Disusun Oleh :
Triple bottom line (3BL) muncul sebagai konseptualisasi yang populer sebagai alat
pelaporan untuk mengartikulasikan kinerja sosial, lingkungan, dan ekonomi perusahaan.
Konsep ini memiliki perhatian yang signifikan sehubungan dengan keberhasilan dan
kecukupannya sebagai alat untuk melaporkan sejauh mana sebuah organisasi telah
memenuhi tanggung jawab sosialnya. Sebenarnya, pendekatan ini telah banyak digunakan
sejak awal tahun 2007 di Indonesia seiring perkembangan pendekatan full cost accounting
yang banyak digunakan oleh perusahaan sektor publik. Pada perusahaan sektor swasta,
salah satu bentuk TBL diterapkan dalam penerapan tanggung jawab sosial (Corporate
Social Responsibility/CSR).
Konsep TBL mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan
kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat dan terkena dampak dari kegiatan
yang dilakukan perusahaan) daripada kepentingan shareholder (pemegang saham).
Kepentingan stakeholder ini dapat dirangkum menjadi tiga bagian yaitu kepentingan
dari sisi keberlangsungan laba (Profit), sisi keberlangsungan masyarakat (People), dan
sisi keberlangsungan lingkungan hidup (Planet).
Dalam mempertahankan keberlangsungan suatu perusahaan tidak cukup hanya dengan
mengejar profit saja, ini dibuktikan dengan adanya fenomena-fenomena di sekitar kita, dimana
beberapa perusahaan-perusahaan terkemukan diindikasikan melakukan perusakan hutan tropis
yang membahayakan kehidupan satwa, lalu pembakaran hutan oleh perusahaan di sumatera
dan kalimantan akhir-akhir ini, dan banyak fenomena lainnya. Ini mengimplikasikan bahwa
apabila perusahaan terfokus pada kesehatan keuangan saja, maka tidak akan menjamin
perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila
perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial lingkungan.
Oleh karena itu, perusahaan kini tidak cukup dengan hanya memperhatikan kepentingan
shareholder tetapi juga harus memperhatikan kepentingan stakeholder, sehingga
pengungkapan informasi pada perusahaan tidak hanya dengan informasi keuangan perusahaan
saja, tetapi juga mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab perusahaan terhadap sosial
dan lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Triple Bottom Line
John Elkington pada tahun 1998 dalam (Wibisono 2007) melalui bukunya “Cannibals with
Fork, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Elkington mengembangkan
konsep triple bottom line dalam istilah economic prosperity, environmental quality dan social
justice. Elkington memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin berkelanjutan, harus
memperhatikan “3P”. Selain mengejar profit, perusahaan juga mesti memperhatikan dan
terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ini kemudian diilustrasikan dalam bentuk
segi tiga sebagai berikut:
Sosial
(people)
Lingkungan Ekonomi
(planet) (profit)
Dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line, yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondisi
financial-nya saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan
(Wibisono 2007:33).
Hubungan yang ideal antara profit (keuntungan), people (masyarakat) dan planet
(lingkungan) adalah seimbang, tidak bisa mementingkan satu elemen saja. Konsep 3P ini
menurut Elkington dapat menjamin keberlangsungan bisnis perusahaan. Hal ini dapat
dibenarkan, sebab jika suatu perusahaan hanya mengejar keuntungan semata, bisa jadi
lingkungan yang rusak dan masyarakat yang terabaikan menjadi hambatan kelangsungan
bisnisnya. Beberapa perusahaan bahkan menjadi terganggu aktivitasnya karena tidak
mampu menjaga keseimbangan 3P ini. Jika muncul gangguan dari masyarakat maka yang
rugi adalah bisnisnya sendiri (Prastowo dan Huda 2011:27).
CSR menjadi hal penting penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia usaha
saat ini. Adapun manfaat dan motivasi yang didapat perusahaan dengan melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan menurut Ambadar (2008) meliputi: (1) perusahaan terhindar dari
reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa
memperdulikan akibat dari perilaku buruk perusahaan, (2) kerangka kerja etis yang kokoh
dapat membantu para manajer dan karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan
kerja di lingkungan dimana perusahaan bekerja, (3) perusahaan mendapat rasa hormat dari
kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya dalam hal
penyediaan lapangan pekerjaan, (4) perilaku etis perusahaan aman dari gangguan lingkungan
sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar.
Berdasarkan pendapat di atas, pelaksanaan CSR menjadi suatu keharusan bagi
perusahaan dalam mendukung aktivitas dunia usahanya, bukan hanya sekedar pelaksanaan
tanggung jawab tetapi menjadi suatu kewajiban bagi dunia usaha. Dalam megimplemetasikan
CSR, oreantasi perusahaan bukan hanya pada pencapaian laba maksimal tetapi juga menjadi
suatu organisasi pembelajaran, dimana setiap individu yang terlibat di dalamnya memiliki
kesadaran sosial dan rasa memiliki tidak hanya pada lingkungan organisasi melainkan juga
pada lingkungan sosial dimana perusahaan berada. Meskipun kegiatan tampak sederhana dan
cakupan masalah sempit tetapi memiliki dampak positif yang sangat besar bagi masyarakat
sekitar perusahaan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk meraih sustainability, perusahaan
perlu peduli terhadap lingkungan alam sekitar (natural environment), hak-hak pegawai,
perlindungan konsumen, corporate governance, dan pengaruh perilaku bisnis terhadap isu-isu
sosial pada umumnya seperti kekurangan pangan, kemiskinan, pendidikan, perawatan
kesehatan, HAM, yang semuanya dihubungkan dengan profit.
2. Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Pertamina terlibat dalam aktivitas
pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan
dan lingkungan. Pada aspek pendidikan, BUMN ini menyediakan beasiswa pelajar mulai
dari tingkatan sekolah dasar hingga S2, maupun program pembangunan rumah baca,
bantuan peralatan atau fasilitas belajar. Sementara di bidang kesehatan Pertamina
menyelanggarakan program pembinaan posyandu, peningkatan gizi anak dan ibu,
pembuatan buku panduan untuk ibu hamil dan menyusui dan berbagai pelatihan guna
menunjang kesehatan masyarakat. Sedangkan yang terkait dengan persoalan lingkungan,
Pertamina melakukan program kali bersih dan penghijauan seperti pada DAS Ciliwung dan
konservasi hutan di Sangatta.
3. PT HM Sampoerna, salah satu perusahaan rokok besar di negeri ini juga menyediakan
beasiswa bagi pelajar SD, SMP, SMA maupun mahasiswa. Selain kepada anak-anak
pekerja PT HM Sampoerna, beasiswa tersebut juga diberikan kepada masyarakat umum.
Selain itu,melalui program bimbingan anak Sampoerna, perusahaan ini terlibat sebagai
sponsor kegiatan-kegiatan konservasi dan pendidikan lingkungan.
4. PT Coca Cola Bottling Indonesia melalui Coca Cola Foundation melakukan serangkaian
aktivitas yang terfokus pada bidang-bidang: pendidikan, lingkungan, bantuan infrastruktur
masyarakat, kebudayaan, kepemudaan, kesehatan, pengembangan UKM, juga pemberian
bantuan bagi korban bencana alam.
5. PT Bank Central Asia, Tbk berkolaborasi dengan PT Microsoft Indonesia
menyelenggarakan pelatihan IT bagi para guru SMP dan SMA negeri di Tanggamus,
Lampung. Pelatihan ini sebagai pelengkap dari pemberian bantuan pendirian laboratorium
komputer untuk beberapa SMP dan SMA di Gading Rejo, Tanggamus yang merupakan
bagian dari kegiatan dalam program Bakti BCA.
6. Nokia Mobile Phone Indonesia telah memulai program pengembangan masyarakat yang
terfokus pada lingkungan dan pendidikan anak-anak perihal konservasi alam. Perusahaan
ini berupaya meningkatkan kesadaran sekaligus melibatkan kaum muda dalam proyek
perlindungan orangutan, salah satu fauna asli Indonesia yang dewasa ini terancam punah.
8. Astra Group, melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra menyebutkan bahwa mereka telah
melakukan program pemberdayaan UKM melalui peningkatan kompetensi dan kapasitas
produsen. Termasuk di dalam program ini adalah pelatihan manajemen, studi banding,
magang, dan bantuan teknis. Di luar itu, grup Astra juga mendirikan Yayasan Toyota dan
Astra yang memberikan bantuan pendidikan. Yayasan ini kemudian mengembangkan
beberapa program seperti: pemberian beasiswa, dana riset, mensponsori kegiatan ilmiah
universitas, penerjemahan dan donasi buku-buku teknik, program magang dan pelatihan
kewirausahaan di bidang otomotif.
9. PT Pamapersada Nusantara (PAMA) sebagai salah satu anak perusahaan Astra Group yang
bergerak di bidang jasa kontraktor pertambangan, sangat focus menjalankan program
community development di seluruh wilayah operasi. Program unggulan yang dijalankan
adalah program pengembangan dan peningkatan ekonomi masyarakat atau lebih dikenal
Income Generating Activity (IGA) dengan melakukan pembinaan pada koperasi dan
UMKM melalui LPB Pama Mitra Daya (PAMIDA), LPB Adaro-PAMA. Kemudian di
bidang pengembangan pendidikan fokus pada program pustaka keliling, peningkatan
kompetensi tenaga pengajar, pembangunan sekolah unggulan SD-SMA Hasbunallah
Kalsel, beasiswa, magang operator dan mekanik alat-alat berat.
Contoh diatas hanya merupakan sebagian kecil dari sedikit perusahaan di Indonesia yang
telah menerapkan program program tanggung jawab sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. TBL merupakan konsep yang berkembang seiring dengan isu keberlangsungan atau
sustainability. Perusahaan kini dituntut untuk tidak hanya memperhatikan
kepentingan shareholder namun stakeholder yang merupakan semua pihak yang
terkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan. Kepentingan ini dapat
dirangkum ke dalam tiga pilar yang disebut TBL. Tiga pilar ini terdiri dari Profit,
People, dan Planet. Masing-masing komponen dalam TBL tidaklah berdiri sendiri-
sendiri, namun saling mendukung satu sama lain.
2. TBL merupakan konsep yang dinamis sehingga diperlukan pemantauan secara rutin
agar perusahaan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi seiring
dengan perkembangan waktu dan kondisi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Felisia dan Amelia Limijaya.2014. Triple Bottom Line dan Suistainability. Jurnal Bina
Ekonomi Volume 18, Nomor 1. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
Indonesia. Diakses Pada Tanggan 30 Maret 2018.
Elkington, J 1998, ‘Cannibals with forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Businesses,
Gabriola Island, BC Canada: New Society Publishers.
Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing\