Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH PEMERIKSAAN INTERNAL GOOD GOVERNANCE

DISUSUN OLEH: YENI YUNITA SARI GRACE WIJAYANI ENDAH LIS WIJAYATY AYUNURURRAMADHANI .P LISA KARTIKAWATI RATIH WIDYAWATI ROSY PUSPITA SARI LUTFI KAROMAH IRMA SEPTIYANI C1C011063 C1C011070 C1C011075 C1C011076 C1C011086 C1C011093 C1C011100 C1C011102 C1C011107

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI 2014

BAB I PENDAHULUAN Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good governance dan clean government. Secara umum, Good Governance adalah pemerintahan yang baik. Dalam versi World Bank, Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha. Hal ini bagi pemerintah maupun swasta di Indonesia ialah merupakan suatu terobosan mutakhir dalam menciptakan kredibilitas publik dan untuk melahirkan bentuk manajerial yang handal. Diterapkannya Good Governance diIndonesia tidak hanya membawa dampak positif dalam sistem pemerintahan saja akan tetapi hal tersebut mampu membawa dampak positif terhadap badan usaha non-pemerintah yaitu dengan lahirnya Good Corporate Governance. Dengan landasan yang kuat diharapkan akan membawa bangsa Indonesia kedalam suatu pemerintahan yang bersih dan amanah. Audit intern adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan kondisi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi dan tujuan organisasi. Audit ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin ilmu untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola. Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa pelaksanaan audit intern sangat berperan bagi manajemen yang telah menerapkan pengendalian intern yang merupakan bagian dari suatu perusahaan terutama BUMN.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Good Governance Good Governance dapat dibedakan kedalam dua kelompok, yaitu Good Corporate Governance (GCG) dan Good Goverment Governance (GGG). Good Corporate Governance adalah penerapan Good Governance disektor swasta, sedangkan Good Goverment Governance adalah penerapan Good Governance di birokrasi negara. Kedua kelompok Good Governance tersebut merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. GCG hanya dapat diterapkan di lingkungan dimana pemerintahan atau birokrasi negara telah menerapkan GGG, demikian sebaliknya, GGG tidak mungkin terealisasi tanpa dukungan GCG. GOOD CORPORAT GOVERNANCE Pada KEP-117/M-MBU/2002 pasal 1 disebutkan bahwa pengertian Good Corporate Governance yaitu : Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organisasi BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan nilai etika. Tujuan dari corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara lebih rinci, terminologi corporate governance dapat dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dari dewan direksi, dewan komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham. Jadi, yang diharapkan dari corporate governance adalah proses dari dalam perusahaan untuk secara transparan dan bertanggungjawab merealisasikan tujuan perusahaan dengan dibantu oleh audit intern. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Menurut OECD (Organization for Economic Co-operation and Development), ada 4 unsur penting dalam corporate governace, yaitu :

1. Transparancy (Transparansi) Transparansi mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. 2. Fairness (Keadilan) Keadilan menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. 3. Accountability (Akuntabilitas) Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris ( dalam Two Tiers System). 4. Responsibility (Pertanggungjawaban) Pertanggungjawaban memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Menurut Amin Wijaya Tunggal (2007:6) terdapat enam (6) prinsip Corporate Governance : 1. Transparancy / Keterbukaan. Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan. Dengan transparansi, pihak pihak yang terkait akan dapat melihat dan memahami bagaimana dan atas dasar apa keputusan keputusan tertentu dibuat serta bagaimana suatu perusahaan dikelola. Namun hal tersebut tidak berarti bahwa masalah masalah strategik harus dipublikasikan, sehingga akan mengurangi keunggulan bersaing perusahaan. 2. Independency / Kemandirian. Kemandirian adalah sebagai keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme korporasi. Dalam hal ini ditekankan bahwa dalam menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya, Komisaris, Direksi dan Manajer atau pihak pihak yang diberi tugas untuk mengelola kegiatan

