Anda di halaman 1dari 22

Bab 5

GOOD CORPORATE GOVERNANCE ( GCG )

Hasil Pembelelajaran Umum:


Setelah mempelajari modul ini diharapkan para mahasiswa dapat memahami Materi yang terkait
dengan Good Corporate Governance ( GCG )

Hasil Pembelajaran Khusus:


Setelah membaca uraian dalam bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mampu menjelaskan mengenai latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG)
2. Mampu menjelaskan mengenai prinsip-prinsip GCG
3. Mampu menjelaskan mengenai manfaat penerapan GCG
4. Mampu menjelaskan mengenai sistem penilaian pelaksanaan GCG
5. Mampu menjelaskan mengenai organ khusus dalam penerapan GCG
6. Mampu menjelaskan mengenai penerapan GCG di dalam BUMN dan Perbankan,

LATAR BELAKANG MUNCULNYA GCG

Mulai populernya istilah kelola perusahaan yang baik atau yang lebih dikenal dengan istilah
asing good corporate governance (GCG) tidak dapat dilepaskan dari maraknya skandal perusahaan
yang menimpa perusahaan-perusahaan besar,baik yang ada di indonesia maupun yang ada di
Amerika Serikat .
Runtuhnya sistem ekonomi komunis menjelang akhir abad ke-20 menjadikan sistem
ekonomi kapitalis sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang paling dominan di seluruh
dunia.sistem ekonomi kapitalis ini makin kuat mengakar berkat arus globalisasi dan perdagangan
bebas yang mampu dipaksakan oleh negara-negara maju penganut sistem ekonomi kapitalis adalah
kegiatan bisnis dan kepemilikan perusahaan dikuasai oleh individu-individu /sektor swasta.dalam
perjalanannya ,beberapa perusahaan akan muncul sebagai perusahaan-perusahaan swasta raksasa
yang bahkan aktifitas dan kekuasannya telah melebihi batas-batas suatu negara .para pemilik dan
pengelola kelompok perusahaan -perusahaan raksasa ini bahkan mampu memegaruhi dan

71
mengarahkan berbagai kebijakan yang diambil oleh para pemimpin politik suatu negara untuk
kepentingan kelompok perusahaan mereka dengan kekuatan uangnya.
Pola krisis di Indonesia-sebagaimana juga di beberapa negara asia lainya sekitar tahun 1997
diawali oleh aksi para spekulan mata uang yang notabence juga merupakan pelaku bisnis
perdagangan mata uang asing sehingga memberi tekanan berat pada mata uang lokal ,naiknya suku
bunga bank,meningkatnya kredit macet,dan anjloknya indeks harga saham I.P.G, Ary suta dan
soebowo musa, 2004 sebelum krisis terjadi .perusahaan-perusahaan besar di Indonesia di bawah
payung beberapa kelompok konglomerat yang mendominasi perekonomian telah melakukan
pinjaman dalam valuta asing (USS) dalam jumlah spektakuler pada lembaga-lembaga perbankan
indonesia. Bagian dan Kepentingan yang Berbeda. Perbedaan kepentinggan antara berbagai organ
dalam perusahaan seperti dewan direksi dan dewan komisaris. Perbedaan kepentingan antara
pemilik perusahaan dengan pengelola perusahaan dimana secara umum merupakan masalah
principal-agent. Semua bagian berperan dalam menentukan arah dan pengawasan perusahaan.
RUPS, pemegang saham yang mewakili, mengambil keputusan yang mendasar, misalnya
pembagian keuntungan. Dewan Komisaris secara umum bertanggung jawab terhadap bimbingan
dan pengawasan, menerima strategi perusahaan dan mengendalikan direksi. Direksi, akhirnya,
menjalankan operasi sehari-hari, seperti pelaksanaan strategi, penyusunan rencana bisnis,
mengelola sumber daya manusia, mengembangkan strategi pemasaran dan penjualan, dan
mengelola aset.
Good Corporate Governance adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan
yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama
dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi
tercapainya tujuan perusahaan.
Sedangkan tujuan dari good corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah
bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis, pelaksanaan good corporate
governance dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka,
mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusankeputusan
yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan
kepercayaan investor (Tjager, et al., 2003). Menurut Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan
Pembangunan (1999) bahwa defenisi Corporate Governance sebagai berikut : "Cara internal
dengan mana perusahaan dioperasikan dan dikendalikan , yang melibatkan satu set hubungan

72
antara manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham dan lainnya pemangku kepentingan. Tata
kelola perusahaan juga menyediakan struktur melalui mana tujuan perusahaan diatur, dan cara
mencapai tujuan tersebut dan pemantauan kinerja ditentukan. Tata kelola perusahaan yang baik
harus memberikan insentif yang tepat untuk papan dan manajemen untuk mengejar tujuan-tujuan
yang berada di kepentingan perusahaan dan pemegang saham, dan harus memfasilitasi pengawasan
yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk menggunakan sumber daya yang lebih efisien.

PRINSIP-PRINSIP GCG

Berikut prinsip-prinsip GCG di Indonesia:


a. Transparancy: kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan dalam
proses keputusan dan penyampaian informasi. Informasi yang disampaikan harus lengkap,
benar, dan tepat waktu disampaikan kepada semua pemangku kepentingan . todak boleh ada hal
yang ditutupi, dirahasiakan, disembunyikan atau ditunda pengungkapannya.
Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan serta mudah diakses dan dipahami
oleh stakeholder, termasuk hal-hal penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang
saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok transparansi meliputi:

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan
dapat diperbandingkan serta mudah diakses stakeholder.
2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,
kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal,
sistem pelaksanaan GCG, serta kejadian penting yang memengaruhi kondisi perusahaan.
3. Prinsip keterbukaan yang dianut perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi
ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan,
dan hak-hak pribadi.
4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada stakeholder.

73
b. Accountability
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan wajar.
Pengelolaan perusahaan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Pedoman pokoknya
adalah:
1. Penetapan rincian tugas dan tanggung jawab setiap organ perusahaan dan seluruh karyawan
secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan, dan strategi perusahaan.
2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan
sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
3. Kepastian adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.
4. Kepemilikan ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan
sasaran perusahaan, serta memiliki sistem reward and punishment.
5. Setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku yang telah disepakati.
c. Responsibility
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta menjalankan tanggung jawab
masyarakat dan lingkungan untuk mendukung kesinambungan usaha jangka panjang sekaligus
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Pedoman pokok prinsip ini adalah:
1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.
2. Perusahaan harus menjalankan tanggung jawab sosial, antara lain peduli terhadap
masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

d. Independence
Untuk menjalankan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak pula diintervensi oleh pihak lain.
Pedoman pokok prinsip independensi adalah:
1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari dominasi, tidak terpengaruh
kepentingan tertentu, bebas dari conflict of interest dan segala pengaruh atau tekanan, untuk
menjamin pengambilan keputusan yang objektif.

74
2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan
anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, dan tidak saling melempar tanggung
jawab.

e. Fairness
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan stakeholder lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman pokok prinsip
ini adalah:
1. Pemberian kesempatan kepada stakeholder untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai
dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
2. Perlakuan yang setara dan wajar kepada stakeholder sesuai dengan manfaat dan kontribusi
yang diberikan kepada perusahaan.
3. Pemberian kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan SARA, gender, dan
kondisi fisik.

MANFAAT PENERAPAN GCG

Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut
ini:
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang
lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholders.
2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebihmurah sehingga dapat lebih
meningkatkan corporate value.
3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholders value dan dividen.
5) Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing
6) Mendapatkan biaya modal yang lebih murah
7) Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan

75
8) Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan kepada
perusahaan
9) Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik, menuntut dibangun dan dijalankannya prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) dalam proses manajerial perusahaan.
Dengan mengenal dan sekaligus menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini
diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para
stakeholdernya.

Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent (LOI) dengan
IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan
perusahaan-perusahaan di Indonesia (YPPMI & SC, 2002).

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di


Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di
tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG, banyak pihak yang melaporkan
masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip GCG tersebut. Masih banyak perusahaan
menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada
dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur perusahaan.
Stakeholding theory, diperkenalkan oleh Freeman (1984), menyatakan bahwa perusahaan adalah
organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada di dalam maupun
di luar perusahaan. Definisi stakeholder ini termasuk karyawan, pelanggan, kreditur, suplier, dan
masyarakat sekitar dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Adapun definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori
stakeholder adalah sebagai berikut :
“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the
government, employees and internal and external stakeholders in respect to their rights and
responsibilities”. (Seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang saham,

76
manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik
internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka).

Teori keagenan (agency theory) merupakan dasar untuk dapat memahami GCG secara
keseluruhan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), dinyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak atau perjanjian antara manager sebagai agent dan investor sebagai principal yang
terkadang menimbulkan asimetri informasi dari manager kepada investor sehingga menimmbulkan
adanya biaya keagenan (agency cost). Menurut penelitian Eisenhardt (1989), dinyatakan bahwa
teori keagenan (agency theory) berdasarkan pada tiga sifat dasar manusia, yaitu:
1. Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest)
2. Manusia memiliki daya pikir terbatas tentang persepsi masa depan (bounded rationality)
3. Manusia selalu menghindari resiko (risk averse).

Berdasarkan tiga sifat dasar manusia tersebut, manager akan bertindak opportunistic, yaitu
mengutamakan kepentingan pribadinya (Haris, 2004). Menurut penelitian Verrechia (2001),
disimpulkan bahwa ada tiga solusi untuk menghadapi timbulnya teori keagenan (agency theory),
diantaranya:
1. Kegiatan berdasar pada kebijakan (discretionary) yang dibuat oleh manager (agent) untuk
menyelesaikan permasalahan teori keagenan, manajer melakukan cara untuk menyelesaikan
agency problem dengan memberikan berbagai pengungkapan kepada investor (principal). Hal
ini dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan (agency cost) dengan cara mengawasi atau
memonitor perilaku manajemen (management behaviour).
2. Aktivitas asosiasi yang dilakukan oleh investor untuk mengurangi biaya keagenan (agency cost).
3. Aktivitas efisiensi yang terjadi secara alamiah dalam kompetisi pasar saham.

SISTEM PENILAIAN PELAKSANAAN GCG


Penilaian terhadap pelaksanaan good corporate governance di Indonesia dilakukan oleh lembaga
independen yaitu: Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). Penilaian dilakukan
dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh pihak manajemen perusahaan. Aspek yang
dinilai meliputi Hak-hak Pemegang Saham, Kebijakan Corporate Governance, Praktek-praktek

77
Corporate Governance, Pengungkapan, dan Fungsi Audit. Penentuan skor pelaksanaan dilakukan
melalui metode rata-rata tertimbang, dengan bobot masing-masing aspek sebagai berikut:
1) Hak-hak Pemegang Saham (20%).
2) Kebijakan Corporate Governance (15%).
3) Praktek-praktek Corporate Governance (30%).
4) Pengungkapan (Disclosure) (20%) dan
5) Fungsi Audit (15%).

1) Hak-hak Pemegang Saham Dalam Hak-hak Pemegang Saham


Penilaian dilakukan terhadap apakah perusahaan telah:
a. Melaksanakan RUPS tahunan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah akhir tahun buku sesuai
dengan pasal 65 ayat 2 Undangundang Perseroan Terbatas.
b. Menyampaikan kepada Pemegang Saham pemberitahuan mengenai RUPS tahunan
minimal 28 hari sebelum pelaksanaan RUPS tersebut
c. Memberikan dorongan kepada para Pemegang Saham untuk menghadiri RUPS dan
menggunakan hak suara-nya.
d. Memberikan kesempatan yang memadai bagi Pemegang Saham untuk mengajukan
pertanyaan pada RUPS.
e. Dan seterusnya. Selanjutnya diberikan penilaian, misalnya nilai 5 untuk setiap jawaban
"ya" dan 0 untuk tiap jawaban "tidak". Jadi misalkan dari 10 pertanyaan di bidang Hak-hak
Pemegang Saham tersebut peru-sahaan menjawab "ya" sebanyak 6 kali dan menjawab
"tidak" sebanyak 4 kali maka dalam bidang tersebut perusahaan akan memperoleh skor: (6
x 5) + (4 x 0) = 30 (dari nilai maksimum 50 atau 10 x 5)

2) Kebijakan Good Corporate Governance


Perusahaan dapat menilai sendiri apakah pihaknya telah:
a. Memiliki Kode atau Pedoman Good Corporate Governance secara tertulis, yang secara jelas
menjabar-kan hak-hak Pemegang Saham, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Komisaris.
b. Menyediakan akses bagi masyarakat untuk mengetahui kebijakan perusahaan mengenai
investor.

78
c. Menentukan organisasi/orang yang bertanggung jawab (misalnya Komisaris) untuk
memastikan bahwa perusahaan mentaati kode Good Corporate Governance.
d. Memiliki Code of Conduct/Ethics bagi karyawannya.
e. Aturan perilaku tersebut dikomunikasikan dan diimplementasikan dengan baik.

3) Praktek-praktek Good Corporate Governance


Bidang praktek GCG dapat diteliti apakah di dalam perusahaan:
a. Direksi mengadakan pertemuan berkala secara teratur dengan Komisaris.
b. Terdapat rencana strategis dan rencana usaha yang memberikan arahan bagi Direksi dan
Komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
c. Direksi dan Komisaris mendapatkan pelatihan atau mempunyai latar belakang yang
memadai untuk menun-jang pelaksanaan pekerjaaanya
d. Para anggota Komisaris maupun Direksi telah bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interests).
e. Ada sistem penilaian kinerja untuk Direksi maupun Komisaris.
4) Pengungkapan (Disclosure) .
Sementara itu dalam bidang Pengungkapan (Disclosure) dapat dinilai apakah perusahaan telah:
a. Menyediakan akses yang sama bagi Pemegang Saham dan analis keuangan
b. Memberikan penjelasan yang memadai mengenai risiko usaha.
c. Mengungkapkan remunerasi/kompensasi Direksi dan Komi-saris secara memadai.
d. Mengungkapkan transaksi dengan pihakpihak yang mempunyai hubungan istimewa.
e. Menyajikan hasil kinerja keuangannya dan analisa mana-jemen melalui internet.

5) Fungsi Audit
Dalam bidang Audit, dapat dinilai apakah perusahaan telah:
a. Mempunyai internal audit yang efektif.
b. Diaudit oleh akuntan publik yang independen.
c. Memiliki komite audit yang efektif.
d. Menciptakan komunikasi yang efektif antara internal audit, external audit dan komite audit.
Selanjutnya, seperti halnya pada bidang hak pemegang saham, pada bidang-bidang lainnya
pun diberikan skor (misalnya untuk setiap jawaban "ya" diberikan nilai 5 sedangkan untuk

79
setiap jawaban "tidak"diberikan nilai "0"). Dari hasil pemberian skor tersebut, misalnya
didapat skor untuk:
1. Hak-hak Pemegang Saham = 30 (dari nilai maks 50).
2. Kebijakan Corporate Governance = 45 (dari nilai maks 60).
3. Praktik-praktik Corporate Governance = 60 (dari nilai maks 80).

GCG DAN HUKUM PERSEROAN DI INDONESIA

Kegiatan perusahaan (perseroan) di Indonesia didasarkan atas paying hokum Undang-Undang


Nomor 1 tahun 1995 tentan gperseroan terbatas. Namun Undang-Undang ini kemudian dicabut
dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007. Sebagimana diatur dalam Pasal 1 ayat
1 UU Nomor 40 Tahun 2007, yang dimaksud dengan perseroan adalah badan hokum yang
merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, dikatakan alasan
pencabutan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995 untuk diganti dengan Undang-Undang Nomor
40 tahun 2007. Pertimbangan tersebut antara lain karena adanya perubahan dan perkembangan
yang cepat berkaitan dengan teknologi, ekonomi, harapan masyarakat tentang perlunya
peningkatan pelayanan dan kepastian hukum, kesadaran social dan lingkungan, serta tuntutan
pengelolaan usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik.

Ketentuan yang disempurnakan ini, antara lain:


1. Dimungkinkan mengadakan RUPS dengan memanfaatkan teknologi informasi yang ada,
seperti: telekonferensi, video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya (Pasal 77).
2. Kejelasan mengenai tata cara pengajuan dan pemberian pengesahan status badan hukum
dan pengesahan Anggran dasar Perseroan.
3. Memperjelas dan mempertegas tugas dan tanggung jawab direksi dan dewan komisaris,
termasuk mengatur mengenai komisaris independent dan komisaris utusan
4. Kewajiban perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan.

80
Undang-Undang perseroan terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tidak mengatur secara eksplisit tentang
GCG. Meskipun begitu, Undang-Undang ini mengatur secara garis besar tentang mekanisme
hubungan, peran, wewenang, tugas dan tanggung jawab, prosedur dan tata cara rapat, serta proses
pengambilan keputusan dan organ minimal yang harus ada dalam perseroan, yaitu Rapat Umum
Pemegang saham (RUPS), direksi, dan Dewan Komisaris.

Wewenang dari ketiga organ ini diatur dalam Bab I Pasal 1 sebagai berikut:
Ayat 4 Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan
yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau Dewan Komisaris
dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar.

Ayat 5 Direksi adalah Organ Perseoran yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuanperseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggran dasar.
Ayat 6 Dewan komisaris adalan Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada
direksi.

Secara spesifik, wewenang, tugas dan tanggung jawab ketiga organ ini dapat diringkas sebagai
berikut:
1. RUPS:
1. Menyetujui dan menetapkan Anggaran Dasar Perusahaan (Pasal 19 ayat 1)
2. Menyetujui pembelian kembali dan pengalihan saham Perseroan (Pasal 38 ayat 1)
3. Menyetujui penambahan dan pengurangan modal Perseroan (Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 44
ayat 1)
4. Menyetujui dan mengesahkan laporan tahunan termasuk laporan keuangan Direksi serta
laporan tugas pengawasan Komisaris (Pasal 69)
5. Menyetujui dan menetapkan penggunaan laba bersih, penyisihan cadangan dan dividen,
serta dividen interim (Pasal 71 dan Pasal 72).

81
6. Menyetujui penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan, pengajuan pailit,
perpanjang jangka waktu berdirinya, dan pembubaran perseroan (Pasal 89).
7. Menyetujui pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Komisaris (Pasal 94 dan
Pasal 111)
8. Menetapakan besarnya gaji dan tunjangan anggota Direksi dan Komisaris (Psala 96 dan
Pasal 113).

2. Dewan Komisaris:
1. Melakukan tugas dan tanggung jawab pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, dan memberikan nasehat kepada Direksi (Pasal 108 dan Pasal
114).
2. Bertanggung jawab rentang secara pribadi atas kerugian perseroan bila yang bersangkutan
atau lalai dalam menjalankan tugasnya (Pasal 114 ayat 3 dan ayat 4).
3. Bertanggung jawab renteng secara pribadi atas kepailitan perseroan bila disebabkan oleh
kesalahan dan kelalian dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberi nasehat (Pasal
115).
4. Diberi wewenang untuk membrntuk komite yang diperlukan untuk mendukung tugas
Dewan Komiaris.

3. Dewan Direksi:
1. Menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan kebijakan
yang dianggap tepat dalam batas yang ditetapkan Undang-Undang dan Anggaran Dasar
Perseroan (Pasal 92)
2. Bertanggung jawab renteng dan penuh secara pribadi atas kerugian perseroan bila yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya (Pasal 97)
3. Mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan (Pasal 98)
4. Wajib membuat daftar pemegang saham, risalah RUPS, dan risalah rapat direksi (Pasal 100
ayat 1a)
5. Wajib membuat laporan tahunan (Pasal 100 ayat 1b)
6. Wajib memelihara seluruh daftar, risalah, dokumen keuangan dan dokumen perseroan
lainnya ditempat kedudukan Perseroan (Pasal 1c dan Pasal 2)

82
7. Wajib meminta peesrtujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan Perseroan atau
menjadikan jaminan utang Perseroan (Pasal 102)

Dengan demikian, RUPS merupakan organ tertinggi dan memegang wewenang tertinggi dalam
perseroan yang berbadan hukum PT. Anggora Dewan Komisaris dan Dewan Direksi diangakt dan
diberhentikan oleh RUPS. Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi tindakan Dewan Direksi
serta memberikan nasehat dan arahan kepada Dewan Direksi dan menjalankan operasi
perusahaan.dewan Direksi bertugas untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan berdasarkan
arahan dan garis besar kebijakan yang telah ditetapkan oleh RUPS, Dewan Komisaris, serta
Anggaran Dasar Perseroan yang berlaku dalam koridor hukum.

ORGAN KHUSUS DALAM PENERAPAN GCG

Meskipun ketentuan mangenai organ perseroan telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan
Terbatas Nomor 47 Tahun 2007 dan selanjutnya dituang kembali di dalanm Anggaran Dasar
Perseroan, namun dalam praktiknya organ ini belum mampu menjamin terselenggaranya tata
kelola perusahaan yang sehat.

Indara Surya dan Ivan Yustiavananda (2006) menyebutkan paling tidak diperlukan empat organ
tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu:

1. Komisaris Independen
2. Direktur Independen
3. Komite Audit
4. Sekretaris Perusahaan

Komisaris dan Direktur Independen

Istilah independent sering diartikan sebagai merdeka, bebas, tidak memihak, tidak dalam tekanan
pihak tertentu, netral, objektif, punya integritas, dan tidak dalam posisi konflik kepentingan. Indra

83
Surya dan Ican Yustiavandana (2006) mengungkapkan ada dua pengertian independent terkait
dengan konsep komisaris dan direktur independent tersebut.

Pertama, komisaris dan direktur independent adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili
pemegang saham independent (pemegang saham minoritas). Sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Perseroan, anggota Direksi, dan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS,
sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS didasarkan perbandingan jumlah suara para
pememgang saham. Hak suara dalam RUPS tidak didasarkan atas satu orang sat suara, tetapi
didasarkan atas jumlah saham u\yang dimilikinya. Sebagai konsekunsinya, keputusan penetapan
dan pemberhentian anggota komisaris dan direksi akan selalu berasal dari kepentingan pemegang
saham mayoritas.

Kedua, komisaris dan direktur inderpenden adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam kepastian
mewakili pihak mana pun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan,
pengalmana, dan keahlian professional yang dimilikinya untuk menjalankan tugas demi
kepentingan perusahaan. Jadi, pengertiannya disini lebih luas dibandingkan pengertian pertama.
Komosaris dan direktur independent dinagkat semata-mata karena pertimbangan
“profesionalisme” demi kepentingan perusahaan.

Selain kedua pengertian tersebut, sebenarnya masih ada pengertian ketiga yang biasa dipakai
dalam kode etik akuntan public, yang dalam konteks ini sering dikenal dengan istilah independent
in fact dan independent in appearance. Independent in fact menekankan sikap mental dalam
mengambil keputusan dan tindakan yang semata-mata didasarkan atas pertimbangan
profesionalisme dari dalam diri yang bersangkutan tanpa campur tangan, pengaruh, atau tekanan
dari pihak luar. Independent in appearance dilihat dari sudut pandang pihak luar yang
mengharapkan calon yang bersangkutan secara fisik tidak mempunyai hubungan darah dengan
aperusahaan dan/atau dengan para pemangku kepentingan lainnya yang dapat menimbulkan
keraguan dari pihak luar tentang kenetralan yang bersangkutan. Pada pengetian kedua mengenai
komisaris dan direktu independent yang telah disebutkan, pengertian tersebut sama
denganpengetian independent in fact yang semata-mata didasarkan atas pertimbangan

84
profesionalisme saja. Namun dalam pengertian ketiga, pertimbangan profesionalisme saja tidak
cukup, persyaratan independent in appearance juga harus dipenuhi.

Komite Audit
Undang-Undang Perseroan terbatas Pasal 121 memunginkan Dewan Komisaris untuk membentuk
komite tertentu yang dianggap perlu untuk membantu tugas pengawasan yang diperlukan. Salah
satu komite tambahan yang kini banyak muncul untukmembantu fungsi Dewan Komisaris adalah
Komite Audit. Munculnya komite audit ini barangkali disebabkan kecenderungan makin
meningkatnya berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian yang dilakukan para direktur dan
komisaris yang menandakan kurang memadainya fungsi pengawasan.

Sebagimana dinyatakan oleh Hasnati (dalam Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2006), tugas,
tanggung jawab, dan wewenang komite audit adalah membantu dewan komisaris, antara lain:
1. Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang memadai (prinsip tanggung jawab).
2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan (prinsip transparansi)
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran biaya audit ekstenal, serta
kemandirian dan objektivitas audit eksternal. (prinsip akuntabilitas)
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang
sedang diperiksa eksternal audit (prinsip tanggung jawab).

Selanjutnya Forum for Corporate Governance in Indonesia dan YPPMI Institute menyebutkan
syarat-syarat untuk menjadi anggota Komite Audit adalah:
1. Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Direksi
2. Terdiri atas sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Komisaris Independen dan sekurang-kurangnya
2 (dua) orang anggota berasal dari luar Emiten atau perusahaan publik.
3. Memiliki integritas tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai sesuai
latar belakang pendidikannya, serta mampu berkomunikasi dengan baik.
4. Salah satu dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan keuangan dan
akuntansi.
5. Memilki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan.

85
6. Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik yang memberikan jasa Audit dan/atau
non-audit pada Emiten atau perusahaan public yang bersangkutan dalam satu tahun terakhir
sebelum diangkat oleh Komisaris sebagaiaman dimaksud dalam Peraturan VIII.A.2. tentang
Independensi Akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal.
7. Bukan merupakan karyawan kunci Emiten atau perushaan public dalan satu tahun terakhir
sebelum diangkat komisaris.
8. Tidak mempunyai saham baik langsung mapun tidak langsung pada emiten atau perusaah
public. Dalam hal komite audit memperloeh saham akibat suatu peristiwa hokum, maka dalam
jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan
kepada pihak lain.
9. Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten, Komisaris, Direktu, atau Pemegang Saham
Utama.
10. Tidak mempunyai hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan
dengan kegiatan usaha Emiten.
11. Tidak merangkap sebagai anggota Komite Audit pada Emiten atau perusahaan public lain pada
periode yang sama
12. Sekretaris perusahaan harus bertindak sebagai Sekretaris Perusahaan Audit.

Aturan mengenai Komite Audit ini, antara lain dapat dilihat pada:
1. SE Ketua Bapepam Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite Audit untuk perusahaan public.
2. Keputusan Direksi PT BEJ Nomor Kep-305/BEJ/07-2004 tentang pencatatan saham dan efek
3. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-133/M-
BUMN/1999 tentang Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.

Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary)


Tugas, tanggung jawab, dan kedudukan pejabat sekretaris perusahaan sebagi bagian dari
pelaksanaan GCG berbeda sekali dengan tugas, kedudukan, dan tanggung jawab seorang sekretaris
eksekutif yang selama ini sudah sangat dikenal. Sekretaris eksekutif biasnya direkrut sebagai staf
khusus untuk keperluan para eksekutif puncak suatu perusahaan, seperti: direksi, komisaris atau
ekesekutif puncak lainnya. Fungsi utama sekretaris eksekutif lebih banyak untuk membantu
pejabat eksekutuf yang bersangkutan, antara lain: menyangkut pengaturan jadwal kegiatan, jadwal

86
rapat, dokuemntasi surat masuk dan surat keluar, penerimaan telepon, pengurusan tiket dan
dokumen perjalanan dan sebagainya.

Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi yang sangat tinggi dan strategis karena orang
dalam jabatan ini berfungsio sebagai pejabat penghubung atau semacam public relation antar
perusahaan dengan pihak luar perusahaan, khususnya bagi perusahaan-perusahaan besar yang telah
mendaftarkan sahamnya dibursa. Tugas utama sekretaris perusahaan antara lain menyimpan
dokumenperusahaan, daftar pemegang saham, risalah rapat direksi dan RUPS serta meyimpan dan
meyediakan informasi penting lainya bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

Aturan yang berkaitan dengan sekretaris perusahaan ini dapat dilihat antara lain pada:
1. Keputusan Ketua Bapepam Nomor 63 tahun 1996 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan
bagi Perusahaan Publik.
2. Keputusan Direksi BEJ Nomor 339 Tahun 2001 tentang Sekretaris Perusahaan.

GCG DALAM BADAN USAHA MILIK NEGARA

Pada awalnya, tujuan dibentuknya BUMN adalah merupakan penjabaran dan implementasi pasal
33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Pemerintah melalui BUMN kemudian mencoba untuk menguasai dan
mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak luas bagi kepentingan masyarakat, seperti:
kelistrikan, telekomunikasi, tata guna air, dan pertambangan.

Menurut Tjager dkk. (2003), sampai dengan tahun 2002 masih ada BUMN sebanyak 161
perusahaan yang tersebar di sekitar 37 sektor/bidang usaha. Bidang usaha BUMN ini sangat
meyebar mulai dari komoditas-komoditas yang dianggap vital seperti: air, beras dan kebutuhan
pokok lainnya, listrik, obat, minyak, pupuk, semen, telekomunikasi, jasa kosntruksi, transportasi
darat, laut, udara, kehutanan, pertanian, pertambangan, perdagangan, industri persenjataan
strategis hingga pesawat terbang. Tjager dkk. (2003) selanjutanya bahwa rendahnya kinerj BUMN

87
ini ada kaitannya dengan belum efektifnya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di BUMN
tersebut.

Penerapan GCG perusahaan BUMN tidak berlangsung instan. Meski memerlukan banyak
peningkatan, kesadaran stakeholder terhadap pentingnya GCG di tubuh BUMN menjadi ‘angin
segar’ tersendiri. Berbagai kalangan pun mengapresiasi BUMN yang menunjukkan peningkatan
penerapan prinsip-prinsip GCG secara nyata. Apresiasi itu bisa dilihat dari, misalnya, Anugerah
BUMN yang tahun 2020 telah berlangsung untuk ke-9 kalinya. Anugerah BUMN adalah ajang
untuk mengapresiasi kontribusi BUMN dan anak perusahaan BUMN yang telah menunjukkan
kinerja unggul dan berdaya saing di tingkat nasional dan global.

GCG DALAM PERBANKAN

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan operasional bergantung pada dana yang
dipercayakan oleh pengguna jasanya atau nasabah. Kestabilan suatu perekonomian negara juga
dipengaruhi oleh kesehatan sistem perbankannya. Tanpa adanya lembaga bank yang bisa
menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana dari rakyat, sektor-sektor perekonomian tidak
akan berkembang. Oleh karena itu, sangatlah penting jika manajemen operasional dan prinsip
kerjanya dikembangkan dengan baik dan sistematis.

Salah satu cara untuk menilai sistem kerja suatu bank adalah melalui penilaian Good Corporate
Governance atau GCG. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 8/4/PBI/2006,
pengertian GCG Perbankan adalah suatu tata kelola bank yang menerapkan
prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).
Sedangkan untuk bank syariah, pengertian dan peraturannya ditetapkan melalui PBI Nomor
11/33/PBI/2009, yang mencangkup Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dasar-dasar
inilah yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan juga tanggung jawab yang
diemban oleh Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite beserta satuan kerja sebuah lembaga
bank.

88
Adapun prinsip-prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Keterbukaan
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, pejabat intern bank beserta seluruh jajaran staff harus bisa
mengungkapkan informasi dengan jelas, lugas, akurat, dan dapat diperbandinkan. Tujuannya
agar seluruh stakeholders atau pemegang saham dapat mengakses informasi tersebut sesuai
dengan haknya. Informasi tersebut meliputi namun tidak terbatas pada visi dan misi, strategi
dan rencana perusahaan, informasi keuangan dan non keuangan, susunan pejabat dan juga
sistem pengawasan, penerapan sistem kepatuhan, serta manajemen resiko. Sehingga, semua
kebijakan bank harus dikomunikasikan dan didata dengan akurat kepada jajaran pemegang
saham yang berhak atas informasi tersebut. Walau demikian, sebagai penyedia jasa pengelolaan
keuangan, pejabat intern bank juga harus bisa memegang data-data sensitif yang berkaitan
dengan data pribadi nasabah dan ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan undang-
undang.
2. Akuntabilitas
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, bank harus bisa membuat program kerja dan tanggung
jawab tiap-tiap satuan tugas dengan jelas yang mencerminkan visi dan misi serta strategi
perusahaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi bank untuk memilih tenaga kerja yang
kompeten sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Demikian pula dalam hal sistem
pengawasan dan manajemen resiko, lembaga bank harus dapat menerapkan disiplin tinggi bagi
setiap satuan tugas dengan sistem reward and punishment yang jelas dan transparan.
3. Tanggung jawab
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, bank harus selalu menerapkan prinsip kehati-
hatian (prudential banking practice), tertama yang berkaitan dengan data-data nasabah dan
pengelolaan dana. Semua standart operasional harus didukung dengan peraturan dan sistem
yang jelas dan lugas untuk menjamin dilaksanakannya peraturan yang berlaku. Selain itu, bank
juga harus menjadi cerminan perusahaan yang baik dan peduli terhadap lingkungan sekitar dan
juga peka terhadap tanggung jawab sosial.
4. Independensi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, bank harus dapat mengambil keputusan yang objektif dan
bebas dari tekanan oleh pihak manapun. Hal ini dilakukan untuk menghindari dominasi oleh
salah satu atau sebagian dari jajaran pemegang saham yang bisa mempengaruhi strategi

89
perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang diambil serta mencegah benturan kepentingan dari
pemegang saham.
5. Kewajaran
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, bank harus bisa memperhatikan kepentingan seluruh
jajaran pemegang saham dengan adil dan merata. Pengambilan keputusan harus dilakukan
dengan terbuka dan diketahui oleh seluruh pemegang saham dengan hak dan kewajiban yang
seimbang. Pemegang saham juga berhak untuk memberikan masukan-masukan yang terkait
dengan kinerja bank dan menyampaikan pendapat dengan bebas serta mengakses informasi-
informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Untuk memastikan berjalannya GCG dalam sebuah lembaga bank, Bank Indonesia mewajibkan
setiap lembaga bank melakukan self assesment dan melaporkan hasilnya. Penilaian tersebut
terangkum dalam sebelas faktor penilaian yaitu:
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite
4. Penanganan benturan kepentingan
5. Penerapan fungsi kepatuhan bank
6. Penerapan fungsi audit intern
7. Fungsi audit ekstern
8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern
9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large
exposure)
10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank, laporan pelaksanaan good corporate
governance serta pelaporan internal
11. Rencana strategis bank (PBI nomor 8/14/PBI/2006)

Dalam menjalankan penilaian tersebut, pihak bank wajib mengisi Kertas Kerja Self
Assessment GCG dan menentukan besaran nilai peringkat dari setiap kriteria dengan
membandingkannya dengan indikator yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

90
Pelaksanaan GCG adalah salah satu alat untuk membangun kepercayaan nasabah, masyarakat
maupun dunia internasional yang merupakan syarat mutlak bagi suatu lembaga bank untuk
berkembang. Produk utama bank adalah jasa pengelolaan uang bagi masyarakat, tentunya tanpa
ada kepercayaan yang penuh, masyarakat tidak akan mau membiarkan suatu bank untuk
menyimpan dan mengelola dana yang dititipkan. Pedoman-pedoman GCG juga terus dikaji dan
diawasi oleh Bank for International Settlement (BIS) agar sistem yang digunakan berkembang
sesuai dengan kemajuan teknologi dan situasi perekonomian global. Dengan kata lain, penerapan
GCG akan berpengaruh pada kode etik perbankan yang menjadi faktor penting dalam menjalankan
kegiatan operasional bank sehari-hari.

LATIHAN SOAL

KASUS
DUGAAN PENYIMPANGAN MANAJEMEN ADAM AIR

Salah satu pihak pemegang saham PT Adam Sky Connection Airlines atau Adam Air, yakni
PT Global Transport Service ( PT GTS ) menyatakan bahwa ada indikasi penyelewengan keuangan
oleh manajemen Adam Air. Hal ini merupakan salah satu penyebab kesulitan keuangan yang
dialami maskapai ini. “Keuangan Adam Air mulai kritis sejak November 2007, tetapi tiap kali saya
mengajak manajemen untuk rapat tidak ditanggapi,” kata mantan Wakil Presiden Direktur
(Wapresdir) Adam Air, Gustiono Kustanto,senin 17/3/08. selain sebagai Wapresdir, Gustiono juga
menjabat sebagai Direktur Keuangan Adam Air dan salah satu Direktur GTS. Karena upaya
pembenahan keuangan tidak ditanggapi, Gustiono pun merekomendasikan GTS untuk menarik
investasi dari Adam Air. Pengacara Otman Paris Hutapea yang mewakili GTS dan PT Bright Star
Perkasa (PT BSP) pun menyangkal pemberitaan bahwa beroperasinya Adam Air disebabkan oleh
penarikan modal. “Tidak ada sedikit pun uang yang ditarik dari Adam Air. Klien kami bahkan
belum pernah menerima dividen,” kata Hotman. Menurut dia, modal yang disetor GTS dan BSP
pada 7 Maret 2007 sebesar Rp 157,5 miliar (untuk 50% saham). Perlu diketahui bahwa komposisi
saham Adam Air terdiri atas PT GTS (19%); PT BSP (31%); dan keluarga Presiden Adam Air,
Adam Suherman sebesar 50%. Sedangkan PT GTS dimiliki oleh PT Bhakti Investama Tbk,
perusahaan sekuritas yang telah “go public”. Presiden Direktur Adam Air, Adan Suherman
mengatakan, “Siapa pun dipersilahkan membuktikan bila ada dugaan penyimpangan keuangan.

91
Selama ini manajemen Adam Air transparan. Buktinya ada wakil GTS yang juga menjabat direktur
keuangan.”
Sebagaimana diketahui, perusahaan penerbangan Adam Air telah beberapa kali
menghadapi musibah kecelakaan pesawat. Kini secara tiba-tiba ada berita perselisihan antar
pemegang saham dan manajemen perusahaan sehingga menyebabkan perusahaan terancam
menghentikan operasinya. Apalagi keputusan penghentian operasi penerbangan ini bersamaan
dengan masa liburan panjang sehingga tentu saja merugikan ribuan calon penumpang yang telah
memiliki tiket Adam Air tersebut. Belum lagi sekitar 3000 karyawan Adam Air akhirnya
mengalami kebingungan dan nasibnya menjadi tidak menentu.

Pertanyaan :
1. Coba Anda teliti dan berikan penalaran, apakah struktur manajemen dan mekanisme proses
keputusan yang dilakukan oleh Manajemen Adam Air telah sesuai dengan “tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG)”?
2. Coba Anda Identifikasi, siapa saja yang dapat dimasukkan dalam kelompok pemangku
kepentingan (stakeholders), serta apa saja kepentingan untuk Adam Air tersebut?
3. Coba Anda jelaskan, apakah menurut Anda manajemen Adan Air telah memperhatikan proses
keputusan etis dalam penutupan operasinya?

92

Anda mungkin juga menyukai