Anda di halaman 1dari 11

Du Pont Analysis System to Assess Financial Performance PT.

Semen Indonesia
(Persero) Tbk. Before and After Acquisition

SHELY NORA
115020200111022
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Jalan M.T. Haryono 165 Malang
shelynora@gmail.com

Supervisor:
Dr. KUSUMA RATNAWATI, SE., MM

ABSTRACT
This study aims to determine the financial performance of PT Semen
IndonesiaTbk before and after the acquisition of Thang Long Cement, Vietnam. This
study uses a model of du pont system consisting of the calculation of net profit
margin, total asset turnover, return on investment, debt ratio, and return on equity.
The object of this research is PT Semen Indonesia Tbk period 2010-2014. This
research is quantitative descriptive with case study approach that describes the state
of the financial performance of PT Semen Indonesia Tbk between before and after the
acquisition.
The results showed that the company's profit margin margin fluctuated and
tended to decrease, but actually improved on the time of acquisition. TATO value of
the company prior to the acquisition decreased, and now improved and stabilized
after the acquisition. ROI is the constant company declined over the last five years. In
terms of financing, the proportion of debt is the highest in the year of acquisition, and
declined thereafter. ROE value of the company prior to the acquisition of decline, but
it improved at the time of acquisition, then back downhill.

Keywords: financial performance, acquisitions, system du pont


PENDAHULUAN
Adanya peningkatan jumlah permintaan terhadap semen yang begitu pesat
membuat industri semen nasional dituntut untuk dapat memenuhi tingginya angka
permintaan semen. Peningkatan unit produksi dan optimalisasi produksi perlu
diterapkan oleh industri semen nasional. Menurut Menteri Perindustrian M.S.
Hidayat, pengembangan industri semen masih sangat prospektif, sehingga pemerintah
terus membuka peluang bagi investor untuk mendirikan perusahaan semen di Pulau
Jawa, Kalimantan dan Papua (www.republika.co.id). Mendirikan bisnis baru di
Indonesia tergolong tidak mudah. Menurut laporan peringkat indeks doing business
2014 yang diterbitkan oleh World Bank, Indonesia menduduki peringkat 120 sebagai
Negara yang tergolong tidak mudah dalam melakukan bisnis baru (www.indonesia-
investments.com). Kondisi ini membuat banyak pelaku bisnis yang menerapkan
strategi perluasan bisnis dalam menjawab tantangan global.
Strategi perluasan bisnis juga diharapkan dapat memberikan output dan
outcome yang lebih baik, serta dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.
Kondisi inilah yang ditangkap oleh para pelaku bisnis, khususnya di bidang industri
semen untuk memilih strategi merger ataupun akuisisi sebagai upaya dalam
melakukan ekspansi usaha dalam skala yang lebih besar serta sebagai upaya
pemenuhan angka kebutuhan semen yang semakin meningkat..
Strategi akuisisi inilah yang akhirnya dipilih oleh PT. Semen Indonesia Tbk.
dengan tujuan pengembangan (enhancement) dan perluasan (enlargement)
perusahaan. Pada tanggal 14 November 2012, PT. Semen Gresik Tbk. (sekarang PT.
Semen Indonesia Tbk.) resmi mengakuisisi Thang Long Cement, yang merupakan
pabrik semen Vietnam dengan membeli 70% saham atau disebut juga sebagai akuisisi
saham.
Salah satu cara untuk mengukur kesuksesan pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan terkait keputusan akuisisi yaitu melalui pengukuran terhadap
kinerja keuangan perusahaan, baik sebelum maupun sesudah melakukan akuisisi.
Perbedaan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi adalah kinerja
keuangan yang meningkat ataupun mengalami penurunan. Kinerja keuangan
perusahaan yang mengalami peningkatan merupakan prestasi dari keputusan akuisisi
yang dilakukan, dan sebaliknya kinerja keuangan perusahaan yang mengalami
penurunan menunjukan bahwa keputusan akuisisi yang diambil perusahaan kurang
tepat.
Menurut Brigham dan Houston (2011) perhitungan sistem Du Pont terdiri atas
Basic Du Pont System dan Modified Du Pont System (memasukan unsur multiplier
equity). Pada Basic Du Pont System ROI dihasilkan melalui perkalian antara
keuntungan dan komponen penjualan (rasio profitabilitas) dengan efisiensi total aset
(rasio aktivitas) dalam menghasilkan keuntungan. Pada Modified Du Pont System
ROI dikalikan dengan multiplier equity (menunjukan proporsi total aset yang dibiayai
dengan menggunakan ekuitas biasa) untuk memperoleh nilai ROE. Menurut
Syamsuddin (2008) nilai ROE pada perhitungan sistem Du Pont yang dimodifikasi
dapat diperoleh dengan membagi nilai ROI dengan (1- Debt Ratio). Formula ini
memasukan unsur financial leverage yaitu Debt ratio (menunjukan proporsi total aset
yang dibiayai dengan utang). Melalui sistem Du Pont, manajemen dapat melakukan
evaluasi kinerja keuangan, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai dasar
penetapan kebijakan dan strategi perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini berjudul
“Analisis Sistem Du Pont Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Sebelum dan Sesudah Akuisisi”.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuisisi
Menurut Fuady (2008) akuisisi adalah setiap perbuatan hukum untuk
mengambil alih seluruh atau sebagian besar saham dan atau aset dari perusahaan lain.
Apabila yang diambil alih adalah saham, maka dengan akuisisi tersebut beralih pula
pengendalian terhadap perusahaan yang terakuisisi.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi yang merangkum seluruh kegiatan
(aktivitas) perusahaan. Menurut Sugiono dan Untung (2008). Laporan keuangan pada
perusahaan merupakan hasil akhir dari kegiatan akuntansi (siklus akuntansi) yang
mencerminkan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.
Analisis Laporan Keuangan
Leopold dan John dalam Meisaroh (2013) memberikan pengertian bahwa
analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analisis atas
laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan
hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Subramanyam dan John (2010), Analisis rasio keuangan dapat
menginterpretasikan posisi keuangan, sehingga dapat memberi gambaran tentang baik
atau buruknya kondisi keuangan perusahaan.

