Anda di halaman 1dari 20

Good Corporate Governance di

BUMN dan Perbankan


KELOMPOK 1
• MAWARNI RAMBE (142190036)
• BINSAR ALEXANDER HALOMOAN (142190043)
• PUJI MUHARDINI (142190168)
GCG DI BUMN
1. PROGRAM KEMITRAAN DAN
BINALINGKUNGAN DI BUN

● Regulasi PKBL
Kementrian BUMn telah menerbitkan Peraturan Menteri BUMN No.Per05/MBU/2007
tanggal 27 april 2007 tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program
bina lingkungan

● Kendala PKBL
- Penerima dana program sebagian tidak tepat sasaran
- Tingkat kemacetan kredit masi cukup tinggi
- Sebagian penggunaan dana tidak digunakan untuk mengembangkan usaha
- Masih ada anggapan bahwa penerima daa itu merupakan hibah sehingga tidak perlu
dikembalikan
2. Kontrak Manajemen/ Statement Of
Corporation Intent

 SCI berisi janji janji atau pernyataan direksi untuk memenuhi segala target yang
ditetapkan oleh pemegang saham.
 Tujuan penyusunan SCI untuk menciptakan indikator kinerja BUMN yang transparan,
dalam rangka memastikan pencapaian kinerja BUMN yang optimal, dan mendukung
pemanfaatan sumber daya secara efisien dan efektif.
 Penerapan SCI berkaitan dengan penerapan prinsip GCG ( transparansi, akuntabilitas,
keadilan dan responsibilitas) dengan mempublikasikan kepada masyarakat agar dapat ikut
serta dalam mengawasi kinerja BUMN
 Isi SCI terdapat 12 informasi
3. Uji kepatuhan dan Kelayakan Direksi
BUMN

Merupakan salah satu proses yang harus dilakukan kementrian BUMN dalam rangka
rekrutmen calon direksi BUMN, dengan ketentuan :
1. Anggota direksi diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas kepemimpinan,
pengalaman, kejujuran, perilaku yang baik serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan
dan mengembangkan persero
2. Pengangkatan anggota direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan
3. Calon anggota direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakann dan kepatutan wajib
menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai
anggota direksi

Dengan disertai persyaratan formal, materiil dan lainnya


4. PENGELOLAAN ASET TETAP BUMN

 Sesuai dengan definisi aset tetap yaitu aset berwujud yang digunakan dalam opersi
BUMN tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan memeiliki
masa manfaat lebih dari satu tahun.
 Pedoman Pendayagunaan Aset Tetap BUMN perlu diperhatikan adanya keputusan menteri
keuangan maupun BUMN oleh manajemen BUMN agar tidak terrjadi hal hal yang
merugikan aset BUmN seperti tukar menukar barang dengan pihak ketiga (swasata)
5. PENGELOLAAN TEKNOLOGI
INFORMASI DI BUMN

 Direksi dapat menetapkan tata kelola teknologi informasi yang efektif


 Direksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tata kelola teknologi informasi secara
periodik kepada dewan komisaris / dewan pengawas
 Direksi wajib menjaga dan mengevaluasi kualitas fungsi tata kelola teknologi informasi di
perusahaan

KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI BUMN


1. Setiap perusahaan BUMN diwajibkan memiliki kebijakan tata kelola TI san master plan TI
2. Kepatuhan pada hak atas kekayaan intelektual akan lisensi software perlu dipenuhi
3. Target tingkat kedewasaan dari tata kelola TI di BUMN dalam jangka waktu 5 tahun
adalah minimal maturity kevel 3
4. Penyediaan sumber daya TI dapat memaksimalkan program sinergi BUMN
6. PENGUKURAN TERHADAP
PENERAPAN GCG DI BUMN

BUMN wajib melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG dalam bentuk:


1. Penilaian (assessment), yaitu program untuk mengidentifikasi pelaksanaan GCG di
BUMN melalui pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang
dilaksanakan secara berkala setiap 2 tahun.
2. Evaluasi (review), yaitu program untuk mendeskripsikan tindak lanjut pelaksanaan dan
penerapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya setelah penilaian, yang
meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan.
7. PENILAIAN BERSIH BUMN

Tujuan :
1. Menilai komitmen direksi dan dewan komisaris/dewan pengawas dalam meningkatkan penerapan GCG,
baik secara administratif maupun substantif serta menciptakan BUMN yang bersih dan beas dari
gratifikasi, kecurangan dan KKn
2. Menilai komitmen direksi dan dewan komisaris untuk tidak melakukan kecurangan termasuk korupsi,
suap dan gratifikasi

Dasar kegiatan : SURAT EDARAN MENTERI BUMN SE-05/MBU/2013 TANGGAL 30 SEPTEMBER


2013
Implementasi :
3. Menjalankan aktivitas bisnis berdasarkan prinsip GCG
4. Menerapkan sistem pengendalian internal berdasarkan kerangka COSO
5. Melaksanakan dan menyempurnakan whistle blowing system
6. Melaksanakan program pengelolaan dan pengendalian gratifikasi
7. Melakukan penyempurnaan buku pedoman etika bisnis dan kerja
8. Menetapkan wajib pengisisan LHKPN bagi para pejabat sesuai ketentuan yang berlaku
8. PENGADAAN BARANG DAN JASA DI
BUMN

Sesuai dengan pasal 2 Peraturan Menteri BUMN No. 15/MBU/2012 bahwa pedoman
pengadaan barang dan jasa BUMN antara lain :
1. Menerapkan prinsip efektif, efisien, kompetitif, transparan, adil dan akuntabel
2. Pengguna mengutamakan industri dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan
nasional serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil
3. Pengguna dapat memberikan preferensi penggunaan produksi dalam negeri dengan
mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Pengguna mengutamakan sinergi antar-BUMN, anak perusahaan BUMN, dll daam
rangka meningktakan efisiensi usaha atau perekonomian
GCG DI
PERBANKAN
GCG DI PERBANKAN

Bank Indonesia (BI) pada tanggal 30 Januari 2006 yang lalu telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. tujuan dikeluarkan PBI tersebut adalah untuk memperkuat
kondisi internal perbankan nasional dalam menghadapi risiko yang semakin kompleks, berupaya melindungi kepentingan
para pemangku kepentingan (stakeholder), serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan nilai-nilai etika yang berlaku umum pada industri perbankan.
Sesuai pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG paling kurang harus diwujudkan dalam 7 hal
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi
2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja yang menjalankan fungsi pengendalian intern bank
3. Penerapan fungsi kepatuhan auditor internal dan auditor eksternal
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian intern
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar
6. Rencana strategis bank
7. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank
TRANSPARANSI DI PERBANKAN

Berkaitan dengan masalah transparansi, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) tentang Transparansi Informasi Produk Perbankan yang diberlakukan pada awal Januari 2005 yang
bertujuan untuk meningkatkan penerapan GCG di sektor perbankan, memperjelas manfaat dan risiko yang
melekat pada produk keuangan, meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan nasabah.
Dalam rangka penerapan prinsip transparansi, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan Surat Edaran
kepada semua bank umum konvensional di Indonesia No.15/15/DPNP tanggal 19 April 2013 mengenai
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, yaitu bank wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan GCG.
Selain itu, sesuai peraturan OJK No. 6/POJK.03/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang Transparansi dan
Publikasi Laporan Bank, antara lain disebutkan:
1. Pasal 2 menyatakan bahwa dalam rangka transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank, bank wajib
menyusun, mengumumkan, dan menyampaikan laporan publikasi
2. Pasal 3 menyatakan bahwa kelengkapan dan kebenaran isi laporan publikasi menjadi tanggung jawab
direksi dan dewan komisaris bank
3. Pasal 4 menyatakan bahwa ruang lingkup informasi pada laporan publikasi, meliputi:
a. Laporan Keuangan
b. Informasi Kinerja Keuangan
c. Informasi Lain
PENGAWASAN PERBANKAN

Untuk menguji, apakah pelaksanaan GCG di perbankan sudah berjalan dengan baik, maka
OJK harus melakukan pengawasan secara ketat dan transparan. Dalam hal ini, OJK harus
bertindak tegas dengan cara melarang orang-orang yang sudah termasuk dalam blacklist, atau
pernah melakukan perbuatan tidak terpuji dalam mengelola suatu perbankan. Selain itu,
hendaknya dihindarkan adanya perangkapan jabatan bagi para komisaris perbankan untuk
menghindarkan adanya konflik kepentingan (conflict of interest).
PERINGKAT GCG DI PERBANKAN

Menurut Bank Indonesia dengan dibuatnya peringkat GCG, perbankan dapat


memperkuat industri perbankan nasional, serta dapat meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas perbankan. Dalam hal ini, ada 4 kriteria penilaian BI dalam menentukan
peringkat GCG perbankan, yaitu:
1. Transparansi bank terhadap pihak-pihak terkait.
2. Efektivitas direksi dan komisaris perbankan dalam mengemban tugasnya
3. Efektivitas komite-komite yang wajib dibentuk di lingkungan direksi dan komisaris.
4. Independensi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI)
Pengaruh Penerapan
Good Corporate
Governance terhadap
Kinerja Keuangan Bank
Syariah
PENDAHULUAN

Kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
corporate governance.

Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang berupa komite
audit, ukuran dewan komisaris, proporsi komisaris independen, dan latar belakang pendidikan
komisaris. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji keterkaitan antara mekanisme
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Walaupun penelitian penelitian
tentang hubungan corporate governance dengan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang
berbeda, namun semuanya menyatakan bahwa corporate governance mempunyai pengaruh
tidak langsung terhadap kinerja perusahaan.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami corporate governance.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer
(agent) dengan investor (principal). Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena
kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya
keagenan (agency cost).
Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan industri yang lain seperti
manufaktur, perdagangan, dan sebagainya sehingga teori keagenan pada perusahaan perbankan mempunyai
karakteristik sendiri.

Menurut PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah
menyebutkan GCG adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional
(professional) dan kewajaran (fairness). Namun PBI ini menekankan bahwa pelaksanaan GCG pada
perbankan syariah harus memenuhi ketentuan prinsip syariah (yang telah ditentukan dalam hukum Islam)
yang merupakan ketentuan dasar dalam pengelolaan perbankan yang berbasis syariah.
GCG yang efektif pada bank dan nasabah pengguna dana adalah salah satu pilar penting yang harus
diciptakan untuk mengganti kondisi sosial ekonomi yang lama.
Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam didasarkan pada konsep pembagian
baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari
tabungannya, juga harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan
berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan)
dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua
aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal
ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Bank Islam menolak
bunga sebagai biaya untuk penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi (Karim, 2004).

Jika perusahaan mempunyai komitmen dan konsistensi menjalankan prinsip GCG dalam aktivitas
perusahaannya dengan sendirinya menumbuhkan kepercayaan investor. Prinsip- prinsip GCG
juga berfungsi untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar tidak hanya
menguntungkan diri sendiri tetapi juga menguntungkan pemilik perusahaan
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa
kesimpulan mengenai penagruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja
keuangan sebagai berikut:
1. Penerapan Good corporate governance berpengaruh signifikan positif terhadap CAR.
2. Penerapan Good corporate governance berpengaruh signifikan positif terhadap ROA.
3. Penerapan Good corporate governance berpengaruh signifikan positif terhadap ROE.
4. Penerapan Good corporate governance berpengaruh signifikan negatif terhadap BOPO.
5. Penerapan Good corporate governance berpengaruh signifikan positif terhadap FDR.

Anda mungkin juga menyukai