Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS

PROGRAM STUDI MAGISTER

AKUNTANSI PROGRAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS

HALUOLEO

KENDARI

2023
TATA KELOLA ETIS DAN AKUNTABILITAS

GOOD GOVERNANCE
 
A. Latar Belakang
Sebagaimana kita tahu bahwa banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang
pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan atau operasinya. Hal tersebut diakibatkan oleh
banyak faktor antara lain; factor ekonomi dan industry serta yang lebih penting lagi system tata kelola
perusahaan itu sendiri.

Good Governance menurut Bank Dunia adalah cara kekuasaan yang digunakan dalam
mengelola berbagai sumber daya sosial dan ekonomi untuk pengembangan masyarakat (the way state
power is used in managing economic and social resources for development of society).

Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika
profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good governance merupakan wujud penerimaan akan
pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good
governance adalah untuk menciptakan keunggulan manajemen kinerja baik pada perusahaan bisnis
manufaktur (good corporate governance) ataupun perusahaan jasa, serta lembaga pelayanan
publik/pemerintahan (good government governance). Pemahaman good governance merupakan wujud
respek terhadap sistem dan struktur yang baik untuk mengelola  perusahaan dengan tujuan meningkatkan
produktivitas usaha.

Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau dikenal dengan nama tata
kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata karena adanya kesadaran akan adanya konsep
GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal  perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan
besar. Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu Negara dan timbulnya
praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat tata kelola  perusahaan yang buruk oleh
perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor,
seperti yang terjadi di amerika awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya
perusahaan besar yang ternama didunia, disamping juga mengakibatkan krisis global dibeberapa belahan
Negara didunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah amerika mengeluarkan
Sarbanes-oxley tahun 2002, undang- undang tersebut berisi penataan kembali akuntasi perusahaan publik
tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena hal itu UU ini menjadi acuan
awal dalam penjabarandan menciptakan GCG diberbagai Negara.
B. Prinsip Dasar Konsep Good Governance 
 
Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat dikarenakan GCG
memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antara para pemangku kepentingan didalam suatu
organisasi yang mencakup:
a. Hak-hak para pemegang saham  
b. Para karyawan dan pihak yang berkepentingan
c. Pengungkapan yang tepat dan akurat
d. Transparasi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
e. Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan
Adapun prinsip dasar konsep  good governance pada akuntan publik meliputi:
a. Fairness
(keadilan) dimana akuntan publik dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan yang diperiksa, harus bersikap independen dan menegakkan keadilan terhadap kepentingan
klien, pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.
 b. Transparency
(transparansi) seorang akuntan publik hendaknya berusaha untuk selalu transparan terhadap
informasi laporan keuangan klien yang diaudit.
c. Accountability
  (akuntabilitas) seorang akuntan publik harus menjelaskan peran dan tanggung jawabnya dalam
melaksakan pemeriksaan dan kedisiplinan dalam melengkapi pekerjaan, juga pelaporan.
d. Responsibility
(pertanggungjawaban) dimana seorang akuntan publik harus memastikan dipatuhinya prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan standar  profesional akuntan publik selama menjalankan profesinya.

Dalam mewujudkan terlaksananya prinsip good governance , akuntan diharapkan mampu


melaksanakan seluruh kode etik akuntan publik dalam prinsip dasar konsep good governance

C. Struktur Good Governance

Struktu governance dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam organisasi untuk menerapkan
berbagai prinsip governance sehingga prinsip tersebut dapat dibagi, dijalankan serta dikendalikan. Secara
spesifik, struktur governance harus didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara
bertanggung jawab dan terkendali. Pada dasarnya struktur governance diatur oleh undang-undang sebagai
dasar legalitas  berdirinya sebuah entitas.
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good Governance  yang tidak
memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi. Struktrur  governance akan terdiri
dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board of Directors (representasi dari para
pemegang saham) serta Executive  Managers (manajemen yang akan menjalankan aktivitas).
Dalam system ini anggota dewan komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua
dewan ini disebut dengan board of directors
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good Governance yang dengan
tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara keanggotaan dewan komisaris sebagai
pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif  perusahaan. Struktur governance terdiri dari
RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan Manajemen Eksekutif. Dalam model two board
system, RUPS merupakan struktur tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan dewan
komisaris yang mewakili  para pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen.
Dewan komisaris membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.

D. Mekanisme Good Governance

Mekanisme good governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas
antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan pengawasan. Mekanisme
governance diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya system governance dalam sebuah
organisasi.
Terdapat 2 mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham
dan manajer dalam rangka penerapan Good Governance,yaitu :
1. Mekanisme Pengendalian Internal, adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan dengan
membuat seprangkat aturan yang mengatur tentang mekanisme  bagi hasil, baik yang berupa
keuntungan, return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh principal dan agen.
2. Mekanisme Pengendalian Eksternal, adalah pengendalian perusahaan yang dilakukan oelh pasar.
Menurut teori pasar, untuk melakukan pengendalian  perusahaan, pada saat manajer berperilaku
menguntungkan dirinya sendiri, kinerja  perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai
saham perusahaan. Pada kondisi ini, manajer kelompok lain akan menggantikan manajer yang
sedang memegang jabatan. Dengan demikian, bekerjanya market for corporate control bisa
menghambat tindakan menguntungkan diri sendiri oleh manajer.
3. Mekanisme penggendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan dapat menyelaraskan
tujuan principal dan agen adalah mekanisme melalui pelaporan keuangan. Melalui laporan
keuangan yang merupakan tanggung jawab manajer,  pemilik dapat mengukur, menilai, sekaligus
dapat mengawasi kinerja manajer untuk mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik. Laporan keuangan yang dibuat dengan berdasarkan angka-
angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam meminimalkan konflik antara  berbagai pihak
yang berkepentingan dalam perusahaan.

E. Relevansi Penerapan Kode Etik Akuntan Publik Dalam Praktik Mewujudkan Good Governance

Banyaknya kasus-kasus yang melibatkan peran akuntan serta adanya statement yang mengatakan
bahwa salah satu penyebabkan terjadinya krisis ekonomi Indonesia adalah profesi akuntan. Akuntan
publik bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar tanggungjawabnya atas kemerosotan
perekonomian Indonesia. Statement ini muncul karena begitu besarnya peran akuntan dalam masyarakat
bisnis. Oleh karena itu, akuntan (khususnya akuntan publik) diharapkan mampu mengawasi pelaksanaan
Good Governance. Untuk mewujudkan terlaksananya good governance, akuntan publik diharapkan
menerapkan sepenuhnya kode etik akuntan publik. Good governance sebagai proses dan struktur yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah peningkatan
pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Penerapan good governance dalam KAP berarti membangun kultur, nilai-nilai serta etika bisnis
yang melandasi pengembangan perilaku profesional akuntan. Diterapkannya good governance pada
KAP, diharapkan akan memberi arahan yang jelas  pada perilaku kinerja auditor serta etika profesi pada
organisasi KAP. Upaya ini dimaksudkan agar kiprah maupun produk jasa yang dihasilkannya akan lebih
aktual dan terpercaya, untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dan optimal.
Independensi akuntan publik merupakan salah satu karakter sangat penting untuk  profesi akuntan
publik di dalam melaksanakan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap kliennya. Pada saat
melaksanakan pemeriksaan akuntan, akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para
pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan
oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan
kepentingan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin
berbeda dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan  pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus  bersikap independen terhadap kepentingan klien,
para pemakai laporan keuangan, maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri.

 
PENGEMBANGAN PROGRAM ETIKA

A. Code of Conduct Perusahaan


Kebutuhan tata kelola etis tidak hanya baik bagi bisnis perusahaan. Perubahan- perubahan terkini
pada regulasi pemerintahan merubah ekspektasi secara signifikan. Dalam era meningkatkan pengawasan,
dimana perilaku tidak etis dapat mempengaruhi  pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan, sangat
dibutuhkan sistem tata kelola  perusahaan yang menyediakan aturan serta akuntabilitas yang tepat untuk
kepentingan shareholders, direktur, dan eksekutif.

Direktur harus cermat dalam mengatur risiko bisnis dan etika perusahaannya. Mereka harus
memastikan bahwa budaya etis telah berjalan dengan efektif dalam  perusahaan. Hal ini membutuhkan
pengembangan
code of conduct, dan cara yang paling fundamental dalam menciptakan pemahaman mengenai perilaku
yang tepat, memperkuat perilaku tersebut, dan meyakinkan bahwa nilai yang mendasarinya dilekatkan
pada strategi dan operasi perusahaan. Konflik kepentingan dalam perusahaan, kekerasan seksual, dan
topik -topik serupa perlu diatasi segera dengan pengawasan yang memadai untuk menjaga agar budaya
perusahaan sejalan dengan ekspektasi saat ini.

B. P e n d e d i k a s i a n K e m b a l i P e r a n A k u n t a n P r o f e s i o n a l

Peristiwa Enron, Arthur Andersen, dan WorldCom mengubah fokus akuntan profesional terhadap
perannya sebagai orang yang dipercaya oleh publik. Reputasi dan eksistensi profesi akuntan di masa
depan telah menurun di mata publik, sehingga perbaikan serta kesuksesannya kembali tergantung pada
perubahan yang akan dilakukan. Profesi akuntan harus mengembangkan pertimbangan, nilai, dan sifat
karakter yang mencakup kepentingan publik, dimana pertimbangan tersebut inheren dengan munculnya
akuntabilitas berorientasi stakeholder  dan kerangka tata kelola (governance framework).
Standar code of conduct yang baru muncul untuk menuntun profesi akuntan serta memastikan
bahwa self-interest, bias, dan kesalahpahaman tidak menutupi independensinya. Globalisasi mulai
mempengaruhi perkembangan aturan dan harmonisasi standar akuntan profesional, dan hal ini akan terus
berkelanjutan. Sama seperti mekanisme tata kelola untuk korporasi yang menghasilkan batasan dan
yurisdiksi domestik, stakeholder di seluruh dunia akan lebih mengutamakan dalam menentukan standar
kinerja bagi profesi akuntan. Pekerjaan mereka akan melayani pasar modal dan korporasi global, dan
kesuksesannya membutuhkan respek dari karyawan dan partner yang lebih banyak dibandingkan dahulu.
Dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, akan menarik apabila akuntan profesional dapat
menggunakan kesempatan yang menunjukkan perannya yang lebih luas. Mereka secara khusus harus
menempatkan diri untuk membantu perkembangan mekanisme ke depan yang menyediakan dan
memastikan panduan etika yang lebih baik bagi organisasi.
Ekspektasi Publik pada Semua Profesional 
Seorang profesional bekerja dengan sesuatu yang bernilai, akibat kepercayaan dan kompetensinya
mereka
Bekerja serta bertanggungjawab. Jika sebuah profesi kehilangan kredibilitas di mata publik, maka
konsekuensinya cukup parah. Dalam analisis terakhir menyebutkan bahwa sebuah profesi merupakan
kombinasi dari keistimewaan, tugas, dan hak yang semuanya terbingkai dalam sekumpulan nilai
profesional yang umum, nilai yang menentukan bagaimana keputusan dibuat dan tindakan diambil.

Ekspektasi Publik pada Akuntan Profesional 

Akuntan profesional diharapkan mempunyai keahlian khusus berhubungan dengan akuntansi dan
pemahaman yang lebih baik dari orang awam mengenai hal-hal terkait seperti kontrol manajemen,
perpajakan, atau sistem informasi. Sebagai tambahan, mereka  juga diharapkan untuk menganut nilai dan
tugas profesional umum serta menganut standar spesifik yang dikeluarkan oleh badan profesional dimana
mereka bernaung.
Yang Dominan antara Nilai Etis dan Teknik Audit atau Akuntansi

  Nilai etis harus dipertimbangkan agar sejajar dengan kemampuan teknik. Namun demikian, yang
dominan mungkin ditujukan pada nilai etis, ketika seorang profesional menemukan masalah yang
melebihi kemampuan yang dimilikinya saat itu, nilai etislah yang akan mendorongnya untuk mengenali
dan mengungkapkan fakta tersebut. Tanpa nilai etis, kepercayaan yang diperlukan dalam hubungan
fidusial tidak dapat dipertahankan, dan hak-hak yang dimiliki oleh profesi akuntansi akan dibatasi,
sehingga mengurangi efektivitas yang dapat diberikan oleh profesi independen pada masyarakat.
Prioritas Kewajiban, Loyalitas, dan Kepercayaan pada Fidusial 

Salah satu peran utama dari akuntan profesional adalah menawarkan jasa fidusial untuk
masyarakat, maka kinerja dari jasa-jasa tersebut seringkali melibatkan pilihan yang dapat memihak
kepentingan salah satu pihak dari orang yang membayar fee, pemilik perusahaan/pemegang saham saat
ini, pemegang saham potensial di masa depan, dan stakeholder lainnya termasuk pekerja, pemerintah dan
kreditur. Oleh karena itu, sebagai auditor, loyalitas pada publik tidak boleh lebih kecil dari loyalitas pada
pemegang saham/pemilik perusahaan saat ini, dan tidak boleh mengutamakan manajemen  perusahaan.

Aturan Independensi SEC Baru

Komite khusus tidak mengantisipasi ketidakmampuan anggotanya dalam mengelola konflik


bawaan dari situasi berkepentingan yang muncul saat audit dan jasa lainnya ditawarkan pada klien yang
sama. Pembatasan diperkenalkan oleh SOX dan dibentuk oleh SEC yang membatasi auditor dari
perusahaan yang terdaftar di SEC untuk mengaudit pekerjaanya sendiri, atau bertindak sebagai pembela
untuk klien.

Nilai Tambah Kritis oleh Akuntan Profesional 

Kredibilitas adalah nilai tambah dari akuntan profesional dalam jasa assurance yang lebih baru.
Kredibilitas untuk klien/pekerja dan pada masyarakat luas, bergantung pada reputasi dari seluruh profesi.
Reputasi berasal dari nilai profesional yang dianut dan ekspektasi yang dibentuk dari pihak-pihak yang
dilayani. Secara khusus, nilai tambah kritis oleh akuntan profesional berada pada ekspektasi bahwa
apapun jasa yang ditawarkan akan didasarkan pada integritas dan objektivitas, dan nilai-nilai ini sebagai
tambahan untuk menjamin standar minimum kompetensi, kredibilitas atau keyakinan pada laporan atau
aktivitas.

Standar yang Diharapkan untuk Perilaku

Publik, khususnya klien mengharapkan bahwa akuntan profesional akan melakukan jasa fidusial
dengan kompetensi, integritas, dan objektivitas. Integritas, kejujuran dan objektivitas sangat penting
dalam pelaksanaan yang tepat dari tugas fidusial.
\

PENUTUP

Penerapan good governance pada akuntan publik membawa konsekuensi berbagai hubungan
antara good governance dengan kinerja auditor internalnya. Nilai-nilai dan etika profesi menjadi dasar
penerapan good governance sebagai motivasi perilaku profesional yang efektif, jika dibentuk melalui
pembiasaan-pembiasaan yang terkandung pada suatu budaya organisasi. Keberhasilan implementasi good
governance banyak ditentukan oleh itikad baik ataupun komitmen anggota organisasi untuk sungguh-
sungguh mengimplementasikannya.

Pemahaman good governance bagi akuntan publik merupakan landasan moral/etika profesi yang
harus diinternalisasikan dalam dirinya. Seorang akuntan publik yang memahami good governance secara
benar dan didukung independensi yang tinggi, maka akan mempengaruhi perilaku profesional akuntan
dalam berkarya dengan orientasi pada kinerja yang tinggi untuk mencapai tujuan akhir sebagaimana
diharapkan oleh berbagai pihak.

Anda mungkin juga menyukai