Kinerja Keuangan
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan
sebuha prestasi bagi pihak manajemen. Pengukuran prestasi kerja atau penilaian
kinerja perusahaan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan baik oleh
pihak internal maupun pihak eksternal.
Analisis System Du Pont
Salah satu metode yang digunakan dalam analisis kinerja keuangan suatu
perusahaan adalah menggunkan sistem Du Pont. Du Pont System dikembangkan oleh
manajemen Du Pont Corporation Amerika untuk tujuan pengandalian divisi. Sistem
Du Pont adalah suatu sistem analisis yang dapat menunjukan hubungan antara Return
On Investment, Assets Turnover, dan Profit Margin (Munawir, 2007). Return On
Investment (ROI) rasio keuntungan neto sesudah pajak dengan jumlah investasi
(aktiva) sehingga dalam sistem Du Pont juga diperhitungkan bunga dan pajak. Du
Pont juga merupakan suatu analisis yang menghubungkan berbagai macam rasio
tertentu untuk meningkatkan ROI dengan profit margin dan assets turnover.

METODE PENELITIAN
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan studi kasus. Studi pada penelitian ini adalah pada laporan keuangan
tahunan PT. Semen Indonesia Tbk. tahun 2010-2014. Hal ini dikarenakan perusahaan
baru saja melakukan strategi akuisisi pada tahun 2012, sehingga nantinya kinerja
keuangan perusahaan akan digambarkan ke dalam dua periode, yaitu periode sebelum
akuisisi, yaitu dua tahun terakhir sebelum perusahaan melakukan akuisisi (2010-
2011) serta periode setelah akuisisi, yaitu pada dua tahun pertama setelah perusahaan
melakukan akuisisi (2013-2014).
Di dalam penelitian ini, laporan keuangan tahunan PT. Semen Indonesia Tbk.
dianalisis secara kuantitatif menggunakan perhitungan sistem Du Pont yang
dimodifikasi. Analisis menggunakan perhitungan sistem Du Pont dimaksudkan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari perhitungan sistem Du Pont
kemudian dianalisis menggunakan analisis garis waktu atau timeseriesanalysis.

