Anda di halaman 1dari 6

Nama Anggota Kelompok 3 :

1. Harmanto (205221120)
2. Putri Amalia Rizqiani (205221206)
3. Umi Aisyah (205221321)
4. Anna Zukhrufah Susilowati (205221344)

Kelas : 6H Akuntansi Syariah

Mata Kuliah : Audit Internal

Dosen Pengampu : Muhrom Ali Rozai, SE., M.E.Sy., M.Si., CRMO, QRMP

RESUME BAB 3

AUDIT INTERNAL

TATA KELOLA

A. Pengertian Tata Kelola

Istilah governance sering diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata


pamong. Corporate governance apakah sama dengan corporate
management? Secara sederhana, managemen (management) adalah pihak
yang mengelola perusahaan sehari-hari dengan menggunakan sumber daya
yang dimiliki perusahaan. Pemilik dari perusahaan adalah para pemilik
modal (shareholders). Manajemen terdiri dari orang-orang professional yang
tidak mewakili para pemilik modal. Sebagai pemilik modal, para pemegang
saham memiliki hak legal untuk mengetahui bahwa kekayaan mereka
dikelola untuk kepentingan perusahaan, dan nantinya akan memberi
keuntungan bagi mereka. Untuk itu, perlu ada suatu agen yang lebih
independen daripada manajemen yang mewakili para pemilik modal.
Terbentuklah Board atau dewan yang bertugas untuk memonitor atau
mengawasi jalannya perusahaan agar sesuai dengan kebijakan dan prosedur
yang sudah ditetapkan. Dewan dipilih oleh para pemegang saham dan
berhak memilih orang-orang yang terlibat di manajemen perusahaan. Di
negara-negara Amerika, Kanada, Eropa maupun Jepang, istilah dewan ini
disebut sebagai board of directors. Anggotanya merupakan campuran atau
executive director dan non executive director (independent director). Tata
kelola dilaksanakan dalam satu board dan keduanya menjalankan bisnis
perusahaan.

Dewan memegang peran penting governance atau tata kelola dengan


perhatian utama pada relevansi entitas usaha dalam berbagai konteks, baik
ekonomi, sosial, budaya, kesinambungan usaha, hubungan keluar dan
konsitituennya. Tata kelola (governance) memfokuskan pada hubungan
perusahaan pada pihak luar (para pemangku kepentingan), sedangkan
manajemen lebih fokus pada pengelolaan di dalam perusahaan. Tata kelola
cenderung memiliki sistem yang terbuka sedangkan manajemen ke sistem
yang tertutup. Tata kelola berorientasi pada strategi sedangkan manajemen
berorientasi tugas.

Tata kelola organisasi didefinisikan oleh Organisation for Economic


Co-operation and Development (OECD 1999) sebagai

Corporate governance…involves a set of relationships between a


company’s management, its board, its shareholders, and other stakeholders.
Corporate governance also provides the structure through which the
objectives of the company are set, and the means of attaining those
objectives and monitoring performance are determined. Good corporate
governance (GCG) should provide proper incentives for the board and
management to pursue objectives that are in the interest of the company and
shareholders and should facilitate effective monitoring

Terjemahan bebasnya adalah sebagai berikut:

Tata kelola perusahaan yang baik merupakan seperangkat hubungan


antara managemen perusahaan, dewan direksi, pemegang saham dan
pemangku kepentingan yang lain. Tata kelola korporasi juga menyediakan
struktur sesuai dengan tujuan korporasi yang ditetapkan, artinya pencapaian
atas tujuan kinerja pemonitoran telah ditentukan. Tata kelola perusahaan
yang baik seharusnya menyediakan insentif yang tepat untuk dewan direksi
dan manajemen dalam mengejar tujuan untuk kepentingan perusahaan dan
pemegang saham serta harus memfasilitasi pengawasan yang efektif.

Pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan adalah para


pemegang saham dan para pemangku kepentingan lainnya memerlukan
jaminan bahwa perusahaan menjalankan aktivitasnya. Jaminan diberikan
dalam bentuk tata kelola organisasi yang baik. Perusahaan
menyelenggarakan proses pemonitoran pelaksanaan tata kelola organisasi
agar para pemangku kepentingan mendapat keyakinan bahwa proses bisnis
yang dijalankan tidak merugikan kepentingan investor, kreditor, pemasok,
pelanggan, pihak pemerintah, karyawan maupun masyarakat dan
lingkungannya.

B. Organisasi dan Mekanisme Kerja

Untuk menjalankan suatu tata kelola organisasi yang baik, maka


diperlukan beberapa organ untuk menghadapi masalah keagenan yang
berpotensi muncul dalam suatu tata kelola. Masalah keagenan yang
dimaksud adalah adanya ketidaksesuaian tujuan antara agen (managemen)
dengan para pemangku kepentingan (principal) yang mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan organisasi. Undang-undang tentang Perseroan Terbatas
(UU No.1 tahun 1995) menyebutkan bahwa organ perseroan adalah Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris. Peran organ
perusahaan dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: (1) peran kinerja
(performance role), dan (2) peran kesesuaian (conformance role).

Peran kinerja berkaitan dengan orientasi jangka panjang seperti


perumusan strategi untuk mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Aktivitas
dalam peran ini adalah penyusunan rencana korporasi, pengendalian
anggaran, budaya perusahaan. Aktivitas dilaksanakan dengan
memperhatikan masalah-masalah perusahaan terkait dengan pelanggan,
competitor, kondisi ekonomi, sosial, politik dan faktor eksternal lainnya.
Peran kesesuaian berkaitan dengan masa lalu dan saat ini berkaitan dengan
terukurnya aktivitas yang dilakukan (akuntabilitas) dan pemantauan atas
jalannya aktivitas (pemonitoran). Manajemen diawasi oleh Dewan
Komisaris agar strategi dan kebijakan yang digariskan dapat
dipertanggungjawabkan kepada para pemangku kepentingan.

C. Good Corporate Gorvenance dan Stakeholders

Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan


yang baik saat ini sudah menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan
perusahaan-perusahaan, baik itu BUMN maupun swasta. Khususnya bagi
emiten yang memiliki kewajiban transparansi informasi kepada publik,
terutama investor sahamnya. GCG itu bisa menentukan kredibilitas
perusahaan di mata semua stakeholders-nya. Namun untuk
implementasinya, stakeholders pun harus dilibatkan supaya GCG satu
perusahaan itu bisa terlaksana.

Stakeholder dibagi menjadi 2, yaitu stakeholder primer dan


stakeholder sekunder. Yang termasuk stakeholder primer adalah
shareholder, pemilik, investor, karyawan maupun customer. Sedangkan
yang termasuk stakeholder sekunder adalah pemerintah, masyarakat umum
dan lingkungan.

D. Azas Good Corporate Gorvenance

GCG memiliki lima pilar yaitu: (1) transparansi, (2) akuntabilitas,


(3) tanggung jawab; (4) independen dan (5) keadilan; Lima pilar tersebut
bagaikan pilar suatu bangunan yang jika salah satu goyah, maka rumah akan
mudah rubuh.

a. Transparansi (transparency)
Perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik harus
dapat menyediakan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu
atas kinerja perusahaan kepada para pemangku kepentingan. Prinsip
ini dalam akuntansi keuangan dikenal sebagai “full disclosure”.
Implementasi transparansi diwujudkan dalam bentuk pengembangan
sistem manajemen risiko (risk management system), pengembangan
sistem informasi managemen (management information system),
pengungkapan secara penuh segala aspek yang berkaitan dengan
kewajiban keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum (PABU) di Indonesia. Contohnya, perusahaan yang memiliki
transaksi atau kontrak yang berdampak besar bagi perusahaan dalam
jangka panjang, wajib mengungkapkannya dalam laporan keuangan.
Perusahaan yang mendapat persetujuan kredit dari kreditur dengan
batas persentase tertentu dari nilai aktiva perlu diungkapkan agar di
kemudian hari, tidak terjadi kegagalan keuangan yang merugikan
pemangku kepentingan.
b. Akuntabilitas (accountability)
Akuntabilitas merupakan suatu pertanggungjelasan suatu
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Pertanggungjelasan mengandung makna adanya kewajiban dalam
mempertanggungjawabkan suatu misi dengan pengukuran kinerja.
Suatu misi dikatakan berhasil atau akuntabel ketika implementasinya
dapat diukur. Untuk mengukur keberhasilan suatu misi ditentukan
indikator kinerja yang disebut sebagai key performance indicator-
KPI, misalnya dalam bentuk Non Performing Loan (NPL), Capital
Adequacy Ratio (CAR) dan lain sebagainya. Akuntabilitas
mencerminkan kewajiban dari pimpinan atau pengelola untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan yang telah
dilakukan kepada pihak yang berhak meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
c. Tanggung jawab (responsibility)
Tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang atau badan
hukum sesuai dengan tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya sebagaimana yang ditetapkan dalam hukum dan
peraturan yang berlaku. Perusahaan wajib memenuhi tanggung
jawab dalam hal perpajakan, lingkungan hidup, ketenagakerjaan,
antimonopoli, serta regulasi lain yang bersingunggan dengan
kepentingan para pemangku kepentingan.
d. Independensi (independence)
Independensi berkaitan dengan pengeolaan perusahaan secara
profesional dan bebas dari tekanan dari pihak manapun yang tidak
sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Direksi dan
komisaris mungkin mendapat tekanan untuk mengambil keputusan
yang menguntungkan kemakmuran pemegang saham. Tekanan
tersebut menyebabkan direksi dan komisaris mengambil langkah-
langkah yang melawan kebijakan dan peraturan yang berlaku. Untuk
menjaga prinsip independensi, maka komisaris dan direksi diangkat
dari luar perusahaan.
e. Keadilan (fairness)
Keadilan meliputi adanya hak dan tanggung jawab yang jelas, dapat
diterima oleh semua pihak yang terlibat dan berkepentingan.
Kepentingan pemegang saham dilindungi dari perbuatan curang atau
praktik tidak etis misal insider trading. Keadilan dari aspek
karyawan serta masyarakat atas perlakuan perusahaan terhadap
kesejahteraaan karyawan maupun lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai