Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 2

Nama : Rika Fitria

Mata Kuliah : Usaha-Usaha Milik Negara dan Daerah

Tutor : Bu Muthia

1.LATAR BELAKANG

Untuk memahami good corporate governance, ada baiknya kita memahami tata kelola perusahaan
(corporate governance) terlebih dahulu. Banyak upaya telah dilakukan untuk menyusun, mengelaborasi
dan bahkan menyempurnakan aturan seputar corporate governance yang dituangkan dalam berbagai
regulasi. Dari pandangan kelembagaan, menurut Indra Surya dan Ivan Yustiavandana (2006: 9-10)
corporate governance terkait langsung dengan pembuat kebijakan publik karena hukum, regulasi dan
institusi- institusi yang ada merupakan sumber yang paling penting bagi pembentukan kerangka
normatif tata kelola perusahaan (corporate governance framework) di suatu negara. Pembuat kebijakan
publik memiliki tanggung jawab untuk memastikan adanya keseimbangan antara peraturan yang
dibuatnya dengan perjanjian yang dibuat para pelaku pasar. Hukum dan kualitas pelaksanaannya oleh
lembaga legulator dan pengadilan merupakan bagian yang sangat esensial bagi terwujudnya good
corporate governance. Peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal, perseroan terbatas,
perbankan, asuransi, kepailitan akan mempengaruhi kebijakan dan perilaku setiap perusahaan. Hampir
di semua negara berkembang dan negara-negara transisi pascakrisis memiliki sistem corporate
governance yang menyoroti tingginya konsentrasi kepemilikan perusahaan. Tingginya konsentrasi
kepemilikan ini kerap menimbulkan social cost baik pada level perusahaan maupun pada level negara.
Pada level perusahaan, beban ini menyangkut eksploitasi yang dilakukan oleh manajer dan owner
perusahaan, buruknya kinerja perusahaan, rendahnya pengelolaan risiko, dan masalah likuiditas yang
mempersulit perdagangan saham oleh para investor. Pada level negara, beban yang dihadapi adalah
tidak berkembangnya industri pasar modal. Struktur kepemilikan ada. juga dapat mempengaruhi
keefektifan dari mekanisme corporate governance yang Berkaitan dengan hal tersebut, guna
memperkecil beban biaya sosial dan ekonomi akibat struktur kepemilikan perusahaan, negara-negara
berkembang dan negara- negara transisi pascakrisis dituntut memiliki kemampuan dalam memfungsikan
dan mereformasi implementasi dari mekanisme corporate governance yang sudah dimiliki dengan masih
dibayangi lemahnya institusi pengadilan dan lembaga enforcement yang ada. Banyak negara telah
membuat dan memperluas cakupan aturan hukum corporategovernance bahkan mengadopsinya
langsung dari negara-negara maju. Organizationfor Economic Co-operation and Development (OECD)
mengeluarkan beberapa prinsip mendasar tentang corporate governance (Principles of Corporate
Governance) dan telah merevisinya pada tahun 2004 lalu. Tambahan penting dalam pedoman baru
OECD tersebut adalah adanya penegasan tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan
masyarakat untuk dapat dilaksanakannya Good Corporate Governance secara efektif. Peristiwa World
Com dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang betapa pentingnya penerapan
Good Corporate Governance. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan
fundamental peraturan perundang- undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-negara lain,
hal tersebut ditanggapi secara berbeda antara lain dalam bentuk penyempurnaan pedoman Good
Corporate Governance di negara yang bersangkutan. Di Indonesia, Pemerintah semakin menyadari
perlunya penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan Good Corporate
Governance oleh dunia usaha tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance
dan partisipasi masyarakat. Untuk itu, pada bulan November 2004, Pemerintah dengan Keputusan
Menko Bidang Perekonomian No. KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.
Salah satu tugas penting dari Sub-Komite Korporasi adalah menciptakan pedoman Good Corporate
Governance bagi dunia usaha dalam membangun, melaksanakan dan mengkomunikasikan praktik Good
Corporate Governance kepada pemangku kepentingan (stakeholders).