perusahaan, terbebas dari tekanan ataupun pengaruh baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. 3. Accountability / Akuntabilitas. Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban atas pelaksanaan fungsi dan tugas tugas sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh seluruh Organ Perseroan. Dalam hal ini Direksi (beserta manajer) bertanggungjawab atas keberhasilan pengurusan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah disetujui oleh pemegang saham. Komisaris bertanggungjawab atas keberhasilan pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi dalam rangka pengelolaan perusahaan. Pemegang Saham bertanggungjawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan. 4. Responsibility / Pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban perusahaan sebagai bagian dari masyarakat kepada stakeholders dan lingkungan dimana perusahaan itu berada. 5. Fairness / Keadilan. Keadilan adalah kesetaraan perlakuan dari perusahaan terhadap pihak pihak yang berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Dalam hal ini ditekankan agar pihak pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan terlindungi dari kecurangan serta penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang dalam. 6. Disclosure / Keterbukaan dalam informasi. Disclosure adalah keterbukaan dalam mengungkapkan informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan. Discloruse erat kaitannya dengan transparansi, yaitu perusahaan harus dapat memberikan informasi atau laporan yang akurat dan tepat waktu mengenai kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan, secara umum ada 6 prinsip Good Governance antara lain : 1. Transparancy (Transparansi) 2. Fairness (Keadilan) 3. Accountability (Akuntabilitas) 4. Responsibility (Pertanggungjawaban) 5. Disclosure (Keterbukaan dalam informasi) 6. Independency / Kemandirian.

Unsur Unsur Good Corporate Governace

Unsur unsur dalam good corporate governance menurut Tunggal (2002:36-49) dan juga menurut IAI Indonesia (2004:2-3), terdiri atas: 1) Pemegang saham dan RUPS. Hak pemegang saham harus dilindungi, agar pemegang saham dapat melaksanakannya berdasarkan prosedur yang benar dan ditetapkan oleh perusahaan, sesuai dengan peraturan dan perundang undangan yang berlaku. 2) Dewan komisaris. Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang dalam mengawasi tindakan direksi, dan jika perlu dapat memberikan nasihat kepada direksi. Fungsi dewan komisaris yaitu sebagai wakil pemegang saham dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam rangka menjalankan kepengurusan perusahaan yang baik. 3) Direksi Direksi bertugas untuk mengelola perusahaan. Direksi wajib mempertanggungjawabkan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan perusahaan dan Direksi harus memastikan agar perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan stockholders. 4) Eksternal Auditor Eksternal auditor harus ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan Komite Audit. Eksternal audit bertanggung jawab memberikan opini atau pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan eksternal auditor adalah bentuk dari opini profesional mereka mengenai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan tanggung jawab manajemen, tetapi eksternal auditor bertanggung jawab untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan audit mereka. 5) Komite Audit Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit beranggotakan satu atau lebih Dewan Komisaris. Keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya terdiri dari tiga orang sekaligus, seoran diantaranya merupakan Komisaris independen perusahaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern perusahaan

yang independen dimana setidaknya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. 6) Auditor Intern Didalam perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip A Good Corporate Governance, fungsi audit intern antara lain berperan dalam : 1. Membantu manajemen dalam menilai resiko-resiko utama yang dihadapi perusahaan dan memberikan nasihat kepada manajemen. 2. Mengevaluasi struktur pengendalian intern dan bertanggung jawab kepada Komite Audit. 3. Menelaah peraturan Corporate Governance minimal setahun sekali. 7) Sekretaris Perusahaan Sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh salah seorang pejabat perusahaan yang khusus untuk melaksanakan fungsinya. Sekretaris perusahaan harus memiliki akses terhadap informasi material dan relevan yang berkaitan dengan perusahaan dan menguasai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekretaris perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi perusahaan. 8) Manajer dan Pekerja Manajer bertanggung jawab untuk : 1. Kelangsungan hidup perusahaan. 2. Memperpanjang umur perusahaan ke masa depan melalui inovasi, pengembangan manajemen, ekspansi pasar, serta cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan. 3. Menyeimbangkan permintaan dari seluruh kelompok dengan cara sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya 9) Stakeholders Lainnya Stakeholders diberi kesempatan untuk memantau pemenuha peraturan perundangundangan yang berlaku dan menyampaikan masukan kepada Direksi mengenai hal tersebut. Perusahaan juga harus memberikan informasi yang diperlukan oleh stakeholders demi kepentingan bersama.

Karakteristik Good Corporat Governance Equality, semua orang, laki laki, perempuan, mempunyai kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Supremasi hukum, dalam negara yang mengatur adalah hukum yang adil, fair dan tidak memihak. Semua orang termasuk pemerintah harus tunduk kepada aturan aturan hukum. Transparansi, proses pengambilan keputusan harus terbuka, dan ada akses yang sama terhadap segala informasi terhadap masyarakat. Akuntabilitas, proses pengambilan keputusan harus bisa dimonitor dan dikritisi, yaitu para pengambil keputusan harus dapat mempertanggungjawabkan. Resposiveness, semua instansi dan lembaga mendengar, mempertimbangkan dan merespon tuntutan tuntutan masyarakat dan opini publik yang berkembang. Partisipasi sebanyak mungkin dari masyarakat, langsung atau tidak langsung, terjadi dalam proses pengambilan keputusan publik. Effectiveness, keseluruhan proses pengambilan keputusan berlangsung dengan cara cara yang cepat, murah dan sederhana. GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Selanjutnya, berkaitan dengan pengaturan sistem pengendalian organisasi yang memadai, hal ini menyangkut permasalahan tentang manajemen risiko, audit internal, pengendalian internal, penganggaran, manajemen keuangan dan pelatihan untuk staf keuangan. Berkaitan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, dalam pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan bahwa: Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.

Prinsip-prinsip Dasar Good Governance Pada Sektor Publik Pertama, keterbukaan memang sangat diperlukan untuk meyakinkan bahwa stakeholders memiliki keyakinan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan terhadap institusi pemerintah dan terhadap pengelolaan kegiatan oleh instansi pemerintah tersebut. Iklim keterbukaan yang diciptakan melalui proses komunikasi yang jelas, akurat, dan efektif dengan pihak stakeholders dapat membantu proses pelaksanaan suatu kegiatan secara tepat waktu dan efektif. Kedua, integritas mencakup dua hal pokok yaitu kejujuran dan kelengkapan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya, dana, dan urusan publik. Dalam organisasi, integritas ini tercermin pada prosedur pengambilan keputusan dan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu. Ketiga, akuntabilitas yang merupakan bentuk pertanggungjawaban setiap individu maupun secara organisatoris pada institusi publik kepada pihak-pihak luar yang berkepentingan atas pengelolaan sumber daya, dana, dan seluruh unsur kinerja yang diamanatkan kepada mereka. Ketiga prinsip good governance tersebut di atas tercermin secara jelas dalam proses penganggaran, pelaporan keuangan, dan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

Kewajiban Pelaporan Keuangan dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Undang-Undang di Bidang Keuangan Negara Pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan merupakan salah satu bentuk akuntabilitas penyelenggara pemerintahan kepada rakyat melalui perwakilannya di lembaga legislatif. Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 telah secara tegas dinyatakan bahwa pengelola keuangan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah diwajibkan untuk

menyelenggarakan sistem akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya. Sistem akuntansi tersebut digunakan sebagai sarana penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah berdasarkan standar akuntansi pemerintahan yang berlaku. Laporan keuangan Pemerintah Pusat/Daerah sekurangkurangnya meliputi Laporan Realisasi APBN/APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan

Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan badan lainnya. Selanjutnya, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran, Presiden selaku kepala pemerintahan di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota selaku kepala pemerintahan di daerah menyampaikan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan(BPK). Badan Pemeriksa Keuangan selaku auditor eksternal pemerintah melaksanakan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/daerah tersebut berdasarkan standar pemeriksaan yang berlaku. Jangka waktu pelaksanaan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat/daerah oleh BPK ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 harus diselesaikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan.

Pemberdayaan Peran dan Fungsi APIP

Dalam penjelasan UU Nomor 15 Tahun 2004 antara lain dinyatakan bahwa untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Sebagai konsekuensinya, APIP diwajibkan untuk menyampaikan laporan hasil pemeriksaannya kepada BPK. Untuk dapat menghasilkan laporan hasil audit yang dibutuhkan oleh BPK, tentunya diperlukan kejelasan wewenang, peran dan ruang lingkup pekerjaan yang dilaksanakan oleh APIP. Berkenaan dengan peran dan fungsi yang harus dilaksanakan oleh auditor internal dalam rangka mewujudkan good governance pada sektor publik, The International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2001 dalam Study 13 tentang Governance in the Public Sector: A Governing Body Perspective merumuskan bahwa fungsi audit internal yang efektif mencakup reviu yang dilaksanakan secara sistematis, penilaian dan pelaporan atas kehandalan dan efektivitas penerapan sistem manajemen, keuangan, pengendalian operasional dan penganggaran, yang setidak-tidaknya meliputi berbagai aktivitas reviu sebagai berikut: Tingkat relevansi atas kebijakan yang ditetapkan, perencanaan dan prosedur, tingkat kesesuaian antara praktik dengan kebijakan, rencana, dan prosedur yang telah ditetapkan, termasuk implikasinya terhadap aspek keuangan negara. Kehandalan dan keakuratan atas peraturan yang dibuat sebagai penjabaran dari peraturan yang lebih tinggi tingkatannya.

Ketepatan mengenai penyusunan struktur organisasi, pengembangan sumber daya manusia (personil), dan supervisi. Reviu terhadap pelaksanaan program dan kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan dan manfaat atas program dan kegiatan apakah telah selaras dengan tujuan diadakannya program dan kegiatan tersebut. Evaluasi terhadap pertanggungjawaban dan pengamanan atas penggunaan aset dan sumber daya lainnya dari penyalahgunaan wewenang, pemborosan, kelalaian, salah urus, dan lain-lainnya. Reviu terhadap ketepatan, keakuratan, dan kejujuran atas proses pengolahan dan pelaporan informasi keuangan dan manajemen. Penilaian terhadap tingkat keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya. Penilaian terhadap integritas sistem yang terkomputerisasi berikut pengembangan sistemnya, dan Evaluasi terhadap tindak lanjut yang telah dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada periode sebelumnya. Disamping itu, untuk meningkatkan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan di antara jajaran APIP, diperlukan adanya pengembangan sinergi pengawasan APIP.

Pengembangan Sinerji Pengawasan APIP Pengembangan sinergi pengawasan sesama APIP dapat dilakukan dengan cara mutual adjustment melalui koordinasi yang baik, direct supervision melalui proses peer review, serta standardisasi input, proses kerja maupun output. Selanjutnya, upaya pengembangan sinergi pengawasan APIP dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Penajaman peran jajaran APIP dalam struktur pengawasan intern secara keseluruhan. Revitalisasi penerapan Standar Audit dan Kode Etik pada jajaran APIP. Pengembangan aturan main dan program kerja. Pengembangan prosedur kerja dan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.

B. PERMASALAHAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Pelayanan Publik. Upaya untuk menghubungkan tata-pemerintahan yang baik dengan pelayanan publik barangkali bukan merupakan hal yang baru. Namun keterkaitan antara konsep good-governance (tata-pemerintahan yang baik) dengan konsep public service (pelayanan publik) tentu sudah cukup jelas logikanya publik dengan sebaik-baiknya. Argumentasi lain yang membuktikan betapa pentingnya pelayanan publik ialah keterkaitannya dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Inilah yang tampaknya harus dilihat secara jernih karena di negara-negara berkembang kesadaran para birokrat untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat masih sangat rendah. Secara garis besar, permasalahan penerapan Good Governance meliputi : 1. reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat; 2. tingginya kompleksitas permasalahan dalam mencari solusi perbaikan; 3. masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, banyaknya praktek KKN, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur; 4. makin meningkatnya tuntutan akan partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik; 5. meningkatnya tuntutan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik antara lain transparansi, akuntabilitas dan kualitas kinerja publik serta taat pada hukum; 6. meningkatnya tuntutan dalam pelimpahan tanggung jawab, kewenangan dan

pengambilan keputusan dalam era desentralisasi; 7. rendahnya kinerja sumberdaya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan daerah yang belum memadai; 8. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam buku van walt yang berjudul changing public services values mengatakan bahwa para birokrat bekerja dalam sebuah bermuatan nilai dan lingkungan yang yang didorong oleh sejumlah nilai. nilai-nilai ini yang menjadi pijakan dalam segala aktivitas birokrasi saat memberi pelayanan publik.

