Anda di halaman 1dari 8

Pendekatan chapter ini sama seperti pendekatan chapter yang lalu, mulai dari definisi dan

perkembangan definisinya ditunjukkan dari perkembangan definisi yang paling awal sampai yang
paling akhir. Yang paling awal itu committee on terminology,yang ditengah itu APB Statement No.4,
yang terakhir adalah SFAC No. 6. Jadi pola ini juga dipakai yang lalu dan dipakai lagi sekarang.

Definisinya ada 3, income, revenue termasuk gain, expense termasuk loss. Yang mau dicoba dilihat itu
adalah adakah perubahan pendekatan dari revenue-expense ke asset-liability. Revenue-expense itu
berarti ”pendekatan laba rugi”. Asset-liability berarti ”pendekatan neraca ”. Kita lihat definisinya satu
persatu. Kalau itu lebih mendekati laporan laba rugi berarti itu revenue-expense. Kalau itu lebih
mendekati neraca berarti itu sudah asset-liability. Yang nanggung nanti APB Statement No.4.

Income Definitions

 Menurut Committee on Terminology, Income dan profit menunjukan jumlah yang


dihasilkan dari pengurangan darirevenue, atau dari operating revenue, cost of good
sold, biaya lain, dan rugi lain. Ini laporan laba rugi, kalau begitu ini adalah pendekatan
revenue-expense.
 Menurut APB Statement No.4, Net income (net loss), adalah kelebihan atau kekurangan
dari revenue diatas biaya untuk satu periode akuntansi. Sama, revenue dibandingkan
dengan expense. Itu juga ada di laba rugi, berarti pakai pendekatan revenue-expense.
 Menurut SFAC No.6, Comprehensive income adalah perubahan ekuitas (net
asset) suatu entitas selama periode akuntansi tertentu dan kejadian keadaan tertentu
yang bukan dari sumber pemilik. Nonowner sourcesberarti sumber bukan pemilik. Kalau
pemilik nyetor tidak boleh masuk ke income.

Chapter sebelumnya kita membahas treasury stock, kita menerbitkan saham lalu kita beli lagi, tidak
boleh selisihnya masuk laba atau rugi. Jadi kalau owner sources itu bukan income dan bukan loss.
Kalo nonowner sources sumbernya bukan dari pemilik maka selisihnya menjadi laba atau rugi.
Makanya definisinya disebutkan disini from nonowner sources karena kita berbicara mengenai laba
atau rugi.

Jadi cara menghitung laba comprehensive adalah perubahan ekuitas suatu entitas selama periode
tertentu yang berasal bukan dari pemilik. Jadi kalau begitu, modal awal berubah menjadi modal
akhir asal tidak berasal dari pemilik, selisihnya adalah comprehensive income. Tapi kalo ada
setoran pemilik, dikeluarkan dulu setoran pemiliknya. Perubahan modal (ekuitas) yang bukan dari
pemilik itulah yang masuk comprehensive income. Ini adalah asset-liability. Laba itu perubahan
modal, modal itu di neraca, kalau begitu kita mengukur laba memakai neraca, berarti kita
menggunakan pendekatan asset-liability.

Revenues and Gains


Kalau dari kegiatan utama dan rutin itu namanya revenue, atau namanya expense. Kalau dari
kegiatan yang tidak utama dan tidak rutin itu namanya gain atau loss.
Ada revenue dari main product, ada revenuedari by product. Dipisahkan ada revenue utama,
ada revenue sampingan. Kenapa sampingan ? Karena jumlahnya kecil dan tujuan utama perusahaan
bukan itu. Tapi karena rutin maka tetap disebut revenue,bukan gain. Gain itu
accidental. kalo manufacturing company punya mesin yang sudah tua mau diganti mesin baru, kita
jual, nilai bukunya kita bandingkan dengan harga jual, kita akan mendapatkan gain atau
loss.Investasi juga sama, kita punya uang lebih lalu kita beli saham punya perusahaan lain, nanti kalo
butuh uang sahamnya dijual. Kalau jualnya laba namanya gain, bukan revenue karena accidental dan
bukan usaha pokok. Expense dan loss sebaliknya.

Revenue Recognition

Empat titik alternatif waktu untuk pengakuan pendapatan didiskusikan dalam literatur akuntansi
dan digunakan dalam praktek akuntansi:

1. Selama produksi
2. Saat selesainya produksi
3. Saat penjualan
4. Ketika kas diterima

Pendapatan diakui saat selesainya produksi untuk kegiatan pertanian tertentu dan pertambangan
tertentu. Tidak semua pertanian dan pertambangan. Kita oleh mengakui revenue no.2 pada waktu
produksinya selesai untuk industri pertanian tertentu dan pertambangan tertentu. Ada syaratnya,
yaitu :

1. Produksi bisa dijual, pasarnya pasti


2. Harganya pasti, yaitu harga yang berlaku di pasar itu
3. Tidak ada biaya pemasaran yang besar

Kalau syarat tersebut dipenuhi, kita boleh mengakui revenue pada saat produksinya selesai.
Produksi pertanian selesai itu pada saat panen, berarti kita boleh mengakui revenue pada saat
panen. Contoh, pertanian gandum di Amerika, tambang emas menjual logam mulia.

Yang umum di revenue itu yang ketika, critical eventnya adalah penjualan. Sebagian besar
perusahaan itu critical eventnya menjual. Akibatnya sebagian besar perusahaan mengakui
revenuenya pada waktu terjadi penjualan.

Yang keempat kalo uangnya sudah diterima, biasanya untuk installment sales yaitu penjualan cicilan,
dibayar angsurannya untuk jangka waktu yang panjang. Akibatnya kepastian dilunasinya itu
menjadi menurun, tidak sepasti kalau jangka pendek. Oleh karena itu, untuk penjualan angsuran
jangka panjang pengakuan pendapatannya pada waktu kas diterima. Ini bisa diulas dengan
menggunakan critical event.

Mengenai realisasi, ada critical event, ada realisasi. Kalau yang diartikan realisasi itu adalah terjadi
perubahan suatu aset menjadi aset lain yang lebih liquid seperti laba. Jadi kalo kita menjual barang,
persediaan kita diubah menjadi piutang atau berubah menjadi kas. Berarti dari persediaan menjadi
piutang atau kas itu lebih liquid. Itulah yang kita akui sudah terjadi realisasi. Itu saat pengakuan
pendapatan itu saat terjadinya realisasi, asetnya berubah menjadi aset lain yang lebih lancar. Ada
istilah realized, ada istilah realization. Prinsip realisasinya itu realization, sudah direalisasi itu
namanyarealized. Kalo bisa direalisasi itu namanya realizable.

Expenses and Losses


Inti dari revenue-expense itu adalah matching. Kita harus
mempertemukan revenue dengan expense dalam rangka menghitung laba atau rugi. Kita akan
membagi expensenya menjadi 3, yaitu :

1. Biaya-biaya yang dapat dihubungkan secara langsung dengan revenue.

Biaya yang memenuhi syarat ini dipertemukan dengan revenue pada saat revenue
diakui. Contoh pabrik sepatu, mengeluarkan biaya bahan, biaya upah, dan biaya
overhead pabrik, 3 biaya ini jadilah biaya produksi. Kalo sekarang kita memproduksi
1000 pasang sepatu, per pasangnya biaya produksi (bahan, upah overhead) sebesar
100.000 rupiah berarti total biaya produksinya 100.000 x 1000 pasang =
100.000.000 rupiah. Masuk ke inventory. Kalo ada yang dijual barulah inventorynya
menjadi cost of good sold. Kapan terjadi COGS ? pada waktu kita mengakui revenue
yaitu pada waktu terjadi penjualan. Kalau begitu COGS dipertemukan dengan
revenue pada saat diakuinya revenue tadi, yaitu pada saat penjualan. Kalo
revenuenya nol, kita produksi 1000 tapi tidak bisa jual. Berapa COGS ? nol. Cost of
production 1000 pasang, COGSnya nol. Kalo dijual 800, COGSnya 800. Kalo terjual
semua 1000, COGSnya 1000. Berarti bahan, upah, overhead adalah jenis biaya yang
punya hubungan langsung dengan revenue, oleh karena itu akan dipertemukan
dengan revenue pada waktu revenuenya diakui. Kalo tidak ada pengakuan revenue
berarti tidak ada matching untuk jenis biaya ini. Revenue nol, COGS mesti no, gross
profit mesti nol. Itu prinsip nomor 1.

2. Biaya yang dihubungkan ke periode atas dasar lain selain dari hubungan langsung dengan
revenue.

Pabriknya disebelah sana, kantornya disebelah sini. Kantornya gedungnya


didepresiasi pakai garis lurus berarti biaya dihubungkan dengan revenue
berdasarkan periode waktu. Karena depresiasinya pakai garis lurus, garis lurus itu
dasarnya waktu, bukan dasarnya penjualan. Jadi kalo gedung itu kita depresiasi 10
tahun berarti setiap tahun 10%. Tidak peduli ada revenue atau tidak ada revenue,
depresiasi gedung kantor tadi tetap kita bebankan. Jadi kalau begitu kita
matchingkan pada periode terjadinya biaya itu. Jadi biaya kategori akan
dimatchingkan pada periode terjadinya biaya. Revenue nol, COGS tidak ada, tapi
depresiasi tetap ada, tapi jadinya rugi.

3. Cost yang tidak dapat dihubungkan dengan salah satu periode untuk alasan praktis.

Contoh, pada tahun 2015 kita mengiklankan secara besar-besaran produk yang kita
hasilkan. Biaya iklan untuk tv, koran, billboard menghabiskan 1 M. Hasil iklannya
tidak tau kapan dinikmati. Bisa cuma November, bisa November-Desember, bisa
november-desember dan tahun depan, bisa tahun depan saja november-desember
tidak, kita tidak tau. Berarti biaya iklan tadi tidak dapat kita hubungkan dengan
salah satu periode. Akibatnya kita bebankan semuanya pada waktu terjadinya biaya
itu. Bukan menunggu revenue, bukan menunggu periode, tapi kita bebankan
semuanya november 2015 karena kita mengeluarkannya pada bulan november
2015. Revenue nol, biaya iklan tetap ada.

Revenue nol yang tidak ada itu COGS, itu kelompok biaya no 1. Tapi kelompok biaya
no 2 dan 3 itu ada. Jadi kita akan mempertemukan biaya dengan revenuenya pakai 3
kategori yang berbeda :

1. Dipertemukan dalam periode diakuinya revenue, yaitu biaya-biaya yang punya hubungan
langsung dengan revenue.
2. Punya hubungan langsung dengan periode, tidak punya hubungan langsung dengan
revenue, diakui pada periodenya.
3. Yang tidak dapat dihubungkan dengan periode, diakui semuanya pada waktu terjadinya
biaya itu.

Current Operating Versus All-inclusive Income


Ini sebetulnya 2 aliran, yang satu bilang kalo sebetulnya laba itu hanya untuk yang operating dan
yang terjadi tahun ini. Kalo bukan operating jangan dimasukkan ke dalam perhitungan laba rugi.
Kalo terjadinya bukan tahun ini jangan diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi. Kalo begitu
berarti itu pakai aliran current operating. Aliran yang kedua bilang, semua, pokoknya
mempengaruhi laba, tidak peduli operating atau nonoperating, tidak peduli terjadi tahun ini atau
tahun-tahun yang lain, semua harus diperhitungkan dalam perhitungan laba rugi. Kalau begitu ini
alirannya all-inclusive.

Di Amerika itu AICPA memilih all-inclusive. AICPA itu yang punya CAP, APB, yang berikutnya
menjadi FASB. Trus ada American Accounting Association, kompartemen akuntan pendidik,
kumpulan dosen yang tidak punya otoritas membuat standar akuntansi. Mereka lebih setuju
pada current operating. Ini bentrokan. Alirannya ini cukup keras akibatnya dicari cara pemecahan
lalu digabung keduanya. Itungan pertama adalah current operating, terus masukkan item-item
berikutnya menjadi all-inclusive. Jadi dua aliran tadi terwakili dalam satu laporan, current
operatingnya ada, all inclusivenya juga ada. Selesai. Pakai bahasa sekarang namanya Comprehensive
Income.

Comprehensive Income
Dalam SFAC No. 5 ada earnings, ada comprehensive income, ada present net income. Present net
income itu praktik. Konsep earnings itu current operating income. Comprehensive income itu all-
inclusive. Jadi kalau begitu hitung dulu earnings, masukkan item-item lain jadilah comprehensive
income. Contohnya, translation adjustment of subsidiary yang menggunakan mata uang bukan dollar.
Jadi kalo perusahaan di Amerika punya anak perusahaan di Indonesia, perusahaan di Amerika pakai
dollar, anak perusahaannya di Indonesia pakai rupiah. Rupiahnya nanti harus dijabarkan menjadi
dollar. Pada waktu dijabarkan menjadi dollar itu ada selisih. Selisihnya disebut translation
adjustment. Translation adjustment tidak boleh masuk laba rugi. Translation adjustment masuknya di
neraca bagian ekuitas. Tapi sebetulnya itu memenuhi syarat untuk masuk comprehensive income.
Tidak boleh menghitung earnings pakai itu, tapi bisa untuk menghitung comprehensive income.

Kalo pakai dasar jaman dulu, yang namanya current operating itu sebetulnya laba yang
menunjukkan kinerja manajemen. All inclusive itu adalah laba yang merupakan kinerja perusahaan.
Manajemen hanya dituntut untuk hal-hal yang bisa dia kendalikan saja yaitu yang current dan yang
operating. Current operating itu maksudnya hal-hal yang bisa dikendalikan oleh manajemen. All
inclusive yang membawa dampak ke perusahaan, bisa dikendalikan atau tidak dikendalikan oleh
manajemen tapi berdampak ke perusahaan, laporkan di all-inclusive yang sekarang
namanya comprehensive income.

Nonoperating Sections
Nonoperating section itu maksudnya bagian non operasi. Bagian non operasi terdiri dari :

1. Extraordinary
2. Accounting principle changes
3. Discontinued operation
4. Prior period adjustment –> dilaporkan di dalam retained earnings

Jadi non operating sectionnya itu extraordinary, perubahan prinsip akuntansi, dan discontinued
operation. Prior period adjustment tidak masuk disini, tapi masuk keretained earnings statement.

1. Extraordinary

Extraordinary ada 2 kriterianya, yaitu :

 Unusual nature
 Infrequency of occurence

Ini dua-duanya harus terpenuhi. Dan, bukan atau. Unusual nature dan infrequency of
occurrence. Contohnya bencana alam. Bencana alam itu unusual, itu bukan usaha
perusahaan. Infrequency of occurrence, tidak bisa diharapkan terjadi dalam waktu
pendek, tidak rutin terjadinya. Kalau begitu memenuhi syarat disebut extraordinary.
Dilaporkan di bagian non operasi. Tapi kalo kita punya pabrik, tempat pabriknya itu
rendah dan tiap tahun kebanjiran, berarti unusual naturenya terpenuhi, tapi
infrequencynya tidak terpenuhi. Kalo begitu itu bukan extraordinary. Itu ordinary.
Harus dilaporkan dibagian operasi. Jadi kalau mau dimasukkan di bagian non
operasi sebagai extraordinary, dua syarat tadi harus terpenuhi.

2. Accounting principle changes

Accounting changes itu ada 3, yaitu :


a. Perubahan prinsip akuntansi

Metode akuntansi dari A berubah ke B yang dua-duanya metode yang berlaku,


selisihnya dimasukkan di non operating.

b. Perubahan estimasi akuntansi

Garis lurus depresiasi umurnya diubah taksirannya, perhitungan depresiasinya


berubah, perubahan masukkan di non operating.

c. Perubahan entitas pelaporan

Dulunya PT ABC saja, sekarang mengakuisisi anak perusahaan baru menjadi PT


ABCD, perubahan entitas, perubahannya dilaporkan di non operating.

3. Discontinued operation

Kalo kita punya satu bagian usaha, bagian usaha itu kita anggap sudah tidak
menguntungkan, kita mau menjual. Misalnya, ada pabrik sepatu, punya juga pabrik
karton. Kartonnya nanti dipakai untuk membuat box untuk sepatu. Terus ada orang
lain yang menawari harga karton yang lebih murah daripada biaya produksi sendiri.
Berarti produksi karton sendirinya tidak efisien, berarti lebih baik dijual, beli
kartonnya dari orang luar. Berarti kita mendiscontinue operasinya karton. Divisi
kartonnya dijual. Disini ada dua tanggal :

 Tanggal memutuskan untuk menjual, menjadi dasar menghitung


nilai revenue.
 Tanggal penjualannya adalah realisasi pejualan, selisihnya diakui
sebagai laba atau rugi yang timbul dari discontinued operation.

Kalau nilai bukunya 1000, pas tanggal mau dijual dihitung nilai bukunya 1000. Terus
bulan depan baru terjual 1200, berarti ada keuntungan mendiscontinue operasi
sebesar 200. 200 nya itu dilaporkan di non operating.

Non operating section ini tidak rutin ada, sekali-sekali aja, akan muncul di laporan laba rugi.

Earnings Per Share


Laba per saham adalah laba yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Masalahnya timbul
dulu di Amerika itu ada standar akuntansi yang minta kalo perusahaan itu modalnya complex
(rumit) itu ngitungnya dua, yaitu Primary earnings per share dan Fully diluted earnings per share.
Terus direvisi pakai SFAS No. 128, primary EPS dibuang, syarat 3% selisih juga dibuang, kita cuma
menghitung satu yaitu fully diluted EPS. EPS terdilusi karena kita mengkonversikan obligasi menjadi
saham. Jadi EPS nya turun, terdilusi.
Earnings Management
Earnings management dikatakan menggunakan teori keagenan, ada konflik kepentingan
antara agent (manajemen) dengan principal (pemilik). Sehingga timbullah kemungkinan
adanya earnings management.

1. Management compensation

Kalau kita sebagai manajemen diberi tau akan diberi bonus oleh pemilik, tergantung
dari laba akuntansi yang dihasilkan maka manajemen akan berusaha laba
akuntansinya tinggi. Meninggikan labanya bisa dengan kerja keras (positif) atau bisa
gak kerja keras. Accrualsnya diubah-diubah namanya discretionary accruals.
Labanya naik, diberi bonus, tapi sebetulnya pemiliknya rugi karena kinerja
perusahaan tidak membaik sebetulnya. Itulah yang disebut dengan earnings
management. Adanya intervensi untuk kepentingan pribadi dalam proses pelaporan
keuangan. Jadi yang utama adalah kompensasi manajemen, melalui bonus tadi.

2. Income smoothing

Laba itu kalo naik turun setiap tahunnya, tahun ini dapat bonus, tahun depan tidak
ada bonus. Dari lima tahun mungkin tiga kali dapat bonus dan dua kali tidak dapat
bonus, atau sebaliknya. Lalu labanya diperhalus, tiap tahun labanya naik, tiap tahun
dapat bonus, total dari perubahan kenaikan dan penurunan yang diperhalus itu
totalnya kurang lebih sama, di smoothing.

Pemilik perusahaannya (pemegang saham) suka ga ? Kalau pasarnya itu ”tidak


efisien” pas anomali berarti smoothing ini juga direspon oleh pasar. Laba naik, harga
saham naik. Manajemen dapat bonus, pemegang saham gembira karena harga
sahamnya naik. Jadi dalam kondisi pasarnya tidak efisien, smoothing ini bisa
diseukai oleh kedua belah pihak. Tapi kalau pasanya efisien, smoothingnya tidak
direspon. Responnya ya sesuai dengan apa adanya.

Cara melakukan smoothing :

1. Timing of transaction. Penjualan desember dijadikan penjualan januari, atau dibalik


januari dijadikan desember.
2. Choice of allocation methods/procedures. Alokasi biayanya diubah-ubah.
3. Classificatory smoothing antara operating dan nonoperating income.Biaya yang
nonoperating dijadikan operating, atau biaya operating dijadikan nonoperating.

Earnings management merupakan praktik yang umum berlaku di seluruh dunia.


Semangat UAS! :D
Yogyakarta, 14 Desember 2015 | 00.33 WIB | annisafithria
msclifecatatankuliahcatatankuliahtaaccountingtheoryprayforUAS

1 notes

See annisafithria's whole Tumblr

Anda mungkin juga menyukai