B. PENGERTIAN CORPORATE GOVERNANCE

Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku bisnis,
akademisi, pembuat kebijakan. Pemahaman praktis tentang corporate governance terus berevolusi dari
waktu ke waktu. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kalinya oleh Berle dan
Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang menganalisis terpisahnya kepemilikan
saham (ownership) dan kontrol. Pemisahan tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan
antara para pemegang saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang
tersebar (dispersed ownership). Holly J. Gregory dan Marshall E. Simms (2000: 3-4) menyebutkan bahwa
pengelolaan perusahaan (corporate governance) itu sendiri dapat didefinisikan secara luas dan terbatas.
Secara terbatas, istilah tersebut berkaitan dengan hubungan antara manajer, direktur, dan pemegang
saham. Secara luas istilah pengelolaan perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan
pendaftaran, dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan menarik modal masuk, memiliki
kinerja secara efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat secara umum
dan sekaligus kewajiban hukum. Komite Cadbury (1992) mendefinisikan corporate governance sebagai:
Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya. OEDC dalam Iman Sjahputra
Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal (2002: 2) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut.
Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain
yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya
struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang
baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang
merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif
sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. Menurut Keputusan
Menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002, Corporate Governance adalah: Suatu proses dari struktur
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap
memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai
etika. Menurut Price Waterhouse Coopers (2000): Corporate governance terkait dengan pengambilan
keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai proses,
kebijakan- kebijakan dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk mencapai bisnis yang
menguntungkan, efisien dan efektif dalam mengelola risiko dan bertanggung jawab dengan
memerhatikan kepentingan stakeholders Selain empat definisi tersebut, Stijn Claessens (2003:4)
menyatakan bahwa pengertian corporate governance dapat digolongkan ke dalam dua kategori berikut.
Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui
kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan
stakeholders. Kategori ini sangat cocok dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di
satu negara, misalnya melihat bagaimana Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas
dalam pengambilan keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi eksekutif
perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan. Kategori
kedua, lebih melihat pada kerangka normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari
sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku
perusahaan. Kategori ini dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance secara
komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun
akan mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya.

2. Perusahaan sebagai suatu badan hukum dianggap sebagai subjek hukum yang memiliki serangkaian
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Oleh karenanya sangat stakeholders. Kepentingan perusahaan
pada dasarnya merupakan kompromi dari pada dasarnya ditentukan bukan oleh perusahaan itu sendiri
melainkan oleh para dimungkinkan bagi perusahaan untuk memiliki kepentingan. Kepentingan
perusahaan kepentingan seluruh stakeholders. Dengan demikian, kepentingan perusahaan secara
otomatis akan terpenuhi apabila kepentingan seluruh stakeholders terpenuhi. dan pedoman dalam
menciptakan keseimbangan bagi para stakeholders dalam Asas Good Corporate Governance di sini
diterapkan sebagai suatu mekanisme memenuhi kepentingannya masing-masing. Apabila para anggota
stakeholders terpenuhi kepentingannya secara optimal tanpa harus merugikan kepentingan
stakeholders lainnya maka titik keseimbangan tercapai dan kepentingan perusahaan akan terumuskan
dengan utuh. Sebagai contoh dapat digambarkan berikut ini. Terdapat perbedaan kepentingan yang
cukup tajam antara pemegang saham dengan stakeholders lainnya (pihak karyawan, manajemen, publik,
dan kreditor) di dalam menetapkan tujuan utama perusahaan. Para pemegang saham lebih
menginginkan agar dividen perusahaan segera dibagikan ketimbang dijadikan dana tambahan modal
usaha di masa depan. Dengan kata lain, mereka lebih mengejar keuntungan jangka pendek. Di lain
pihak, stakeholders lainnya (pihak karyawan, manajemen, publik dan kreditor) lebih menginginkan
perusahaan dapat berjalan secara berkesinambungan untuk jangka panjang dan karenanya pembagian
dividen harus ditunda. Dalam kasus tersebut terlihat bahwa melalui penerapan asas Good Corporate
Governance kepentingan yang saling bertentangan dicoba untuk diseimbangkan. Apabila kemauan
pemegang saham bisa diubah dan akhirnya bersama-sama menyepakati tujuan utama perusahaan
adalah keuntungan jangka panjang maka hal ini akan menjadi kepentingan perusahaan sehingga
keberlangsungan perusahaan lebih terjaga. Di sini terlihat bahwa kepentingan perusahaan untuk
berjalan secara berkesinambungan merupakan kompromi dari kepentingan seluruh stakeholders.
3. Pada dasarnya asas Good Corporate Governance diterapkan untuk hubungan yang harmonis antara
pemegang saham, para calon investor (future investors), pihak kreditor, manajemen dan karyawan,
masyarakat, pemerintah, serta kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka. Bagi para pemegang saham, asas Good Corporate Governance diterapkan
kepentingan para pemegang saham untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal dan sebagai sarana
untuk mengukur kinerja perusahaan dan penopang utama pemenuhan menjamin keberlangsungan
usaha dari perusahaan. penting karena membantu menjamin tingkat pengembalian utang yang lebih
tinggi dan Bagi para kreditor, keberadaan asas Good Corporate Governance menjadi memberikan
keuntungan maksimal. Bagi manajemen dan karyawan, penerapan asas Good Corporate Governance
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan manajemen dan karyawan melalui harmonisasi dan
sistematisasi manajemen perusahaan guna mencapai kinerja perusahaan yang optimal. Bagi publik,
penerapan asas Good Corporate Governance ditujukan pada tanggung jawab perusahaan terhadap
segala produk yang dihasilkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat
menjamin terjaganya keselarasan hubungan antara perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan
sekitar di mana perusahaan beroperasi.Asas Good Corporate Governance diterapkan bagi kepentingan
perusahaan sebagai suatu mekanisme dan pedoman dalam menciptakan keseimbangan bagi para
stakeholders dalam memenuhi kepentingannya masing-masing tanpa harus merugikan kepentingan
stakeholders lainnya.

4. Filosofi dasar para pemegang saham adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal. Selain itu, bagi
para investor jangka panjang kepentingannya adalah keberlangsungan usaha dari perusahaan. Dalam
kaitannya ini, penerapan asas Good Corporate Governance memegang peranan penting sebagai sarana
untuk mengukur kinerja perusahaan dan penopang utama pemenuhan beragam kepentingan para
pemegang saham suatu perusahaan. Hal ini tentu saja perlu dibarengi dengan pemahaman yang
menyeluruh dari para pemegang saham atas hak-hak yang dimilikinya.

Filosofi dasar kepentingan manajemen adalah kebutuhan akan manajemen perusahaan yang harmonis
dan sistematis dalam rangka menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Untuk itu, manajemen dan
karyawan harus mendapat perlakuan yang seimbang dan wajar, sesuai dengan kedudukannya masing-
masing. Penerapan asas Good Corporate Governance di sini ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan manajemen dan karyawan sebagai bagian integral dari stakeholders perusahaan.

Penerapan asas Good Corporate Governance di sini ditujukan pada tanggung jawab perusahaan
terhadap segala produk yang dihasilkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan dapat menjamin terjaganya keselarasan Hubungan antara perusahaan dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar dimana perusahaan beroperasi

Sumber : 1. Modul 5 Tentang Good Corporatr Governance hal. 5.18-5.28

2. Modul 5 ADPU4337 Tentang Latar Belakang, Konsep, dan Pengertian Good Corporate Governance.
Hal. 5.5- 5.12

Anda mungkin juga menyukai