Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok ke-

3 Week 8/ Sesi 12

Bacalah artikel berikut, kemudian jawablah pertanyaannya.

OJK: Kurangnya GCG Jadi Penyebab Maraknya Kasus Asuransi


https://www.cnbcindonesia.com/market/20210427160814-17-241286/ojk-kurangnya-gcg-jadi-penyebab-maraknya-
kasus-asuransi
diakses pada 05/08/2022

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan maraknya berbagai kasus di perusahaan


asuransi belakangan ini disebabkan karena beberapa perusahaan tidak menjalankan tata kelola
perusahaan (good corporate governance) dengan baik.

Direktur Pengawasan Asuransi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Supriyono menjelaskan,


regulator sangat menekankan pentingnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik karena ini
menjadi tonggak yang penting bagi perusahaan menjalankan bisnis.

Hal ini diperkuat dengan peraturan OJK sejak tahun 2014 mengenai pentingnya
implementasi GCG ini dan kemudian diperbarui pada 2016 dan terakhir di 2019.

"Banyaknya kasus memang sebagian besar kurangnya penerapan GCG di perusahaan.


Kalau pakai metafora, GCG seperti akar yang tidak kelihatan dari luar, tapi kelihatan buah dan
daunnya. Kalau akarnya kuat, pohonnya akan survive," kata Supriyono, dalam webinar, Selasa
(27/4/2021).

Meski dia mengakui, banyak perusahaan asuransi yang mengalami gagal bayar akibat
pandemi Covid-19. Namun, apabila perusahaan tersebut memiliki akar yang kuat, dalam hal
GCG yang baik, perusahaan masih dapat bertahan dan menghasilkan berbagai produk asuransi
yang berkualitas.

"Pandemi Covid-19 ini menjadi bukti, hanya perusahaan yang memiliki GCG dengan
implementasi bagus yang mampu bertahan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Kita pun perlu meninjau ulang isu-isu fundamental, apa saja yang masih bolong-bolong untuk
kita improve lagi," ujarnya.

Lebih lanjut, dijelaskan Supriyono, penerapan GCG ini perlu komitmen berbagai
pemangku kepentingan. Salah satu yang ditekannya ialah peran komisaris dan direksi yang
harus lebih berfungsi lebih optimal lagi. Selain itu, berbagai aspek juga harus diperkuat seperti
manajemen risiko, pengendalian internal, hingga berbagai rencana strategis perusahaan ke

Masing-masing soal dengan bobot 25%.

1. Mengapa perusahaan harus menerapkan prinsip good corporate governance (GCG)?

2. Jelaskan pengaruh antara bisnis, pemerintah, dan masyarakat dalam konteks kasus
lembaga keuangan seperti dalam artikel di atas.

3. Analisis peran pemerintah dalam bisnis dalam konteks kasus lembaga keuangan seperti
dalam artikel di atas, untuk menjawab mengapa diperlukan regulasi dari pemerintah?

4. Sajikan strategi apa yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk
berinteraksi dengan pengambil keputusan di arena politik.

Jawaban

1. Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yang
dibangun untuk menciptakan kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan. Prinsip ini diambil
dari good governance atau tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan.GCG dipercaya
sebagai praktik terbaik dalam sistem ekonomi pasar untuk mendorong persaingan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif. Praktik ini juga diarahkan untuk mendukung stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi.

Pedoman Umum GCG bukan merupakan aturan hukum yang mengikat, melainkan etika yang
menjadi acuan bagi semua perusahaan dalam menjalankan bisnis secara baik. GCG didasarkan
pada tiga pilar utama, yaitu:

Business Ethics & Sustainability – R0


1. Negara sebagai pembuat peraturan perundang-undangan dan penegak hukum untuk
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan.

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar yang menerapkan GCG sebagai pedoman dasar
menjalankan perusahaan.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk/jasa dan pihak yang terkena dampak dari
keberadaan perusahaan berperan melakukan kontrol sosial secara objektif.

Ada 5 prinsip dasar Good Corporate Governance

Transparansi

Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan serta mudah diakses dan dipahami
oleh stakeholder, termasuk hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok transparansi meliputi:

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses stakeholder.

2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham
pengendali, kepemilikan saham, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan
pengendalian internal, sistem pelaksanaan GCG, serta kejadian penting yang
memengaruhi kondisi perusahaan.

3. Prinsip keterbukaan yang dianut perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk


memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan


kepada stakeholder

Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar.


Pengelolaan perusahaan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Pedoman pokoknya
adalah:

Business Ethics & Sustainability – R0


1. Penetapan rincian tugas dan tanggung jawab setiap organ perusahaan dan seluruh
karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi
perusahaan.

2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan
sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

3. Kepastian adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan


perusahaan.

4. Kepemilikan ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan
sasaran perusahaan, serta memiliki sistem reward and punishment.

5. Setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku yang telah disepakati.

Tanggung Jawab

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta menjalankan tanggung jawab


masyarakat dan lingkungan untuk mendukung kesinambungan usaha jangka panjang sekaligus
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pokok prinsip ini adalah:

1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.

2. Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab sosial, antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

Independensi

Untuk menjalankan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak pula diintervensi oleh pihak lain. Pedoman
pokok prinsip independensi adalah:

1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari dominasi, tidak terpengaruh


kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan segala pengaruh atau tekanan,
untuk menjamin pengambilan keputusan yang objektif.

Business Ethics & Sustainability – R0


2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, dan tidak saling melempar tanggung
jawab.

Kewajaran dan Kesetaraan

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang


saham dan stakeholder lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman pokok prinsip
ini adalah:

1. Pemberian kesempatan kepada stakeholder untuk memberikan masukan dan


menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap
informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2. Perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholder sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3. Pemberian kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan


melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan SARA, gender, dan
kondisi fisik.

Lalu mengapa perusahaan harus menerapkan prinsip good corporate governance (GCG)?

Pada lingkup yang lebih luas, tidak atau minimnya penerapan konsep GCG turut memberi
dampak signifikan terhadap terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para investor,
seperti yang terjadi di Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 2000 dan tahun 2008. Untuk
mengatasi krisis tersebut, pemerintah AS salah satunya mengeluarkan Sarbanes-Oxley Act di
tahun 2002. Undang-Undang ini berisikan penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata
kelola perusahaan, dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena itu, Undang-Undang ini
menjadi acuan awal dalam penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara.

Mengapa tata kelola perusahaan yang buruk dapat berimbas pada berbagai krisis di sebuah
negara atau bahkan di tingkat regional? Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan
(korporasi) saat ini telah berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi
ekonomi dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke
dalam pemerintahan suatu negara. Sayangnya, perusahaan menjadi tidak berdaya dalam

Business Ethics & Sustainability – R0


menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh di
perusahaan tersebut.

Hal ini tidak terlepas dari perilaku tidak etis yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar. Sebagian perilaku tidak etis
tersebut bahkan sudah masuk kategori kriminal.

Fungsi Penerapan GCG Dalam Perusahaan Dalam Jangka Panjang

Perusahaan tanpa tata kelola yang baik bak sayur tanpa garam. Dikhawatirkan, perusahaan tanpa
tata kelola yang baik hanya berorientasi jangka pendek dan cenderung mengejar keuntungan
dengan cara instan.

Kebalikannya, perusahaan yang menerapkan konsep GCG berorientasi jangka panjang. Hal ini
karena, secara teori, GCG merupakan sebuah konsep yang akhirnya dapat membuat sebuah
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan atau organisasi dalam menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholder.

Konsep GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antarpemangku kepentingan


di dalam suatu perusahaan yang mencakup:

a. Hak-hak para pemegang saham (shareholder) dan perlindungannya,

b. Peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) lainnya,

c. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu,

d. Transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan,

e. Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan itu sendiri kepada
para pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan.

Jadi, penerapan GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan
menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global.
Pasalnya, untuk memenangkan persaingan global antarnegara yang makin kompetitif hanya
dapat dilalui melalui keberhasilan korporat/perusahaan/organisasi di negara tersebut terhadap
korporat negara lain.

Dengan kata lain, kunci keberhasilan perusahaan di lingkup yang lebih luas adalah
memenangkan persaingan antarkorporat. Jadi, kuat atau terpuruknya, pulih atau tetap

Business Ethics & Sustainability – R0


terpuruknya perekonomian suatu negara tergantung pada kualitas korporat di negara masing-
masing.

Yang jelas, penerapan konsep GCG dapat membantu memastikan manajemen dapat berjalan
dengan baik. Tetapi, manajemen tidak boleh cukup puas hanya dengan memastikan bahwa
proses pengelolaan manajemen berjalan secara efisien.

Ketika perusahaan sudah menetapkan arahan strategis sesuai dengan harapan pemangku
kepentingan, perusahaan itu harus melakukan manajemen risiko (risk management) untuk
merespons ketidakpastian yang mungkin terjadi. Setelah itu, perusahaan harus memantau dan
memastikan bahwa seluruh kebijakan, pengendalian, dan peraturan yang berlaku tersebut
dipatuhi melalui sistem manajemen kepatuhan (compliance).

Sumber :

https://employers.glints.com/id-id/blog/5-prinsip-good-corporate-governance-gcg/

yefadvisor.com/pentingnya-penerapan-gcg/

nasional.tempo.co/read/1160201/nilai-perusahaan-naik-investasi-mengalir/full&view=ok

idiotsbrainn.blogspot.com/2016/06/good-corporate-governance.html

kumparan.com/teddy-kozuma/good-corporate-governance

2. Pengaruh antara bisnis,pemerintah dan masyarakat dalam konteks kasus lembaga keuangan.

Bisnis merupakan kegiatan jual beli yang menghasilkan barang dan jasa.Tujuan utama daripada
bisnis ini sendiri adalah untuk memperoleh keuntungan . Bisnis biasanya dikelola oleh pihak
swasta yang disebut (Kapitalis).Terbentuknya bisnis merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kekayaan pemilik dari bisnis tersebut.Pemilik atau operator dari sebuah bisnis
akan mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu,usaha dan modal yang mereka berikan .

-Hubungan bisnis dengan pemerintah .

Hubungan bisnis dengan pemerintah. Pemerintah menjalin hubungan dengan perusahaan untuk
membangun hubungan kooperatif dan tujuan yang saling menguntungkan. Kerjasama ini didasari

Business Ethics & Sustainability – R0


oleh nilai-nilai sosial bangsa dan adat istiadat. Bekerja secara Bersama-sama sebagai sebuah
keluarga mengarahkan kekuatan ini yang kemudian akan menghasilkan keuntungan bagi
masyarakat dan perusahaan.

Dalam dunia bisnis terdapat suatu kelompok tertentu yang dalam pergerakannya menjunjung
tinggi kepentingan antara bisnis pemerintah dan untuk masyarakat. Walaupun pada intinya bisnis
lebih banyak dikuasai oleh swasta, bukan berarti pemerintah tidak mempunyai pergerakan
dibidang bisnis. Pemerintah mendirikan suatu bisnis berupa Koperasi, yang mana dalam bisnis
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi
pemerintah dan juga masyarakat.

-Melihat dari artikel diatas , pengaruh antara bisnis pemerintah dan hubungannya dengan
masyarakat pada kasus diatas sangat penting untuk kelangsungan dari perusahaan-perusahaan
yang bergerak di bidang asuransi tersebut.

Peran Pemerintah,Peran dari pemerintah adalah bagaimana melakukan penyuluhan atau


sosialisasi terhadap pemangku-pemangku kepentingan di perusahaan berkaitan dengan
bagaimana membuat sebuah tata kelola perusahaan perusahaan yang baik. Karena tata kelola
perusahaan merupakan sebuah fondasi atau sebuah akar dari berdirinya sebuah perusahaan yang
baik ,yang berjangka panjang.Tata kelola perusahaan menyangkut berbagai aspek mulai dari
komunikasi,kepemimpinan dan juga pengambilan keputusan yang strategis.Sehingga
kedepannya perusahaan-perusahaan asuransi dapat menjalankan tata kelola perusahaan dengan
baik.

Hubungan dengan masyarakat

Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa Tata kelola perusahaan ini berhubungan langsung dengan
bagaimana perusahaan tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu yang berkepanjangan.Yang
dalam hal ini berkaitan atau berhubungan erat dengan masyarakat sebagai konsumen dari
perusahaan-perusahaan asuransi dalam artikel diatas.Dengan sebuah tata kelola perusahaan yang
baik maka perusahan tersebut akan mampu bertanggung jawab terhadap masyrakat sebagai
konsumen.Hal ini terkait ,bagaimana perusahaan dapat mematuhi semua peraturan yang berlaku
dan juga semua prosedur-prosedur yang diatar dalam tata kelola perusahaan sehingga masyarakat
tidak dirugikan oleh perusahaan .

Business Ethics & Sustainability – R0


3. Dari artikel di atas, saya berpendapat bahwa peran pemerintah, melalui Otoritas Jasa
Keuangan atau OJK selaku regulator, dinilai sangat penting dalam menciptakan lingkungan pasar
modal dan asuransi yang aman dan stabil bagi seluruh masyarakat. Salah satu unsur penting yang
berperan dalam menciptakan kondisi tersebut adalah penerapan Good Corporate Governance
(GCG) ke dalam tubuh perusahaan-perusahaan asuransi. OJK telah melakukan upaya penekanan
konsep tersebut melalui regulasi dengan dikeluarkannya Peraturan OJK atau POJK Nomor 73
/POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian.

Peraturan yang merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
tersebut, mewajibkan adanya tata kelola yang baik bagi perusahaan asuransi di Indonesia.
Dikutip dari pasal 2 ayat (2) dijelaskan pula tata kelola perusahaan yang baik atau GCG yang
dimaksud terdiri dari: keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), dan kemandirian (independency), serta kesetaraan dan
kewajaran (fairness).1

Selain itu juga, pemerintah tengah mempersiapkan desain pembentukan Lembaga Penjamin Polis
melalui RUU Penjaminan Polis. Selain untuk menjalankan amanat UU No. 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian, langkah ini juga didorong oleh kondisi masalah keuangan yang dihadapi
oleh perusahaan asuransi, seperti Jiwasraya dan AJB Bumiputera di masa lalu. Sebagaimana
tercantum dalam Pasal 53 UU No. 40 Tahun 2014, program penjaminan polis ini dimaksudkan
untuk memberikan jaminan pengembalian sebagian atau seluruh hak pemegang polis,
tertanggung, atau peserta perusahaan asuransi yang dicabut izin usahanya dan dilikuidasi.
Selama penjaminan polis belum terbentuk, maka ketentuan penjaminan bagi pemegang polis
masih berbentuk Dana Jaminan yang berasal dari kekayaan perusahaan asuransi.2

1
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. POJK Nomor 73 /POJK.05/2016 tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi
Perusahaan Perasuransian. Jakarta.
2
Komisi XI DPR RI. “Pembentukan Lembaga Penjamin Polis Asuransi Perlu Dipercepat”
https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/28790/t/Pembentukan+Lembaga+Penjamin+Polis+Asuransi+Perlu+Dipercepat
diakses pada 28 Oktober 2022 pk. 13.49
Business Ethics & Sustainability – R0
Berdasarkan diagram di atas, pemerintah memegang peranan penting sebagai regulator dalam
aktifitas pelayanan dan tata kelola lembaga keuangan, terutama perusahaan perasuransian. Dalam
siklusnya, pemerintah memberikan penekanan dan pengertian mengenai good corporate
governance kepada perusahaan-perusahaan asuransi melalui undang-undang dan peraturan-
peraturan lainnya, yang berdasarkan pasal yang ke-3 mengenai tujuan GCG dalam tubuh
perusahaan asuransi, yang menurut kami utamanya adalah mewujudkan perusahaan
perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif, serta meningkatkan
pengelolaan perusahaan perasuransian secara professional, efektif, dan efisien.

Baru setelah itu, dampak yang terasa adalah tujuan-tujuan berikutnya, yang dihasilkan
apabila GCG dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asuransi. Dampak tersebut dihasilkan
perusahaan dan dinikmati oleh rakyat banyak, yakni mengoptimalkan nilai perusahaan
perasuransian bagi pemangku pepentingan atau stakeholders yang terdiri dari pemegang polis,
tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak memperoleh manfaat, serta meningkatkan
kontribusi perusahaan perasuransian dalam perekonomian nasional.

4. Strategi yang dapat digunakan perusahaan seperti lembaga keuangan untuk berinteraksi
dengan pengambil keputusan di arena politik adalah dengan mengkomunikasikan setiap proses

Business Ethics & Sustainability – R0


perumusan kebijakan kepada pengambil keputusan politik atau pejabat berwenang untuk
meningkatkan kredibilitas pengaturan atau kebijakan yang dihasilkan. Guna meningkatkan
partisipasi institusional pemerintah dalam perumusan kebijakan, perlu dibuka kesempatan
kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan terhadap rumusan pengaturan. Hal
tersebut diharapkan dapat menjembatani komunikasi kebijakan di awal dan meningkatkan
efektivitas dalam implementasi kebijakan ke depan. Selain itu, lembaga keuangan dapat
melibatkan lembaga pemerintahan dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja
yang bertujuan untuk memantau dan memastikan pencapaian kinerja yang diukur berdasarkan
indikator kinerja utama lembaga keuangan sesuai target yang telah ditetapkan di awal tahun agar
selaras dengan pencapaian visi, misi, dan strategi dari lembaga keuangan. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi kinerja mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Berorientasi pada pencapaian visi, misi dan implementasi strategi lembaga keuangan sebagai
pemenuhan mandat lembaga keuangan.

b. Menerapkan prinsip good governance, yaitu setiap tahapan dalam proses monitoring dan
evaluasi kinerja mengacu pada tatanan dan ketentuan terkait manajemen kinerja yang berlaku
serta dapat dipertanggungjawabkan.

c. Menerapkan prinsip continuous improvement untuk menjaga dan meningkatkan kualitas


manajemen kinerja, terutama di area pengawasan dan evaluasi kinerja.

Lembaga keuangan dapat melibatkan lembaga pemerintahan untuk melakukan proses


pengawasan secara bulanan atau triwulanan. Pelaksanaan pengawasan tersebut dimaksud
diarahkan untuk merumuskan dan menetapkan bauran kebijakan kelembagaan guna memastikan
kinerja lembaga keuangan dapat dicapai secara efektif, efisien, dan bertatakelola dalam rangka
mendukung terlaksananya mandat lembaga keuangan secara kredibel. Sejalan dengan hal itu,
dilakukan pula upaya debottlenecking untuk mengatasi isu dan kendala yang dihadapi dan
berpotensi menghambat pencapaian kinerja lembaga keuangan, serta merumuskan upaya mitigasi
dengan memperhatikan kondisi lingkungan strategis terkini. Proses pelibatan lembaga
pemerintahan ini telah sejalan dengan best practice manajemen organisasi modern yang dalam
prosesnya juga memerhatikan tantangan eksternal dan internal, serta kredibilitas kebijakan
lembaga keuangan.

Business Ethics & Sustainability – R0


Grup-3

WIDIATI – 2602190053

KEIZAHRA ZALIKA PUTRI HANTORO –

2602197274 JEREMIAH GABRIEL PELAMONIA –

2602195615 PIPIT ARYANI – 2602194663

REMMARIO JOUVARAN JENSENEM - 2602197085

Business Ethics & Sustainability – R0

Anda mungkin juga menyukai