Anda di halaman 1dari 34

AKUNTANSI MULTINASIONAL :

Translasi Laporan Keuangan


Entitas Asing
(lanjutan)

Kelompok 5 : 3. Ainun Sabila (1711200020


1. Linda Alwais (1711700020 4. M. Danny Adi P. (17112000
2. Ekadiah (17112000 5. Papin Rakhmaui (171120002070)
1

5
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri ke rupiah
1
0
adalah pengukuran kembali. Pengukuran kembali sama seperti translasi di mana tujuannya adalah
0 untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau
dikonsolidasi dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk
8
0
pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi yang menghasilkan nilai
rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.
Entitas afiliasi luar negeri yang berlokasi di negara dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi
6
0 yang didefinisikan sebagai negara dengan tingkat inflasi kumulatif lebih dari100%, harus menggunakan
rupiah sebagai mata uang fungsional, dan laporan keuangannnya diukur kembali menjadi rupiah. Jika
4 afiliasi luar negeri menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan mata uang pelaporannya,
0 tidak diperlukan pengukuran kembali karena hasil operasi sudah dilaporkan dalam rupiah.
Proses pengukuran kembali harus memberikan hasil akhir yang sama seakan-akan transaksi
2 entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa transaksi dan saldo
0
akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada
saat transaksi awal terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan
non moneter.
Oleh karena digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca percobaan mata uang
asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini,
pos penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam
laporan laba rugi periode berjalan.
Penyajian Laporan Keuangan dari Keuntungan Ilustrasi Pengukuran Kembali
atau Kerugian Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri
Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul Satu-satunya perbedaan dengan contoh
dari proses pengukuran kembali dimasukkan translasi sebelumnya dan contoh sekarang
dalam laporan laba rugi periode berjalan, adalah mata uang fungsional anak
umumnya dalam "Pendapatan Lain-lain". perusahaan luar negeri sekarang
Keuntungan atau kerugian pengukuran kembali diasumsikan sebagai rupiah bukan euro
dimasukkan dalam laporan laba rugi periode Eropa. German Company dalam
berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat pembukuan dan pencatatannya
dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian menggunakan euro untuk menghasilkan
nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan laporan yang diharuskan untuk pemerintah
sebagai bagian dari penyesuaian yang Jerman. Oleh karena rupiah adalah mata
diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri uang fungsional, maka laporan keuangan
yang didenominasi dalam mata uang asing. German Company akan diukur kembali
Setelah menyelesaikan proses pengukuran dalam rupiah.
kembali, laporan keuangan entitas luar negeri Setelah laporan keuangan afiliasi luar
akan disajikan seakan-akan rupiah telah negeri diukur kembali, maka proses
digunakan untuk mencatat transaksi dalam mata konsolidasi akan sama dengan anak
uang lokal pada saat terjadinya. perusahaan domestik.
FIGUR 12-8
Akun-akun yang diukur kembali menggunakan kurs historis

Efek Berharga:
Efek Ekuitas
Efek Utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo
Persediaan
Biaya Dibayar Di Muka seperti asuransi, iklan, dan sewa
Aset tetap
Akumulasi depresiasi aset tetap
Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
Goodwill
Aset tak berwujud lainnya
Beban dan kredit ditangguhkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa
Pendaptan ditangguhakn
Saham biasa
Sahan preferen yang dicatat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh :


Harga pokok penjualan
Depresiasi aset tetap
Amortisasi aset tak berwujud seperti paten, lisensi, dan lain-lain
Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa
Pengukuran Kembali Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Setelah Akusisi

Neraca percobaan anak perusahaan harus diukur kembali dari euro Eropa menjadi rupiah sebagaimana ditunjukkan
di Figur 12-9. Kurs sekarang yang digunakan untuk mengukur kembali akun-akun non moneter, dan kurs historis yang
sesuai digunakan untuk tiap akun nonmoneter.

Tiga pos memerlukan perhatian khusus.


• Pertama, aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk perusahaan mengakuisisi anak
perusahaan luar negeri. Jika anak perusahaan membeli aset tetap tambahan setelah induk perusahaan mengakuisisi
saham anak perusahaan, maka tambahan aset tetap tersebut akan diukur kembali menggunakan kurs pada tanggal
pembelian aset tetap tambahan tersebut.

• Kedua, harga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs. Persediaan awal diperoleh pada
saat kurs Rp16.000 = €1. Pembelian persediaan dilakukan pada beberapa waktu selama setahun, sehingga kurs rata-
rata Rp17.000 = €1 digunakan sebagai kurs pengukuran kembali. Untuk tujuan ilustrasi, contoh ini mengasumsikan
persediaan akhir dibeli pada saat kurs langsung adalah Rp17.800 = €1 dan digunakan metode persediaan FIFO.

