Anda di halaman 1dari 171

Departemen Kesehatan

Republik Indonesia
 Latar Belakang  Kebijakan
 Visi  Strategi
 Misi  Target
 Tujuan Umum  Kegiatan Pokok Pela
yanan Kesehatan
 Tujuan Khusus
 Sasaran
• Tugas nasional yang dilaksanakan oleh
pemerintah secara inter departemental
• Departemen Kesehatan bertanggung jawab
dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia
• Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum
keberangkatan ke Arab Saudi, diperjalanan
pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan
setelah kembali ke tanah air.
• Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk
memberikan pembinaan, pelayanan dan
perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem dan manajemen penyelenggaraan
yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji
dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar
dan nyaman sesuai dengan tuntunan agama
serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah
haji secara mandiri sehingga diperoleh haji
mabrur.
• meningkatnya jumlah calon jemaah haji
risiko tinggi
• beragamnya latar belakang pendidikan, etnis
dan sosial budaya
• kondisi fisik yang kurang baik
• kondisi lingkungan di Arab Saudi yang
berbeda secara bermakna dengan kondisi di
tanah air
– perbedaan musim (panas, dingin)
– kelembaban udara yang rendah
– perbedaan lingkungan sosial budaya
 keterbatasan waktu perjalanan ibadah haji
 kepadatan populasi jemaah haji pada saat

wukuf di Arafah maupun melontar jumrah di


Mina
 Sumberdaya manusia
◦ Berpengetahuan
◦ Terampil
◦ Berdedikasi tinggi
 Sarana dan prasarana serta sistem informasi
kesehatan haji terpadu (Siskohat) bidang
kesehatan

 “Calon/ jemaah haji bebas penularan
penyakit, mandiri dalam pemeliharaan
kesehatan, untuk istitho’ah ibadah haji”


• Memfasilitasi terselenggaranya upaya-upaya
mencapai kemandirian calon/ jemaah haji dalam
pemeliharaan kesehatannya dan perilaku hidup
sehat.
• Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
kesehatan haji.
• Mengembangkan dan memanfaatkan jejaring
informasi tele komunikasi berbasis komputer
untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
• Mengembangkan dan meningkatkan sumber daya
manusia yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi
dan profesional dalam kesehatan haji.
• Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
dalam surveilans, penanggulangan KLB/ wabah dan
bencana atau musibah masal.
• Mengembangkan kemitraan dengan lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, badan
pengelola pembiayaan pemeliharaan kesehatan,
lembaga/ badan penelitian dan kerja sama lintas
program serta lintas sektor.

 Meningkatnya kondisi kesehatan calon/
jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari
transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah
haji Indonesia


• Terindentifikasinya calon jemaah haji yang
memenuhi persyaratan kesehatan untuk ibadah
haji.
• Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji
dan kemandirian pemeliharaan kesehatan.
• Tersedianya petugas kesehatan haji yang
berpengetahuan, terampil, berdedikasi dan
profesional disetiap jenjang pelayanan
kesehatan haji.
 Meningkatnya surveilans, sistem
kewaspadaan dini dan respon KLB.
 Terwujudnya kesiapsiagaan dalam

mengantisipasi penanggulangan bencana dan


musibah masal pada jemaah haji Indonesia.
 Tersedianya data/ informasi cepat, tepat,

terpercaya dan diseminasi informasi


kesehatan haji.
 Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas
program, sektor, bilateral dan multilateral
tentang kesehatan haji.
 Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai

dengan kebutuhan.
 Menurunnya angka kunjungan sakit dan

angka kematian jemaah haji di Arab Saudi.



• Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji
Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji
sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan,
selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah kembali
dari Arab Saudi, pengelola kesehatan haji, tenaga
kesehatan, instansi pemerintah di semua jenjang
administrasi yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan haji, dan petugas kesehatan
haji (Tim Kesehatan Haji Indonesia dan Panitia
Penyelenggaran Ibadah Haji di Arab Saudi bidang
kesehatan) ◄
• Meningkatkan sistem dan manajemen
penyelenggaraan kesehatan haji secara terpadu,
menyeluruh baik lintas program maupun lintas
sektor dengan pendekatan epidemiologi.
• Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji
dengan mengoptimalkan kemampuan di
puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota,
dinas kesehatan provinsi, embarkasi/ debarkasi
haji dan di Arab Saudi.
 Mengembangkan dan meningkatkan
pembinaan kesehatan calon/ jemaah haji
dengan pendekatan manajemen risiko,
profesional, terintegrasi lintas program, lintas
sektor terkait dan mengikut sertakan peran
masyarakat.
 Mengembangkan dan memperkuat jejaring
surveilans dengan fokus penyakit potensial
wabah terutama Meningitis meningokokus,
penyakit menular baru (new emerging
diseases) dan penyakit menular yang
berjangkit kembali (re emerging diseases),
sistem kewaspadaan dini dan respon KLB,
bencana serta musibah masal.
• Mengembangkan dan meningkatkan
profesionalisme sumber daya manusia dalam
penyelenggaraan kesehatan haji dibidang
pemeriksaan dan pembinaan, surveilans,
Kesehatan Lingkungan, penanggulangan KLB dan
musibah masal, sistem informasi kesehatan haji.
• Menyediakan dan meningkatkan perangkat keras
dan perangkat lunak sistem informasi
manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang
administrasi kesehatan.
 Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan
obat, alat kesehatan haji maupun
distribusinya.
 Menjalin kerjasama lintas program, sektoral,

regional Asean, bilateral dengan Pemerintah


Arab Saudi maupun Internasional.
 Meningkatkan dan memantapkan sistem
rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) di Arab Saudi bidang kesehatan dan
Petugas yang menyertai jemaah haji (TKHI
Kloter) melalui prosedur, kriteria serta cara
penyeleksian secara berjenjang dari dinas
kesehatan kabupaten/ kota, dinas kesehatan
provinsi dan pusat.
 Meningkatkan kemampuan penggalian
sumber daya daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) dan sumber daya yang
berasal dari masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan haji.


  Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji sehingga
petugas dan masyarakat mengetahui manfaat
dari pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
haji.
 Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan

kesehatan calon jemaah haji.


• Advokasi pada pengambil keputusan untuk
dukungan politis dan komitmen dalam
pembiayaan terutama SKD dan respon KLB,
bencana dan musibah masal.
• Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung
pemeriksaan laboratorium yang akurat,
tatalaksana kasus dengan pendekatan
manajemen risiko sesuai dengan standar
yang berlaku.
 Swadana dalam pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan calon jemaah haji
 Penggalangan kemitraan dengan badan

pengelola pembiayaan kesehatan seperti


Asuransi Kesehatan (ASKES), Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
dan asuransi kesehatan lainnya dalam
pembinaan kesehatan haji.
• Fasilitasi dan asistensi metode, teknologi
pemeriksaan, pembinaan serta pengukuran
kualitas (quality assurance) kesehatan haji.
• Pengembangan metode dan materi pelatihan
petugas kesehatan haji (PPIH dan TKHI) yang
sesuai dengan kebutuhan di lapangan
(aplikatif)
• Intensifikasi surveilans epidemiologi, SKD dan
respon KLB ◄
•  Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan
calon jemaah haji dan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan
pemeriksaan, rujukan dan pembinaan
kesehatan sesuai dengan standar.
• Cakupan pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji 100 %.
• Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah
haji wanita pasangan usia subur ( PUS ) 100%.
• Cakupan imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen 100 % dengan Indeks Pemakaian (IP) 9
• Frekuensi KLB menurun.
• Menurunnya angka kunjungan dan angka
kematian.
• Seluruh pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji
melaksanakan pemeriksaan dokumen kesehatan
haji sesuai dengan standar.
• Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan
Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) 80 % ◄
• Pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji
• Pembinaan kesehatan calon jemaah haji
• Pelayanan medis
• Imunisasi
• Surveilans
• Kesiapsiagaan Penanggulangan
KLB dan Musibah Masal
• Kesehatan Lingkungan
 Perencanaan
 Pengorganisasian
 Pelatihan
 Pembinaan teknis
 Sistem Informasi
 Monitoring dan Evaluasi
 Pemeriksaan Kesehatan I
 Pemeriksaan Kesehatan II
 Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di
puskesmas oleh dokter puskesmas sebagai
pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga
keperawatan dan analis laboratorium
puskesmas sebelum melunasi Biaya
Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank
Penerima Setoran (BPS)
 Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk
mengetahui faktor risiko calon jemaah haji
dan selanjutnya dilakukan manajemen
terhadap faktor risiko tersebut sehingga
calon jemaah haji mencapai kesehatan yang
optimal untuk menunaikan ibadah haji.
• Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut,
foto harus sudah ditempel pada lembar Surat
Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan
ke BPS dan sesuai dengan wajah calon jemaah
haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan
bahwa setelah memperoleh kursi (seat) atau
terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus
kembali ke puskesmas untuk dilakukan
pembinaan lebih lanjut dan dibuatkan buku
kesehatan
 Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan
dan surat keterangan kesehatan harus sama
dengan pasfoto yang digunakan untuk
paspor haji dan berukuran 4 x 6 cm
kemudian dibubuhi stempel puskesmas dan
harus mengenai pasfoto.
• Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita
sebaiknya pemeriksa kesehatan adalah dokter
wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria
harus didampingi oleh perawat wanita.
• Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah
haji harus ditulis dengan lengkap dan benar
dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya sesuai dengan lembar I Petunjuk
Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir
• Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis
sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan calon
jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk
pengisian terlampir. Calon jemaah haji yang hasil
pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG
BAIK kesehatannya, tetapi besar harapan dapat
disembuhkan sebelum keberangkatannya, maka
buku kesehatannya dapat ditanda tangani
langsung oleh dokter pemeriksa dengan catatan
harus mengikuti pengobatan dan pembinaan
kesehatan secara teratur
• Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan
usia subur (PUS) perlu dilakukan pemeriksaan tes
kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu).
Bagi yang tidak hamil ditekankan untuk
mengikuti keluarga berencana (KB), untuk
mencegah kehamilan sampai keberangkatan.
Kemudian menanda tangani surat pernyataan
pada buku kesehatan bahwa jika ternyata hamil
menjelang saat keberangkatan bersedia menunda
keberangkatannya ke Arab Saudi
• Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari
14 minggu dan lebih dari 26 minggu harus menunda
keberangkatannya sesuai dengan Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan
serta peraturan penerbangan Internasional
• Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14
s/d 26 minggu dan telah divaksinasi Meningitis
meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan
berangkat dengan syarat menanda tangani surat
pernyataan bersedia menanggung segala risikonya
 Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut
(Usia >60 tahun ) selain dilakukan
pemeriksaan laboratorium (darah dan urin)
perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten/
Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG, foto
thorak dan kimia darah sesuai indikasi. Hasil
pemeriksaan dilampirkan pada Buku
Kesehatan Jemaah Haji
 Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3
minggu, dilakukan pemeriksaan laboratorium
Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak.
Apabila hasilnya positif maka diberi
pengobatan sesuai dengan ketentuan
Program Pemberantasan TB Paru Nasional
 Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis
sesuai kode diagnosis calon jemaah haji risti
maksimal 5 kode dengan urutan pertama
yang terberat.


• Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
dengan penanggung jawab Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang anggotanya
terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit
Umum Kabupaten/ Kota
• Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap
seluruh calon jemaah haji untuk menentukan
layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke
Arab Saudi
• Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan
adalah dokter, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan
atau dokter yang pernah bertugas sebagai Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim
Kesehatan Haji Daerah (TKHD) yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
• Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/
Kota adalah dokter spesialis yang ditetapkan
oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji
Kabupaten/ Kota
 Pada saat memeriksa calon jemaah haji,
tenaga kesehatan harus memeriksa dengan
teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa
sesuai dengan foto yang terdapat dalam BKJH
 Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia

subur harus dilakukan tes kehamilan sebelum


divaksinasi Meningitis meningokokus
tetravalen
• Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan
kesimpulan sesuai dengan hasil pemeriksaan,
yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK
• Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya
diberikan imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda
tangani oleh dokter pemeriksa kesehatan II dan
selanjutnya dianjurkan untuk mengikuti
pembinaan kesehatan hingga waktu
keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
 Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK
kesehatannya tetapi menurut dokter
pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan
sebelum keberangkatan maka kesimpulan
hasil pemeriksaan ditentukan setelah
pengobatan terakhir dan apabila sampai
dengan pengobatan terakhir tidak sembuh
maka dinyatakan tidak baik kesehatannya
dan ditunda/ ditolak keberangkatannya
• Bagi calon jemaah haji penderita penyakit
menular yang membahayakan diri sendiri
maupun orang lain, dilakukan pengobatan
hingga tidak membahayakan lagi. Jika
memerlukan pengobatan yang lama dan
diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter
pemeriksa kesehatan II bersama Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
memutuskan menunda/ menolak keberangkatan
calon jemaah haji tersebut
 Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60
tahun dan sesuai dengan indikasi agar
dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan
laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis
dan dilampirkan pada BKJH
 Seluruh hasil pemeriksaan kesehatan II ditulis
secara lengkap sesuai status kesehatannya di
BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan
akan kebenaran isinya
• Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.


 Tujuan Pemeriksaan
 Di Tanah Air
◦ Puskesmas
◦ Rumah Sakit Kabupaten / Kota
◦ Embarkasi / Debarkasi Haji
 Di Pesawat
 Di Arab Saudi
◦ Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
◦ Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter
Aspiran
◦ Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehata
n
 Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan
faktor risiko calon jemaah haji.
 Tercatatnya data kondisi kesehatan dan

faktor risiko calon jemaah haji secara benar


dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah
Haji (BKJH) Indonesia.
• Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon
jemaah haji untuk memudahkan tindak lanjut
dalam pengobatan dan perawatan di perjalanan,
embarkasi haji, selama di Arab Saudi dan 14 hari
sekembalinya dari Arab Saudi.
• Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon
jemaah haji (istihito’ah) yang diberangkatkan

 Pelaksanaan pelayanan medis di tanah air
dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit
kabupaten/ kota, embarkasi/ debarkasi haji.


 Memberikan pelayanan pengobatan rawat
jalan, rawat inap bila tersedia dan rujukan ke
rumah sakit kabupaten/ kota bila diperlukan.


• Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan,
rawat inap, pemeriksaan penunjang medis
(laboratorium, EKG, foto thoraks dan lain-lain),
konsultasi dan rujukan spesialisasi
• Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter
puskesmas yang merujuk calon jemaah haji
• Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang
harus dibawa oleh calon jemaah haji risti

 Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat sementara, pemeriksaan
penunjang medis dan rujukan ke rumah sakit
yang telah ditetapkan selama calon jemaah
haji berada di asrama haji pada saat
keberangkatan
 Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh

calon jemaah haji


 Menerbitkan surat keterangan layak terbang
bagi calon jemaah haji risiko tinggi yang sakit
dan hamil
 Memantau kesehatan dan memberikan

pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat


sementara, rujukan bagi jemaah haji pada
saat sekembalinya dari Arab Saudi

 Pelayanan medis di pesawat dilaksanakan
oleh dokter dan tenaga keperawatan Kloter
 Memeriksa kelengkapan obat yang disediakan

di pesawat.
 Melakukan visite secara berkala kepada calon

jemaah haji risti.


 Memberikan pengobatan kepada jemaah haji
sakit.
 Memberikan penyuluhan kesehatan untuk

mengurangi dampak peningkatan tekanan


udara dan mabuk dalam perjalanan.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi

calon/ jemaah haji yang wafat.



 Pelayanan medis di Arab Saudi dilaksanakan
oleh dokter dan tenaga keperawatan di kloter
serta PPIH di Arab Saudi bidang kesehatan
sesuai daerah kerja


• Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
• Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
• Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat
kesehatan kloter.
• Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan dan
minum.
• Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji
yang memerlukan.
• Melakukan rujukan ke BPHI.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah
haji yang wafat.
 Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
 Memberikan pelayanan pengobatan bagi

jemaah haji yang memerlukan.


 Melakukan rujukan ke BPHI atau rumah sakit

Arab Saudi (RSAS).


