Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kelompok ke-3

Week 8/ Sesi 12

1. Jovita Aviella Pinontoan 2602238053


2. Miftakhul Bhasyariyah 2602269853
3. Rakhmad Nurseha 2602237681
4. Salma Nabila Deani 2602257071
5. Tamara Diva Wardhana 2602256195

Bacalah artikel berikut, kemudian jawablah pertanyaannya.

OJK: Kurangnya GCG Jadi Penyebab Maraknya Kasus Asuransi

https://www.cnbcindonesia.com/market/20210427160814-17-241286/ojk-kurangnya-gcg-jadi-
penyebab-maraknya-kasus-asuransi

diakses pada 05/08/2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan maraknya berbagai kasus di perusahaan


asuransi belakangan ini disebabkan karena beberapa perusahaan tidak menjalankan tata kelola
perusahaan (good corporate governance) dengan baik.

Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Supriyono menjelaskan,


regulator sangat menekankan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik karena ini
menjadi tonggak yang penting bagi perusahaan menjalankan bisnis.

Hal ini diperkuat dengan peraturan OJK sejak tahun 2014 mengenai pentingnya
implementasi GCG ini dan kemudian diperbarui pada 2016 dan terakhir di 2019.

"Banyaknya kasus memang sebagian besar kurangnya penerapan GCG di perusahaan.


Kalau pakai metafora, GCG seperti akar yang tidak kelihatan dari luar, tapi kelihatan buah dan
daunnya. Kalau akarnya kuat, pohonnya akan survive," kata Supriyono, dalam webinar, Selasa
(27/4/2021).

Meski dia mengakui, banyak perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar akibat

pandemi Covid-19. Namun, apabila perusahaan tersebut memiliki akar yang kuat, dalam hal
GCG yang baik, perusahaan masih dapat bertahan dan menghasilkan berbagai produk asuransi
yang berkualitas.

Business Ethics & Sustainability – R0


"Pandemi Covid-19 ini menjadi bukti, hanya perusahaan yang memiliki GCG dengan
implementasi bagus yang mampu bertahan.

Kita pun perlu meninjau ulang isu-isu fundamental, apa saja yang masih bolong-bolong untuk
kita improve lagi," ujarnya.

Lebih lanjut, dijelaskan Supriyono, penerapan GCG ini perlu komitmen berbagai
pemangku kepentingan. Salah satu yang ditekannya ialah peran komisaris dan direksi yang harus
lebih berfungsi lebih optimal lagi. Selain itu, berbagai aspek juga harus diperkuat seperti
manajemen risiko, pengendalian internal, hingga berbagai rencana strategis perusahaan ke depan.

Masing-masing soal dengan bobot 25%.

1. Mengapa perusahaan harus menerapkan prinsip good corporate governance (GCG)?

Jawab: Untuk meningkatkan profesionalisme, perusahaan membutuhkan aturan-aturan


untuk menjalankan perusahaan, baik perusahaan yang berskala besar maupun perusahaan
yang berskala kecil. Aturan-aturan serta prinsip-prinsip dalam perusahaan ini disebut
Good Corporate Governance (GCG). Menurut IICG (Indonesian Institute of Corporate
Governance, 2013) Corporate Governance merupakan struktur, sistem, dan proses yang
digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberi nilai tambah
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan moral, etika, budaya dan
aturan berlaku lainnya.
Perusahaan harus menerapkan Good Corporate Governance (GCG) karena prinsip ini
ada dengan tujuan untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan. Dengan adanya
Good Corporate Governance, perusahaan mampu menjalankan usahanya dengan
berintegritas serta mementingkan kepentingan orang banyak terutama stakeholders.
Dengan melaksanakan Good Corporate Governance, perusahaan dapat senantiasa
menjaga nama baiknya.

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Jelaskan pengaruh antara bisnis, pemerintah, dan masyarakat dalam konteks kasus
lembaga keuangan seperti dalam artikel di atas.

Jawab: Pengaruh peran bisnis, dalam kasus Lembaga keuangan dilihat dari maraknya
perusahaan yang tidak menjalankan tata kelola perusahaan (good corporate governance)
dengan baik. Kasus Lembaga keuangan juga bisa terjadi pada perusahaan yang sudah
menerapkan GCG akan tetapi mengalami ketidaksempurnaan seperti perusahaan asuransi
yang tidak mampu melakukan pembayaran klaim nasabah disebabkan banyak faktor
ketidakoptimalan seperti manajemen risiko yang buruk dalam berinvestasi sehingga
menyebabkan penyusutan ekuitas.
Sedangkan dari pemerintah, menekannya pentingnya penerapan tata Kelola
perusahaan sebagai tonggak yang penting bagi perusahaan dalam menjalankan bisnis.
penerapan GCG ini perlu komitmen berbagai pemangku kepentingan. Salah satu yang
ditekannya ialah peran komisaris dan direksi yang harus lebih berfungsi lebih optimal
lagi. Selain itu, berbagai aspek juga harus diperkuat seperti manajemen risiko,
pengendalian internal, hingga berbagai rencana strategis perusahaan ke depan.
Masyarakat mempercayakan jasa asuransi yang benar benar sudah kuat dalam
menjalankan GCG nya, hal ini dapat dilihat pada pandemic Covid – 19 hanya perusahaan
yang memiliki GCG dengan implementasi bagus yang mampu bertahan. Peran
masyarakat sangat penting karena berjalannya operasional perusahaan asuransi juga
tergantung kepada banyaknya nasabah yang percaya kepada perusahaan tersebut, karena
Kerugian para nasabah sampai dengan hilangnya kepercayaan publik pada industri
perasuransian merupakan alasan bahwa kedudukan GCG dalam Perusahaan Asuransi
berperan penting dalam menyehatkan iklim usaha perasuransian di Indonesia.

3. Analisis peran pemerintah dalam bisnis dalam konteks kasus lembaga keuangan seperti
dalam artikel di atas, untuk menjawab mengapa diperlukan regulasi dari pemerintah?

Jawab: Di dalam bisnis di sektor keuangan, termasuk di dalamnya industri asuransi,


pemerintah telah membentuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang merupakan lembaga

Business Ethics & Sustainability – R0


negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap
keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan baik di sektor perbankan, pasar modal dan
sektor jasa keuangan non-bank seperti asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
Pasal 4 UU Nomor 21 tahun 2011 tentang OJK menyebutkan bahwa
pembentukan OJK didasari tujuan agar seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
terselenggara secara teratur, adil, transparan, akuntabel dan mampu mewujudkan sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat. Dengan pembentukan OJK, maka dapat
mendukung kepentingan sektor jasa keuangan secara menyeluruh sehingga meningkatkan
daya saing perekonomian. Selain itu, OJK harus mampu menjaga kepentingan nasional.
Antara lain meliputi sumber daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan
di sektor jasa keuangan dengan tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi. OJK
dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi
independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparansi, dan kewajaran (fairness).
Adapun wewenang yang dimiliki OJK adalah sebagai berikut:
1. Terkait pengaturan Lembaga Jasa Keuangan meliputi:
• Menetapkan peraturan dan keputusan OJK
• Menetapkan peraturan mengenai pengawasan di sektor jasa keuangan;
• Menetapkan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas OJK;
• Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis
terhadap Lembaga Jasa Keuangan dan pihak tertentu;
• Menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter
pada lembaga jasa keuangan;
• Menetapkan struktur organisasi dan infrastruktur, serta mengelola,
memelihara, dan menatausahakan kekayaan dan kewajiban;
• Menetapkan peraturan mengenai tata cara pengenaan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Terkait pengawasan Lembaga Jasa Keuangan meliputi:
• Menetapkan kebijakan operasional pengawasan terhadap kegiatan jasa
keuangan;
• Mengawasi pelaksanaan tugas pengawasan yang dilaksanakan oleh Kepala
Eksekutif;
• Melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan
konsumen dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan atau
penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
• Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan atau
pihak tertentu;
• Melakukan penunjukan pengelola statuter;
• Menetapkan penggunaan pengelola statuter;
• Menetapkan sanksi administratif terhadap pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan;
• Memberikan dan atau mencabut: izin usaha, izin orang perseorangan,
efektifnya pernyataan pendaftaran, surat tanda terdaftar, persetujuan
melakukan kegiatan usaha, pengesahan, persetujuan atau penetapan
pembubaran dan penetapanlain.
Sehubungan dengan kasus gagal bayar sebagaimana disampaikan pada artikel,
dan juga untuk memperbarui beberapa undang-undang di sektor keuangan maka
Pemerintah Republik Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 4 Tahun
2023 mengenai Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Dimana
UU P2SK menjadi regulasi yang berlaku dalam sektor keuangan.
Sebagaimana diamanahkan dalam UU P2SK Bagian Keempat Pasal 8 mengenai
perubahan dalam UU Nomor 21 tahun 2011, maka dalam kasus gagal bayar yang terjadi
pada beberapa perusahaan asuransi, OJK juga wajib untuk berperan dalam memberikan
perlindungan terhadap konsumen dan masyarakat.

Business Ethics & Sustainability – R0


Dalam hal ini peran pemerintah melalui OJK sebagai regulator sangat diperlukan
karena dalam perasuransian merupakan usaha jasa keuangan yang dengan menghimpun
dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap timbulnya kerugian karena suatu
peristiwa yang dijamin dalam polis. Sebagai regulasi dalam pengelolaan usaha
perasuransian, OJK telah menerbitkan Peraturan OJK Nomor 2/POJK.05/2014 tentang
Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian. Perusahaan yang
berwenang untuk menjalankan usaha perasuransian beserta produk yang akan dijual
wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan dari OJK. Dengan demikian dalam kasus
gagal bayar dari perusahaan asuransi atas peristiwa yang dijamin dalam polis maka OJK
dapat melakukan kewenangannya sebagai regulator.
Selain melalui OJK, dalam industri perasuransian untuk menjamin bahwa
kerugian yang terjadi dapat dibayarkan klaimnya sesuai dengan kondisi pada polis. UU
P2SK juga mengatur mengenai program penjaminan polis yang nantinya akan dijalani
oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang mewajibkan perusahaan asuransi dan
perusahaan asuransi syariah untuk menjadi anggota program penjaminan polis.
Pemerintah mengambil peran sebagai regulator dengan menetapkan regulasi
ekonomi, yaitu bentuk intervensi pemerintah yang dirancang untuk mempengaruhi
perilaku perusahaan dan individu di sektor swasta. Dalam industri perasuransian regulasi
yang ditetapkan oleh pemerintah bertujuan untuk mengendalikan eksternalitas negatif
(atau efek limpahan) yang dihasilkan ketika pembuatan atau penggunaan suatu produk
menimbulkan efek samping yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan pada pihak
ketiga serta mencapai tujuan sosial dengan melindungi kepentingan konsumen yang
memiliki polis asuransi dari gagal bayar saat terjadinya klaim.

4. Sajikan strategi apa yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk
berinteraksi dengan pengambil keputusan di arena politik.

Jawab: Strategi yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk
berinteraksi dengan pengambil keputusan di arena politik yaitu dengan melakukan tata

Business Ethics & Sustainability – R0


kelola perusahaan yang baik sebagai berikut :
• Menunjukan keterbukaan dengan menyajikan informasi yang akurat mengikuti
prosedur, sistem dan tatanan keuangan yang ada. Keterbukaan atau transparansi
mengenai produk atau jasa dan juga informasi lainnya merupakan salah satu upaya
dalam meningkatkan good corporate governance di dalam industri keuangan dan juga
dapat memberikan penjelasan kepada para nasabah perusahaan mengenai manfaat,
risiko, pelindungan data pribadi, dan lainnya. Hal-hal tersebut menjadi kebutuhan
perusahaan untuk menjaga kredibilitas sekaligus melindungi hak-hak nasabah sebagai
pengguna produk dan jasa yang telah diamanatkan di dalam Undang-Undang tentang
Perlindungan Konsumen, berikut menjadi upaya kepatuhan pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial terhadap stakeholder.
• Melakukan kewajiban dan pertanggungjawaban dengan baik dalam mengolah
bisnis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan. Dalam
hal ini, pada contoh perusahaan keuangan, jajaran direksi dan dewan komisaris
memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Melalui RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) Tahunan, direksi dan dewan komisaris mempertanggung jawabkan
seluruh kinerjanya. Tanggung jawab jajaran direksi di bawah pengawasan dewan
komisaris yaitu; mengelola seluruh kegiatan sesuai dengan strategi bisnis, selera
risiko, kebijakan remunerasi, dan kebijakan lain yang disetujui oleh dewan komisaris.
Tanggung jawab dewan komisaris yaitu; persetujuan dan pengawasan terhadap
strategi bisnis, struktur, dan mekanisme governance serta budaya perusahaan.
• Membagi kesempatan demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan
membayar pajak dan memutar arus uang dalam perekonomian sesuai peraturan
keuangan pemerintah. Sebagai lembaga keuangan dengan good corporate
governance, perlu adanya sikap transparansi dan akuntabilitas di dalam seluruh
tingkat organisasi. Hal tersebut dikarenakan agar adanya kepatuhan pada hukum
perpajakan dan keuangan.

Business Ethics & Sustainability – R0


• Memenuhi hak para pengambil keputusan di arena politik yang berhubungan
dengan peraturan perundang – undangan keuangan. Sebagai Warga Negara Indonesia,
karyawan pada lembaga keuangan memiliki kebebasan untuk terjun di dunia politik
yang bertanggung jawab dan tidak mengganggu fasilitas kantor serta hal lain yang
membawa/mengikat identitas lembaga keuangan. Selain itu, menghindari
penyalahgunaan posisi atau jabatan di perusahaan dan wewenangnya untuk
mempengaruhi individu lain di dalam lembaga tersebut untuk menggunakan hak
politiknya. Setiap partisipasi politik merupakan atas nama individu tersebut dan tanpa
membawa nama lembaga keuangan yang dimaksud. Setiap pernyataan, sikap,
tindakan, serta pengeluaran dalam bentuk sumbangan atas nama lembaga untuk
aktivitas politik harus melalui persetujuan jajaran direksi.

Referensi:
• Indonesian Institute of Corporate Governance. 2013. Tata Kelola Perusahaan.
From: http://iicg.org/v25/tata-kelola-perusahaan diakses pada 23 Januari 2022 pukul
20.17
• Kuswandi & Indriyani. 2017. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance Pada Perusahaan Keluarga PT X. Program Studi Manajemen, Universitas
Kristen Petra. Diakses pada 23 Januari 2022 pukul 20.46
• Harmonisasi Hubungan Pemerintah dan Pengusaha. (2016, Agustus 20).
Retrieved from Jamkrindo: https://www.jamkrindo.co.id/blog/read/433/harmonisasi-
hubungan-pemerintah-dan-pengusaha
• Hukum Asuransi: Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam
Perusahaan Asuransi. Fakultas Hukum Universitas Airlannga
https://fh.unair.ac.id/hukum-asuransi-penerapan-prinsip-good-corporate-governance-
dalam-perusahaan-asuransi/ . Diakses pada 27 Januari 2022 pukul 12.37
• Universitas Bina Nusantara. Pemangku Kepentingan Bisnis, Pemerintah,
Regulasi, dan Masyarakat. Lecture Notes: Business Ethics & Sustainability – Week 6.
• https://www.bca.co.id/id/tentang-bca

Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai