Anda di halaman 1dari 14

Ujian Akhir Semester Take Home Corporate Governance

Nama : Rizky Kurniasari

NIM : 16/397068/EK/21024

Democratic Corporate Governance di Indonesia: Antara Good Corporate

Governance atau Democratic Corporate Governance pada BUMN

Saat ini, corporate governance atau tata kelola perusahaan menjadi persoalan yang

sangat diperhatikan. Perusahaan belomba-lomba menemukan tata kelola yang paling

sesuai dengan jiwa perusahaannya. Tata kelola yang diterapkan sebisa mungkin sejalan

dengan visi dan misi perusahaan. Dengan demikian, pencapaian tujuan perusahaan

menjadi lebih efektif dan efisien. Atas adanya corporate governance, muncullah istilah

Good Corporate Governance sebagai suatu tolak ukur. Terdapat beberapa indikator untuk

dapat mengatakan suatu perusahaan sudah memiliki Good Corporate Governance,

diantaranya adalah transparansi, partisipasi, responsifitas, akuntabilitas, penegakan

hukum, kesetaraan, efektifitas, efisiensi, berorientasi pada konsensus, dan visi strategis.

Di Indonesia, sudah banyak perusahaan-perusahaan yang menerapkan Good Corporate

Governance ini, salah satunya adalah perusahaan negara, BUMN. Sudah sejak tahun

2011, BUMN menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dengan mengacu pada

Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang

Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan

Usaha Milik Negara.

Konsep GCG yang sudah sangat terkenal dan dianggap dapat memberikan

dampak positif ternyata masih menimbulkan pertanyaan dibenak pengamat usaha dan

para ahli. Pertanyaan yang muncul adalah apakah memang konsep GCG diterapkan
dengan semestinya atau penerapannya ternyata hanya menguntungkan salah satu pihak,

yaitu kaum kapitalis. Terdapat satu pendapat bahwa GCG yang diterapkan di perusahaan-

perusahaan swasta hanya menguntungkan pihak kapitalis dan tidak membawa dampak

pada instrument perusahaan yang lain seperti karyawan. Ditengah perdebatan tersebut

muncul gagasan baru untuk menggunakan konsep democratic corporate governance.

Democratic corporate governance (DCG) merupakan sebuah prinsip dan acuan tata kelola

korporasi (perusahaan) yang lebih memerhatikan pemenuhan kepetingan bersama, tidak

hanya para pemilik modal tapi juga instrumen perusahaan lainnya, seperti karyawan, dan

juga para pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah. Konsep ini dianggap lebih

baik diterapkan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia yang menganut sistem

demokrasi ekonomi, terutama pada perusahaan milik negara BUMN.

Corporate Governance

Istilah “government” dan “governance” sering dianggap memiliki kesamaan arti.

Istilah government sebenarnya lebih mengacu kepada entitas yang menyelenggarakan

kekuasaan pemerintah dalam suatu negara. Sedangkan governance merupakan proses

pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan diimplementasikan atau tidak

(World Bank, 1989). Dari arti governance tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

corporate governance adalah suatu proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam

suatu korporasi.

Pengertian lebih lanjut tentang corporate governance menurut Cadbury

Committee of United Kindom (1922):

”Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan,


serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang

berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain

suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.

Menurut Bank Dunia (World Bank) yang dikutip oleh Iman dan Amin (2002: 4),

pengertian corporate governance adalah:

“Kumpulan hukun, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi

yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara

efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang, yang

berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar

secara keseluruhan”.1

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2001:3) mengatakan

bahwa corporate governance merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan, serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan secara

singkat bahwa corporate governance adalah sebuah konsep mengenai tata kelola yang

mengatur seluruh instrumen korporasi dan juga stakeholder yang terlibat dengan

korporasi tersebut.

Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi

semua pihak pemegang kepentingan (stakeholders). Beberapa manfaat yang dapat

1
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4495/Bab%202.pdf?sequence=10
diakses pada 14 Juni 2019
diperoleh dengan dilaksanakannya corporate governance berdasarkan Forum for

Coporate Governance in Indonesia antara lain:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta

lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid

(karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate

value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus

akan meningkatkan shareholder’s value dan dividen. Khusus bagi BUMN akan

dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil privatisasi.

Konsep corporate governance kemudian dikembangkan menjadi konsep Good

Corporate Governance (GCG). Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis

ekonomi tahun 1997. Krisis yang berkepanjangan yang dinilai disebabkan karena tidak

dikelolanya perusahaan-perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan

regulasi dan sarat dengan praktek korupsi, kolusi, nepotisme (Budiati, 2012).2 Muh.

Effendi (2009) dalam bukunya The Power of Good Corporate Governance, pengertian

GCG adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama

mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan

2
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/20/good-corporate-governance-gcg/ diakses pada 14 Juni 2019
aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam jangka

panjang.

Good governance menurut World Bank merupakan suatu penyelenggaraan

manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab, sejalan dengan prinsip

demokrasi, pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan

korupsi baik secara politik maupun administrative, menjalankan disiplin anggran serta

penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (World Bank,

1992a).3

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), nilai-nilai yang

menjadi ciri good governance adalah transparansi, partisipasi, responsifitas, akuntabilitas,

penegakan hukum, kesetaraan, efektifitas, efisiensi, berorientasi pada konsensus, dan visi

strategis. Sementara Bank Dunia menawarkan setidaknya terdapat tiga indikator untuk

mengukur good governance sebagaimana yang dikutip oleh Agustiono dan Ambar TS

dalam buku “Memahami Good Governance”. Adapun ketiga indikator tersebut adalah:

(1) bentuk rejim politik, (2) proses dimana kekuasaan digunakan di dalam manajemen

sumber daya sosial dan ekonomi bagi kepentingan pembangunan, dan (3) kemampuan

pemerintah untuk mendisain, menformulasikan, melaksanakan kebijakan, dan

melaksanakan fungsifungsinya.4

Demokrasi Ekonomi Sebagai Amanat Pasal 33 UUD 1945

Demokrasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi Indonesia. Demokrasi adalah

sebuah amanat dari para pendiri bangsa ini. Mereka telah bersepakat untuk menjadikan

3
https://media.neliti.com/media/publications/44240-ID-the-role-of-government-and-its-provision-on-the-
quality-of-education-the-case-of.pdf diakses pada 16 Juni 2019
4
Mastuti, Sri. “Mengawal Perkembangan Democratic Governance: Pegangan Para Praktisi Kemitraan
Universitas-Masyarakat”. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2016. Diakses pada 16 Juni 2019
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara demokrasi, sebagaimana

yang tercantum dalam dasar negara Pancasila sila ke empat, yang berbunyi “Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Selain

itu, disebutkan juga dalam pasal 1 ayat 2 UUD 1945, yang berbunyi “Kedaulatan berada

di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Demokrasi yang

dimaksudkan oleh para pendiri NKRI tidak hanya berkutat pada urusan politik, tapi pada

semua urusan negara termasuk ekonomi. Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia

pertama, mengatakan bahwa untuk menciptakan kemakmuran yang berkeadilan dalam

masyarakat tidak dapat hanya dilakukan dengan melaksanakan demokrasi dalam

parlementer atau pemerintahan, tapi juga harus dalam ekonomi. Demokrasi pemerintahan

di Indonesia sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2004 yaitu dengan diadakannya

pemilu untuk memilih presiden dan wakil presiden. Sedangkan demokrasi ekonomi,

secara jelas tertuang dalam pasal 33 UUD 1945.

Demokrasi yang ingin di wujudkan Soekarno, Hatta, dan para pendiri bangsa

lainnya di Indonesia bukanlah demokrasi modern yang lahir dari Revolusi Perancis.

Menurut Soekarno, demokrasi yang tercipta dari revolusi perancis hanya menguntungkan

kaum borjuis dan tempat tumbuhnya kapitalisme. Pendapat yang sama juga dikemukakan

oleh Hatta (2010:14), yang mengatakan bahwa kebebasan individu ini nantinya

mengakibatkan ketidakadilan dalam masyarakat, karena kedaulatan hanya berpusat pada

para pemilik modal, kritik selajutnya dapat kita baca sebagai berikut :

“Jadinya, demokrasi Barat yang dilahirkan oleh Revolusi Prancis tiada membawa

kemerdekaan rakyat yang sebenarnya, melainkan menimbulkan kekuasaan

kapitalisme, sebab itu demokrasi politik saja tidaklah cukup untuk mencapai

demokrasi yang sebenarnya yaitu kedaulatan rakyat. Haruslah ada pula


kedaulatan ekonomi, yang memakai dasar, bahwa segala penghasilan yang

mengenal penghidupan orang banyak harus berlaku dibawah tanggungan orang

banyak juga.”5

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa demokrasi Barat hanya memberikan

kedaulatan kaum pemodal, Hatta menambahkan, demokrasi kapitalis inilah yang harus

ditolak dan tidak cocok untuk Indonesia. Pandangan Soekarno dan Hatta tersebut menjadi

cikal bakal lahirnya konsep demokrasi ekonomi yang tertuang dalam pasal 33 ayat 4 UUD

1945 yang berbunyi “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan

lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan

ekonomi nasional”.

Di era selanjutnya, demokrasi ekonomi ini digunakan untuk mengembangkan

konsep tata kelola perusahaan yaitu democratic corporate governance (DCG). DCG

tersebut juga merupakan pengembangan dari konsep corporate governance dan/atau

good corporate governance. Menurut United Nation Development Programme,

pengertian Democratic Governance adalah sebuah seperangkat prinsip dan nilai-nilai

yang mendukung hubungan negara-masyarakat, memungkinkan orang - khususnya orang

miskin dan terpinggirkan - untuk memiliki suara dalam cara mereka diatur, bagaimana

keputusan dibuat dan diimplementasikan. (United Nation Development Programe, 2010).

Pengertian democratic governance dalam buku Mengawal Perkembangan Democratic

Governance: Pegangan Para Praktisi Kemitraan Universitas-Masyarakat, merupakan

serangkaian cara dan proses untuk mencapai tujuan atau cita-cita bersama dengan

5
https://media.neliti.com/media/publications/140373-ID-konsepsi-dan-implementasi-demokrasi-panc.pdf
diakses pada 16 Juni 2019
didasarkan pada prinsip menghargai martabat kemanusiaan (HAM, hak warga negara),

kesetaraan dan non diskriminasi (termasuk kesetaraan gender), tanpa kekerasan (non-

violence), menegakkan toleransi, dan menegakkan keadilan.

Dari dua difinisi tersebut, dalam konteks korporasi, democratic governance dapat

diartikan sebagai sebuah prinsip dan acuan tata kelola korporasi (perusahaan) yang lebih

memerhatikan pemenuhan kepetingan bersama, tidak hanya para pemilik modal tapi juga

instrumen perusahaan lainnya, seperti karyawan, dan juga para pemangku kepentingan

lainnya seperti pemerintah. Democratic governance sangat menuntut adanya kesetaraan

dan keadilan kepentingan bagi setiap instrumen perusahaan. Dalam pelaksanaan

Democratic Governance, terdapat tujuh pilar penting yang perlu diperhatikan menurut

Mel Gill, ketua Synergy Associates, yaitu legitimacy, participation, responsible

stewardship, ethical conduct, transparency, predictability, accountability. Dari tujuh

pilar tersebut, partisipasi merupakan hal yang paling diperhatikan.

Antara GCG dan DCG pada BUMN

Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan badan usaha yang dikelola oleh

negara. Pada hakikatnya dalam konteks demokrasi ekonomi, BUMN merupakan sebuah

badan usaha yang dimiliki secara kolektif oleh seluruh masyarakat, tapi dalam

pengelolaannya diserahkan pada negara. BUMN dibentuk dengan tujuan untuk mencapai

demokrasi ekonomi dan menciptakan kemakmuran yang berkeadilan di Indonesia. Untuk

mencapai tujuan tersebut, BUMN berupaya untuk meningkatkan performanya dengan

mulai memperhatikan tata kelola perusahaan. Konsep tata kelola perusahaan yang

diterapkan oleh BUMN saat ini adalah Good Corporate Governance (GCG) yang

ditetapkan sejak tahun 2011.


Adapun pengertian good corporate governance menurut Pasal 1 Peraturan

Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara adalah prinsip-

prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. Tujuan penerapan GCG

pada BUMN adalah:

1. mengoptimalkan nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,

baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu mempertahankan

keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan

BUMN;

2. mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif, serta

memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Organ Persero/Organ

Perum;

3. mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

peraturan perundangundangan, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab

sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian lingkungan

di sekitar BUMN;

4. meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional;

5. meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Pertanyaannya adalah apakah konsep GCG yang tertuang dalam peraturan

tersebut relevan dengan amanat dibentuknya BUMN dan apakah konsep DCG dapat lebih

sesuai dengan jiwa BUMN. Jika diperhatikan, sebenarnya konsep yang ada dalam

peraturan menteri BUMN tersebut sudah sesuai dengan amanat yang diberikan kepada
BUMN. Dampak yang diharapkan juga menyeluruh, yaitu bagi perusahaan itu sendiri,

pegawai/karyawan, investor, pemerintah, dan masyarakat sekitar. Namun, jika dilihat dari

pelaksanaannya, konsep GCG tersebut masih menyimpang dan masih condong untuk

memenuhi satu kepentingan saja, yaitu para pemilik modal. Penelian yang dilakukan

secara konsisten terhadap pelaksanaan GCG menjadi terkesan kurang berguna jika

melihat penyimpangan tersebut. Penyimpangan penerapan GCG tidak hanya terjadi di

BUMN saja, tapi pada perusahaan swasta lainnya bahkan penyimpangan pada perusahaan

swasta jauh lebih ekstrim.

Penyimpangan yang terjadi pada BUMN mungkin saja dianggap sebagai hal

sepele karena melihat dari tuntutan persaingan yang ada. Jelas terlihat saat ini pamor

BUMN yang semakin meredup dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan swasta

lainnya yang ada di Indonesia. Selain itu, dalam tubuh BUMN juga muncul sebuah

kebimbangan antara mati atau bertahan. Disatu sisi BUMN tidak boleh mati karena

menanggung amanat besar dari negara, tapi disisi lain ketika memilih bertahan maka mau

tidak mau BUMN juga harus berurusan dengan para pemilik modal atau para kapitalis.

Oleh sebab itulah, terjadinya penyimpangan atau kecondongan pada pemenuhan salah

satu pihak, dalam hal ini adalah kapitalis, menjadi sangat mungkin terjadi dalam

pengambilan keputusan di BUMN.

Melihat kondisi permasalahan yang ada, kemungkinan untuk menerapkan DCG

pada BUMN menjadi 50:50. Secara konsep, memang DCG akan lebih relevan dengan

jiwa BUMN dan demokrasi ekonomi yang berlaku di Indonesia. DCG memberikan

penekanan yang lebih terhadap kesetaraan dan keadilan pemenuhan kepentingan. DCG

juga lebih menuntut adanya partisipasi aspirasi dari semua komponen perusahaan.

Seandainya BUMN memutuskan untuk mengganti konsepnya menjadi DCG, memang


hal tersebut akan memberikan dasar yang kuat untuk dilaksanakannya demokrasi dalam

pengelolaan BUMN dan pelaksanaan demokrasi ekonomi. Namun, kembali lagi pada

pelaksanaannya secara nyata. Sangat mungkin penggantian ke DCG tidak akan

memberikan perubahan yang signifikan karena bila dicermati dalam peraturan menteri

BUMN tersebut juga telah memuat beberapa poin DCG. Jadi, baik GCG, maupun DCG

jika tidak diterapkan secara benar dan pelaksanaannya tidak didukung oleh negara, tidak

akan memberikan dampak yang signifikan terhadap upaya pencapaian tujuan BUMN.

Kesimpulan

Corporate governance atau yang diartikan sebagai sebuah konsep mengenai tata kelola

yang mengatur seluruh instrumen korporasi dan juga stakeholder yang terlibat dengan

korporasi tersebut. Saat ini, konsep corporate governance telah diterapkan dalam berbagai

perusahaan baik perusahaan swasta, maupun perusahaan milik negara. Terjadi berbagai

pengembangan konsep corporate governance, diantaranya adalah good corporate

governance dan democratic corporate governance. Terdapat beberapa perbedaan

indicator dari kedua konsep tersebut.

Di Indonesia, salah satu korporasi (perusahaan) yang menerapkan GCG adalah

perusahaan milik negara, BUMN. Sudah sejak tahun 2011, BUMN menerapkan Good

Corporate Governance (GCG) dengan mengacu pada Peraturan Menteri BUMN Nomor:

PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan

yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara. Terlepas dari

itu, ternyata pengertian dan penerapan GCG saat ini memicu sebuah pertanyaan tentang

kepada siapa sebenarnya “good” tersebut ditujukan. Berdasarkan pengertian dari GCG

pula, dapat dilihat bahwa sebenarnya yang paling diperhatikan adalah para pemilik modal
atau kaum kapitalis. Sedangkan konsepsi awal adanya corporate governance adalah untuk

menata sebuah korporasi (perusahaan) agar dapat berjalan dengan baik dengan

memerhatikan segala instrumen didalamnya, tidak hanya pemilik modal.

Kemudian, muncul gagasan untuk mengganti GCG dengan DCG karena dianggap lebih

mampu memberikan kesetaraan dan keadilan bagi setiap instrumen perusahaan dan

stakeholder yang terkait, tidak hanya terpusat pada pemilik modal. Selain itu juga, konsep

DCG lebih sesuai dengan sistem demokrasi ekonomi karena sama-sama menjunjung

tinggi nilai-nilai demokrasi dalam penerapannya. Oleh karena itu, penerapan DCG pada

BUMN sebagai perusahaan negara yang diamanahi untuk menyokong perekonomian

nasional, dinilai sesuai. Dengan penerapan DCG tersebut, diharapkan pengelolaan

BUMN akan lebih terarah pada tujuan pencapaian kesejahteran masayrakat, bukan untuk

para pemilik modal atau kaum kapitalis. Namun, terdapat beberapa masalah lain yang

memengaruhi penerapan konsep-konsep tersebut. Berdasarkan uraian diatas, penerapan

GCG ataupun DCG harus dibarengi dengan komitmen pemerintah untuk membantu

menyediakan regulasi-regulasi yang terkait, sehingga dapat meminimalisir intervensi

yang mungkin muncul dalam penerapan konsep-konsep tersebut.


Daftar Referensi

Mastuti, Sri. “Mengawal Perkembangan Democratic Governance: Pegangan Para Praktisi

Kemitraan Universitas-Masyarakat”. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam,

2016. Diakses pada 16 Juni 2019

GamatechnoBlog. “4 Indikator Penting Tata Kelola Pemerintahan yang Baik”.

https://blog.gamatechno.com/4-indikator-penting-tata-kelola-pemerintahan-yang-baik/

diakses pada 15 Juni 2019

“Konsepsi dan Implementasi Demokrasi Pancasila dalam Sistem Perpolitikan di

Indonesia”. https://media.neliti.com/media/publications/140373-ID-konsepsi-dan-

implementasi-demokrasi-panc.pdf diakses pada 15 Juni 2019

Sumiyati, Yeti. “Peranan BUMN dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

untuk Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat”.

https://media.neliti.com/media/publications/102689-ID-peranan-bumn-dalam-

pelaksanaan-tanggung.pdf diakses pada 15 Juni 2019

Wikipedia. “Demokrasi di Indonesia”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi_di_Indonesia diakses pada 16 Juni 2019

https://media.neliti.com/media/publications/44240-ID-the-role-of-government-and-its-

provision-on-the-quality-of-education-the-case-of.pdf diakses pada 16 Juni 2019

http://www.limc4u.com/uud-1945/naskah-lengkap/pasal-33-uud-1945/ diakses pada 14

Juni 2019

http://jdih.bumn.go.id/baca/PER-01/MBU/2011.pdf diakses pada 15 Juni 2016


https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/4495/Bab%202.p

df?sequence=10 diakses pada 14 Juni 2019

https://accounting.binus.ac.id/2017/06/20/good-corporate-governance-gcg/ diakses pada

14 Juni 2019

http://www.bumn.go.id/taspen/halaman/127 diakses pada 17 Juni 2019

http://bumn.go.id/berita/1-Visi-Misi-Kementerian-BUMN diakses pada 17 Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai