DEFINISI
Good Corporate Governance (GCG) adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemangku kepentingan pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Forum for
Corporate Governance in Indonesia, 2001).
Tujuan GCG pada intinya adalah menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.
Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan komisaris, direksi, karyawan, dan
pihak eksternal yang meliputi investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang
berkepentingan (stakeholders). Dalam praktiknya CG berbeda di setiap negara dan perusahaan
karena berkaitan dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya.
Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut prinsip-prinsip CG, namun
pada dasarnya mempunyai banyak kesamaan.
1. kewajaran (fairness)
Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada
pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta
investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta
penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak.
2. akuntabilitas (accountability),
Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara
unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan
3. transparansi (transparency),
Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan.
Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan
perusahaan.
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas
antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol/pengawasan
terhadap keputusan tersebut. Mekanisme governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi
berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi.
Walsh dan Seward (1990) menyatakan bahwa terdapat 2 mekanisme untuk membantu menyamakan
perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan GCG, yaitu:
(1) mekanisme pengendalian internal perusahaan, dan (2) mekanisme pengendalian eksternal
berdasarkan pasar.
Pentingnya Implementasi Good Corporate Governance. Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey
menunjukkan bahwa pada dasarnya para investor dalam mengevaluasi potensi sebuah perusahaan
sebagai investasi. faktor governance perusahaan tidak kalah pentingnya dengan masalah keuangan /
kinerja perusahaan. Investor bersedia membayar premium pada perusahaan perusahaan yang telah
menerapkan good corporate governance dibandingkan kepada perusahaan dengan kinerja setara
tetapi dengan praktik corporate governance yang buruk.
Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesiakan disusun oleh Komite nasional
Kebijakan Governance. Pedoman yang diterbitkan pada tahun 2006 ini merupakan revisi atas
Pedoman Good Corporate Governance yang diterbitkan pada tahun 2001. Meskipun Pedoman
Umum Good Corporate Governance Indonesia 2006 ini tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat, namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good Corporate
Governance.
Saat ini, Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik
untuk menerapkan Pedoman ini, namun beberapa substansi yang terdapat dalam pedoman ini
diadopsi oleh Bapepam-LK ke dalam peraturan-peraturan Bapepam-LK yang sifatnya mandatory
seperti kewajiban pembentukan komite audit dan keberadaan komisaris independen dalam
perusahaan.
Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance
Mengingat Pedoman Umum Good Corporate Governance ini bersifat voluntary maka tidak terdapat
sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan pedoman tersebut.
a. Peran negara
h. Pemangku kepentingan yang meliputi karyawan, mitra bisnis dan masyarakat serta pengguna
produk atau jasa perusahaan
2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus
memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan.
Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan yang
merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.
3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut
dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.
Penyebab dan Kendala GCG Belum Berjalan Secara Optimal di Indonesia
Kendala Penyebab GCG Belum Berjalan Secara Optimal di Indonesia ini dapat dibagi tiga, yaitu
kendala internal,
kendala eksternal,
- Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997
- BUMN mulai memperkenalkan konsep Good Corporate Governance ini di lingkungan BUMN,
Melalui Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
-Berawal dari Dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)
melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG.
Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai
pengganti KNKCG melalui Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:
KEP/49/M.EKON/11/2004
- Komitmen GCG juga diberlakukan pada sector swasta non-BUMN. Pada tahun 2000, Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain
mengatur tentang kewajiban mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran
aktif Sekretaris Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan
perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan.
1. Kasus GCG Terhadap Bank Panin Tbk, Bank Mega Tbk, Bank Jabar Banten dan Bank Mestika
Dharma Bank Indonesia (BI)