Terkait dengan pernyataan tersebut ada beberapa nilai yang harus dipegang teguh para formulator saat mendesain suatu naklumat pelayanan. beberapa nilai yang dimaksud yakni 1. kesetaraan

2. keadilan 3. keterbukaan 4. kontinyuitas dan regualitas 5. partisipasi 6. inovasi dan perbaikan 7. efesiensi 8. efektifitas Dengan metode tersebut penerapan prinsip good governance dalam pelayanan publik akan berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000.

C. PERAN AUDIT INTERNAL TERHADAP PELAKSANAAN GOOD GOVERNANCE Satu keuntungan dengan hadirnya audit intern adalah kemampuannya dalam memonitor dan mendisiplinkan manajemen, auditor intern memungkinkan manajemen untuk memberikan laporan keuangan secara berkala. Hal ini tampaknya dapat memberikan pemecahan masalah masalah utama seputar corporate governance yang timbul akibat tindakan buruk yang dilakukan pihak manajemen, khususnya yang menimbulkan kerugian bagi para pemegang saham publik. Audit intern sebenarnya berada dalam posisi untuk mengambil inisiatif tindakan untuk melindungi kepentingannya dengan beban yang juga ditanggung para pemegang saham lainnya. Audit intern perusahaan seringkali merasa bahwa menerapkan corporate governance secara sukalera tidak memberikan keuntungan, apabila perusahaan pesaingnya tidak melakukan hal yang serupa, misalnya meningkatkan trasparansi secara konsisten, termasuk memberikan informasi informasi negatif perusahaan tentunya akan memberikan dampak buruk bagi perusahaan. Konsep awal corporate governance menghendaki perusahaan mampu lebih akuntabel dan transparan kepada stakeholders. Jadi, yang diharapkan dari corporate governance adalah proses dari dalam perusahaan untuk secara transparan dan bertanggungjawab merealisasikan tujuan perusahaan dengan dibantu oleh audit intern (Surya, 2006: 63).

Pengertian pemeriksaan (audit) intern menurut Tugiman (2001:11) adalah sebagai berikut: Pemeriksaan (audit) intern adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan, dengan tujuan membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, auditor intern akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saransaran. Tujuan audit juga mencakup pada pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar. lndependensi ini diperlukan agar hasil pemeriksaan tidak dipengaruhi oleh pandangan subjektif pihak yang diperiksa. Pentingnya independensi ini karena audit intern merupakan aktivitas profesional yang memerlukan integritas dan objektivitas yang tinggi serta pribadi yang tidak mudah dipengaruhi. Tanpa independensi, hasil audit intern yang diharapkan tidak akan dapat diwujudkan secara optimal (Tugiman, 2001:12). Fungsi audit intern yang independen dapat membantu manajemen secara efektif dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan atas kejadian dalam suatu perusahaan. Fungsi audit intern juga menjamin bahwa kondisi dan kejadian yang dilaporkan adalah benar, sehingga tindakan dan pengambilan keputusan manajemen dapat dilakukan sebaik-baiknya maka diperlukan suatu laporan yang menggambarkan kegiatan yang terjadi dalam suatu perusahaan, sehingga hasil suatu perusahaan akan tercermin dalam laporan tersebut (Tugiman, 2001:21). Perusahaan memerlukan suatu kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui apakah penerapan good corporate governance telah berjalan dengan efektif. Fungsi pemeriksaan ini dilakukan oleh suatu staf audit yang merupakan bagian dari pengendali perusahaan itu sendiri, yaitu intern audit. Fungsi intern audit ini harus independen dari pihak yang diperiksa sehingga hasil auditnya tidak dipengaruhi oleh pandangan subyektif pihak yang diperiksa. Dukungan manajemen sangat diperlukan dalam menentukan hubungan antara petugas intern audit dengan bagian-bagian lainnya untuk menghindari salah pengertian dalam kedudukan masing-masing. Pentingnya fungsi intern audit bagi suatu perusahaan telah dikemukakan oleh General Accounting Office (GAO) dan dikutip oleh Cashin & James (1998:121) sebagai berikut: 1. Menemukan berbagai situasi untuk meniadakan pemborosan dan inefisiensi. 2. Menyarankan perbaikan dalam bidang kebijaksanaan, prosedur, dan struktur organisasi.

3. Menciptakan alat-alat penguji terhadap hasil pekerjaan para individu dan berbagai unit organisasi. 4. Mengawasi ketaatan pada syarat-syarat yang ditentukan oleh anggaran dasar dan undangundang. 5. Mengecek adanya tindakan-tindakan yang tidak atau belum disetujui, yang menyeleweng dan tindakan yang tidak sesuai lainnya. 6. Mengidentifikasikan tempat-tempat yang mengandung kemungkinan timbulnya kesulitan dalam kegiatan di masa depan. 7. Menciptakan saluran komunikasi antara berbagai tingkat kegiatan. Pengawasan Internal dalam organisasi merupakan kebutuhan yang mutlak dan tidak dihindari dalam usaha untuk mengembangkan dan mempertahankan kelangsungan hidup organisai. Untuk lebih menjamin tercapainya tujuan pengendalian internal, diperlukan suatu organ yang berfungsi untuk memonitor pelaksanaan pengendalian internal suatu organisasi. Sistem pengendalian internal yang memadai adalah sistem pengendalian yang dapat menjaga keamanan harta organisasi, menjaga ketelitian informasi keuangan, dan mendorong kepatuhan pegawai kepada ketentuan yang berlaku. Pengawasan internal merupakan sebuah proses, yang diwujudkan oleh pimpinan organisasi maupun anggotanya, yang dirancang untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi seperti dibawah ini: 1. Efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasional 2. Keandalan Laporan keuangan 3. Ketaatan dengan peraturan dan perundangan yang berlaku

Kata Kunci Pengawasan internal adalah: 1. Pengawasan intern merupakan sebuah proses, yang menjadi suatu media menuju akhir, bukan berarti akhir itu sendiri; 2. Pengawasan intern dipengaruhi oleh personil. Hal tersebut bukanlah hanya suatu kebijakan yang berbentuk manual dan format tertulis, tetapi merupakan sekelompok individu pada tiap tingkat organisasi. 3. Pengawasan internal dapat diharapkan untuk memberikan kepastian yang sesuai, bukan kepastian yang absolut kepada keseluruhan tingkat manajemen.

4. Pengawasan intern dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya sasaran yang terpisah-pisah tetapi juga untuk keseluruhan tujuan organisasi;

Manfaat Pengawasan Internal Pengawasan internal dapat membantu suatu organisasi dalam mencapai prestasi dan

target yang menguntungkan, dan mencegah kehilangan sumber daya. Dapat membantu menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dan juga dapat memastikan suatu organisasi mematuhi undang-undang dan peraturan, terhindar dari reputasi yang buruk dan segala konsekuensinya. Selanjutnya dapat pula membantu mengarahkan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya, dan terhindar dari hal yang merugikan. Komponen Pengawasan Internal Pengawasan intern terdiri dari lima komponen saling berhubungan. Komponen ini bersumber dari cara pimpinan suatu organisasi menyelenggarakan tugasnya dan oleh karena itu komponen ini menyatu dan terjalin dalam proses manajemen. Komponen adalah: Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Merupakan perwujudan suatu iklim manajemen di mana sejumlah orang melaksanakan kegiatan dan tanggungjawab pengendalian. Faktor lingkungan pengendalian ini termasuk integritas, etika, kompetensi, pandangan dan philosopi manajemen dan cara manajemen membagi tugas dan wewenang/tanggungjawab serta arahan dan perhatian yang diberikan pimpinan puncak. Penaksiran Resiko (Risk Assessment) Setiap entitas, dalam melaksanakan aktivitas menghadapi berbagai resiko, baik internal maupun eksternal yang harus diperhitungkan terkait dalam mencapai tujuan sehingga membentuk suatu basis penetapan bagaimana resiko tersebut seharusnya dikelola. Penaksiran risiko mensyaratkan adanya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Aktifitas Pengendalian (Control Activities) Meliputi kebijakan dan prosedur yang menunjang arahan dari manajemen untuk diikuti. Kebijakan dan prosedur tersebut memungkinkan diambilnya tindakan dengan

mempertimbangkan risiko yang terdapat pada seluruh jenjang dan fungsi dalam organisasi. Didalamnya termasuk berbagai jenis otorisasi dan verifikasi, rekonsiliasi, evaluasi kinerja dan pengamanan harta serta pemisahan tugas.

Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi yang relevan perlu diidentifikasikan, dicatat dan dikomunikasikan dalam bentuk dan waktu yang tepat, sehingga memungkinkan pelaksanaan tanggungjawab yang baik oleh anggota organisasi. Sistem informasi menghasilkan laporan tentang kegiatan operasional dan keuangan, serta ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dalam rangka melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan tugas. Monitoring Pemantauan adalah suatu proses yang mengevaluasi kualitas kinerja Sistem Pengendalian Manajemen pada saat kegiatan berlangsung. Proses ini diselenggarakan melalui aktivitas pemantauan yang berkesinambungan dan melalui pengawasan (audit) intern atau melalui keduaduanya. Komponen tersebut di atas merupakan suatu rangkaian yang terjalin erat. Komponen lingkungan pengendalian menjadi landasan bagi komponen-komponen yang lain. Dalam lingkungan pengendalian, manajemen melakukan penaksiran resiko dalam rangka pencapaian tujuan. Aktivitas pengendalian diimplementasikan untuk memastikan bahwa arahan manajemen telah diikuti. Sementara informasi yang relevan dicatat dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi. Selanjutnya keseluruhan proses tersebut dipantau secara terus menerus dan diperbaiki bilamana perlu. Pertalian dan sinergi dari antara komponen-komponen tersebut, membentuk suatu sistem terintegrasi yang bereaksi dengan dinamis ke kondisi yang berubah-ubah. Sistem pengawasan intern terjalin dengan aktivitas organisasi. Pengawasan intern merupakan alat yang paling efektif yang dibangun ke dalam infrastruktur organisasi dan menjadi bagian dari inti organisasi. Pengawasan internal yang terpadu akan meningkatkan mutu dan inisitif organisasi, menghindari biaya-biaya tak perlu dan memungkinkan tanggapan yang cepat terhadap kondisi yang berubahubah.

BAB III KESIMPULAN

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang dan mendambakan clean and good governance. Untuk mencapai good governance dalam tata pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip good governance hendaknya ditegakkan dalam berbagai institusi penting pemerintahan, prinsp-prinsip tersebut meliputi: Partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparasi, peduli dan stakeholder, berorientas pada consensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, dan visi strategis. Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, memberikan indikasi membaiknya kinerja manajemen pemerintahan, disisi lain menunjukan adanya perubahan pola pikir yang berpengaruh terhadap perubahan yang lebih baik terhadap sikap mental dan perilaku aparat pemerintahan yang berorientasi pada pelayanan publik. Sistem pengendalian intern merupakan prasyarat bagi penyelenggaran pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara yang amanah. Sistem pengendalian intern ini pulalah, yang salah satu unsurnya adalah fungsi audit internal, yang menjadi pertimbangan penting dalam menentukan keluasan dan kedalaman ruang lingkup pekerjaan audit. Dengan demikian, fungsi audit internal yang berjalan dengan baik akan menghasilkan keluaran yang berharga untuk menjadi masukan bagi pihak auditor eksternal, eksekutif, dan legislatif dalam memperbaiki pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara pada waktu yang akan datang. Oleh karena itu, sudah selayaknya fungsi pengawasan internal lebih diberdayakan dan dilaksanakan secara sinergis demi tercapainya tujuan berbangsa dan bernegara atau good governance pada sektor publik yaitu terwujudnya transparansi, akuntabilitas, kejujuran, keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.maranatha.edu http://bpkp.go.id http://www.banyumaskab.go.id/berita-378-pelaksanaan-good-governance--di-indonesia.html http://khafidsociality.blogspot.com/2011/07/penerepan-prinsip-prinsip-good.html http://www.inkindo-jateng.web.id/?feed=rss2&p=779 http://www.transparansi.or.id/tentang/good-governance/ http://hardiyansyahahmad.blogspot.com/2009/01/pelaksanaan-prinsip-prinsip-good.html http://blog.umy.ac.id/stratasatu/2012/06/30/penerapan-konsep-good-governance-dalam-prosesmanajemen-perkotaan/ http://lismaaja.blogspot.com/2011/12/jurnal-penerapan-prinsip-prinsip-good.html http://beritagratis.blogspot.com/2009/10/penerapan-good-governance-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai