1.1 Pendahuluan
Pembahasan tentang good corporate governance (tata kelola perusahaan yang
baik) berawal dari pemisahan antara principal (pemilik) dengan pihak agent
(pengelola) dalam sebuah korporasi modern, yaitu untuk menyelesaikan
masalah keagenan (the agency problem) di antara pemilik, pengelola dan
stakeholder yang lain secara efektif. Dengan diterapkannya good corporate
governance akan tersedia nilai lebih dan ukuran kinerja yang jelas dalam
mencapai tujuan perusahaan serta adanya mekanisme untuk penilaian
akuntabilitas dan transparansi untuk memastikan bahwa peningkatan
kesejahteraan lahir sebagai akibat dari peningkatan nilai perusahaan yang telah
didistribusikan secara nyata.
Diterapkannya good corporate governance tidak terlepas adanya keinginan
perusahaan agar dapat berjalan dengan baik, efisien serta memperoleh output
yang memuaskan. Yaitu apabila semua mekanisme yang ada dapat berjalan
dengan baik mulai dari top manajemen sampai level paling bawah, terlihat
dengan adanya aturan yang menjamin terlaksananya tugas pokok dan fungsi
masing-masing serta dilaksanakannya tugas tersebut sehingga tercipta suasana
2 Good Corporate Governance (GCG)
atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada
hakikatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab,
memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat
dalam hubungan fidusia (kepercayaan) yang dikehendaki para pemegang
saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai
dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan
publik maupun stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan
oleh Jensen & Meckling (1976), memandang bahwa manajemen perusahaan
sebagai “agen” bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh
kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan
bijaksana serta adil terhadap pemegang saham (principal).
Corporate governance didefiniskan sebagai susunan aturan yang menentukan
hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan
dan stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan
tanggung jawabnya (FCGI, 2003). Sedangkan menurut OECD (2004) good
corporate governance merupakan satu set hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.
Komite Cadbury mendefinisikan Corporate Governance sebagai sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,
untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik,
direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.
Kemudian Organization for Economic Coorperation and Development
(OECD) mendefinisikan Corporate Governance sebagai sekumpulan
hubungan antara pihak manajemen perusahaan, pemegang saham, dan pihak
lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate Governance
mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan
pengawasan atas kinerja. Corporate Governance yang baik dapat memberikan
rangsangan bagi pelaku internal dan manajemen untuk mencapai tujuan yang
merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi
pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan
sumber daya dengan lebih efisien.
Corporate Governance sering kali dipergunakan sebagai terma sebagaimana
aslinya dalam bahasa inggris, tanpa menerjemahkannya dalam kosa kata
Indonesia. Berbagai alasannya adalah belum ditemukan padanan kata yang
4 Good Corporate Governance (GCG)
tepat. Menurut penulis tata kelola merupakan tema yang tepat untuk
mengindonesiakan governance.
Dalam tema tata kelola terkandung makna pengendalian (control) dan
mengatur (regulate) sehingga mampu menjelaskan proses yang terjadi di
dalamnya. Ahmad Syakhroza (2005) memberikan pengertian tata kelola
perseroan sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh mencakup aspek budaya,
hukum dan kelengkapan institusional lainnya berupa mekanisme yang
didasarkan pada konsep pengendalian korporasi dan sistem akuntabilitas dari
pihak yang memegang kendali.
Sedangkan menurut Daniri (2005) memberi pengertian tata kelola perseroan
dalam kaitan dengan sifat baik (good) dalam konsep Good Corporate
Governance sebagai suatu pola hubungan, sistem dan proses yang digunakan
oleh organ perseroan (Direksi, Dewan komisaris, RUPS) guna memberikan
nilai tambah kepada pemegang saham serta berkesinambungan dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku. Daniri
menyimpulkan bahwa tata kelola perseroan yang baik merupakan: (a) Suatu
struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Dewan
Komisaris, Direksi, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan
stakeholders lainnya; (b) Suatu sistem check and balance yang mencakup
perimbangan kewenangan atas pengendalian perseroan yang dapat membatasi
munculnya dua peluang, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan
aset dan perseroan; serta (c) Suatu proses yang transparan atas penentuan
tujuan perseroan, pencapaian, dan pengukuran kinerjanya.
Sehubungan dengan tidak berlakunya Keputusan Menteri Negara BUMN
Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara karena
digantikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Nomor: PER-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (tanggal
1 Agustus 2011), maka definisi Good Corporate Governance berubah menjadi
prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan
perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
Menurut Effendi (2009) dalam bukunya The Power of Good Corporate
Governance, pengertian Good Corporate Governance adalah suatu sistem
pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola
risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengaman aset
Bab 1 Konsep dan Ruang Lingkup Good Corporate Governance 5
1.4.1 Transparency
Konsep ini diperlukan dalam menjaga objektivitas suatu organisasi atau
perusahaan dalam menjalankan suatu bisnis dengan memberikan informasi-
informasi yang jelas, akurat, mudah diakses dan dipahami serta dapat
dipertanggung jawabkan oleh semua pemangku kepentingan dalam organisasi
atau perusahaan tersebut. Dengan semakin berkembangnya teknologi dewasa
ini, tidak menjadi suatu alasan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk
tidak dapat melakukan inisiatif dalam mengungkapkan berbagai informasi
yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan atau kebijakan yang
sangat diperlukan oleh para pemangku kepentingan.
Termasuk dalam konsep ini adalah keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses
pengambilan keputusan. Sehingga kegiatan bisnis perusahaan berjalan secara
objektif, profesional, dan untuk melindungi kepentingan stakeholder.
1.4.2 Accountability
Konsep ini diperlukan untuk melihat sejauh mana kinerja yang telah dihasilkan
oleh suatu organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini suatu kinerja haruslah
dapat dikelola dengan tepat dan terukur untuk melihat seberapa jauh
kesinambungan antara proses perencanaan, organisir, pelaksanaan serta
evaluasi yang dilakukan dengan tujuan organisasi atau perusahaan tersebut.
Dalam konsep ini, organisasi atau perusahaan harus mampu menjawab segala
pertanyaan yang akan diajukan oleh para pemangku kepentingan atas apa yang
telah diperbuat dan hasil yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan tersebut.
Jadi konsep ini mempunyai unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara
mempertanggungjawabkannya. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan
menerapkan prinsip akuntabilitas, yaitu dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan akuntabel.
1.4.3 Responsibility
Konsep ini merefleksikan tanggung jawab setiap individu maupun organisasi
perusahaan dalam mematuhi segala tugas-tugas dalam pekerjaan, aturan-aturan
Bab 1 Konsep dan Ruang Lingkup Good Corporate Governance 9
1.4.4 Independency
Konsep ini dapat dijadikan sebagai aktualisasi diri untuk organisasi atau
perusahaan agar dapat berdiri sendiri dan memiliki daya saing dengan
lingkungan bisnisnya. Dalam hal ini, organisasi/ perusahaan harus memiliki
tata kelola yang efektif dan efisien serta mampu melakukannya sendiri tanpa
ada dominasi atau intervensi dari pihak lain, serta mampu dalam menggunakan
dan memanfaatkan nilai-nilai (values) yang ada pada organisasi perusahaan
untuk dapat dijadikan unique point di antara organisasi dan perusahaan
lainnya, sehingga mampu bersaing dalam bidang bisnis tersebut.
1.4.5 Fairness
Konsep ini diperlukan untuk menjaga stabilitas perusahaan dengan menjaga
kewajaran dan kesetaraan bagi setiap anggota, pemangku kepentingan dan
stakeholders lainnya dalam suatu organisasi atau perusahaan dengan porsinya
masing-masing. Hakikatnya setiap bagian dalam organisasi atau perusahaan
memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi untuk
organisasi/perusahaan. Sehingga, konsep ini menjadi sangat penting untuk
mendapatkan kepercayaan atau sebagai motivasi bagi setiap bagian dari
organisasi perusahaan, karena mereka akan memiliki rasa dan kesempatan
yang sama dalam memberikan kontribusi kepada organisasinya.Sehingga akan
memacu setiap individu dalam berkompetisi untuk memberikan yang terbaik
kepada organisasi/perusahaan di mana individu tersebut berada.
10 Good Corporate Governance (GCG)