PENILAIAN KINERJA
KONVENSIONAL
1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment atau tingkat
pencapaian tujuan organisasi (Keban, 2000)
Sandra J Hale (dalam Salusu, 1998) menyatakan : Dua cara utama bagi organisasi
untuk mencapai kinerja yang tinggi, yaitu :
Organization level,
menekankan pada hubungan organisasi
dengan pasar dan fungsi-fungsi utamanya yang
tergambar dalam kerangka dasar struktur
organisasi serta mekanisme kerja yang ada.
Process level
menekankan pada proses kegiatan
antar fungsi.
Job/performance level
menekankan pada individu-ndividu
yang melaksanakan proses
pekerjaan.
The Nine Performance Variables
Performance Level Performance Need
Goals Design Management
Organization Organization Goals Organization Organization
Design Management
Proccess Process Goals Process Design Process
Management
Job/Performance Job Goals Job Design Job Management
Keefektifan sistem pengukuran ditentukan dari
kemampuannya memenuhi tujuan dari pengukuran
kinerja tersebut.(Sellenheim,1991;153)
Langkah –langkah
a. Sistem ukuran kinerja akan efektif apabila ada pemahaman sistem organisasi yang
mencakup tujuan, model yang tepat, cara kerja dan kinerjanya, serta strategi dan
kebijakan yang mendasarinya
b. Perlu adanya hubugan partnership yang jelas sebagai vendor sebagai perancang
sistem dan customer yaitu manajer, sehingga target sistem ukuran jelas
c. Pemahaman dalam karakteristik keputusan dan pelaksanaanya, akan sangat
membantu dalam menjalankan suatu sistem orgaisasi. Menerjemahkan orientasi
hasil yang spesifik, sehingga indikator ukuran kinerja akan lebih spesifik
d. Pemanfaatan terhadap pemahaman sistem ukuran lama untuk membangun sistem
ukuran kinerja yang lebih baik.
1.4 UKURAN KINERJA DALAM CONTINOUS
IMPROVEMENT STRATEGY MENURUT
JAMES D TARR
Pengukuran kinerja dari suatu aktivitas ataupu suatu rantai nilai ( Atkinson et al
1995:46)
TAHAP TAHAP
PERSIAPAN PENILAIAN
5.1.1 Tahap Persiapan
1. Penetuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung jawab.
Menurut Mulyadi ada tiga hal yang berkaitan yaitu :
b) Tipe Pusat • suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung
Pertanggungja jawab. Suatu pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem
waban yang mengolah masukan menjadi keluaran.
• Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam
c) Karakteristik wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena kemungkinan keluaran
Pusat pusat biaya tersebut tidak dapat diukur secara kuantitatif, atau
Pertanggungja kemungkinan manajer pusat biaya tersebut tidak dapat bertanggung
waban jawab atas biaya keluaran pusat tersebut.
Lanjutan...
2. Penetapan kriteria kinerja bagi setiap pusat pertanggungjawaban.
Menurut Mulyadi ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sbb :
1. Ukuran kriteria
tunggal
2. Ukuran kriteria
beragam
3. Ukuran kriteria
gabungan
1. Ukuran kriteria tunggal
Jika ukuran ini digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan cenderung
memutuskan usahanya pada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya
kriteria yang lain yang sama pentingnya dalam menentukan sukses tidaknya
perusahaan,sehingga jarang digunakan.
1. Liquidity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajibannya terhadap utang jangka pendek. Untuk
memalukan analisis likuiditas dapat menggunakan dua ratio,
yaitu :
Kesimpulan :
Jika rata-rata ratio lancar untuk industri yang sejenis sebesar 2,5
kali, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa current ratio PT. YUSA
dibawah rata-rata industri sejenis. Tetapi keadaan tidak
memperhatinkan karena utang lancar dapat segera dilunasi hanya
dengan menggunakan 1/ 2,3 atau sebesar 43% dari aktiva lancar
Berdasarkan laporan keuangan diatas maka quick ratio tahun 1994
adalah :
Quick Ratio = Rp. 1.400.000 – Rp. 600.000
Rp. 600.000
= 1,3
Kesimpulan :
Contoh :
Dari laporan rugi laba PT Yusa tahun 1994, dapat dihitung ratio
penutupnya sebagai berikut.
Ratio penutup = Rp 540.000
Rp 140.000
= 3,9 kali
7.1.4 Fixed Charge Coverage
Ratio ini akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan mempunyai
tingkat keamanan atas laba apabila perusahaan harus membiayai
bunga dan sewa jangka panjang.
Contoh:
Dari laporan keuangan PT Yusa tahun 1994, maka ratio penutup
tetapnya yaitu.
Ratio Penutup Tetap = Rp 540.000 + Rp 56.000
Rp 140.000 + Rp 56.000
= 3 kali
7.1.5 Cash Flow Coverage
Adalah rasio yang menunjukkan marjin sampai seberapa besar laba
operasi perusahaan dapat menutupi kebutuhan keuangannya.
Keterangan :
P: pajak
Contoh :
Jika diketahui PT Yusa mempunyai saham prioritas yang
membutuhkan pembagian deviden per tahun sebesar Rp 24.000 dan
pembayaran utang pokok sebesar Rp 84.000 per tahun. Maka CFC PT
Yusa tahun 1994 adalah sbb:
Contoh :
PT Yusa memperoleh ROI tahun 1994 sebesar:
Contoh:
ROE pada PT Yusa tahun 1994 sebesar :
Laba residu positif laba dari suatu inivestasi pada aset lebih
besar daripada ROI yang dikehendaki, maka investasi
dianggap menjanjikan
Laba residu negatif imbalan investasi tidak memadai untuk
memenuhi jumlah minimal yang dikehendaki
oleh manajemen.
Pengukuran
Efisien
Produktivitas
9.1.1 EFISIENSI
Pendekatan dalam mengukur efisiensi, yaitu:
A. Pelaporan Biaya Yang Menambah Nilai dan Tidak
Menambah Nilai
Sistem akuntansi suatu perusahaan harus membedakan antara biaya
yang menambah nilai dan tidak menambah nilai.
Keterangan:
SQ : kuantitas standar input yang diizinkan untuk output aktual
SP : Standar harga per unit suatu input
AQ : kuantitas input aktual yang digunakan aktivitas output
Contoh :
Pemicu SQ AQ SP
Aktivitas
Pemakaian BB 40.000 44.000 40,00
Pengerjaan kembali 0 10.000 9,00
Persiapan 0 6.000 60,00
Inspeksi 0 4.000 15,00
Jawab :
Laporan biaya-biaya yang menambah nilai dan tidak menambah nilai
Tdk Menambah
Aktivitas Menambah Nilai Aktual
Nilai
Pemakaian BB 1.600.000 160.000 1.760.000
Pengerjaan Kembali 0 360.000 360.000
Persiapan 0 90.000 90.000
Inspeksi 0 60.000 60.000
Total 1.600.000 670.000 2.270.000
B. Pelaporan Trend
Pelaporan ini dilakukan dengan membandingkan biaya setiap aktivitas
dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah perbaikan aktivitas
yang dinilai dengan pengurangan biaya. Jadi kita dapat melihat
penurunan biaya yang telah menambah nilai dari satu periode ke
periode berikutnya.
Laporan Biaya Trend: biaya yg tidak menambah nilai
Keterangan:
HA : Harga Aktual
HS : Harga Standar
KA : Kuantitas Aktual
KS : Kuantitas Standar
Contoh
Keterangan:
SHBB : Selisih Harga Bahan Baku
HA : Harga aktual per unit
HS : Harga standar per unit
KA : Kuantitas aktual yang digunakan
Contoh
PT Gelegar telah menentukan bahwa biaya bahan baku standar adalah
sbb:
Harga beli Rp. 348
Biaya angkut 34
Biaya penanganan 8
Potongan pembelian (10)
Rp. 400
Maka berapa selisih harga jika diketahui harga aktual Rp. 370 dan bahan
baku yang dibeli adalah 10.000 kg ?
Penyelesaian :
SHBB = (HAXHS) KA
= (370-400) 10.000
= Rp 300.000
Ini berarti bahwa perusahaan mengeluarkan Rp. 300.000 kecil dari
bahan baku standar untuk bahan baku langsung, sehingga selisih ini
menguntungkan bagi perusahaan.
2. Selisih Kuantitas Bahan
Baku Langsung
Keterangan :
STTK : Selisih tarif tenaga kerja
TA : Tarif Fleksibel
TS : Tarif Standar
JA : Jam Kerja Aktual
Contoh
PT. Gelegar menentukan bahwa bagi standar per unit adalah 2 jam
pada tarif Rp. 1.200 per jam. Tenaga kerja yang dipakai aktual
semalam bulan ini adalah 8.352 jam pada tarif Rp. 1.240 per jam,
maka selisihnya sebesar ?
Penyelesaian :
STTK = (TA – TS) JA
= (Rp. 1.240 – Rp. 1200) 8.352
= Rp. 334.080
Jadi, selisih tarif tenaga kerja tidak menguntungkan karena
perusahaan mengeluarkan Rp. 334.080 lebih besar dari standar untuk
jumlah aktual jam kerja yang dikeluarkan untuk tenaga kerja aktual
lebih tinggi daripada tarif standar.
4. Selisih Efisiensi Tenaga Kerja/ Selisih
Kuantitas Tenaga Kerja
Selisih ini mengukur biaya atau manfaat penggunaan tenaga kerja
untuk penggunaan jam kerja lebih banyak daripada yang diterapkan
oleh standar.
Rumusnya yaitu:
SETK = (JA x TS) – (JS x TS) = (JA – JS) TS
Keterangan :
SETK = Selisih Efisiensi Tenaga Kerja
JA = Jam Aktual
JS = Jam Standar
TS = Tarif Standar
Contoh
Jika diketahui jam standar adalah 8.000 jam aktual adalah 8.352
sedangkan tarif standar adalah 1.200, maka selisih efisiensinya adalah ?
Penyelesaian :
SETK = (JA – JS) TS
= (8.352 – 8000) Rp, 1.200
= Rp. 422.400
Jadi, PT Gelegar memakai 352 jam kerja lebih banyak daripada standar
yang menyebabkan selisih efisiensi yang tidak menguntungkan sebesar
Rp. 442.400
Jurnal Penutup
Beban Pokok Penjualan 756.480
Selisih tarif TK 334.080
Selisih efisiensi TK 422.400
9.1.2 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas berkenaan dengan penilaian kuantitatif
terhadap perubahan produktivitas. Tujuannya untuk menilai apakah
efisiensi produksi telah meningkat atau menurun.
KELEBIHAN
KELEMAHAN
• Memungkinkan manajer
• Penggunaan produktivitas
memuatkan usahanya
parsial secara terpisah
terhadap penggunaan
sebagai ukuran kinerja
masukan tertentu saja.
dapat menyesatkan.
• Memudahkan karyawan
• Suatu penurunan
operasional menentukan
produktivitas salah satu
kinerja produktivitasnya
masukan kemungkinan
• Untuk kepentingan
diperlukan untuk menaikkan
pengendalian operasional,
produktivitas masukan yang
seringkali standar kinerja
lain.
bersifat jangka pendek
Contoh
Dalam tahun 1991, divisi X memproduksi 11.000 unit produk
dengan mengkonsumsi 1.100 jam tenaga kerja. Harga jual
produk adalah Rp. 2500 per unit, upah tenaga kerja adalah Rp.
10,00 per jam.
Penyelesaian :
a. Produktivitas operasional = 11.000/ 1.100 = 10 unit/jam
b. Produktivitas finansial = (25 x 11.000) : 11.000 = Rp. 25,00
B. Pengukuran Produktivitas Total
Pengukuran produktivitas total yaitu produktivitas untuk
semua input sekaligus.
Pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dalam 2
kategori kondisi :
1. Perubahan, Produktivitas tanpa Pertukaran
2. Ukuran produktivitas total dengan mempertimbangkan
pertukaran
1. Perubahan, Produktivitas Tanpa
Pertukaran
Contoh
Manajer divisi X melakukan analisis perubahan produktivitas yang terjadi
dalam tahun 1992 dibandingkan dengan tahun 1991. Data keluaran dan
masukan sebagai berikut :
1991 1992
Jumlah produk yang dihasilkan 220.000 220.000
Jam tenaga kerja yang dipakai 22.000 20.000
Bahan baku yang dipakai (kg) 220.000 176.000
Harga jual produk per unit
Rp. 25 Rp. 25
(Mulyadi, 2001:471)
2. Ukuran Produktivitas Total Dengan
Mempertimbangkan Pertukaran
Contoh : Divisi A memproduksi berbagai macam produk pertukaran yang terjadi
dalam 2 tahun menunjukkan kenaikan produktivitas tenaga kerja dan energi, tapi
terjadi penurunan produktivitas bahan baku, berikut adalah data yang
bersangkutan : 1991 1992
Jumlah produk yang dihasilkan 110.000 120.000
Tenaga kerja yang dipakai (jam) 11.000 10.000
Bahan baku yang dipakai (kg) 110.000 125.000
Energi (Kwh) 100.000 200.000
Produktivitas tenaga kerja 10 12
Peroduktivitas bahan baku 1 996
Produktivitas energi 0,55 960
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10
Biaya bahan baku per kg Rp.5 Rp. 5
Biaya energi dan lain-lain per jam Rp. 6 Rp. 6
Perhitungan Kuantitas Masukan Tahun 1992 Jika Tidak
Ada Perubahan Produktivitas
Kuantitas produk Ratio produktivitas Kuantitas bebas perubahan
Tahun 1992 Tahun 1991 produktivitas
(1) (2) (1) (2)
Tenaga kerja 120.000 10.00 12.000
Bahan baku 120.000 1.00 120.000
energi 120.000 0.55 218.182
Hal ini menunjukkan bahwa laba tahun 1992 akan naik sebesar Rp.
80.908 jika tidak terjadi perbaikan produktivitas dalam tahun tersebut,
tapi karena pada tahun 1992 terjadi perbaikan produktivitas maka
laba naik sebesar Rp. 185.000 yaitu Rp. 104.092 + Rp. 80.908
(Mulyadi, 2001:473)
Kelemahan Pengukuran Kinerja Konvensional
(Hansen/Mowen, 1999: ).