
safari wukuf.
• Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit
yang memerlukan pengawasan petugas kesehatan.
• Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak
bersama kloternya disertai resume riwayat penyakit
dan pengobatannya (Rpp).
• Menyerah terimakan pasien pulang dini atau
tidak bersama kloternya beserta resume riwayat
penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter
BPHI.
• Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah
dan Madinah disertai formulir evakuasi.
• Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
• Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi
dietetik.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.
Memberikan pelayanan rawat jalan.
Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI
terbatas.
Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi
dietetik.
Membuat certificate of Death (COD) bagi
◄
• Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen
pada calon jemaah haji diberikan minimal 10 hari
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi
• Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak
keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan
profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis
tunggal
• Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan
pemeriksaan kesehatan II di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
• Komposisi Vaksin dan Kemasan
• Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat
polisacharida murni yang diambil dari bahan
Neisseria meningitidis group ACW135Y.
• Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan
multi dosis (10 dosis).
• Cara Penyimpanan Vaksin
– Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 – 8oC
– Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar ◄
• Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut
disedot ke dalam semprit kemudian
dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok
perlahan-lahan sampai vaksin larut semua
• Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam
thermos es atau lemari es dengan suhu 2- 80
C
• Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk
umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk umur
dibawah 2 tahun
Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan
kapas alkohol kemudian dengan
menggunakan semprit 1 cc vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam
Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa
◄
Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka
yang peka atau alergi terhadap phenol.
◄
• Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak
kemerahan (skin rash) yang sangat ringan dan
dapat terjadi Syok Anaphilaksis (renjatan)
• Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan
Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 – 0,3 cc
secara Intra Musculair (IM)
• Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah
haji setelah diimunisasi meningitis
meningokokus tetravalen dianjurkan menunggu
30 menit. ◄
Setelah imunisasi meningitis meningokokus
tetravalen kemudian dicatat pada kartu
International Certificate of Vaccination (ICV):
nama calon jemaah haji, nomor paspor,
tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor
vaksin/batch number dan dosis.
ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
atau dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP
Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan
distempel “Port Health Authority” (bukan
stempel dinas kesehatan kabupaten/ kota
atau puskesmas).
Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai
bukti imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen harus imunisasi di pelabuhan
Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum
Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai
profilaksis.
◄
Tujuan
Kegiatan
Sasaran
Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah
keluarnya penyakit menular dari Indonesia
dan masuknya penyakit menular dari luar
negeri yang mungkin terbawa oleh calon/
jemaah haji ke Indonesia, mengetahui
distribusi penyakit, kematian menurut waktu
dan tempat serta faktor risiko yang terdapat
pada calon/ jemaah haji Indonesia ◄
• Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
disiminasi data atau informasi, dilakukan sejak
calon jemaah haji melakukan pemeriksaan
kesehatan di daerah asal, diperjalanan, selama
di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab
Saudi sampai ke daerah asal selama 14 hari.
• Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat
baik di Arab Saudi, di embarkasi/ debarkasi haji
dan sekembalinya dari Arab Saudi.
Pengamatan terhadap kesehatan lingkungan
di Indonesia dan Arab Saudi.
Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil
◄
Sasaran SE meliputi penyakit menular sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Karantina,
Undang-undang Wabah Penyakit Menular,
International Health Regulation (IHR),
penyakit tidak menular, keracunan dan
kesehatan lingkungan.
◄
Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Respon
KLB
Penanggulangan KLB
Penanggulangan Bencana dan Musibah
Massal
• Tujuan SKD dan Respon KLB
• Kegiatan SKD dan Respon KLB Calon /
Jemaah Haji
Terwujudnya sikap tanggap petugas terhadap
kondisi yang mengancam terjadinya KLB
untuk melakukan tindakan pencegahan dan
atau tindakan dini terhadap KLB penyakit,
keracunan makanan
Terlaksananya pemantauan, tanggap dalam
melakukan respon terhadap peningkatan
kesakitan, kematian, penurunan kinerja
pelayanan kesehatan, memburuknya sanitasi,
lemahnya pengamanan kesehatan makanan
dan penurunan status kesehatan imunitas
calon/ jemaah haji.
◄
Persiapan SKD dan KLB
Kegiatan Operasional
Kesiap-siagaan
Lain-lain
• Identifikasi Penyakit potensial wabah pada
calon / jemaah haji Indonesia yang perlu
diwaspadai adalah penyakit Diare, Malaria,
Demam berdarah, Pes, Kholera, Yellow fever,
Meningitis meningokokus, Influenza, Rift Valley
Fever (RVF), Ebola, Hepatitis, Tifus bercak wabah
dan keracunan serta identifikasi faktor yang
berpengaruh meliputi faktor risiko pada populasi,
lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia
serta sumber daya manusia.
• Mekanisme pelaporan sesuai dengan jejaring SKD
respon KLB, dimulai dari tingkat puskesmas,
kabupaten, provinsi, embarkasi dan debarkasi
haji, pusat ( Ditjen PPM & PL ) selama di Arab
Saudi dan sekembalinya dari Arab Saudi. Setiap
tingkat pelaporan melibatkan pihak terkait
misalnya laboratorium kesehatan, Rumah sakit
maupun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
bidang kesehatan.
• Pelatihan dan gladi bersih. ◄
Surveilans terhadap kejadian kesakitan dan
kematian.
Surveilans terhadap indikator faktor risiko.
Penyelidikan keadaan rawan KLB penyakit,
◄
Tujuan
Kegiatan Penanggulangan KLB
• Meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB penyakit menular, tidak
menular, keracunan, kepada para calon/
jemaah haji agar mereka terlindungi dan
terhindar dari bahaya tersebut.
• Mencegah dan memutuskan rantai
penularan/transmisi penyakit menular yang
terbawa oleh calon/jemaah haji dari
Indonesia ke luar negeri dan atau sebaliknya.
• Menurunkan frekuensi KLB.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu KLB.
• Memperpendek periode KLB.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
KLB penyakit menular, tidak menular,
keracunan makanan.
◄
• Menetapkan populasi rentan terhadap KLB
berdasarkan waktu, tempat dan kelompok
masyarakat.
• Melakukan upaya pencegahan melalui
perbaikan kondisi kesehatan dan lingkungan
yang menyebabkan timbulnya kerentanan
dalam suatu populasi.
• Memantapkan pelaksanaan SKD dan respon
KLB.
Memantapkan keadaan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan timbulnya KLB.
Melakukan penyelidikan epidemiologi dan
◄
Tujuan
Kegiatan Penanggulangan dan Musibah Masal
◦ Di Indonesia
◦ Di Arab Saudi
• Meningkatkan upaya kesiapsiagaan dalam
penanggulangan bencana dan musibah
masal.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu bencana dan musibah masal.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana dan musibah masal.
• Mencegah timbulnya KLB penyakit menular
pasca bencana dan musibah masal
Kegiatan Pra Bencana dan Musibah Masal
Kegiatan Pada Saat Bencana dan Musibah
Masal
Langkah-langkah Cepat Penilaian Kesehatan
• Membentuk Tim Penanggulangan bencana dan
musibah masal yang anggotanya terdiri dari
Ditjen PPM & PL bekerja sama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
• Meningkatkan SDM yang terampil yaitu SDM yang
memiliki pengetahuan tentang penanggulangan
kesehatan pada bencana, memiliki dedikasi /
kemauan untuk bekerja dalam situasi yang serba
terbatas, memiliki hubungan kerja yang baik
dengan pihak lain.
Menyediakan sarana dan prasarana
Menyusun prosedur kerja tetap/ SOP
Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan
◄
• Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health
Asessment), merupakankegiatan untuk
mengidentifikasi dampak bencana dan
musibah masal pada kesehatan, kebutuhan
kesehatan dan prioritas kegiatan kesehatan
untuk penanggulangan.
• Penanggulangan gawat darurat medis massal
• Pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi
dan kesehatan keluarga.
Surveilans penyakit menular
Penyehatan lingkungan melalui upaya
kesehatan lingkungan.
Pemberantasan penyakit menular.
◄
• Pengumpulan data dan informasi kegiatan
dimulai dengan memanfaatkan peta daerah
setempat yang tersedia
• Analisis data, informasi dan penyajiannya
• Rekomendasi hasil penilaian cepat kesehatan
digunakan untuk menentukan upaya
penanggulangan selanjutnya, yang memuat
antara lain:
– Bantuan obat-obatan, bahan dan peralatan yang
diperlukan.
– Bantuan tenaga kesehatan. ◄
Meningkatkan intensitas pelayanan dan
memberdayakan tenaga, sarana prasarana
serta optimalisasi kerjasama dengan sistem
yang telah ada di Arab Saudi.
Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan
Internasional (OKI)
• Ditjen BIUH di Depag.( Ditgara, Ditbina, Sub Dit
Informasi )
• Siskohat Nasional Depag
• Badan Koordinasi Nasional penanggulangan
Bencana (Bakornas-PB)
• Pokja PB Bidang Kesehatan
• Pusat Penanggulangan Masalah kesehatan,
Depkes RI
• Ditjen PPM & PL ( Sub Dit Kesehatan Haji ). ◄
Tujuan
Kegiatan
Pelaksanaan
Mengendalikan faktor risiko lingkungan
untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang
sehat, nyaman dan calon jemaah haji
terbebas dari penularan penyakit
◄
• Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan (personal higyne) dilaksanakan sejak
pembinaan kesehatan calon jemaah haji di
puskesmas, kabupaten/ kota, provinsi dan
embarkasi/ debarkasi haji.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
rumah makan atau restoran maupun jasaboga
lainnya yang melayani calon jemaah haji dalam
perjalanan dari daerah asal ke asrama
embarkasi/ debarkasi haji.
Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
kesehatan lingkungan di asrama transit,
asrama embarkasi/ debarkasi haji, sanitasi
pesawat dan di pemondokan Arab Saudi.
Melaksanakan pembinaan dan pemeriksaan
◄
Di Indonesia
Di Arab Saudi
Tindak Lanjut
Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
pada penyelenggaraan kesehatan haji di
Indonesia dilaksanakan di tingkat Kabupaten/
Kota, Provinsi dan Pelabuhan Embarkasi/
Debarkasi Haji.
• Pemeriksaan dan penilaian pendahuluan
kesehatan lingkungan di Asrama Embarkasi/
Debarkasi Haji dilakukan dua tahap, yaitu :
– Pemeriksaan dan penilaian awal (pertama)
dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan lingkungan, jasaboga (asrama dan pesawat)
dan membuat rekomendasi kepada pengambil
keputusan tentang perbaikan asrama haji, sarana
sanitasi yang aman dan nyaman, perbaikan jasaboga,
dilaksanakan 3 (tiga) bulan sebelum operasional haji.
◦ Pemeriksaan kedua dimaksudkan untuk memantau
perbaikan kesehatan lingkungan dan kesiapan
asrama serta pemeriksaan kesehatan penjamah
makanan dilakukan 1 (satu) minggu sebelum
operasional haji.
◦ Khusus pengendalian vektor dilakukan 1 (satu) hari
sebelum operasional haji dan selama operasional
haji dilaksanakan oleh KKP bersama dengan Dinas
Kesehatan setempat
• Pelaksanaan pemeriksaan/ penilaian pendahuluan
sanitasi asrama embarkasi/ debarkasi haji
dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari unsur-unsur :
• Pelaksana
– Kantor Kesehatan Pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji
(sebagai koordinator dan penanggung jawab).
– Dinas Kesehatan Provinsi tempat embarkasi haji.
– Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat embarkasi haji.
– Kantor Wilayah / Kantor Departemen Agama di embarkasi.
Pembina
◦ Subdit Kesehatan Haji, Dit. Epim-Kesma Ditjen PPM
& PL.
◦ Subdit Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman,
Dit. PAS Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Kesehatan Pelabuhan & DP, Dit. Epim-Kesma
Ditjen PPM & PL.
◦ Subdit Hygine Sarana dan Bangunan Umum Dit. PL
Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Pengamanan Kualitas Air Dit. PAS Ditjen PPM
& PL
◦ Subdit Sanitasi Darurat, Dit. PAS Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Pengasramaan Departemen Agama RI.
Bangunan asrama meliputi : ventilasi,
pencahayaan, kulaitas udara, kelembaban,
kondisi lantai, kepadatan penghuni di dalam
kamar tidur, lubang asap atau fasilitas
sirkulasi udara di dapur, ruang makan,
fasilitas tangga yang aman dan pengamanan
instalasi.
Dapur.
Fasilitas penyediaan air bersih, pembuangan
tinja/ jamban, pembuangan sampah, fasilitas
untuk wudhu dan air limbah melalui kegiatan
inspeksi sanitasi.
Kran-kran air, perpipaan air, titik-titik
penyakit.
Pembinaan dan Pemeriksaan kesehatan
◄
Di Indonesia
Di Arab Saudi
Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan asrama
haji dan bandara, jasa boga asrama haji serta
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.
Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan asrama haji dan bandara, jasa
boga asrama haji dan pesawat merupakan
tanggung jawab masing-masing
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.
Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan
pemondokan, asrama haji Madinatul Hujjaj,
jasa boga Madinatul Hujjaj, airport dan
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).
Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan pemondokan, asrama haji
Madinatul Hujjaj, jasaboga, airport dan
pesawat merupakan tanggung jawab masing-
masing penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).