perusahaan dapat mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dengan menggunakan delapan indikator rasio keuangan, yaitu ROE, ROI, rasio kas, rasio lancar, collection periods, perputaran persediaan, perputaran total asset, dan rasio modal sendiri terhadap total aktiva. Pengertian Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
adalah badan usaha yang sebagian atau seluruh kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. 3.3 Jenis-Jenis BUMN
Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Umum (Perum)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Ukuran Penilaian Kinerja BUMN Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang dilakukan berdasarkan data keuangan telah bertahun-tahun menjadi pe doman BPKP untuk menyatakan suatu BUMN/BUMD sehat atau tidak sehat. 1. Imbalan kepada pemegang saham/ return on equity (ROE) Rasio yang digunakan untuk menunjukkan besarnya pengembalian yang diperoleh pemilik perusahaan (pemegang saham) atas jumlah ekuitas yang telah ditanamkan di perusahaan.Rumus untuk menghitung ROE sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk ROE sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 2. Imbalan investasi/ return on investment (ROI) Rasio yang digunakan untuk menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang ditanam dalam bentuk aktiva.Rumus untuk menghitung ROI sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk ROI sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP- 100/MBU/2002 adalah: 3. Rasio kas (cash ratio) Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau harus dipenuhi dengan menggunakan kas maupun setara kas lainnya yang tersedia dalam perusahaan.Rumus untuk menghitung rasio kas (cash rastio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk cash ratio sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4. Rasio lancar (current ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP- 100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk current ratio sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 5. Collection periods (CP)
Rasio yang digunakan untuk menunjukkan berapa lama waktu
yang diperlukan perusahaan untuk menagih atau mengumpulkan piutangnya.Rumus untuk menghitung collection periods (CP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk collection periods (CP), sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 6. Perputaran persediaan (PP)
Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
efisensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola persediaannya. Rumus untuk menghitung perputaran persediaan (PP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk perputaran persediaan (PP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 7. Perputaran total asset/ total asset turn over (TATO)
Rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan
dalam mengelola aktivanya. Rumus untuk menghitung total assets turn over (TATO) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk total assets turn over (TATO) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 8. Rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA)
Rasio yang digunakan untuk menyatakan tingkat solvabilitas perusahaan
dalam menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: CONTOH Penilaian Kinerja BUMN Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Cabang Semarang Penilaian Kinerja Kesehatan Pada PT KAI
Kondisi Penerapan Penilaian Kinerja di PT KAI :
Penilaian kinerja PT. KAI memiliki 5 (lima) nilai utama yaitu : a. Intergritas b. Profesional c. Orientasi terhadap keselamatan d. Inovasi e. Orientasi terhadap pelayanan Adapun cara atau langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. KAI untuk melakukan penilaian kinerja adalah sebagai berikut : 1. Kantor pusat memberikan informasi atau pemberitahuan kepada daerah operasi bahwa akan dilakukan penilaian kinerja. 2. Kepala daerah operasi memberikan informasi ke unit SDM untuk mengadakan penilaian kinerja. 3. Unit SDM menetapkan setiap karyawan sebagai penilai dan siapa yang akan dinilai. 4. Unit SDM menginformasikan bahwa akan ada penilaian kinerja ke semua bagian. 5. Hasil penilaian kinerja digunakan manajer untuk pengembangan karier karyawan. Analisis Penilaian Kinerja Pada PT KAI Cabang Semarang Metode penilaian yang digunakan oleh PT. KAI yaitu metode skala peringkat, dengan menggunakan 5 nilai utama yang berisi beberapa indikator penilaian. Skor penilaian yang digunakan yaitu antara 1 (tidak efektif) sampai dengan 5 (efektif sekali). Masalah yang sering terjadi dalam penilaian kinerja di PT. KAI yaitu karyawan senior sering mengalami kesulitan dalam menggunakan sistem penilaian berbasis komputer dan karena penilaian dilakukan oleh rekan sederajat mengakibatkan penilaian cenderung menjadi tidak objektif. Hal ini tentu menyulitkan bagi manajer untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan yang sesungguhnya. Metode penilaian pada PT. KAI yang menggunakan metode skala peringkat dapat dikatakan kurang sempurna karena terdapat beberapa kelemahan seperti : 1. Efek halo : pengaruh dari kesan umum penilai atas peringkat sifat khusus dari orang yang dinilai. 2. Kecenderungan terpusat : kecenderungan dalam penilaian karyawan yang menyebabkan penilaian semua karyawan secara “rata-rata”. Sehingga sulit untuk mengetahui karyawan mana yang memiliki nilai lebih. 3. Prasangka pribadi : ketidaksenangan penilai terhadap seseorang yang dapat mempengaruhi penilaian. 4. Penghilangan criteria yang spesifik untuk membuat formulir dapat digunakan untuk berbagai jenis pekerjaan yang cendrung membatasi umpan balik yang spesifik pula sehingga melemahkan arti dari penilaian itu sendiri. Evaluasi Kinerja PT KAI Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut perlulah digunakan metode lain yaitu skala peringkat standar perilaku atau BARS (behaviourally anchored rating scale). Dengan penggunaan metode ini, subjektivitas dalam penilaian dapat dikurangi apabila PT. KAI ke depannya terus menggunakan metode peringkat grafis. Hambatan lain dalam penilaian kinerja seperti yang telah disebutkan yaitu kesulitan bagi karyawan senior dalam menggunakan sistem penilaian berbasis komputer. Untuk menanggulangi hal ini pihak penilai perlu melakukan sosialisai dan pelatihan terlebih dahulu atau penggunaan formulir penilaian kinerja bagi karyawan senior yang kemudian dapat diinput oleh unit SDM ke sistem penilaian kinerja yang terkomputerisasi dan berbasis web. Penilaian kinerja yang bersifat subjektif juga merupakan hambatan yang perlu ditanggulangi dengan penggunaan metode penilaian yang melibatkan seluruh lingkungan kerja sebagai penilai (atasan, rekan kerja, bawahan, maupun pihak eksternal). Berikut adalah gambar formulir penilaian kinerja yang digunakan PT Kereta Api Indonesia : Penilaian Kinerja GCG CONTOH Penilaian Kinerja GCG PENILAIAN KINERJA BUMN 3.2 Badan Usaha Milik Negara adalah
badan usaha yang sebagian atau seluruh
kepemilikannya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia. BUMN dapat pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan barang atau jasa bagi masyarakat. 3.3 Jenis-Jenis BUMN
Perusahaan Perseroan (Persero)
Perusahaan Jawatan (Perjan)
Perusahaan Umum (Perum)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Ukuran Penilaian kinerja bumn Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang dilakukan berdasarkan data keuangan telah bertahun-tahun menjadi pe doman BPKP untuk menyatakan suatu BUMN/BUMD sehat atau tidak sehat Untuk perusahaan BUMN, penilaian kinerja keuangan perusahaan dapat mengacu pada Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002, tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dengan menggunakan delapan indikator rasio keuangan, yaitu ROE, ROI, rasio kas, rasio lancar, collection periods, perputaran persediaan, perputaran total asset, dan rasio modal sendiri terhadap total aktiva. Rincian masing-masing indikator 4.1 Imbalan kepada pemegang saham/ return on equity (ROE) rasio yang digunakan untuk menunjukkan besarnya pengembalian yang diperoleh pemilik perusahaan (pemegang saham) atas jumlah ekuitas yang telah ditanamkan di perusahaan.Rumus untuk menghitung ROE sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP- 100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk ROE sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.2 Imbalan investasi/ return on investment (ROI) rasio yang digunakan untuk menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang ditanam dalam bentuk aktiva.Rumus untuk menghitung ROI sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP- 100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk ROI sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.3 Rasio kas (cash ratio) rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang akan segera atau harus dipenuhi dengan menggunakan kas maupun setara kas lainnya yang tersedia dalam perusahaan.Rumus untuk menghitung rasio kas (cash rastio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk cash ratio sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.4 Rasio lancar (current ratio)
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya. Rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk current ratio sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.5 Collection periods (CP)
rasio yang digunakan untuk menunjukkan berapa lama
waktu yang diperlukan perusahaan untuk menagih atau mengumpulkan piutangnya.Rumus untuk menghitung collection periods (CP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk collection periods (CP), sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.6 Perputaran persediaan (PP)
rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
efisensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola persediaannya. Rumus untuk menghitung perputaran persediaan (PP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk perputaran persediaan (PP) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.7 Perputaran total asset/ total asset turn over (TATO)
rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi
perusahaan dalam mengelola aktivanya. Rumus untuk menghitung total assets turn over (TATO) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk total assets turn over (TATO) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: 4.8 Rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA)
rasio yang digunakan untuk menyatakan tingkat solvabilitas
perusahaan dalam menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva perusahaan. Rumus untuk menghitung rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Adapun rincian skor penilaian untuk rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah: Contoh pada PT PLN
Dari hasil total skor penilaian seluruh rasio
keuangan tersebut, dapat digunakan pula untuk menilai tingkat kesehatan kinerja keuangan PT. PLN (Persero). Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. KEP- 100/MBU/2002 pasal 3, penilaian tingkat kesehatan BUMN dapat digolongkan menjadi : a. SEHAT, yang terdiri dari : b. KURANG SEHAT, yang AAA apabila total (TS) lebih terdiri dari : besar dari 95 BBB apabila 50 < TS <= 65 AA apabila 80 < TS <= 95 BB apabila 40 < TS <= 50 A apabila 65 < TS <= 80 B apabila 30 < TS <= 40
c. TIDAK SEHAT, yang terdiri
dari : CCC apabila 20 < TS <= 30 CC apabila 10 < TS <= 20 C Apabila TS <= 10 contoh Tabel 10. Penilaian Kinerja Keuangan PT. PLN (Persero) Periode 2010-2012 Sumber: Sukardi. 2005. Akuntansi Manajemen. Semarang: UPT UNNES Press.