PEMBAHASAN
PenghitunganNet Profit Margin
Perhitungan net profit margin perusahaan digunakan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih jika dibandingkan
dengan jumlah penjualan bersih. Perhitungan net profit margin PT. Semen Indonesia
Tbk. periode tahun 2010-2014 disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1 Perhitungan Net Profit Margin PT. Semen Indonesia Tbk. Tahun 2010-
2014
Net Profit Total
Year NetSales TotalExpenses Operating Margin Expenses/Net
Income (%) Sales(%)
2010 14,344,188,70 10,685,074,608 3,659,114,098 25.51% 74.49%
2011 616,378,793,75 12,423,521,246 3,955,272,512 24.15% 75.85%
2012 819,598,247,88 14,671,608,037 4,926,639,847 25.14% 74.86%
2013 424,501,240,7819,146,942,259 5,354,298,521 21.85% 78.15%
2014 0
26,987,035,13 21,413,457,856 5,573,577,279 20.65% 79.35%
5 Data diolah 2015
Sumber:

Pada tabel 1 diketahui bahwa secara umum, baik nilai net sales, total
expenses, dan net operating income mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
tetapi nilai profit margin berfluktuasi setiap tahunnya. Secara umum, fluktuasi nilai
profit margin dapat disebabkan oleh adanya peningkatan atau penurunan persentase
total biaya terhadap penjualan.
Sebelum akuisisi perusahaan mengalami penurunan nilai profit margin
sebesar 1.36% pada tahun 2011. Menurunnya nilai profit margin pada periode
sebelum akuisisi dipengaruhi oleh adanya peningkatan total biaya sebesar 16.27%
(yoy) yang persentasenya lebih besar dari pada persentase peningkatan penjualan
sebesar 14.18% (yoy) . Adapun yang paling mempengaruhi peningkatan biaya ini
berasal dari beban pokok pendapatan. Pada tahun 2010 persentase beban pokok
pendapatan atas penjualan adalah sebesar 52.52%, sedangkan pada tahun 2011
meningkat menjadi 54.28% Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan biaya
dalam menghasilkan penjualan menurun. Pergerakan nilai profit margin dan
persentase total biaya menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Jika
persentase total biaya terhadap penjualan meningkat, maka nilai profit margin akan
mengalami penurunan, dan begitu pula sebaliknya.
Pasca akuisisi, nilai profit margin meningkat hanya pada tahun 2012 sebesar
0.99% dari tahun sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 25.14%. Hal ini dikarenakan net
sales perusahaan meningkat 19.66% (yoy), sementara total biaya perusahaan hanya
mengalami peningkatan sebesar 18.10% (yoy). Namun pada tahun 2013 dan 2014,
nilai profit margin perusahaan kembali mengalami penurunan masing-masing
mencapai 3.29% (yoy) dan 1.2% (yoy). Hal ini disebabkan meskipun penjualan
bersih meningkat tajam, masing-masing mencapai 25.02% (yoy) dan 10.15% (yoy)
namun total biaya justru mengalami kenakan yang jauh lebih tinggi yaitu mencapai
30.50%(yoy) dan 11.84% (yoy). Pada periode setelah akuisisi manajemen menjadi
semakin tidak efisien dalam mengelola biaya untuk menghasilkan penjualan. Inilah
yang membuat profit margin menurun dan secara tidak langsung akan berpengaruh
pada menurunnya nilai ROI.

PerhitunganTotal AssetsTurnover (TATO)


Perhitungan total assets turnover PT. Semen Indonesia Tbk. periode tahun
2010-2014 dijabarkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Perhitungan Total AssetsTurnover PT. Semen Indonesia Tbk. Tahun
2010-2014

Year FixedAssets CurrentAssets TotalAssets NetSales TATO


2010 8,217,131,017 7,345,867,929 15,562,998,946 14,344,188,706 0.92
2011 12,015,457,916 7,646,144,851 19,661,602,767 16,378,793,758 0.83
2012 18,347,786,681 8,231,297,105 26,579,083,786 19,598,247,884 0.74
2013 20,820,773,722 9,972,110,370 30,792,884,092 24,501,240,780 0.80
2014 22,666,121,352 11,648,544,675 34,314,666,027 26,987,035,135 0.79
Sumber: data diolah, 2015
Fluktuasi nilai TATO seperti terlihat pada Gambar 2 secara umum pengaruhi
oleh peningkatan total aset setiap tahunnya yang jauh lebih besar dari pada nilai
penjualan bersih. Pada periode sebelum akuisisi, yaitu tahun 2010 dan 2011, nilai
TATO perusahaan masing-masing sebesar 0.92 kali dan mengalami penurunan
menjadi 0.83 kali. Penurunan nilai TATO pada tahun 2011 ini dikarenakan oleh
adanya penambahan jumlah total aset yang jauh lebih besar yaitu sebesar 26.34% dari
pada peningkatan nilai penjualan bersih yang dihasilkan perusahaan sebesar 14.18%.
Dari peningkatan nilai total aset yang ada, penambahan jumlah aset tetap adalah
sebesar 46.22%, sementara sisanya berasal dari peningkatan aset lancar yang hanya
meningkat sebesar 4.09%. Peningkatan totalasettetapyang paling mencolok berasal
dari aset-aset yang masih dalam penyelesaian.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pada periode sebelum melakukan akuisisi,
perusahaan sudah memiliki penambahan aset tetap dalam jumlah besar yang sifatnya
masih dalam penyelesaian (constraction in progress) yang diestimasikan akan selesai
pada tahun 2012-2013. Aset yang masih dalam penyelesaian belum dapat digunakan
dalam kegiatan operasional perusahaan, sehingga kemampuan aset dalam
menghasilkan penjualan belum optimal.
Pada tahun terjadinya akuisisi, yaitu tahun 2012, nilai TATO perusahaan
justru semakin menurun menjadi 0.74 kali. Proporsi peningkatan nilai penjualan
bersih sebesar 19.66% dan penambahan total aset sebesar 35.18% yang tidak
seimbang membuat nilai TATO menjadi semakin menurun. Angka yang cukup tinggi
ini diwarnai oleh penambahan jumlah aset tetap yang meningkat sebesar 52.70%
sedangkan aset lancarhanya mengalami peningkatan sebesar 7.65%.
Pada tahun 2013, nilai TATO perusahaan mengalami peningkatan menjadi
0.80 kali. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kemampuan perusahaan dalam
mengelola aset untuk menghasilkan penjualan menjadi semakin efektif. Peningkatan
nilai TATO pada tahun 2013 dikarenakan beberapa aset yang sebelumnya bersifat
masih dalam penyelesaian, pada tahun ini sudah selesai sebagian dan sudah bisa
dioperasikan, sehingga kemampuan aset dalam menghasilkan penjualan mengalami
peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Usaha ini juga diikuti oleh pencapaian
perusahaan yang berhasil mencetak peningkatan angka penjualan bersih terbesar
selama lima tahun terakhir yaitu 25.02% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2014, nilai TATO perusahaan cenderung stabil jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, yaitu senilai 0.79 kali. Kondisi ini menunjukkan bahwa
efektivitas pengelolaan aset untuk menghasilkan angka penjualan bersih cenderung
stabil pada tahun-tahun setelah akuisisi. Pada tahun ini nilai total aset meningkat
sebesar 11.44%, sementara nilai penjualan meningkat sebesar 10.15%.

PerhitunganReturn On Investment (ROI)


Perhitungan return on Investment (ROI) PT. Semen Indonesia Tbk.
periode tahun 2010-2014 dijabarkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan Return On Investment PT. Semen Indonesia Tbk. Tahun
2010-2014

Year ProfitMargin(%) TATO(Kali) ROI(%)


2010 25.51% 0.92 23.47%
2011 24.15% 0.83 20.04%
2012 25.14% 0.74 18.60%
2013 21.85% 0.80 17.48%
2014 20.65% 0.79 16.31%
Sumber: data diolah, 2015
Pada periode sebelum akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011, nilai ROI
adalah sebesar 23.47% dan menurun menjadi sebesar 20.04%. Menurunnya nilai ROI
pada tahun 2011 ini lebih banyak dipengaruhi oleh nilai TATO yang menurun drastis.
Pada tahun terjadinya akuisisi, nilai ROI justru semakin menurun menjadi 18.60%
yang disebabkan oleh nilai TATO yang menurun sebesar 10.84% akibat perusahaan
melakukan penambahan aset tetap yang berupa investasi pada entitas induk, investasi
properti, dan juga pabrik yang masih dalam penyelesaian. Pada tahun 2013-2014 nila
ROI mengalami penurunan masing-masing mencapai 1.12% menjadi 17.48% dan
sebesar1.17% dari tahunsebelumnyamenjadi16.31%.
Penyebab penurunan nilai ROI lebih didominasi oleh pengaruh faktor
menurunnya profit margin yang disebabkan oleh peningkatan beban pokok
pendapatan semakin meningkat pada periode setelah akuisisi. Akan tetapi, tidak
seperti tahun sebelumnya, pada dua tahun terakhir, perusahaan sudah mampu
menggunakan aset tetap dengan lebih maksimal, karena sebagian besar aset yang
pada periode sebelum akuisisi masih dalam penyelesaian, pada periode setelah
akuisisi sudah dapat digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan.

Perhitungan 1-Debt Ratio


Perhitungan 1-debt ratio PT. Semen Indonesia Tbk. periode tahun 2010-2014
dijabarkan dalam tabel 3.
Tabel 3. Perhitungan 1-Debt Ratio PT. Semen Indonesia Tbk. Tahun 2010-2014

Non Current Current Total Debt


Year Total Assets (1- DebtRatio)
Liabilities Liabilities Liabilities Ratio

2010 905,727,439 2,517,518,619 3,423,246,058 15,562,998,946 0.22 0.78

2011 2,157,368,593 2,889,137,195 5,046,505,788 19,661,602,767 0.26 0.74

2012 3,589,024,501 4,825,204,637 8,414,229,138 26,579,083,786 0.32 0.68

2013 3,691,277,680 5,297,630,537 8,988,908,217 30,792,884,092 0.29 0.71

2014 4,038,944,969 5,273,269,122 9,312,214,091 34,314,666,027 0.27 0.73

Sumber: data diolah, 2015


Pada tahun 2010, nilai debt ratio perusahaan adalah sebesar 0.22 dan nilai 1-
debt ratio adalah sebesar 0.78. Nilai ini berarti bahwa setiap 1 rupiah aset
membutuhkan pembiayaan yang 22% nya berasal dari utang dan 78% berasal dari
modal sendiri. Pada tahun 2011 total kewajiban yang dimiliki perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 47.42% dari tahun 2010. Oleh karena itu, nilai debt ratio
perusahaan juga secara otomatis turut meningkat menjadi 0.26, yang artinya bahwa
biaya yang dibutuhkan untuk membiayai total aset 26% nya berasal dari utang.
Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan total utang yang dimiliki
perusahaan, sebagian besar digunakan untuk membiayai aset tetap, karena
peningkatan total aset pada tahun 2011 didominasi oleh penambahan aset tetap. Pada
tahun 2011 perusahaan memiliki penambahan aset tetap yang sebagian besar bersifat
constraction in progress, seperti pabrik semen, pembangkit tenaga listrik, serta
kendaraan dan alat berat. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada periode sebelum
akuisisi, terjadi penambahan jumlah utang perusahaan yang sebagian besar digunakan
untuk membiayai penambahan aset tetap.
Pada proporsi penggunaan utang dalam membiayai total aset, paling besar
nilainya adalah pada saat perusahaan melakukan akuisisi, yaitu pada tahun 2012
dengan nilai debt ratio sebesar 0.32 karena perusahaan membutuhkan dana yang
cukup besar untuk membeli saham TLC. Dari peningkatan total utang yang ada,
utang jangka pendek meningkat sebesar 67.01% dan utang jangka panjang meningkat
sebesar 66.36% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pada dua tahun setelahnya
atau pada periode setelah akuisisi, proporsi penggunaan utang menurun jika
dibandingkan dengan pada saat perusahaan melakukan akuisisi yaitu masing-masing
mencapai nilai debtratio sebesar 0.29 dan 0.27. Diketahui dari catatan laporan
keuangan tahunan perusahaan bahwa menurunnya nilai utang jangka pendek pada
tahun 2014 dikarenakan perusahaan sudah tidak lagi memiliki kewajiban jangka
pendek pada bank dan pihak berelasi Vietnam.

Perhitungan Return On Equity


Perhitungan return on equity PT. Semen Indonesia Tbk. periode 2010- 2014
dijabarkan dalam tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Return On Equity PT. Semen Indonesia Tbk. Tahun 2010-
2014
Year ROI(%) (1- DebtRatio) ROE(%)
2010 23.47% 0.78 30.09%
2011 20.04% 0.74 26.96%
2012 18.60% 0.68 27.22%
2013 17.48% 0.71 24.69%
2014 16.31% 0.73 22.38%

Sumber: data diolah, 2015


Pada tahun 2010, nilai ROE perusahaan adalah sebesar 30.09. Nilai ini
merupakan nilai tertinggi dalam lima tahun terakhir dikarenakan optimalisasi
penggunaan aset dan efisiensi biaya dalam menghasilkan setiap rupiah penjualan.
Nilai ROE kemudian menurun pada tahun berikutnya, yaitu sebesar 26.96%.
Menurunnya nilai ROE disebabkan oleh penurunan nilai ROI perusahaan yang
disebabkan oleh adanya penggunaan aset yang kurang optimal serta penurunan
tingkat efisiensi penggunaan biaya atas penjualan.
Pada tahun terjadinya akuisisi, yaitu tahun 2012, nilai ROE perusahaan justru
meningkat menjadi 27.22. Peningkatan yang terjadi pada nilai ROE perusahaan
dipicu oleh menurunnya nilai 1-debt ratio yang mengindikasikan bahwa pada tahun
2012 proporsi pembiayaan berupa utang lebih besar nilainya jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebesar 32% pembiayaan berasal dari utang
dan 68% berasal dari modal sendiri. Di sisi lain, dari segi efisiensi biaya atas
penjualan, pada tahun 2012 penggunaan biaya untuk menghasilkan setiap rupiah
penjualan menjadi semakin efisien, namun optimalisasi penggunaan aset dalam
menghasilkan penjualan pada tahun 2012 masih belum terwujud. Selain itu,
perusahaan melakukan investasi berupa penambahan property pada entititas asosiasi.
Kondisi inilah yang menyebabkan nilai TATO kembali menurun pada tahun 2012
dan berdampak pada menurunnya nilai ROI. Meskipun demikian, nilai ROE tetap
meningkat dikarenakan proporsi pembiayaan berupa modal sendiri mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2013 dan 2014 nilai ROE perusahaan menurun, masing-masing
menjadi 24.69% dan 22.38%. Adanya penurunan efisiensi biaya atas penjualan yang
tidak efisien membuat nilai ROI kembali menurun. Terlebih lagi dengan adanya
penambahan proporsi pembiayaan menggunakan modal sendiri yang lebih besar dari
tahun sebelumnya membuat nilai ROE pada tahun 2013-2014 mengalami penurunan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, Sartono, 2008, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi Empat.
Yogyakarta: BPFE.
Ahmadi, 2013, Semen Indonesia Akuisisi Semen Vietnam, (Online),
(www.kabarbumn.com), diakses 15 Januari 2015.
Ahmed Arif Almazari, 2012, Financial Performance Analysis of the Jordanian Arab
Bank by Using the DuPont System of Financial Analysis, International
Journal of Economics and Finance Vol. 4, No. 4; April 2012.
Alexander, H., 2015, Tren Properti 2015: Positif di Semua Subsektor, (Online),
(www.properti.kompas.com), diakses 15 Januari 2015.
Amin, M., 2014, Permintaan Semen Meningkat, (Online), (www.republika.co.id),
diakses 19 Januari 2015.
Arief Setiawan, 2012. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Melakukan Merger.. Skripsi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya Malang.
