Anda di halaman 1dari 14

Rangkuman Mata Kuliah

Corporate Governance

Pengertian, Konsep dan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Oleh :

I Wayan Eka Suartama (1707531058)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020
A. Pengertian Good Corporate Governance GCG
1. Cadburry Comitte of United Kingdom
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1922) :” Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan”.

Definisi diatas menunjukan bahwa Corporate Governance merupakan suatu


sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar
tercapai keseimbangan anatara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban
kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

2. Center for European Policy Studies (CEPS)


Menurut Center for European Policy Studies (CEPS), GCG, merupakan
seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses, serta pengendalian, baik
yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan.

Sebagai catatan, hak di sini adalah hak seluruh stakeholders, bukan terbatas
kepada shareholders saja. Hak adalah berbagai kekuatan yang dimiliki stakeholders
secara individual untuk mempengaruhi manajemen. Proses, maksudnya adalah
mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian merupakan mekanisme
yang memungkinkan stakeholders menerima informasi yang diperlukan seputar
aneka kegiatan perusahaan.

3. Organization for Economic Corporation and Development (OECD)


Menurut OECD : “Corporate Governance involves a set of relationship
between a company’s management, its board, its shareholders and other
stakeholders. Corporate Governance also provides the structure through which the
objectives of the company are set, and the means of attaining those objectives and
monitoring performance are determined”.
Definisi diatas dapat diartikan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan
diperlukan adanya struktur pengelolaan perusahaan yang baik yang mengacu pada
adanya hubungan antara pihak manajemen, direksi, pemegang saham dan juga pihak
lainnya yang berkepentingan. Corporate Governance juga menyiapkan suatu struktur
bagaimana tujuan itu ditetapkan dan bagaimana pencapaian tujuan tersebut serta
pengendalian apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan tersebut.

4. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)


Definisi Corporate Governance menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), adalah : “salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar,
Corporate Governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan
yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha disuatu Negara. Penerapan
Good Corporate Governance mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan
iklim usaha yang kondusif ”.

B. Teori-Teori yang Mendasari GCG


a. Stewardship Theory
Teori Penatalayanan mengansumsikan bahwa manajer adalah pelayanan yang
baik bagi perusahaan. Teori ini dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat
manusia yakni manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan
penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.

b. Agency Theory
Teori ini menekankan pentingnya pemilik perusahaan menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga professional yang lebih memahami
menjalankan bisnis sehari-hari. Adanya pemisahan peran diakibatkan karena
pemegang saham tidak dapat lagi mengikuti kegiatan perusahaan setiap waktu.

c. Entity Theory
Teori Entitas ini memandang pemegang saham sebagai pemilik dan menjadi
pusat perhatian akuntansi. Teori ini mengansumsikan terjadinya pemisahan antara
kepentingan pribadi pemilik ekuitas dengan entitas bisnisnya. Aset menjadi milik
pribadi pemegang saham dan pemegang saham menanggung segala risiko yang
berkaitan dengan utang.Sudut pandang ini mengarahkan bahwa aset bersih menjadi
perhatian utama bagi pemegang saham. Persamaan akuntansi teori entitas: Aset –
Kewajiban = Ekuitas.

d. Stakeholder Theory
Teori Stakeholder suatu organisasi sebagai kesepakatan multilateral antara
perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Ada hubungan perusahaan dengan pihak
internal, ada juga hubungan perusahaan dengan pihak luar perusahaan. Artinya,
stakeholder theory menjelaskan bahwa direktur dan manajer perusahaan harus dapat
memenuhi harapan semua stakeholder bukan hanya pemilik perusahaan saja.

e. Political Theory
Political Model (Political Theory) menyatakan bajwa alokasi kekuasaan dalam
perusahaan, privilege, atau alokasi laba di antara pemilik, manajer dan stakeholders
lainnya ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan politis dalam hal ini pemerintah
dapat berperang penting dalam menentukan alokasi tersebut. Alokasi kekuasaan
dalam teori corporate governace juga harus dilihat dari perspektif budaya, sehingga
dapat dikatakan tidak ada satu model corporate governance yang dapat digunakan
sekaligus untuk beberapa negara, bahkan oleh beberapa perusahaan dalam satu
negara (Hamdani, 2016).

f. Contracting Theory
Teori kontrak menjelaskan hubungan kontraktual yang terjadi di masyarakat
termasuk hububungan anatara karyawan dengan manajer, perusahaan dengan
pemasok, bank dengan nasabah, pemegang polis dengan perusahaan asuransi, dan
pemilik saham dengan manajemen. Hubungan tersebut berpotensi memicu konflik
keptingan sehingga kontrak harus dirancang secara tepa dan sesuai untuk
memastikan semua pihak memperoleh manfaat. Semua pihak yang terlibat dalam
kontrak harus memiliki kontrak tertulis atau lisan yang memberikan manfaat saling
menguntungkan satu sama lain. Implikasi teori ini bagi corporate governance
adanaya kebijakan remunerasi bagi eksekutif.

g. Fund Theory
Teori dana berkaitan dengan badan-badan pemerintah dan organisasi nirlaba.
Dana (fund) mempunyai dua pengertian; (1) Dana dapat diartikan sebagai kas (uang)
aset likuid, atau sumber keuangan yang dapat digunakan untuk mendanai suatu
kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan tertentu; (2) Dana
juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan, program,
atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Jadi, dana dapat berarti sebagai
kesatuan akuntansi (accounting entity). Konsep ini memandang bahwa kegiatan,
program, projek, atau unit kegiatan lainnya sebagai kesatuan atau entitas yang eor
berdiri sendiri. Sumber keuangan untuk pelaksanaan kegiatan yang dilaporkan
sebagai dana yang berdiri sendiri terpisah dengan dana yang lain. Untuk itu,
diperlukan seperangkat sistem akuntansi yang dapat menghasilkan data akuntansi
dan laporan keuangan untuk pelaporan kesatuan dana tersebut. Teori Ekuitas dana
dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut:
Aset = Pembatasan penggunaan asset

C. Prinsip-Prinsip CG berdasarkan OECD


Prinsip-prinsip dasar dari corporate governance, pada dasarnya memiliki tujuan untuk
memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Dalam OECD terdapat 6
prinsip yang mengatur tentang corporate governance. Prinsip-prinsip tersebut secara
garis besar menjelaskan tentang kerangka kerja corporate governance, perlindungan atas
hak-hak pemegang saham, perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham, peranan
stakeholders dalam corporate governance, keterbukaan dan tranparansi, serta tanggung
jawab dewan komisaris.
1. Menjamin Kerangka Dasar Corporate Governance Berjalan Efektif
Pada prinsip 1 ini menyatakan bahwa corporate governance harus mendorong
terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sesuai dengan perundang-undangan dan
peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggung
jawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan
hukum. Prinsip 1 OECD ini secara lebih jelas membahas 6 subprinsip:
a. Kerangka corporate governance harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
pengaruhnya terhadap perkembangan perekonomian secara keseluruhan, integritas
pasar dan insentif yang tercipta bagi pelaku pasar serta meningkatkan transparansi
dan efisiensi pasar.
b. Ketentuan hukum dan peraturan perundangan yang berkaitan dengan pelaksanaan
corporate governance harus sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku,
transparan dan dapat di tegakkan.
c. Pembagian tanggung jawab antar otoritas dalam suatu yurisdiksi harus
diungkapkan secara jelas dan dipastikan bahwa kepentingan masyarakat telah
terpenuhi.
d. Regulasi pasar saham harus mendukung tata kelola perusahaan yang efektif.
e. Otoritas dalam pengawasan, pengaturan dan penegakan hukum harus memiliki
kewenangan, integritas dan sumber daya dalam pemenuhan tugasnya secara
profesional dan objektif. Selanjutnya, keputusan-keputusannya harus tepat waktu,
transparan, dan jelas.
f. Kerjasama lintas batas harus ditingkatkan, termasuk melalui pengaturan bilateral
dan multilateral untuk pertukaran informasi.

2. Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan Saham


Prinsip OECD ini pada dasarnya menjelaskan bahwa kerangka corporate
governance harus melindungi dan menunjang pelaksanaan hak-hak pemegang saham.
Prinsip ini dibagi atas 8 sub prinsip:
a. Hak-hak dasar pemegang saham harus mencakup hak untuk: memperoleh cara
pendaftaran yang aman atas kepemilikan, menyerahkan atau mengalihkan saham,
memperoleh informasi yang relevan atau material tentang perusahaan secara teratur
dan tepat waktu, berpartisipasi dan memberikan hak suara dalam rapat umum
pemegang saham, memilih dan mengganti anggota pengurus, dan memperoleh hak
atas bagian keuntungan perusahaan.
b. Pemegang saham harus memiliki hak untuk berpartisipasi dalam, dan diberikan
informasi yang cukup atas keputusan-keputusan tentang perubahan-perubahan
penting perusahaan seperti: perubahan anggaran dasar, akte pendirian, otorisasi
saham tambahan, dan transaksi luar biasa.
c. Pemegang saham harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara efektif
dan memberikan hak suara dalam RUPS dan harus diberikan informasi tentang
aturan-aturannya, termasuk tata cara pemungutan suara, yang mengatur
penyelenggaraan RUPS.
d. Pemegang saham, termasuk pemegang saham institusi, harus diperbolehkan untuk
saling berkonsultasi tentang masalah-masalah berkenaan dengan hak-hak dasar
pemegang saham.
e. Struktur dan komposisi permodalan yang memungkinkan pemegang saham tertentu
untuk memperoleh tingkat pengendalian yang tidak proporsional dengan
kepemilikan sahamnya harus diungkapkan.
f. Transaksi dengan pihak terkait harus disetujui dan dilakukan dengan cara yang
memastikan pengelolaan benturan kepentingan yang tepat dan melindungi
kepentingan perusahaan dan pemegang sahamnya.
g. Pemegang saham minoritas harus dilindungi dari tindakan pelecehan oleh, atau
untuk kepentingan, pemegang saham pengendali yang bertindak baik secara
langsung maupun tidak langsung, dan harus memiliki cara ganti rugi yang efektif.
Perdagangan sendiri yang sewenang-wenang harus dilarang.
h. Pengalihan pengendalian perusahaan harus diperbolehkan agar berfungsi secara
efisien dan transparan.

3. Investor Institusi, Pasar Saham, dan Perantara lainnya


Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memberikan insentif yang baik di
seluruh rantai investasi dan menyediakan pasar saham untuk berfungsi dengan cara
yang berkontribusi terhadap tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip ini dibagi atas 7
subprinsip :
a. Investor institusi yang bertindak dalam kapasitas fidusia (gadai) harus
mengungkapkan tata kelola perusahaan mereka dan kebijakan pemungutan suara
sehubungan dengan investasi mereka, termasuk prosedur yang mereka miliki untuk
memutuskan penggunaan hak suara mereka.
b. Suara harus diberikan oleh petugas atau nominasi sesuai dengan arahan pemilik
manfaat saham.
c. Investor institusi yang bertindak dalam kapasitas fidusia (gadai) harus
mengungkapkan bagaimana mereka mengelola konflik kepentingan material yang
dapat mempengaruhi pelaksanaan hak kepemilikan utama terkait investasi mereka.
d. Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mewajibkan penasihat proxy, analis,
broker, lembaga pemeringkat, dan lainnya yang memberikan analisis atau saran
yang relevan dengan keputusan oleh investor, mengungkapkan dan meminimalkan
konflik kepentingan yang dapat membahayakan integritas analisis atau saran
mereka.
e. Perdagangan menggunakan orang dalam dan manipulasi pasar harus dilarang dan
aturan yang berlaku ditegakkan.
f. Untuk perusahaan yang terdaftar dalam yurisdiksi selain yurisdiksi penggabungan,
undang-undang dan peraturan tata kelola perusahaan yang berlaku harus
diungkapkan dengan jelas. Dalam hal pencatatan silang, kriteria dan prosedur
untuk mengenali persyaratan pencatatan pencatatan primer harus transparan dan
didokumentasikan.
g. Pasar saham harus menyediakan penemuan harga yang adil dan efisien sebagai
sarana untuk membantu mempromosikan tata kelola perusahaan yang efektif.

4. Peran Stakeholders dalam Corporate Governance


Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus mengakui hak-hak pemangku
kepentingan yang ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan bersama dan
mendorong kerja sama aktif antara perusahaan dan pemangku kepentingan dalam
menciptakan kekayaan, pekerjaan, dan keberlanjutan perusahaan yang sehat secara
finansial. Prinsip ini dibagi atas 6 subprinsip :
a. Hak-hak stakeholder yang ditetapkan oleh hukum atau melalui kesepakatan
bersama harus dihormati.
b. Jika kepentingan stakeholder dilindungi oleh hukum, stakeholder harus memiliki
kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak
mereka.
c. Mekanisme untuk partisipasi karyawan harus diizinkan untuk dikembangkan
d. Di mana stakeholder berpartisipasi dalam proses tata kelola perusahaan, mereka
harus memiliki akses ke informasi yang relevan, memadai dan dapat diandalkan
secara tepat waktu dan teratur.
e. Stakeholder, termasuk karyawan perorangan dan badan perwakilan mereka, harus
dapat dengan bebas mengomunikasikan keprihatinan mereka tentang praktik ilegal
atau tidak etis kepada dewan dan kepada otoritas publik yang kompeten dan hak-
hak mereka tidak boleh dikompromikan untuk melakukan ini.
f. Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus dilengkapi dengan kerangka kerja
kepailitan yang efektif dan efisien dan dengan penegakan hak kreditor secara
efektif.

5. Keterbukaan dan Transparansi


Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan bahwa pengungkapan
yang tepat waktu dan akurat dilakukan pada semua masalah material mengenai
korporasi, termasuk situasi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata kelola
perusahaan. Prinsip ini dibagi atas 5 subprinsip :
a. Keterbukaan yang dimaksud harus meliputi, namun tidak terbatas pada informasi
material atas: keuangan dan hasil operasi perusahaan, tujuan perusahaan,
kepemilikan saham mayoritas dan hak suara, transaksi dengan pihak terkait, faktor-
faktor risiko yang dapat diperkirakan, hal-hal penting berkaitan dengan karyawan
dan para stakeholder lainnya, dan struktur dan kebijakan tata kelola khususnya
berkaitan dengan isi dari pedoman atau kebijakan tata kelola perusahaan dan
penerapannya.
b. Informasi harus disiapkan dan diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi dan
keuangan dan pelaporan non-keuangan yang berkualitas tinggi.
c. Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas,
sesuai dengan standar audit berkualitas tinggi untuk memberikan jaminan eksternal
dan obyektif kepada dewan dan pemegang saham bahwa laporan keuangan secara
adil mewakili posisi keuangan dan kinerja keuangan. perusahaan dalam semua hal
material.
d. Auditor eksternal harus bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berutang
tugas kepada perusahaan untuk melaksanakan perawatan profesional yang wajar
dalam pelaksanaan audit.
e. Saluran untuk menyebarkan informasi harus menyediakan akses yang setara, tepat
waktu, dan hemat biaya ke informasi yang relevan oleh pengguna.

6. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi


Kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis
perusahaan, pemantauan manajemen yang efektif oleh dewan, dan
pertanggungjawaban dewan kepada perusahaan dan pemegang saham.
a. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi penuh, dengan itikad baik,
dengan uji tuntas dan perhatian, dan demi kepentingan terbaik perusahaan dan
pemegang saham.
b. Dimana keputusan dewan dapat mempengaruhi kelompok pemegang saham yang
berbeda secara berbeda, dewan harus memperlakukan semua pemegang saham
secara adil.
c. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi. Ini harus mempertimbangkan
kepentingan para stakeholder.
d. Fungsi-fungsi utama harus dimiliki oleh suatu dewan.
e. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen dalam
melakukan pengurusan perusahaan.
f. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus
memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
g. Ketika perwakilan karyawan di dewan diberi mandat, mekanisme harus
dikembangkan untuk memfasilitasi akses ke informasi dan pelatihan untuk
perwakilan karyawan, sehingga perwakilan ini dilaksanakan secara efektif dan
memberikan kontribusi terbaik bagi peningkatan keterampilan, informasi, dan
kemandirian dewan.

D. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (KNKG)


Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan
kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki
ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten
dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan
akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan
menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank
(responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan
keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh
stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness). Dalam hubungan
dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Keterbukaan (Transparency)
a. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan
haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada hal-hal yang
bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi
keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross
shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko (risk management), sistem
pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan
GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
d. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi tentang
kebijakan tersebut.

2. Akuntabilitas (Accountability)
a. Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ
organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.
b. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai kompetensi
sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan
GCG.
c. Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam pengelolaan
bank.
d. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-
ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan 4 (corporate values),
sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards and punishment system.

3. Tanggung Jawab (Responsibility)


a. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-
hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan
yang berlaku.
b. Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik)
termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

4. Independensi (Independency)
a. Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder
manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan
kepentingan (conflict of interest).
b. Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan
dari pihak manapun.

5. Kewajaran (Fairness)
a. Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders
berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).
b. Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta
mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

E. Konsep Penting Good Corporate Governance


Konsep Penting GCG di Indonesia dapat diartikan sebagai konsep pengelolaan
perusahaan yang baik. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini. Pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat)
dan tepat waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu dan trasnparan terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikann dan stakeholder.

F. Faktor yang mempengaruhi penerapan Good Corporate Governance


Ada dua faktor dalam GCG yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
1. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG
yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.

2. Faktor Eksternal
a. Pelaku dan lingkungan bisnis
Meliputi seluruh entitas yang mempengaruhi pengelolaan perusahaan, seperti
business community atau kelompok-kelompok yang signifikan mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan, serikat pekerja, mitra kerja, supplier dan
pelanggan yang menuntut perusahaan mempraktekkan bisnis yang beretika.
Kelompok-kelompok di atas dapat mempengaruhi jalannya perusahaan dengan
derajat intensitas yang berbeda-beda.
b. Pemerintah dan regulator
Pemerintah dan badan regulasi berkepentingan untuk memastikan bahwa
Perusahaan mengelola keuangan dengan benar dan mematuhi semua peraturan dan
undang-undang agar memperoleh kepercayaan pasar dan investor.
c. Investor
Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan pemegang saham dan pelaku
perdagangan saham termasuk perusahaan investasi. Investor menuntut
ditegakkannya atau dijaminnya pengelolaan perusahaan sesuai standar dan prinsip-
prinsip etika bisnis.

d. Komunitas Keuangan
Meliputi semua pihak yang berkaitan dengan persyaratan pengelolaan keuangan
perusahaan termasuk persyaratan pengelolaan perusahaan terbuka, seperti
komunitas bursa efek, Bapepam-LK, US SEC dan Departemen Keuangan RI.
Setiap komunitas di atas mengeluarkan standar pengelolaan keuangan perusahaan
dan menuntut untuk dipatuhi/dipenuhi oleh Perusahaan.
Daftar Pustaka

International Corporate Governance, Marc Goergen, Pearson, England

OECD, 2004, OECD Principles.

http://www.knkg-indonesia.org/

http://e-journal.uajy.ac.id/10338/3/2EA19588.pdf

http://eprints.perbanas.ac.id/4160/8/BAB%20II.pdf

http://prasko17.blogspot.com/2012/04/pengertian-tujuan-prinsip-good.html

http://pratiwi-19.blogspot.com/2012/10/good-corporate-governance-gcg.html

Anda mungkin juga menyukai