Anda di halaman 1dari 61

BAB 13

PENILAIAN KINERJA
G C G PA D A B U M N

Reiska Ananda Ariputri


7211416122
Penilaian Kinerja BUMN
PERATURAN KINERJA BUMN

Untuk perusahaan BUMN, penilaian kinerja keuangan


perusahaan dapat mengacu pada Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002,
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dengan
menggunakan delapan indikator rasio keuangan, yaitu
ROE, ROI, rasio kas, rasio lancar, collection periods,
perputaran persediaan, perputaran total asset, dan
rasio modal sendiri terhadap total aktiva.
Pengertian Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


adalah badan usaha yang sebagian atau
seluruh kepemilikannya dimiliki oleh
Negara Republik Indonesia. BUMN
dapat pula berupa perusahaan nirlaba
yang bertujuan untuk menyediakan
barang atau jasa bagi masyarakat.
3.3 Jenis-Jenis BUMN

Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Jawatan (Perjan)

Perusahaan Umum (Perum)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)


Ukuran Penilaian Kinerja BUMN
Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang
dilakukan berdasarkan data keuangan
telah bertahun-tahun menjadi pe
doman BPKP untuk menyatakan suatu
BUMN/BUMD sehat atau tidak sehat.
1. Imbalan kepada pemegang saham/
return on equity (ROE)
Rasio yang digunakan untuk menunjukkan
besarnya pengembalian yang diperoleh
pemilik perusahaan (pemegang saham)
atas jumlah ekuitas yang telah ditanamkan
di perusahaan.Rumus untuk menghitung
ROE sesuai Keputusan Menteri BUMN
No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk ROE sesuai
Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-100/MBU/2002 adalah:
2. Imbalan investasi/ return on
investment (ROI)
Rasio yang digunakan untuk menunjukkan
tingkat pengembalian dari bisnis atas
seluruh investasi yang ditanam dalam
bentuk aktiva.Rumus untuk menghitung
ROI sesuai Keputusan Menteri BUMN
No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk ROI
sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-
100/MBU/2002 adalah:
3. Rasio kas (cash ratio)
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
yang akan segera atau harus dipenuhi dengan
menggunakan kas maupun setara kas lainnya yang
tersedia dalam perusahaan.Rumus untuk menghitung
rasio kas (cash rastio) sesuai Keputusan Menteri BUMN
No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk cash ratio sesuai
Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-100/MBU/2002 adalah:
4. Rasio lancar (current ratio)

Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan
aktiva lancarnya. Rumus untuk menghitung rasio lancar
(current ratio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-
100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk
current ratio sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
5. Collection periods (CP)

Rasio yang digunakan untuk menunjukkan berapa lama waktu


yang diperlukan perusahaan untuk menagih atau mengumpulkan
piutangnya.Rumus untuk menghitung collection periods (CP)
sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk
collection periods (CP), sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
6. Perputaran persediaan (PP)

Rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana


efisensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola
persediaannya.
Rumus untuk menghitung perputaran persediaan (PP) sesuai
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk perputaran
persediaan (PP) sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
7. Perputaran total asset/ total asset turn over
(TATO)

Rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan


dalam mengelola aktivanya.
Rumus untuk menghitung total assets turn over (TATO)
sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk total
assets turn over (TATO) sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
8. Rasio total modal sendiri terhadap total asset
(TMS terhadap TA)

Rasio yang digunakan untuk menyatakan tingkat solvabilitas perusahaan


dalam menunjukkan besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai
seluruh aktiva perusahaan.
Rumus untuk menghitung rasio total modal sendiri terhadap total asset (TMS
terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk rasio total
modal sendiri terhadap total asset
(TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
CONTOH
Penilaian Kinerja BUMN Pada PT Kereta
Api Indonesia (KAI) Cabang Semarang
Penilaian Kinerja Kesehatan Pada PT KAI

Kondisi Penerapan Penilaian Kinerja di PT KAI :


Penilaian kinerja PT. KAI memiliki 5 (lima) nilai utama
yaitu :
a. Intergritas
b. Profesional
c. Orientasi terhadap keselamatan
d. Inovasi
e. Orientasi terhadap pelayanan
Adapun cara atau langkah-langkah yang dilakukan oleh PT. KAI
untuk melakukan penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
1. Kantor pusat memberikan informasi atau pemberitahuan
kepada daerah operasi
bahwa akan dilakukan penilaian kinerja.
2. Kepala daerah operasi memberikan informasi ke unit SDM
untuk mengadakan
penilaian kinerja.
3. Unit SDM menetapkan setiap karyawan sebagai penilai dan
siapa yang akan dinilai.
4. Unit SDM menginformasikan bahwa akan ada penilaian
kinerja ke semua bagian.
5. Hasil penilaian kinerja digunakan manajer untuk
pengembangan karier karyawan.
Analisis Penilaian Kinerja Pada PT KAI
Cabang Semarang
Metode penilaian yang digunakan oleh PT. KAI yaitu
metode skala peringkat, dengan menggunakan 5 nilai
utama yang berisi beberapa indikator penilaian. Skor
penilaian yang digunakan yaitu antara 1 (tidak efektif)
sampai dengan 5 (efektif sekali).
Masalah yang sering terjadi dalam penilaian kinerja di
PT. KAI yaitu karyawan senior sering mengalami
kesulitan dalam menggunakan sistem penilaian berbasis
komputer dan karena penilaian dilakukan oleh rekan
sederajat mengakibatkan penilaian cenderung menjadi
tidak objektif. Hal ini tentu menyulitkan bagi manajer
untuk mengetahui bagaimana kinerja karyawan yang
sesungguhnya.
Metode penilaian pada PT. KAI yang menggunakan metode skala peringkat dapat dikatakan
kurang sempurna karena terdapat beberapa kelemahan seperti :
1. Efek halo : pengaruh dari kesan umum penilai atas peringkat sifat khusus dari orang yang
dinilai.
2. Kecenderungan terpusat : kecenderungan dalam penilaian karyawan yang
menyebabkan penilaian semua karyawan secara “rata-rata”. Sehingga sulit untuk
mengetahui karyawan mana yang memiliki nilai lebih.
3. Prasangka pribadi : ketidaksenangan penilai terhadap seseorang yang dapat
mempengaruhi penilaian.
4. Penghilangan criteria yang spesifik untuk membuat formulir dapat digunakan untuk
berbagai jenis pekerjaan yang cendrung membatasi umpan balik yang spesifik pula
sehingga melemahkan arti dari penilaian itu sendiri.
Evaluasi Kinerja PT KAI
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut perlulah digunakan metode lain yaitu skala peringkat standar
perilaku atau BARS (behaviourally anchored rating scale). Dengan penggunaan metode ini, subjektivitas dalam
penilaian dapat dikurangi apabila PT. KAI ke depannya terus menggunakan metode peringkat grafis.
Hambatan lain dalam penilaian kinerja seperti yang telah disebutkan yaitu kesulitan
bagi karyawan senior dalam menggunakan sistem penilaian berbasis komputer. Untuk
menanggulangi hal ini pihak penilai perlu melakukan sosialisai dan pelatihan terlebih dahulu atau penggunaan
formulir penilaian kinerja bagi karyawan senior yang kemudian dapat diinput oleh unit SDM ke sistem penilaian
kinerja yang terkomputerisasi dan berbasis web.
Penilaian kinerja yang bersifat subjektif juga merupakan hambatan yang perlu
ditanggulangi dengan penggunaan metode penilaian yang melibatkan seluruh lingkungan kerja sebagai penilai
(atasan, rekan kerja, bawahan, maupun pihak eksternal).
Berikut adalah gambar formulir penilaian kinerja yang digunakan PT
Kereta Api Indonesia :
Penilaian Kinerja GCG
CONTOH
Penilaian Kinerja GCG
PENILAIAN KINERJA
BUMN
3.2 Badan
Usaha Milik
Negara adalah

badan usaha yang sebagian atau seluruh


kepemilikannya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia. BUMN dapat pula
berupa perusahaan nirlaba yang
bertujuan untuk menyediakan barang
atau jasa bagi masyarakat.
3.3 Jenis-Jenis BUMN

Perusahaan Perseroan (Persero)

Perusahaan Jawatan (Perjan)

Perusahaan Umum (Perum)

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)


Ukuran Penilaian
kinerja bumn
Ukuran kinerja BUMN/BUMD yang
dilakukan berdasarkan data keuangan
telah bertahun-tahun menjadi pe doman
BPKP untuk menyatakan suatu
BUMN/BUMD sehat atau tidak sehat
Untuk perusahaan BUMN, penilaian kinerja keuangan
perusahaan dapat mengacu pada Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002, tanggal 4 Juni 2002,
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN dengan
menggunakan delapan indikator rasio keuangan, yaitu
ROE, ROI, rasio kas, rasio lancar, collection periods,
perputaran persediaan, perputaran total asset, dan
rasio modal sendiri terhadap total aktiva.
Rincian masing-masing indikator
4.1 Imbalan kepada pemegang saham/
return on equity (ROE)
rasio yang digunakan untuk menunjukkan
besarnya pengembalian yang diperoleh pemilik
perusahaan (pemegang saham) atas jumlah
ekuitas yang telah ditanamkan di
perusahaan.Rumus untuk menghitung ROE
sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-
100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk ROE sesuai
Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-100/MBU/2002 adalah:
4.2 Imbalan investasi/ return on
investment (ROI)
rasio yang digunakan untuk menunjukkan
tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
investasi yang ditanam dalam bentuk
aktiva.Rumus untuk menghitung ROI sesuai
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-
100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk ROI sesuai
Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
4.3 Rasio kas (cash ratio)
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
yang akan segera atau harus dipenuhi dengan
menggunakan kas maupun setara kas lainnya yang
tersedia dalam perusahaan.Rumus untuk menghitung
rasio kas (cash rastio) sesuai Keputusan Menteri BUMN
No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk cash ratio sesuai
Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-100/MBU/2002 adalah:
4.4 Rasio lancar (current ratio)

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan


perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek
dengan aktiva lancarnya. Rumus untuk menghitung rasio
lancar (current ratio) sesuai Keputusan Menteri BUMN No.
KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk
current ratio sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
4.5 Collection periods (CP)

rasio yang digunakan untuk menunjukkan berapa lama


waktu yang diperlukan perusahaan untuk menagih atau
mengumpulkan piutangnya.Rumus untuk menghitung
collection periods (CP) sesuai Keputusan Menteri BUMN
No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk
collection periods (CP), sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
4.6 Perputaran persediaan (PP)

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana


efisensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola
persediaannya.
Rumus untuk menghitung perputaran persediaan (PP)
sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk perputaran
persediaan (PP) sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
4.7 Perputaran total asset/ total asset turn
over (TATO)

rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi


perusahaan dalam mengelola aktivanya.
Rumus untuk menghitung total assets turn over (TATO)
sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk total
assets turn over (TATO) sesuai Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
4.8 Rasio total modal sendiri terhadap total
asset (TMS terhadap TA)

rasio yang digunakan untuk menyatakan tingkat solvabilitas


perusahaan dalam menunjukkan
besarnya modal sendiri yang digunakan untuk mendanai seluruh aktiva
perusahaan.
Rumus untuk menghitung rasio total modal sendiri terhadap total asset
(TMS terhadap
TA) sesuai Keputusan Menteri BUMN No. KEP-100/MBU/2002 adalah:
Adapun rincian skor penilaian untuk rasio total
modal sendiri terhadap total asset
(TMS terhadap TA) sesuai Keputusan Menteri
BUMN No. KEP-100/MBU/2002
adalah:
Contoh pada PT PLN

Dari hasil total skor penilaian seluruh rasio


keuangan tersebut, dapat digunakan pula
untuk menilai tingkat kesehatan kinerja
keuangan PT. PLN (Persero).
Menurut Keputusan Menteri Badan
Usaha Milik Negara No. KEP-
100/MBU/2002 pasal 3, penilaian
tingkat kesehatan BUMN dapat
digolongkan menjadi :
a. SEHAT, yang terdiri dari : b. KURANG SEHAT, yang
AAA apabila total (TS) lebih terdiri dari :
besar dari 95 BBB apabila 50 < TS <= 65
AA apabila 80 < TS <= 95 BB apabila 40 < TS <= 50
A apabila 65 < TS <= 80 B apabila 30 < TS <= 40

c. TIDAK SEHAT, yang terdiri


dari :
CCC apabila 20 < TS <= 30
CC apabila 10 < TS <= 20
C Apabila TS <= 10
contoh
Tabel 10. Penilaian Kinerja Keuangan PT. PLN
(Persero) Periode 2010-2012
Sumber:
Sukardi. 2005. Akuntansi Manajemen. Semarang: UPT UNNES Press.

Anda mungkin juga menyukai