Brigham, Eugene dan Houston, Joel, 2010, Dasar-dasar Manajemen Keuangan,
Terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto, Penerbit PT. Salemba Empat, Jakarta.
David Lianto, 2013, Penilaian Kinerja Keuangan Perusahaan Menggunakan Analisis
Du Pont (Studi perbandingan PT. Hanjaya Mandala Sampoerna dan PT.
Gudang Garam periode 2008-2010, Jurnal JIBEKA, Volume 7, No.2, Agustus
2013: 25-31.
Fahmi Irham, 2011, Analisis Kinerja Keuangan, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Firda Meisaroh, 2013, Analisis Sistem Du Pont Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan (Studi pada PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. periode 2007-
2011), Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Floyd A. Beams., Joseps H. Anthony., obin P. Clement., & Suzanne H. Lowensohn.
(2009). Akuntansi Lanjutan (Jilid 1, Edisi 9). Erlangga, Jakarta.
Fred R. David, 2009, Manajemen Strategis. Salemba Empat, Jakarta.
Galih. 2014. 2015, Ekonomi Tumbuh 5,8 Persen, (Online), (www.jpnn.com), diakses
16 Januari 2015.
Harahap, Sofyan Safrie, 2006, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
Jakarta.
Jatmiko, B. 2014. Iklim Investasi Indonesia Makin Kompetitif, (Online),
(www.bisniskeuangan.kompas.com), diakses 17 Januari 2015.
Kamaluddin dan Indriani, 2012, Manajemen Keuangan Konsep Dasar dan
Penerapannya (Edisi Revisi), CV. Mondar Maju, Bandung.
Kasmir, 2010, Analisis Laporan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lukman Syamsuddin, 2008, Manajemen Keuangan Perusahaan, PT Rajawali Pers,
Jakarta.
Mamduh dan Hanafi, 2008, Manajemen Keuangan (Edisi 1), BPFE, Yogyakarta.
Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif (Jilid
1), Bayu Media Publishing, Malang.
Munawir, 2010, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009, Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk
Akuntansi dan Manajemen, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Qamar Abbas, et al. 2014, Analysis of Pre and Post Merger and Acquisition Financial
Performance of Banks in Pakistan, Journal of Information Management and
Business review Vol.64, No. 4; August 2014.
Ronald Aryanto, 2012. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan
(Studi pada PT. Semen Gresik Tbk. periode 2006-2010). Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.
Sekaran, Uma, 2006, Research Methods for Business, Metodologi Penelitian Untuk
Bisnis. Terjemahan oleh Kwan Men Yon, Penerbit PT Salemba Empat,
Jakarta.
Setia Atmaja, 2007, Manajemen Keuangan: Teori dan Praktik. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Setya, B. 2014. Peringkat Indeks Doing Business 2014, (Online), (www.indonesia-
investments.com), diakses 15 Januari 2015.
Subramanyam, K.R. dan John, W. 2010. Analisis Laporan Keuangan: Konsep dan
Aplikasi, Buku Satu, Edisi Kedelapan, Terjemahan oleh Yanivi S. Penerbit
PT. Salemba Empat, Jakarta.
Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori & Praktek. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sugiono dan Untung, 2009, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan
(Pengetahuan Dasar bagi Mahasiswa dan Praktisi Keuangan), PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai