Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Kewirausahaan,
Etika Profesi
dan Hukum
Bisnis
The System and Structure of
GCG

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

09
Pascasarjana Magister Akuntansi 550059 Cecep Winata

Abstract Kompetensi
Konsep Good Corporate Governance Mahasiswa diharapkan mampu
adalah prinsip yang mengarahkan dan memahami prinsip pengarahan dan
mengendalikan perusahan agar pengendalian perusahaan
seimbang
2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan
2 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
Pembahasan
Pengertian Good Corporate Governance
Sebagai sebuah konsep, GCG ternyata tak memiliki definisi tunggal. Komite
Cadburry, misalnya, pada tahun 1992 – melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry
Report – mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadburry, GCG
adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholderskhususnya, dan stakeholders pada
umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, manajer,
pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di
lingkungan tertentu.
Sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri tentang GCG. Beberapa negara
mendefinisikannya dengan pengertian yang agak mirip walaupun ada sedikit perbedaan
istilah. Kelompok negara maju (OECD), umpamanya mendefinisikan GCG sebagai cara-cara
manajemen perusahaan bertanggung jawab pada shareholder-nya. Para pengambil keputusan
di perusahaan haruslah dapat dipertanggungjawabkan, dan keputusan tersebut mampu
memberikan nilai tambah bagi shareholders lainnya. Karena itu  fokus utama di sini terkait
dengan proses pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-
nilai transparency, responsibility, accountability, dan tentu sajafairness.
Sementara itu, ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG
mengandung empat nilai utama yaitu: Accountability, Transparency, Predictability dan
Participation. Pengertian lain datang dari Finance Committee on Corporate Governance
Malaysia.
Menurut lembaga tersebut GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan
untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan
pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan. Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan
nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap memperhatikan berbagai kepentingan
para stakeholder lainnya.
Terdapat beberapa pengertian terkait GCG, Antara lain:
 Finance Committee on Corporate Governance (FCCG) : mendefinisikan Corporate
Governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


3 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan kearah peningkatan pertumbuhan bisnis
dan akuntabilitas perusahaan.
 Pasal 1 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 : Corporate
Governance adalah proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk
meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan
nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan pemangku
kepentingan (stakeholder) lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-
nilai etika.
 Monks, 2003 : GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder.
 Moeljono, 2005 : Sistem yg mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah (value added)  bagi semua stakeholder.Ada 2 hal yg
ditekankan dlm konsep ini, yaitu Pentingnya hak pemegang saham untuk memeroleh
informasi yg benar (akurat) dan tepat pd waktunya. Serta kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan(disclosure) secara akurat, tepat waktu dan transparan
terhadap semua informasi kerja perusahaan, kepemilikan & stakeholder.
“Lantas bagaimana dengan definisi GCG di Indonesia? Di tanah air, secara
harfiah, governance kerap diterjemahkan sebagai “pengaturan.” Adapun dalam konteks
GCG, governance sering juga disebut “tata pamong”, atau penadbiran – yang terakhir ini,
bagi orang awam masih terdengar janggal di telinga. Maklum, istilah itu berasal dari Melayu.
Namun tampaknya secara umum di kalangan pebisnis, istilah GCG diartikan tata
kelola perusahaan, meskipun masih rancu dengan terminologi manajemen. Masih diperlukan
kajian untuk mencari istilah yang tepat dalam bahasan Indonesia yang benar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Good Corporate
Governance merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan
komisaris, Direksi, Pemegang Saham dan Para Stakeholder lainnya.
2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian
perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang: pengelolaan yang salah
dan penyalahgunaan aset perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut
pengukuran kinerjanya.

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


4 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan
konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga
pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip
dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:
 Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law
enforcement) .
 Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar
pelaksanaan usaha.
 Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena
dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol
sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang


memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah
menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat, khususnya implementasi
pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan
pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem
tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,  dengan
penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan
subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang
menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang
saham, misalnya karyawan atau lingkungan.
Sampai saat ini para ahli tetap menghadapi kesulitan dalam mendefinisikan GCG
yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan. Tidak terbentuknya definisi yang
akomodatif bagi semua pihak yang berkepentingan dengan GCG disebabkan karena cakupan
GCG yang lintas sektoral. Definisi CGC menurut Bank Dunia adalah aturan, standar dan
organisasi di bidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan
manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta pertanggungjawabannya
kepada investor (pemegang saham dan kreditur). Tujuan utama dari GCG adalah untuk
menciptakan sistem pengendaliaan dan keseimbangan (check and balances) untuk mencegah

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


5 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
penyalahgunaan dari sumber daya perusahaan dan tetap mendorong terjadinya pertumbuhan
perusahaan.
Inti dari kebijakan tata kelola perusahaan adalah agar pihak-pihak yang berperan
dalam menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai
wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi pemegang saham, dewan
komisaris, komite, direksi, pimpinan unit dan karyawan.
Konsep Good Corporate Governance (GCG) adalah konsep yang sudah saatnya
diimplementasikan dalam perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, karena melalui
konsep yang menyangkut struktur perseroan, yang terdiri dari unsur-unsur RUPS, direksi dan
komisaris dapat terjalin hubungan dan mekanisme kerja, pembagian tugas, kewenangan dan
tanggung jawab yang harmonis, baik secara intern maupun ekstern dengan tujuan
meningkatkan nilai perusahaan demi kepentingan shareholders dan stakeholders.

Tujuan Pelaksanaan  Good Corporate Governance


Menurut Siswanto Sutojo dalam E. John Aldridge (2005:5-6), Good Corporate
Governance mempunyai lima  macam tujuan utama, yaitu :
 Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
 Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholders non-pemegang saham.
 Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan Pengurus atau Board of
Directors dan manajemen perusahaan, dan
 Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior
perusahaan.
Penerapan Good corporate Governance dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai
tujuan sesuai KEPMEN BUMN M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2001 pada pasal 4 yaitu :
a) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.
b) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.
c) Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


6 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggungjawab sosial BUMN
terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.
d) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
e) Meningkatkan iklim investasi nasional.
f) Mensukseskan program privatisasi.

Dalam menerapkan nilai-nilai Tata Kelola Perusahaan, Perseroan menggunakan


pendekatan berupa keyakinan yang kuat akan manfaat dari penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang baik. Berdasarkan keyakinan  yang kuat, maka akan tumbuh semangat yang tinggi
untuk menerapkannya sesuai standar internasional. Guna memastikan bahwa Tata Kelola
Perusahaan diterapkan secara konsisten di seluruh lini dan unit organisasi, Perseroan
menyusun berbagai acuan sebagai pedoman bagi seluruh karyawan. Selain acuan yang
disusun sendiri,  Perseroan juga mengadopsi peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penerapan prinsip GCG harus disadari bahwa penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik hanya akan efektif dengan adanya asas kepatuhan dalam kegiatan
bisnis sehari-hari, terlebih dahulu diterapkan oleh jajaran manajemen dan kemudian diikuti
oleh segenap karyawan. Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari
seluruh pelaku bisnis.
Dengan pemberlakukan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas akankah implementasi GCG di Indonesia akan terwujud ? Hal ini tergantung pada
penerapan dan kesadaran dari perseroan tersebut akan pentingnya prinsip GCG dalam dunia
usaha.

Manfaat Good Corporate Governance


Dengan melaksanakan  Corporate Governance, menurut  Forum of Corporate Governance
in Indonesia  (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :
a) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan
yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.
b) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid
(karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkancorporate value.
c) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,
d) Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan
meningkatkan shareholder Value dan deviden.
2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan
7 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
Menurut (Hery dalam Tadikapury, 2010) ada lima manfaat yang dapat diperoleh
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yaitu :
1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya
perusahaan ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan turut
membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.
2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal ini menarik
modal investor dengan biaya yang lebih rendah melalui perbaikan kepercayaan investor
dan kreditur domestik maupun internasional.
3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan/menjamin bahwa perusahaan
telah taat pada ketentuan, hukum, dan peraturan.
4. Membangun manajemen dan Corporate Board dalam pemantauan penggunaan asset
perusahaan.
5. Mengurangi korupsi.

Seberapa jauh perusahaan memperhatikan prinsip-prinsip dasar GCG telah semakin


menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan investasi.  Terutama sekali hubungan
antara praktik corporate governance dengan karakter investasi internasional saat ini.  Karakter
investasi ini ditandai dengan terbukanya peluang bagi perusahaan mengakses dana melalui
‘pool of investors’ di seluruh dunia. Suatu perusahaan dan atau negara yang ingin menuai
manfaat dari pasar modal global, dan jika kita ingin menarik modal jangka panjang yang,
maka penerapan GCG secara konsisten dan efektif akan mendukung ke arah itu.  Bahkan
jikapun perusahaan tidak bergantung pada sumber daya dan modal asing, penerapan prinsip
dan praktik GCG akan dapat meningkatkan keyakinan investor domestik terhadap
perusahaan.
Di samping hal-hal tersebut di atas, GCG juga dapat:
1. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini
dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan
wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk
mencegah terjadinya hal tersebut.
2. Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


8 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko
perusahaan.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan
tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
4. Menciptakan dukungan para stakeholder (para pihak yang berkepentingan) dalam
lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan, karena umumnya mereka mendapat jaminan
bahwa mereka juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan operasi
perusahaan dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan.

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance


Sesuai pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No.117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002
tentang penerapan  GCG pada BUMN, prinsip-prinsip dari GCG adalah sebagai berikut :
 Transparansi (transparency) : keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan mengemukakan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.
 Pengungkapan (disclosure) : penyajian informasi kepada stakeholders, baik diminta
maupun tidak diminta, mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kinerja operasional,
keuangan, dan resiko usaha perusahaan.
 Kemandirian (independence) : suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang
tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat.
 Akuntabilitas (accountability) : kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan
ekonomis.
 Pertanggungjawaban (responsibility) : kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat.
 Kewajaran dan kesetaraan (fairness) : keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


9 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
 Independensi (Independency) : Memastikan tidak adanya campur tangan pihak diluar
lingkungan perusahaan terhadap berbagai keputusan yang diambil perusahaan.

Penerapan tata kelola yang baik (GCG) pada BUMN harus berpedoman pada Permen
BUMN No Per-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 dengan tetap memperhatikan
ketentuan dan norma yang berlaku, serta anggaran dasar BUMN:
1. Manual Direksi dan Dewan Komisaris : Membangun pemahaman, kepedulian dan
komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan
Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan.
2. Manual Manajemen Risiko : Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan.
3. Sistem Pengendalian Intern : Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG
perusahaan setelah ketimpangan dan tindakan korektif yang diperlukan teridentifikasi.
4. Sistem Pengawasan Intern : Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga
terbentuk rasa memiliki dari semua pihak di dalam perusahaan, serta pemahaman atas
pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari.
5. Mekanisme Pelaporan atas Dugaan Penyimpangan : Melakukan penilaian independen
untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan.
6. Tata Kelola Teknologi Informasi.
7. Pedoman Perilaku Etika.

Faktor Penentu Keberhasilan Good Corporate Governance


Syarat keberhasilan penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang peranan
sebagai berikut :
1.   Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari
dalam perusahaan. Beberapa factor yang dimaksud antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG
dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c) Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


10 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
d) Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan
langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami dan
mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke
waktu.
2.   Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi
hukum yang konsisten dan efektif.
b) Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/ lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean Government
menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi
standard pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional. Dengan kata lain,
semacam benchmark (acuan).
d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat.
Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan
masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e) Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG
terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di
lingkungan publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas
pendidikan dan perluasan peluang kerja.  Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan
lingkungan publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.

Di luar dua faktor di atas, aspek lain yang paling strategis dalam mendukung penerapan
GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai
pihak yang menggerakkan organ perusahaan. Jika berbagai prinsip dan aspek penting GCG
dilanggar suatu perusahaan, maka sudah dapat dipastikan perusahaan tersebut tidak akan
mampu bertahan lama dalam persaingan bisnis global dewasa ini, meski perusahaan itu
memiliki lingkungan kondusif bagi pertumbuhan bisnisnya.

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


11 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
Cakupan Tata Kelola Perusahaan
Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku
kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan.

 Pemangku kepentingan (stakeholder)


Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan
permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu perikanan, maka
stakeholder dalam hal ini adalah pihak-pihak yang terkait dengan isu perikanan, seperti
nelayan, masyarakat pesisir, pemilik kapal, anak buah kapal, pedagang ikan, pengolah
ikan, pembudidaya ikan, pemerintah, pihak swasta di bidang perikanan, dan
sebagainya. Stakeholder dalam hal ini dapat juga dinamakan pemangku kepentingan.
 Mengenal Apakah Itu Stakeholder?
Pengertian stakeholder Istilah stakeholder sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai
oleh banyak pihak dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya
manajemen bisnis, ilmu komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-
lain. Lembaga-lembaga publik telah menggunakan istilah stakeholder ini secara luas ke
dalam proses-proses pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana,
stakeholder sering dinyatakan sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang
terkait dengan suatu issu atau suatu rencana. Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes
mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakekholder ini.

Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti Freeman (1984) yang


mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat memengaruhi dan
atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara
singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu kepentingan atau
perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu
sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif
stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh
yang dimiliki mereka.
Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak
sekedar menjawab pertanyaan siapa stekholder suatu issu tapi juga sifat hubungan
stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini
sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


12 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
 Kategori Stakeholder
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok ODA (1995)
mengelompkkan stakeholder kedalam yaitu stakeholder primer, sekunder dan
stakeholder kunci . Sebagai gambaran pengelompokan tersebut pada berbagai
kebijakan, program, dan proyek pemerintah (publik) dapat kemukakan kelompok
stakeholder seperti berikut :
a) Stakeholder Utama (primer)
b) Stakeholder Pendukung (sekunder)
c) Stakeholder Kunci

Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan :


1. Pemegang Saham
Pemegang saham (bahasa Inggris: shareholder atau stockholder), adalah
seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau
lebihsaham pada perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan
tersebut. Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek berusaha untuk meningkatkan
harga sahamnya.
Konsep pemegang saham adalah sebuah teori bahwa perusahaan hanya
memiliki tanggung jawab kepada para pemegang sahamnya dan pemiliknya, dan
seharusnya bekerja demi keuntungan mereka.
2. Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang
memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur." Manajemen belum memiliki definisi
yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya,
mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Dewan Direksi
Dewan Direksi adalah board of directors yaitu pimpinan perusahaan yang
dipilih oleh para pemegang saham untuk mewakili kepentingan mereka dalam
mengelola perusahaan

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


13 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
4. Pemangku kepentingan lainnya
        karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, lingkungan, serta
masyarakat luas.Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak
aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut
masalahakuntabilitas dan tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman
dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan
pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa
sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,
dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham.
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik
pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen dan lembaga
yudikatif Kehakiman) yang mempunyai beberapa arti antara lain, hal ini sering
digunakan secara sinonim dengan konsep-konsep seperti yang dapat
dipertanggungjawabkan (responsibility), yang dapat dipertanyakan (answerability),
yang dapat dipersalahkan (blameworthiness) dan yang mempunyai ketidak bebasan
(liability) termasuk istilah lain yang mempunyai keterkaitan dengan harapan dapat
menerangkannya salah satu aspek dari administrasi publik atau pemerintahan, hal ini
sebenarnya telah menjadi pusat-pusat diskusi yang terkait dengan tingkat problembilitas
di sektor publik, perusahaan nirlaba, yayasan dan perusahaan-perusahaan.
Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan
adanya pertanggungjawaban tehadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan
termasuk pula di dalamnya administrasi publik pemerintahan, dan pelaksanaan dalam
lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup di dalam mempunyai suatu kewajiban
untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap-tiap konsekuensi
yang sudah dihasilkan.
akuntabilitas merupakan istilah yang terkait dengan tata kelola pemerintahan
sebenarnya agak terlalu luas untuk dapat didefinisikan. akan tetapi hal ini sering dapat
digambarkan sebagai hubungan antara yang menyangkut saat sekarang ataupun masa
depan, antar individu, kelompok sebagai sebuah pertanggungjawaban kepentingan
merupakan sebuah kewajiban untuk memberitahukan, menjelaskan terhadap tiap-tiap
tindakan dan keputusannya agar dapat disetujui maupun ditolak atau dapat diberikan
hukuman bilamana diketemukan adanya penyalahgunaan

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


14 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata
Daftar Pustaka

http://belajarpengantarbisnisbarengerik.blogspot.co.id/2012/11/tata-kelola-perusahaan.html
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg/
http://afrizalmulyana.blogspot.co.id/2013/06/tata-kelola-perusahaan-corporate.html
http://www.I’d.wikipedia.org/wiki/tata_kelola_perusahaan

2015 Kewirausahaan, Etika Profesi dan


15 Hukum Bisnisl Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cecep Winata

Anda mungkin juga menyukai