• Menempatkan jemaah haji risiko tinggi dekat
petugas kesehatan.
• Melakukan visite secara berkala terutama bagi
jemaah haji risti.
• Menganjurkan calon jemaah haji cukup istirahat,
makan dan minum.
• Memberikan pelayanan kesehatan/pengobatan.
• Melakukan rujukan ke BPHI atau RSAS.
• Membuat Certificate of Death (COD) bila ada
jemaah haji yang wafat. ◄
 Memberikan pelayanan kesehatan dan
pengobatan bila diperlukan.
 Menyediakan ambulans untuk rujukan ke

BPHI atau RSAS.


 Meneruskan permintaan obat dari kloter ke

Depo.
 Membagikan jatah obat untuk kloter di

sektor.

• Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat sementara bagi jemaah haji yang
memerlukan.
• Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI
Makkah dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
• Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.
• Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
• Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai
laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
• Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak
bersama kloternya, perlu disertai resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Menyerah terimakan pasien pulang dini
beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan
mendampingi.
 Menjawab konsultasi rujukan dari dokter

kloter.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi

jemaah haji yang wafat.


 Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke
RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru).
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi

jemaah haji yang wafat.


 Memberikan pelayanan pengobatan, rawat
jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
 Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai

laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda


terima rujukan (Tru).
 Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
 Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak
bersama kloternya, perlu disertai resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Menyerah terimakan pasien pulang dini

beserta resume penyakit dan pengobatannya


(Rpp) kepada dokter kloter yang akan
mendampingi.
 Menjawab konsultasi rujukan dari dokter
kloter.
 Membuat Certificate of Death (COD) bagi

jemaah haji yang wafat.


 Memberikan pelayanan rawat jalan.
 Memberikan pelayanan rawat inap.
 Memberikan pelayanan kegawat daruratan

dan spesialistik.
 Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS

disertai formulir Lru dan Tru.


 Memberikan pelayanan kesehatan rujukan

dari kloter.   
• Memberikan pelayanan penunjang kesehatan
terbatas.
• Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
• Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang ikut
safari wukuf.
• Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit
yang memerlukan pengawasan petugas kesehatan.
• Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak
bersama kloternya disertai resume riwayat penyakit
dan pengobatannya (Rpp).
• Menyerah terimakan pasien pulang dini atau
tidak bersama kloternya beserta resume riwayat
penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter
BPHI.
• Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah
dan Madinah disertai formulir evakuasi.
• Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
• Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi
dietetik.
• Membuat Certificate of Death (COD) bagi
jemaah haji yang wafat.
 Memberikan pelayanan rawat jalan.
 Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI

Makkah atau ke RSAS disertai formulir Lru


dan Tru.
 Memberikan pelayanan kegawat daruratan.
 Memberikan pelayanan kesehatan rawat inap.
 Memberikan pelayanan kesehatan rujukan
dari kloter.
 Memberikan pelayanan penunjang kesehatan

terbatas.
 Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi

dietetik.
 Membuat certificate of Death (COD) bagi

jemaah haji yang wafat. ◄


• Tujuan
• Penatalaksanaan Imunisasi Meningitis Meningoko
kus
• Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
• Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang
(Revaksinasi)
• Kontraindikasi
• Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
• Pencatatan
•  Tujuan imunisasi meningitis meningokokus
tetravalen untuk memberikan kekebalan
tubuh terhadap penyakit Meningitis
meningokokus tertentu, sesuai dengan
vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji


• Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen
pada calon jemaah haji diberikan minimal 10 hari
sebelum keberangkatan ke Arab Saudi
• Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak
keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan
profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis
tunggal
• Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan
pemeriksaan kesehatan II di Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota.
• Komposisi Vaksin dan Kemasan
• Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat
polisacharida murni yang diambil dari bahan
Neisseria meningitidis group ACW135Y.
• Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan
multi dosis (10 dosis).
•  Cara Penyimpanan Vaksin
– Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 – 8oC
– Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar ◄
• Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut
disedot ke dalam semprit kemudian
dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok
perlahan-lahan sampai vaksin larut semua
• Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam
thermos es atau lemari es dengan suhu 2- 80
C
• Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk
umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk umur
dibawah 2 tahun
 Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan
kapas alkohol kemudian dengan
menggunakan semprit 1 cc vaksin
disuntikkan secara subkutan dalam
 Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa

vaksin yang telah dipakai tidak dapat


digunakan lagi setelah delapan jam

 Efikasi vaksin : 95 %
 Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun,

antibody terbentuk 10 hari setelah imunisasi.


 Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.


 Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka
yang peka atau alergi terhadap phenol.


• Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak
kemerahan (skin rash) yang sangat ringan dan
dapat terjadi Syok Anaphilaksis (renjatan)
• Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan
Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 – 0,3 cc
secara Intra Musculair (IM)
• Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah
haji setelah diimunisasi meningitis
meningokokus tetravalen dianjurkan menunggu
30 menit. ◄
 Setelah imunisasi meningitis meningokokus
tetravalen kemudian dicatat pada kartu
International Certificate of Vaccination (ICV):
nama calon jemaah haji, nomor paspor,
tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor
vaksin/batch number dan dosis.
 ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
atau dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP
Embarkasi/ dokter yang ditunjuk dan
distempel “Port Health Authority” (bukan
stempel dinas kesehatan kabupaten/ kota
atau puskesmas).
 Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai
bukti imunisasi Meningitis meningokokus
tetravalen harus imunisasi di pelabuhan
Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum
Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai
profilaksis.


 Tujuan
 Kegiatan
 Sasaran
  Tujuan SE kesehatan haji adalah mencegah
keluarnya penyakit menular dari Indonesia
dan masuknya penyakit menular dari luar
negeri yang mungkin terbawa oleh calon/
jemaah haji ke Indonesia, mengetahui
distribusi penyakit, kematian menurut waktu
dan tempat serta faktor risiko yang terdapat
pada calon/ jemaah haji Indonesia ◄
• Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
disiminasi data atau informasi, dilakukan sejak
calon jemaah haji melakukan pemeriksaan
kesehatan di daerah asal, diperjalanan, selama
di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab
Saudi sampai ke daerah asal selama 14 hari.
• Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat
baik di Arab Saudi, di embarkasi/ debarkasi haji
dan sekembalinya dari Arab Saudi.
 Pengamatan terhadap kesehatan lingkungan
di Indonesia dan Arab Saudi.
  Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil

pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji di


puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/
kota, laboratorium, rumah sakit dan unit-unit
rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di
Arab Saudi.
• SE dilakukan melalui jejaring surveilans
kesehatan haji (net working) sejak di tanah air
sampai dengan di Arab Saudi.
•  Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi, dilakukan dengan
menggunakan fasilitas sistem komputerisasi haji
terpadu (Siskohat) bidang kesehatan di Arab
Saudi, pusat, embarkasi/ debarkasi haji dan
dinas kesehatan provinsi yang telah tersedia
jaringan Siskohat bidang kesehatan.
 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan
diseminasi data atau informasi di puskesmas,
dinas kesehatan kabupaten/ kota dan dinas
kesehatan provinsi yang belum tersedia
jaringan Siskohat bidang kesehatan dilakukan
dengan mengirim laporan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
 Dinas kesehatan Kabupaten/ Kota bersama-
sama petugas puskesmas melaksanakan SE
paska haji dengan mengamati kondisi
kesehatan jemaah haji secara pasif dan aktif.
◦ SE secara pasif adalah jemaah haji mengirimkan
K3JH setelah 14 hari setibanya di daerah asal ke
Puskesmas pemeriksaan awal/ terdekat.
◦ SE secara aktif adalah petugas puskesmas
mengunjungi ke rumah jemaah haji untuk
mengetahui kondisi kesehatannya apabila setelah
14 hari jemaah haji tidak mengirimkan K3JH.
◦ Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota bertanggung
jawab mengkoordinasikan pelaksanaan SE yang
dilaksanakan oleh Puskesmas.
◦ Pembiayaan SE secara aktif disediakan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota.
 Pembiayaan SE kesehatan haji di Arab Saudi
bersumber pada biaya PPIH di Arab Saudi.


  Sasaran SE meliputi penyakit menular sesuai
dengan ketentuan Undang-undang Karantina,
Undang-undang Wabah Penyakit Menular,
International Health Regulation (IHR),
penyakit tidak menular, keracunan dan
kesehatan lingkungan.


 Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan Respon
KLB
 Penanggulangan KLB
 Penanggulangan Bencana dan Musibah

Massal
• Tujuan SKD dan Respon KLB
• Kegiatan SKD dan Respon KLB Calon /
Jemaah Haji
 Terwujudnya sikap tanggap petugas terhadap
kondisi yang mengancam terjadinya KLB
untuk melakukan tindakan pencegahan dan
atau tindakan dini terhadap KLB penyakit,
keracunan makanan
 Terlaksananya pemantauan, tanggap dalam
melakukan respon terhadap peningkatan
kesakitan, kematian, penurunan kinerja
pelayanan kesehatan, memburuknya sanitasi,
lemahnya pengamanan kesehatan makanan
dan penurunan status kesehatan imunitas
calon/ jemaah haji.

 Persiapan SKD dan KLB
 Kegiatan Operasional
 Kesiap-siagaan
 Lain-lain
• Identifikasi Penyakit potensial wabah pada
calon / jemaah haji Indonesia yang perlu
diwaspadai adalah penyakit Diare, Malaria,
Demam berdarah, Pes, Kholera, Yellow fever,
Meningitis meningokokus, Influenza, Rift Valley
Fever (RVF), Ebola, Hepatitis, Tifus bercak wabah
dan keracunan serta identifikasi faktor yang
berpengaruh meliputi faktor risiko pada populasi,
lingkungan, sarana dan prasarana yang tersedia
serta sumber daya manusia.
• Mekanisme pelaporan sesuai dengan jejaring SKD
respon KLB, dimulai dari tingkat puskesmas,
kabupaten, provinsi, embarkasi dan debarkasi
haji, pusat ( Ditjen PPM & PL ) selama di Arab
Saudi dan sekembalinya dari Arab Saudi. Setiap
tingkat pelaporan melibatkan pihak terkait
misalnya laboratorium kesehatan, Rumah sakit
maupun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
bidang kesehatan.
• Pelatihan dan gladi bersih. ◄
 Surveilans terhadap kejadian kesakitan dan
kematian.
 Surveilans terhadap indikator faktor risiko.
 Penyelidikan keadaan rawan KLB penyakit,

keracunan atau adanya dugaan KLB.