• Ketiga, beban operasi juga terjadi pada kurs yang berbeda. Beban depresiasi diukur kembali pada kurs Rp16.000 = €1
karena terkait dengan akun nonmoneter, Aset Tetap, yang diukur kembali menggunakan kurs historis Rp 16.000 = €1.
Kurs rata-rata digunakan untuk mengukur kembali beban operasi lainnya, karena diasumsikan terjadi merata sepanjang
tahun.
FIGUR 12-8
31 Desember 20X1, Pengukuran Kembali Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri
Mata Uang Fungsional Adalah Rupiah
POS SALDO € KURS SALDO Rp
Kas 10.750 18.000 193.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 18.000 54.000.000
Piutang 10.500 18.000 189.000.000
Persediaan 5.000 17.800 89.000.000
Aset tetap 50.000 16.000 800.000.000
Harga Pokok Penjualan 22.500 (a) 371.000.000
Beban Operasi 14.500 (b) 244.000.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 500 17.000 8.500.000
Dividen Dibayarkan 6.250 17.600 110.000.000
Total Debit 123.000 2.059.000.000

Akumulasi Depresiasi 7.500 16.000 120.000.000


Utang Usaha 3.000 18.000 54.000.000
Utang Obligasi 12.500 18.000 225.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba 10.000 (c) 160.000.000
Penjualan 50.000 17.000 850.000.000
Total 123.000 2.049.000.000
Keuntungan Pengukuran Kembali 10.000.000
Total Kredit 2.059.000.000
Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan laba rugi periode berjalan. Keuntungan pengukuran
kembali adalah sebagai pos penyeimbang untuk membuat total debit sama dengan total kredit, tetapi dapat
dibuktikan dengan menganalisis perubahan pos moneter selama periode berjalan.
Dalam Euro Kurs Dalam Rupiah
(a) Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal 7.500 16.000 120.000.000
Pembelian 20.000 17.000 340.000.000
Barang Tersedia 27.500 460.000.000
Dikurangi : Persediaan Akhir (5.000) 17.800 (89.000.000)
Harga Pokok Penjualan 22.500 371.000.000
(b) Beban Operasi :
Beban Tunai 12.000 17.000 204.000.000
Beban Depresiasi 2.500 16.000 40.000.000
14.500 244.000.000
(c) Kompensasi dari kertas kerja 1 Januari

Ikhtisar Translasi dan Pengukuran Kembali


Pada saat mata uang fungsional adalah rupiah, maka pos nonmoneter di neraca akan diukur kembali menggunakan kurs
historis. Dalam contoh ini, kurs langsung telah meningkat selama periode berjalan; sehingga akun nonmoneter lebih
rendah pada saat diukur kembali dibandingkan saat ditranslasikan.
Ikhtisar perbedaan antara metode translasi dan pengukuran kembali disajikan di Figur 12-10.
FIGUR 12-10
Ikhtisar Translasi dan Pengukuran Kembali
Pos Proses Translasi Proses Pengukuran Kembali
Mata uang fungsional entitas luar negeri Unit mata uang lokal Rupiah Indonesia
Metode yang digunakan Metode kurs sekarang Metode monter-non moneter
Akun-akun laporan laba rugi :
Pendapatan Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang, kecuali
pendapatan terkait dengan pos non moneter
(kurs historis).
Beban Kurs rata-rata tertimbang Kurs rata-rata tertimbang, kecuali beban
terkait dengan pos non moneter (kurs
historis).
Akun-akun neraca :
Akun-akun moneter Kurs sekarang Kurs sekarang
Akun-akun non moneter Kurs sekarang Kurs historis
Akun-akun modal pemegang saham Kurs historis Kurs historis
Saldo laba Saldo periode sebelumnya ditambah laba Saldo periode sebelumnya ditambah laba
dikurang deviden dikurang deviden
Selisih kurs yang timbul dari proses Selisih translasi diakumulasikan diekuitas Keuntungan atau kerugian pengukuran
pemegang saham kembali yang dimasukkan dalam laporan
laba rugi periode berjalan
Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri sesuai dengan PSAK No. 4,
"Laporan Keuangan Konsolidasi" (PSAK 4). Dalam beberapa kasus, anak perusahaan tersebut tidak
dikonsolidasi, karena kriteria yang diterapkan untuk anak perusahaan luar negeri. Umumnya, induk
perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri, kecuali jika salah satu kondisi berikut sangat ketat
sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan luar negeri tidak dapat melaksanakan tingkat
pengendalian ekonomis atas sumber daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negeri yang
merupakan syarat konsolidasi, seperti berikut ini:

1 Pembatasan pertukaran mata uang asing di negara asing.

2 Pembatasan transfer properti di negara asing.

3 Ketidakpastian lain yang diterapkan oleh pemerintah.


Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporkan sebagai investasi
dalam neraca perusahaan Indonesia. Perusahaan investor Indonesia harus
menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemampuan untuk melaksanakan
pengaruh signifikan" atas kebijakan keuangan dan operasional investee. Jika
metode ekuitas tidak dapat diterapkan, maka digunakan metode biaya untuk
mencatat investasi luar negeri, mengakui pendapatan hanya dari dividen yang
diterima. Jika metode ekuitas digunakan untuk anak perusahaan luar negeri yang
tidak dikonsolidasi, laporan keuangan investee diukur kembali atau ditranslasikan
tergantung pada penentuan mata uang fungsional. Jika digunakan pengukuran
kembali, maka laporan keuangan entitas luar negeri akan diukur kembali dalam
dolar dan investor mencatat persentasenya atas laba investee dan membuat
amortisasi atau penurunan nilai yang diperlukan atas diferensial.

Selain itu, investor harus mengakui sahamnya atas selisih translasi yang timbul dari
translasi laporan keuangan entitas asing. Ayat jurnal dalam pembukuan investor
sama untuk metode ekuitas, baik anak perusahaan dikonsolidasi atau dilaporkan
sebagai investasi.
Likuidasi Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi terkait langsung dengan investasi perusahaan di
entitas luar negeri. Jika investor menjual sebagian besar dari investasi
sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro rata dari akun akumulasi selisih
translasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukkan dalam penghitungan
keuntungan atau kerugian pelepasan investasi. Sebagai contoh, jika induk
perusahaan menjual 30% dari investasi pada anak perusahaan, 30% dari
selisih translasi kumulatif harus dikeluarkan dari akun selisih translasi dan
dimasukkan dalam penghitungan keuntungan atau kerugian dari pelepasan
investasi luar negeri.
Sebagai contoh, pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk memutuskan untuk melakukan lindung nilai
bagian investasinya yang baru saja dilakukan di German Company yang terkait dengan nilai buku aset bersih
German Company. PT Induk tidak yakin apakah kurs langsung euro akan meningkat atau menurun untuk
tahun tersebut dan ingin melindung nilai investasi aset bersihnya. Pada tanggal 1 Januari 20X1, kepemilikan
100% PT Induk atas aset bersih German Company sama dengan €50.000 (€40.000 saham biasa ditambah
€10.000 saldo laba). PT Induk meminjam €50.000, pada tingkat bunga 5% untuk lindung nilai investasinya di
German Company, dan modal serta bunga jatuh tempo dan terutang pada tanggal 1 Januari 20X2.

Ayat jurnal pada pembukuan PT Induk untuk mencatat lindung nilai investasi bersih adalah sebagai berikut.

1 Januari 20X1
(19) Kas 800.000.000
Utang pinjaman (€) 800.000.000
Meminjam utang yang didenominasi dalam euro untuk lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan
German : Rp 800.000 = €50.000 x 16.000 kurs tunai.

31 Desember 20X1
(20) Pendapatan Komprehensif Lainnya 100.000.000
Utang Pinjaman (€) 100.000.000
Menilai kembali utang yang didenominasi dalam mata uang asing berdasarkan kurs tunai akhir periode :
Rp100.000.000 = €50.000 x (Rp 18.000 – Rp 16.000)
(21) Beban Bunga 42.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 2.500.000
Utang Bunga (€) 45.000.000
Akun beban dan utang bunga atas utang euro :
Rp 42.500.000 = (€)50.000 x 0,05 bunga x 17.000 kurs rata-rata
Rp 45.000.000 = (€) 50.000 x 0,05 bunga x 18.000 kurs tunai akhir periode

(22) Akumulasi Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi 100.000.000


Ikhtisar Laba Rugi ( atau Saldo Laba ) 2.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 2.500.000
Pendapatan Komprehensif Lainnya 100.000.000
Menutup akun nominal terkait dengan lindung nilai investasi bersih di anak perusahaan luar negeri

Sehingga, pada saat modal dan bunga dibayar pada tanggal 1 Januari 20X2, dibuat ayat jurnal sebagai berikut :

1 Januari 20X2
(23) Utang bunga (€) 45.000.000
Utang pinjaman (€) 900.000.000
Kas 945.000.000
Membayar modal dan bunga terkait dengan lindung nilai yang didenominasi dalam euro :
Rp 900.000.000 = 800.000.000 + 100.000.000
Selama tahun 20X1, PT Induk melindung nilai bagian dari aset bersih investasinya di anak
perusahaan luar negeri. Rupiah melemah terhadap euro (kurs langsung meningkat) dan PT Induk akan
mengakui keuntungan dari investasi aset bersih dan kerugian pembayaran kewajiban dalam euro. Tanpa
lindung nilai investasi bersih, PT Induk akan melaporkan saldo kredit sebesar Rp 117.125.000 dalam bagian
kumulatif translasi dari akumulasi pendapatan komprehensif lainnya (Rp 117.125.000 = Rp 110.000.000 + Rp
7.125.000 penyesuaian diferensial). Dengan lindung nilai investasi bersih, PT Induk akan melaporkan hanya
Rp 17.125.000 (Rp117.125.000 - Rp100.000.000 efek lindung nilai) sebagai perubahan dalam selisih translasi
kumulatif untuk tahun 20X1. Oleh karena itu, PT Induk menyeimbangkan sebagian dari eksposur bersih dari
investasi aset bersih tanggal 1 Januari 20X1 di German Company.

Catat juga bahwa jumlah penggantian kerugian dari pendapatan komprehensif lainnya dibatasi
sebesar bagian efektif dari lindung nilai berdasarkan penilaian kembali aset bersih. Setiap selisih lebih dalam
kasus ini kerugian Rp 2.500.000 dari penilaian kembali utang bunga dalam ayat jurnal (21) dimasukkan dalam
laba berjalan di laporan laba rugi.
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang
dimasukkan dalam laba untuk diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan
atas laporan keuangan.

Dalam metode translasi, perubahan berkala dalam selisih translasi dilaporkan sebagai
elemen pendapatan komprehensif lainnya, sebagaimana yang diharuskan oleh PSAK 11. Figur 12-11
menyajikan pendekatan dua laporan keuangan untuk menampilkan pendapatan komprehensif.
Laporan perubahan ekuitas konsolidasi menyajikan perincian pendapatan komprehensif induk
perusahaan sebesar Rp 117.125.000 Figur 12-12 menyajikan laporan perubahan ekuitas yang
merekonsiliasi semua elemen ekuitas pemegang saham. Neraca akan menampilkan saham biasa,
saldo laba, dan akumulasi pendapatan komprehensif lainnya dalam bagian ekuitas pemegang saham.
Selain itu, PSAK 11 mengharuskan pengungkapan catatan kaki dari perubahan kurs yang terjadi
antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing yang belum
diselesaikan, jika signifikan.
Kertas Kerja Konsolidasi untuk Kasus Pengukuran Kembali
Kertas kerja konsolidasi untuk kasus pengukuran kembali disajikan pada Figur 12-13. Akun-akun untuk
German Company diperoleh dari akun-akun pengukuran kembali yang dihitung pada Figur 12-9. Keuntungan
pengukuran kembali dimasukkan dalam neraca percobaan anak perusahaan German karena sumber dari akun
tersebut adalah pengukuran kembali akun-akun anak perusahaan.
Akun Pendapatan dari Anak Perusahaan dapat dibuktikan sebagai berikut.

PENDAPATAN DARI ANAK PERUSAHAAN


Bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan :
($ 18.650 x 1,00 ) 18.650
Amortisasi paten ($ 6.000 /10 tahun) 600
Saldo 31/12/20X1 18.050
FIGUR 12-11
Pendekatan Dua Laporan untuk Menampilkan Pendapatan Konprehensif

PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Laporan Laba Rugi Konsolidasi
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember
Penjualan Rp 4.850.000.000
Harga pokok penjualan (2.082.500.000)
Laba kotor 2.767.500.000
Beban Operasi (1.203.000.000)
Kerugian Transaksi mata uang asing (8.500.000)
Laba bersih konsolidasi untuk hak pengendali Rp 1.556.000.000

PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Laporan Pendapatan Komprehensif Konsolidasi
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember
Laba Bersih Konsolidasi Untuk Hak Pengendali Rp 1.556.000.000
Pendapatan Komprehensif Lainnya :
Selisih Translasi Mata Uang Asing Rp 117.125.000
Pendapatan Komprehensif untuk Hak Pengendali Rp 1.673.125.000
FIGUR 12-12
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi

PT INDUK DAN ANAK PERUSAHAAN


Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasi
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Akumulasi
Pendapatan Pendapatan
Total Saldo Laba Saham Modal
Komprehensif Komprehensif
Lainnya
Saldo Awal Rp 8.000.000.000 Rp 3.000.000.000 Rp - Rp 5.000.000.000

Pendapatan Komprehensif :
Laba Bersih 1.556.000.000 Rp 1.556.000.000 1.556.000.000
Pendapatan Komprehensif Lainnya :
Selisih Translasi Mata Uang Asing Rp 117.125.000 117.125.000 117.125.000
Pendapatan Komprehensif Rp 1.673.125.000
Dividen Diumumkan atas Saham Biasa (600.000.000) (600.000.000)
Saldo Akhir Rp 9.073.125.000 Rp 3.956.000.000 Rp 117.125.000 Rp 5.000.000.000
Dalam laporan laba rugi konsolidasi, akun Keuntungan Pengukuran Kembali umumnya adalah penggantian
kerugian terhadap akun kerugian transaksi mata uang asing, sehingga dalam contoh ini, menghasilkan keuntungan sebesar
Rp17.500.000 (Rp26.000.000 - Rp 8.500.000), dilaporkan dalam bagian pendapatan lain-lain di laporan laba rugi.
Proses konsolidasi berikutnya sama dengan proses untuk anak perusahaan domestik. Catat bahwa paten sebesar
Rp54.000.000 yang ditampilkan dalam neraca konsolidasi adalah bagian yang belum diamortisasi dari jumlah awal
Rp60.000.000 (Rp54.000.000 = Rp 60.000.000 - Rp 6.000.000). Tidak ada penyesuaian khusus yang diperlukan untuk paten
pada saat proses pengukuran kembali.
Ayat jurnal eliminasi sebagai berikut.

E(24) Pendapatan dari Anak Perusahaan 230.500.000


Dividen Diumumkan 110.000.000
Investasi pada Saham German Company 120.500.000
Mengeliminasi pendapatan dari anak perusahaan

E(25) Saham biasa-german company 640.000.000


Saldo laba, 1 januari 20X1 160.000.000
Diferensial 6.000.000
Investasi pada saham german company 860.000.000
Mengeliminasi saldo investasi awal periode
E(26) Paten 60.000.000
Diferensial 60.000.0000
Mengalokasikan diferensial ke paten

E(27) Beban operasi-amortisasi paten 6.000.000


Paten 6.000.000
Amortisasi paten

Perbandingan atas Figur 12-7 dan 12-13 menunjukkan bahwa anak perusahaan luar negeri melaporkan laba yang
berbeda antara translasi dan pengukuran kembali. Alasan utama mengapa laba anak perusahaan lebih tinggi sekitar 15%
pada saat rupiah adalah mata uang fungsional (Rp236.500.000 dibandingkan Rp212.500.000 dalam translasi) adalah rupiah
melemah terhadap euro Eropa selama tahun berjalan.
Hal ini mengakibatkan keuntungan pengukuran kembali untuk anak perusahaan karena ia melakukan transaksi dalam mata
uang yang menguat (euro) selama periode berjalan.
Selain itu, harga pokok penjualan dan beban operasi anak perusahaan diukur kembali menggunakan kurs yang lebih rendah,
yang mengakibatkan laba lebih tinggi.
FIGUR 12-12
31 Desember 20X1, Kertas Kerja Konsolidasi, Diolah setelah Pengukuran Kembali Laporan Luar Negeri
Eliminasi
German Company
Pos PT Induk Debit Kredit Konsolidasi
Penjualan 4.000.000.000 850.000.000 4.850.000.000
Keuntungan Pengukuran Kembali 26.000.000 26.000.000
Pendapatan dari Anak Perusahaan 230.500.000 (24) 236.500.000
Kredit 4.230.500.000 876.000.000 4.876.000.000
Harga Pokok Penjualan 1.700.000.000 381.000.000 2.081.000.000
Beban Operasi 950.000.000 250.000.000 (27) 6.000.000 1.206.000.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 8.500.000 8.500.000

Debit (2.650.000.000) (639.500.000) (3.295.500.000)


Laba Bersih, dibawa ke depan 1.580.500.000 236.500.000 236.500.000 1.580.500.000 Ayat jurnal eliminasi :
Saldo Laba, 1/1 3.000.000.000 160.000.000 (25) 160.000.000 3.000.000.000 (24) Mengeliminasi
Laba Bersih, dari atas 1.580.500.000 236.500.000 396.500.000 1.580.500.000 pendapatan dan deviden
4.580.500.000 396.500.000 4.580.500.000
dari anak perusahaan
Deviden Diumumkan (600.000.000) (110.000.000) (24) 110.000.000 (600.000.000) (25) Mengeliminasi saldo awal
Saldo Laba, 31/12 3.980.500.000 286.500.000 396.500.000 110.000.000 3.980.500.000 akun investasi
Kas 4.000.000.000 193.500.000 4.193.500.000 (26) Mengalokasi diferensial
Dolar Anak Perusahaan 54.000.000 54.000.000 awal ke paten
Piutang 750.000.000 189.000.000 939.000.000
Persediaan 1.000.000.000 89.000.000 1.089.000.000
(27) Mengamortisasi paten
Tanah 1.750.000.000 1.750.000.000
Bangunan, dan Peralatan 8.000.000.000 800.000.000 8.800.000.000
Investasi pada Saham German Company 980.500.000 (24) 120.500.000
(25) 860.000.000
Diferensial (25) 60.000.000 (26) 60.000.000
Paten (26) 60.000.000 (27) 6.000.000 54.000.000
Debit 16.480.500.000 1.325.500.000 16.879.500.000

Akumulasi Depresiasi 4.500.000.000 120.000.000 4.620.000.000


Utang Usaha 1.000.000.000 54.000.000 1.054.000.000
Utang Obligasi 2.000.000.000 225.000.000 2.225.000.000
Saham Biasa 5.000.000.000 640.000.000 (25) 640.000.000 5.000.000.000
Saldo Laba, dari atas 3.980.500.000 286.500.000 396.500.000 110.000.000 3.980.500.000
Kredit 16.480.500.000 1.325.500.000 1.036.500.000 110.000.000 16.879.500.000
Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali
Penyajian dalam bab ini mengenai proses pengukuran kembali untuk anak perusahaan German yang ditunjukkan
pada Figur 12-9, terlihat diperlukan keuntungan pengukuran kembali sebesar Rp10.000.000 sebagai pos penyeimbang
untuk menyamakan neraca percobaan. Pos penyeimbang ini dapat dibuktikan, dan pembuktiannya ditunjukkan di Figur 12-
14.
 Skedul 1 menyajikan posisi moneter bersih pada awal dan akhir periode. Perubahan dalam posisi moneter bersih
sebesar €11.250 adalah perubahan dari saldo awal kewajiban bersih sebesar €2.500 menjadi posisi aset moneter bersih
akhir periode sebesar €8.750.
 Skedul 2 menyajikan pengaruh terperinci dari perubahan kurs atas posisi moneter bersih dari entitas luar negeri selama
periode berjalan. Posisi moneter bersih awal dihitung menggunakan kurs awal tahun. Kemudian semua peningkatan dan
penurunan dalam akun moneter bersih ditambahkan dan dikurangkan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
Sumber peningkatan dan penurunan lainnya dalam akun moneter termasuk transaksi pendanaan dan investasi seperti
pembelian aset tetap, pengeluaran utang jangka panjang baru, atau penjualan saham. Hasil penghitungan posisi
moneter bersih pada akhir tahun menggunakan kurs tanggal transaksi (Rp 147.500.000) kemudian dibandingkan dengan
posisi moneter bersih akhir tahun menggunakan kurs akhir tahun (Rp 157.500.000). Oleh karena peningkatan kurs, posisi
aset bersih akhir tahun lebih tinggi pada saat diukur kembali menggunakan kurs tanggal 31 Desember 20X1 sebesar
Rp18.000. Ini berarti nilai setara rupiah dari aset moneter bersih pada akhir tahun meningkat dari Rp147.500.000
menjadi Rp157.500.000 dan diakui keuntungan pengukuran kembali sebesar Rp10.000.000. Jika nilai setara rupiah pada
tanggal 31 Desember 20X1, posisi aset moneter bersih terkena eksposur. Sebagaimana diukur kembali menggunakan
kurs 31 Desember, lebih rendah dari nilai Rp147.500.000, maka akan diakui kerugian pengukuran kembali atas
penurunan nilai setara rupiah dari aset bersih.
Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan mempunyai
kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa
akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah
menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan neraca dan laporan laba rugi.
Oleh karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs
sekarang) digunakan dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam
laporan arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik yang
menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak memengaruhi perubahan dalam arus kas periode
tersebut.
Penilaian Persediaan Nilai Terendah antara Biaya Perolehan dan
Nilai Pasar dalam Pengukuran kembali

Penerapan aturan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan
memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang pencatatan bukan mata uang fungsional. Oleh
karena itu, laporan keuangan entitas asing harus diukur kembali ke dalam mata uang fungsional.
Biaya inventaris historis harus diukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk
menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian biaya perolehan
hasil pengukuran kembali ini dibandingkan dengan nilai pasar dari persediaan yang ditranslasikan
menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai
pasar, yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk mengakui apakah diperlukan
penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan dilakukan dalam mata uang fungsional, bukan mata
uang lokal atau pelaporani sehingga memungkinkan adanya penurunan nilai dalam laporan keuangan
mata uang fungsional tetapi tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada dalam
pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam laporan keuangan konsolidasi.
FIGUR 12-14
Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Mata Uang Fungsional adalah Rupiah

Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali


Pengukuran Kembali German Company
Untuk Tahun Berakhir 31 Desember 20X1
Schedule 1
Laporan Posisi Moneter Bersih
Akhir Tahun Awal Tahun
Aset moneter :
Kas € 10.750 € 2.500
Unit Mata Uang Asing 3.000 -
Piutang 10.500 10.000
Total € 24.250 € 12.500
Dikurang : Ekuitas Moneter :
Utang Usaha € 3.000 € 2.500
Utang Obligasi 12.500 12.500
Total € 15.500 € 15.000
Kewajiban Moneter Bersih € (2.500)
Aset Moneter Bersih € 8.750
Peningkatan Aset Moneter Bersih Selama Tahun Berjalan € 11.250 -
Schedule 2
Analisis Perubahan Akun Moneter
€ Kurs Rp Indonesia
Posisi kewajiban moneter bersih terkena ekspsur, 1/1 (2.500) 16.000 (40.000.000)
Penyesuaian untuk perubahan posisi moneter bersih selama tahun berjalan:
Peningkatan:
Dari operasi:
Penjualan 50.000 17.000 850.000.000
Dari sumber lain - -
Penurunan:
Dari operasi:
Pembelian (20.000) 17.000 (340.000.000)
Beban Tunai (12.000) 17.000 (204.000.000)
Kerugian transaksi mata uang asing (500) 17.000 (8.500.000)
Dari Deviden (6.250) 17.600 (110.000.000)
Dari sumber lain - -
Posisi moneter bersih sebelum pengukuran kembali menggunakan kurs akhir tahun 147.500.000
Posisi aset moneter bersih terkena eksposure, 31/12 8.750 18.000 157.500.000
Keuntungan pengukuran kembali 10.000.000
Untuk mengilustrasikan penerapan metode nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar, asumsikan bahwa anak
perusahaan German Company membeli persediaan senilai €5.000 pada saat kurs langsung adalah Rp17.800 = €1. Pada
akhir tahun, kurs langsung telah menurun menjadi Rp16.000 = €1. Estimasi nilai realisasi bersih dari persediaan (batas atas)
adalah €5.500; nilai penggantian adalah €5.000, dan nilai realisasi bersih dikurangi margin laba normal (batas bawah)
adalah €4.000. Penilaian persediaan pertama-tama dinyatakan dalam unit mata uang lokal (euro), dan kemudian dievaluasi
setelah pengukuran kembali menjadi mata uang fungsional, yaitu rupiah menggunakan kurs akhir, sebagai berikut.
€ kurs Rp Indonesia
Biaya historis € 5.000 Rp17.800 Rp89.000.000
Nilai dapat direalisasi bersih (batas atas) € 5.500 Rp16.000 Rp88.000.000
Biaya penggantian 5.000 16.000 80.000.000
Nilai dapat direalisasi dikurangi laba normal
(batas bawah) 4.000 16.000 64.000.000

Nilai pasar dari persediaan adalah €5.000 atau Rp 80.000.000. Catat bahwa anak perusahaan tidak
mencatat penurunan nilai karena biaya perolehan historis dari persediaan sama dengan nilai pasar. Tetapi,
perbandingan dalam mata uang fungsional (rupiah) menunjukkan bahwa induk perusahaan Indonesia
mengharuskan penurunan nilai sebesar Rp 9.000.000 untuk menurunkan nilai persediaan dari biaya perolehan
historis mata uang fungsional sebesar Rp 89.000.000 menjadi nilai pasar mata uang fungsional Rp 80.000.000.
Transaksi Antarperusahaan

Induk perusahaan atau kantor pusat Indonesia dapat mempunyai transaksi penjualan atau
pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang atau utang
antarperusahaan. Kita ambil contoh , asumsikan bahwa perusahaan Indonesia mempunyai piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing dari anak perusahaan luar negeri. Perusahaan Indonesia akan
pertama-tama menilai kembali piutang yang didenominasi dalam mata uang asing menjadi nilai setara
rupiah pada tanggal laporan keuangan. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan atau
diukur kembali, tergantung mata uang fungsional afiliasi luar negeri, maka piutang atau utang
antarperusahaan akan mempunyai nilai rupiah yang sama dan dapat dieliminasi.

Jika transaksi mata uang asing antarperusahaan tidak akan dilunasi dalam waktu dekat, maka
transaksi antarperusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi bersih di entitas luar negeri.
Selisih translasi dari piutang atau utang jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasi sebagai bagian
dari akun translasi kumulatif.
Sebagai contoh, induk perusahaan Indonesia dapat meminjamkan anak
perusahaan Jerman sebesar Rp140.000.000 di mana induk perusahaan tidak
mengharapkan pembayaran dari utang tersebut dalam waktu dekat. Dalam metode
translasi, utang pinjaman anak perusahaan yang didenominasi dalam dolar akan
disesuaikan terlebih dahulu untuk pengaruh perubahan kurs selama periode berjalan.
Setiap keuntungan atau kerugian penyesuaian kurs terkait dengan wesel antarperusahaan
harus diklasifikasikan sebagai bagian dari selisih translasi kumulatif dalam ekuitas
pemegang saham, bukan dalam laba bersih anak perusahaan periode tersebut. Hasil yang
sama akan dihasilkan jika pendanaan jangka panjang antarperusahaan didenominasi
dalam rupiah atau dalam mata uang lokal -- dalam contoh adalah euro. Oleh karena itu,
jika pendanaan dipandang
Salah satu masalah sebagai
menarik bagian
yang timbul adalahdari
padainvestasi
saat terjadi jangka panjang
keuntungan di entitas
yang belum luar
direalisasikan
dari transaksi
negeri, makaantara induk
setiap perusahaan atau
keuntungan dan anak perusahaan
kerugian dari luar negeri. Masalahnya
penyesuaian adalah
kurs atas bagaimana
pendanaan
mengeliminasi keuntungan lintas dalam
tersebut diakumulasikan mata uang yang selisih
akun nilainya relatif berubah
translasi dibandingkan
kumulatif mata uangpemegang
di ekuitas lain. Sebagai
contoh, asumsikan bahwa induk perusahaan, PT Induk, menjual persediaan arus ke bawah kepada anak perusahaan,
saham.
German Company. Biaya perolehan barang tersebut untuk induk perusahaan adalah Rp 140000000 tetapi dijual ke
anak perusahaan seharga €10.000 pada saat kurs Rp17.000 = €1, yang menimbulkan keuntungan antarperusahaan
sebesar Rp 30.000.000 (Rp 170.000.000 - Rp 140.000.000). Barang tersebut masih terdapat dalam persediaan anak
perusahaan pada akhir tahun pada saat kurs langsung Rp18.000 = €1. Fakta-fakta yang relevan adalah sebagai
berikut.
Diukur dalam
Diukur dalam Euro
Rupiah
Tanggal transfer persediaan awal (Rp17.000=€1) :
Harga jual (€10.000 x Rp17.000 ) Rp170.000.000 €10.000
Harga perolehan induk perusahaan (140.000.000)
Laba antar perusahaan Rp30.000.000
Tanggal neraca (Rp 18.000 = €1 ) :
Translasi persediaan (Rp180.000.000 = €10.000 x Rp18.000 ) Rp180.000.000 €10.000

Oleh karena itu, sebagai contoh, ayat jurnal eliminasi untuk keuntungan antarperusahaan adalah:

(E28) Harga pokok penjualan 30.000.000


Persediaan akhir 30.000.000
Eliminasi keuntungan antar perusahaan belum direalisasi berdasarkan kurs pada tanggal transfer

Persediaan muncul di neraca konsolidasi sebesar Rp 110.000.000 yang lebih tinggi Rp 10.000.000 dari
biaya perolehan awal induk perusahaan. Peningkatan ini akan mengakibatkan peningkatan dalam kredit ke selisih
translasi yang merupakan komponen ekuitas pemegang saham. PSAK telah menetapkan bahwa perubahan kurs yang
terjadi setelah tanggal transaksi antarperusahaan tidak memengaruhi transfer persediaan awal.
Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan
beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata
uang asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba tetapi tidak diakui untuk
tujuan pajak dalam periode yang sama.

(29) Pendapatan Komprehensif Lainnya-Selisih Translasi xxx


Utang Pajak Penghasilan xxx

Translasi Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional

Terdapat beberapa kasus di mana anak perusahaan mempunyai pembukuan dan pencatatan dalam unit mata
uang lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga sebagai mata uang fungsional Sebagai contoh, asumsikan anak
perusahaan kita, German Company, mempunyai pencatatan dalam mata uang lokal euro. fika anak perusahaan
melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam franc Swiss, maka manajemen dapat memutuskan bahwa franc
Swiss adalah mata uang fungsional anak perusahaan.
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang fungsional,
maka harus digunakan proses dua langkah berikut.

1. Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Dalam
contoh kita, laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro akan diukur kembali ke dalam franc
Swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang diilustrasikan sebelumnya dalam bab
ini. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas,
yaitu franc Swiss.
2. Laporan keuangan yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian ditranslasikan ke dalam rupiah
menggunakan proses translasi yang diilustrasikan dalam bab ini.

Sebagaimana dijelaskan, hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi merupakan hal yang
perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam
mata uang selain mata uang negara tempatnya berlokasi. Pembahasan ini mengindikasikan bahwa
penting untuk pertama-tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai
proses translasi.

Anda mungkin juga menyukai