 Peningkatan kesiapsiagaan operasional.
 Penanggulangan KLB. ◄
• Tersedianya SDM yang terlatih dan siap pakai.
• Adanya tim ahli yang mudah diakses untuk
konsultasi dan tersedianya referensi.
• Tersedianya fasilitas komunikasi (telphone,
faximile, e-mail, website, dll).
• Tersedianya fasilitas transportasi (kendaraan
operasional, ambulance dll).
• Tersedianya prosedur kerja tetap (Protap/
SOP). ◄
• Pembiayaan SKD dan respon KLB dan
jejaringnya agar dialokasikan biaya
penanggulangan KLB di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
dan KKP.
• Biaya rujukan dan perawatan selama di
embarkasi/ debarkasi haji dan selama di Arab
Saudi dibebankan pada PPIH di embarkasi/
debarkasi dan PPIH di Arab Saudi.
 Biaya SKD dan respon KLB selama di Arab
Saudi dibebankan pada PPIH di Arab Saudi.
  Apabila KLB terjadi lintas provinsi dan

memerlukan fasilitasi dan asistensi maka


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi tempat KLB
dapat mengajukan usulan penanggulangan
KLB ke Ditjen PPM & PL.
 Di Kabupaten/ Kota termasuk wilayah
disekitar asrama haji embarkasi penanggung
jawabnya Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
 Diperjalanan lintas Kabupaten/ Kota menuju

pelabuhan embarkasi/ debarkasi-antara dan


atau embarkasi/ debarkasi haji penanggung
jawabnya adalah Dinas Kesehatan Provinsi.
 Di Asrama Transito Kabupaten/ Kota dan
Provinsi penanggung jawabnya adalah
masing-masing Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota dan Provinsi.
 Di dalam asrama haji embarkasi/ debarkasi-

antara dan di pelabuhan embakasi/


debarkasi-antara penanggung jawabnya
adalah Kepala KKP.
 Di dalam asrama haji embarkasi dan
pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji
penanggung jawabnya adalah Kepala KKP.
 Pada saat debarkasi petugas KKP mencatat
tanggal kedatangan dan membubuhkan
stempel pada Kartu Kewaspadaan Kesehatan
Jemaah Haji (K3JH) sebagai dasar pelaksanaan
SKD dan respon KLB di daerah asal.
 KLB pada calon/ jemaah haji dilaporkan
secepatnya dalam waktu 24 jam melalui
telepon, fax, email dan atau formulir WI
secara berjenjang sampai ke Ditjen PPM & PL
(Cq. Subdit Kesehatan Haji).
 Pada saat pemberangkatan calon jemaah haji
menuju asrama transito, asrama embarkasi/
debarkasi-antara atau asrama embarkasi/
debarkasi haji perlu dilakukan pengawalan
oleh tim kesehatan tempat asal calon jemaah
haji.
 Tim pengawal kesehatan terdiri dari dokter
dan tenaga keperawatan disertai fasilitas obat
dan alat kesehatan serta ambulans.
  Biaya tim pengawal kesehatan calon

jemaah haji dibebankan kepada Pemerintah


Daerah setempat.


 Tujuan
 Kegiatan Penanggulangan KLB
• Meningkatkan upaya pencegahan dan
penanggulangan KLB penyakit menular, tidak
menular, keracunan, kepada para calon/
jemaah haji agar mereka terlindungi dan
terhindar dari bahaya tersebut.
• Mencegah dan memutuskan rantai
penularan/transmisi penyakit menular yang
terbawa oleh calon/jemaah haji dari
Indonesia ke luar negeri dan atau sebaliknya.
• Menurunkan frekuensi KLB.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu KLB.
• Memperpendek periode KLB.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
KLB penyakit menular, tidak menular,
keracunan makanan.

• Menetapkan populasi rentan terhadap KLB
berdasarkan waktu, tempat dan kelompok
masyarakat.
• Melakukan upaya pencegahan melalui
perbaikan kondisi kesehatan dan lingkungan
yang menyebabkan timbulnya kerentanan
dalam suatu populasi.
• Memantapkan pelaksanaan SKD dan respon
KLB.
 Memantapkan keadaan kesiapsiagaan
menghadapi kemungkinan timbulnya KLB.
 Melakukan penyelidikan epidemiologi dan

penanggulangan pada saat terjadi KLB.


 Mengkaji data atau informasi KLB.


 Tujuan
 Kegiatan Penanggulangan dan Musibah Masal

◦ Di Indonesia
◦ Di Arab Saudi
• Meningkatkan upaya kesiapsiagaan dalam
penanggulangan bencana dan musibah
masal.
• Menurunkan jumlah kasus dan kematian
dalam suatu bencana dan musibah masal.
• Terwujudnya kesiapsiagaan petugas haji
dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana dan musibah masal.
• Mencegah timbulnya KLB penyakit menular
pasca bencana dan musibah masal
 Kegiatan Pra Bencana dan Musibah Masal
 Kegiatan Pada Saat Bencana dan Musibah

Masal
 Langkah-langkah Cepat Penilaian Kesehatan
• Membentuk Tim Penanggulangan bencana dan
musibah masal yang anggotanya terdiri dari
Ditjen PPM & PL bekerja sama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait.
• Meningkatkan SDM yang terampil yaitu SDM yang
memiliki pengetahuan tentang penanggulangan
kesehatan pada bencana, memiliki dedikasi /
kemauan untuk bekerja dalam situasi yang serba
terbatas, memiliki hubungan kerja yang baik
dengan pihak lain.
 Menyediakan sarana dan prasarana
 Menyusun prosedur kerja tetap/ SOP
 Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan

bencana dan musibah masal pada pra, saat


kejadian dan paska kejadian.


• Penilaian cepat kesehatan (Rapid Health
Asessment), merupakankegiatan untuk
mengidentifikasi dampak bencana dan
musibah masal pada kesehatan, kebutuhan
kesehatan dan prioritas kegiatan kesehatan
untuk penanggulangan.
• Penanggulangan gawat darurat medis massal
• Pelayanan kesehatan dasar, termasuk gizi
dan kesehatan keluarga.
 Surveilans penyakit menular
 Penyehatan lingkungan melalui upaya

kesehatan lingkungan.
 Pemberantasan penyakit menular.


• Pengumpulan data dan informasi kegiatan
dimulai dengan memanfaatkan peta daerah
setempat yang tersedia
• Analisis data, informasi dan penyajiannya
• Rekomendasi hasil penilaian cepat kesehatan
digunakan untuk menentukan upaya
penanggulangan selanjutnya, yang memuat
antara lain:
– Bantuan obat-obatan, bahan dan peralatan yang
diperlukan.
– Bantuan tenaga kesehatan. ◄
 Meningkatkan intensitas pelayanan dan
memberdayakan tenaga, sarana prasarana
serta optimalisasi kerjasama dengan sistem
yang telah ada di Arab Saudi.
 Meningkatkan kesiapsiagaan penanggulangan

Bencana/Musibah masal pada pra, saat


kejadian dan paska kejadian.
• Membagi tiga daerah bencana atau musibah
masal pada saat terjadi bencana yaitu : Daerah
Lingkaran Satu (DLS), Daerah Lingkaran Dua
(DLD), Daerah Lingkaran Tiga (DLT).
• Kegiatan pelaksanaan pelayanan kesehatan pada
penanggulangan bencana/musibah masal di Arab
Saudi, merupakan perwujudan kesatuan persepsi,
gerak, tindakan, komando yang terorganisasi dan
terintegrasi dengan berbagai pihak yang terkait.
• Struktur organisasi kesiapsiagaan
penanggulangan bencana atau
musibah masal mengikuti struktur
organisasi PPIH di Arab Saudi sebagai
mana tercantum dalam lembar III
terlampir.
 Unit-unit pada PPIH di Arab Saudi
 Amirul Hajj dan Naib Amirul Hajj.
 Departemen Kesehatan Kerajaan Arab Saudi
 FETP Arab Saudi
 Perwakilan Kesehatan Negara Islam Regional

Asean di Arab Saudi.


 Perwakilan Kesehatan Negara Islam secara

Internasional (OKI)
• Ditjen BIUH di Depag.( Ditgara, Ditbina, Sub Dit
Informasi )
• Siskohat Nasional Depag
• Badan Koordinasi Nasional penanggulangan
Bencana (Bakornas-PB)
• Pokja PB Bidang Kesehatan
• Pusat Penanggulangan Masalah kesehatan,
Depkes RI
• Ditjen PPM & PL ( Sub Dit Kesehatan Haji ). ◄
 Tujuan
 Kegiatan
 Pelaksanaan
 Mengendalikan faktor risiko lingkungan
untuk mewujudkan kondisi lingkungan yang
sehat, nyaman dan calon jemaah haji
terbebas dari penularan penyakit


• Penyuluhan kesehatan lingkungan dan kesehatan
perorangan (personal higyne) dilaksanakan sejak
pembinaan kesehatan calon jemaah haji di
puskesmas, kabupaten/ kota, provinsi dan
embarkasi/ debarkasi haji.
• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
rumah makan atau restoran maupun jasaboga
lainnya yang melayani calon jemaah haji dalam
perjalanan dari daerah asal ke asrama
embarkasi/ debarkasi haji.
 Melaksanakan pengamatan dan pemantauan
kesehatan lingkungan di asrama transit,
asrama embarkasi/ debarkasi haji, sanitasi
pesawat dan di pemondokan Arab Saudi.
 Melaksanakan pembinaan dan pemeriksaan

jasaboga serta pengelola makanan, minuman


di asrama transit, asrama embarkasi/
debarkasi haji dan jasaboga pesawat.
 Melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan
pengambilan usap dubur pada petugas
pengelola makanan/minuman.
 Melakukan pengamatan, pemantauan dan

pengendalian vektor penyakit di asrama


transit, asrama embarkasi/ debarkasi haji dan
pesawat.
 Pengambilan sampel makanan, minuman, air,
jajanan dan ulas alat untuk pemeriksaan
bakteriologis.
 Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan

kualitas air meliputi: pemeriksaan fisik,


mikrobiologi, kimiawi. Selain itu dilakukan
pemeriksaan PH air dan sisa chlor secara
langsung dilapangan.
 Pengambilan sampel makanan untuk
disimpan di bank sampel dalam freezer


 Di Indonesia
 Di Arab Saudi
 Tindak Lanjut
 Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan
pada penyelenggaraan kesehatan haji di
Indonesia dilaksanakan di tingkat Kabupaten/
Kota, Provinsi dan Pelabuhan Embarkasi/
Debarkasi Haji.
• Pemeriksaan dan penilaian pendahuluan
kesehatan lingkungan di Asrama Embarkasi/
Debarkasi Haji dilakukan dua tahap, yaitu :
– Pemeriksaan dan penilaian awal (pertama)
dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan lingkungan, jasaboga (asrama dan pesawat)
dan membuat rekomendasi kepada pengambil
keputusan tentang perbaikan asrama haji, sarana
sanitasi yang aman dan nyaman, perbaikan jasaboga,
dilaksanakan 3 (tiga) bulan sebelum operasional haji.
◦ Pemeriksaan kedua dimaksudkan untuk memantau
perbaikan kesehatan lingkungan dan kesiapan
asrama serta pemeriksaan kesehatan penjamah
makanan dilakukan 1 (satu) minggu sebelum
operasional haji.
◦ Khusus pengendalian vektor dilakukan 1 (satu) hari
sebelum operasional haji dan selama operasional
haji dilaksanakan oleh KKP bersama dengan Dinas
Kesehatan setempat
• Pelaksanaan pemeriksaan/ penilaian pendahuluan
sanitasi asrama embarkasi/ debarkasi haji
dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari unsur-unsur :
• Pelaksana
– Kantor Kesehatan Pelabuhan embarkasi/ debarkasi haji
(sebagai koordinator dan penanggung jawab).
– Dinas Kesehatan Provinsi tempat embarkasi haji.
– Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tempat embarkasi haji.
– Kantor Wilayah / Kantor Departemen Agama di embarkasi.
 Pembina
◦ Subdit Kesehatan Haji, Dit. Epim-Kesma Ditjen PPM
& PL.
◦ Subdit Hygiene dan Sanitasi Makanan Minuman,
Dit. PAS Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Kesehatan Pelabuhan & DP, Dit. Epim-Kesma
Ditjen PPM & PL.
◦ Subdit Hygine Sarana dan Bangunan Umum Dit. PL
Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Pengamanan Kualitas Air Dit. PAS Ditjen PPM
& PL
◦ Subdit Sanitasi Darurat, Dit. PAS Ditjen PPM & PL
◦ Subdit Pengasramaan Departemen Agama RI.
 Bangunan asrama meliputi : ventilasi,
pencahayaan, kulaitas udara, kelembaban,
kondisi lantai, kepadatan penghuni di dalam
kamar tidur, lubang asap atau fasilitas
sirkulasi udara di dapur, ruang makan,
fasilitas tangga yang aman dan pengamanan
instalasi.
 Dapur.
 Fasilitas penyediaan air bersih, pembuangan
tinja/ jamban, pembuangan sampah, fasilitas
untuk wudhu dan air limbah melalui kegiatan
inspeksi sanitasi.
 Kran-kran air, perpipaan air, titik-titik

pengambilan air (water point), tandon


(reservoir), bak-bak penampungan air melalui
kegiatan pengambilan sampel air.
 Jasaboga pesawat.
 Fasilitas umum lainnya.
 Pengawasan sanitasi lingkungan termasuk
tempat-tempat umum.
 Pengawasan hygiene sarana dan bangunan.
 Pengawasan pembuangan sampah, kotoran

dan air limbah.


 Pengawasan terhadap kualitas air,

kesinambungan dan kecukupan persediaan


air serta perilaku hygienis pengguna air.
 Pengawasan sanitasi makanan dan minuman.
 Pemeriksaan bakteriologis ulas alat makanan

(perabot) dan usap dubur.


 Pengamatan dan pemberantasan vektor

penyakit.
 Pembinaan dan Pemeriksaan kesehatan

petugas pengolah makanan.


 Pengawasan dam pengambilan sampel
makanan dan minuman katering asrama dan
katering pesawat, untuk disimpan pada bank
sampel dalam freezer dan secara periodik
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
• Memberikan penyuluhan kesehatan
perorangan (personel hygiene) maupun
sanitasi lingkungan kepada calon jemaah
haji.
• Pengambilan sampel makanan untuk
disimpan di bank sampel dalam freezer.
• Izin usaha penyelenggaraan penyediaan
makanan (jasa boga) untuk jemaah haji
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku.

 Pengamatan, Pemantauan Pemondokan dan
Jasaboga
 Pemantauan suhu dan kelembaban
• Tersedianya lift pada gedung yang lebih dari 4 lantai.
• Disetiap kamar tidur tersedia penyejuk ruangan (AC, kipas
angin) dan heater (pada saat musim dingin), ventilasi,
pencahayaan yang cukup, tempat tidur lengkap dengan
kasur dan bantal serta kunci kamar.
• Kepadatan hunian minimal 1 x 2,5 m per jemaah haji.
• Kamar mandi, W.C. 1 : 15 jemaah haji dan cukup air.
• Dapur aman, bersih dan cukup air.
• Pembuangan kotoran, air dan sampah memenuhi syarat
kesehatan.
• PH air : 6,5 – 8,5 dengan Sisa Chlor 0.2 – 0,5 mg/l (ppm).
• Tempat pengolahan dan dapur
• Penjamah makanan (food handler)
• Proses pengolahan
• Penyimpanan
• Pengangkutan
• Penyajian
• Pengambilan sampel makanan
• Tersedianya kamar mandi ( 1 : 10 orang) ◄
 Pukul 06.00 WAS
 Pukul 14.00 WAS
 Pukul 20.00 WAS


 Di Indonesia
 Di Arab Saudi
 Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan asrama
haji dan bandara, jasa boga asrama haji serta
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.
 Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan asrama haji dan bandara, jasa
boga asrama haji dan pesawat merupakan
tanggung jawab masing-masing
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji.
 Hasil pemeriksaan/ penilaian dan
pengendalian kesehatan lingkungan
pemondokan, asrama haji Madinatul Hujjaj,
jasa boga Madinatul Hujjaj, airport dan
pesawat direkomendasikan kepada
penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).
 Tindak lanjut untuk perbaikan kesehatan
lingkungan pemondokan, asrama haji
Madinatul Hujjaj, jasaboga, airport dan
pesawat merupakan tanggung jawab masing-
masing penyelenggara dan atau instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan haji
(Muassasah, Maktab, Majmu’ah, Konsulat
Jenderal, Kabid Haji dan Kadaker).

Anda mungkin juga menyukai