Anda di halaman 1dari 114

PERUSAHAAN

DALAM KEGIATAN
KEUANGAN

Anggota Kelompok:

Vina Ulviana (171120002039)


Balkist Ismi’ Rizki (171120002047)
Erna wati Dewi (171120002049)
Afista Nur Khasanah (171120002055)
Noor Rafika Zukhrufa (171120002060)
Cornelia Sanchiska (171120002066)
Seperti halnya manusia bisnis pun mengalami suatu siklus
hidup. Setiap hari media bisnis memberitakan kisah-kisah
mengenai perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan.
, misalnya PT Dirgantara Indonesia dan Bank Global Indonesia.
Sebagaimana juga K-Mart, United Airlines, Bethlehem Steel,
Enron dan WorldCom di Amerika Serikat. Ribuan perusahaan
lain yang tidak diberitakan menggunakan sejumlah tindakan
alternatif, seperti restruktarisasi utang dan perjanjian dengan
kreditor, agar dapat mengatasi kesulitan keuangan yang
dialami.

Perusahaan dapat mengalami kesulitan keuangan karena barbagai sebab. Sebuah


perusahaan dapat mengalami kerugian operasi terus-menerus, kredit pelanggan
yang mengalami kemunduran pembayaran,pengelolaan modal kerja yang buruk dan
sejumlah alasan lain yang mengakibatkan posisi keuangan yang baik tidak dapat
dipertahankan. Masalah likuiditas perusahaan sering kali berakumulasi. Kegagalan
memperoleh sumber pendanaan yang mencukupi , kemudian mulai kesulitan dalam
pemayaran utang dan dengan demikian siklus kesulitan kuangan yang tak berujung
mulai terjadi. Mulai saat inilah kreditor eksternal dapat mengajukan klaim dan
permintaan pembayaran atas piutangnya. Perusahaan debitor memiliki berbagai
alternatif untuk melakukannya.
Misalkan, berupaya mencapai persetujuan dengan pihak
kreditor untuk dilikuidasi atau mengambil penyelesaian hukum
dengan menyatakan kepailitan.
Sebuah perusahaan dapat mengajukan petisi kepada
pengadilan untuk menyatakan diri pailit karena berbagai alasan,
seperti untuk melindungi diri dari serangkaian tuntutan hukum.
Beberapa juga berupaya untuk membatalkan kontrak pekerja
dengan mengajukan diri pailit. Pihak pengadilan saat ini
berusaha mendefinisikan batasan kepailitan yang tepat dan
masing-masing kasus harus diselesaikan secara terpisah.
Insoivabilitas (insolvency) diartikan sebagai suatu tindakan di
mana sebuah perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran
utangnya pada saat utang tersebut jatuh tempo. Perusahaan
yang tidak sanggup membayar (insolvent company) berarti tidak
mampu memnuhi kewajiban.
A. Rangkaian Tindakan
Kepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diasumsi
oleh usaha yang mengalami tekanan keuangan. Namun sebelum
langkah ini diambil manajemen biasanya berupaya untuk bekerja
sama dengan kreditor perusahaan untuk memenuhi klaim kreditor,
sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsugan usaha
perusahaan . Jika langkah ini gagal, aka perusahaan umumnya akan
menghadapi tindakan yudisial yang diperlakukan oleh pengadilan
niaga.

1. Tindakan Nonyudisial 4. Akuntansi Permulaan Baru


(Fresh Start Accounting)

2. Tindakan Yudisial
5. Rencana Reorganisasi

3. Penundaan Pembayaran

4
TINDAKAN NON YUDISIAL
Perjanjian formal antara perusahaan dan kreditor
merupakan tindakan yang mengikat secara hukum, tetapi
tidak berada di bawah pengadilan.
1.1 Perjanjian Restrukturisasi Utang
Perjanjian antara perusahan debitor dengan satu atau lebih kreditor merupakan
hal yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untu
1 sementara waktu. Pihak debitor dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh
tempo utang, meminta pernurunan suku bunga utang,atau meminta modifikasi
persyaratan kontrak utang. Pihak kreditor umumnya bersedia untuk memberikan
konsekuensi kepada debitor daripada menghadapi resiko beban legal dan kerugian
legal yang timbul dari tindakan hukum terhadap debitor yang sebelumnya sangat
berharga Contoh, kebanyakan bank lebih suka untuk terus bekerja sama dengan
satu nasabah yang sedang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu
ketimbang memaksa nasabah untuk pailit. Pengalaman menunjukan bahwa bank
pada akhirnya akan memperoleh bagian piutang yang lebih besar dan terus memiliki
nasabah di masa depan, jika mereka membantu pihak debitor dengan kesulitan
keuangan melalui restruksasi utang.
Akuntansi Debitor untuk restrukturisasi utang bermasalah ini diatur
dalam PSAK 54 tentang “Akuntansi untuk Utang Bermasalah”. Akuntansi bagi
kreditor untuk penurunan nilai utang wesel dan pinjaman juga disajikan
dalam PSAK 54. contoh penurunan nilai dan restrukturisasi disajikan pada
Lampiran 17A.
Bentuk perjanjian restruksasi utang yang lain adalah perjanjian komposisi
(competation agreetment). Dalam kasus ini, pihak kreditor bersepakat untuk
menerima klaim dengan nilai yang lebih rendah daripada nilai pokoknya.
Keuntungan bagi pihak kreditor adalah mereka akan segera menerima
pembayaran tunai dan umumnya menegosiasikan waktu pembayaran tunai
yang sesuai. Meskipun pihak kreditor menerima lebih kecil dari jumlah
utuh,mereka diyakinkan akan menerima sebagian besar piutangnya.
Perjanjian kompisisi umumnya melibatkan seluruh kreditor meskipun
beberapa kreditor mungkin tidak bersedia untuk menyetujui komposisi
tersebut. Dalam beberapa kasus, kelompok kreditor yang memberikan
konsensi mungkin menyetuijui agar kelompok kreditor yang menolak isi
perjanjian untuk dibayar dalam jumlah penuh, jika memang nantinya debitor
dapat kembali lagi pada operasi yang menguntungkan.
1.2 Manajemen Komite Kreditur
Melalui manajemen komite kreditur (creditur committee management),
kredit menyetujui untuk membantu pihak debitor dalam mengelola
pembayaran yang paling efisiensi terhadap klaim kreditur. Kebanyakan
komite kreditur memberikan nasihat dan pedoman kepada pihak kreditur
karena pihak kreditur tidak ingin menanggung tambahan kewajiban dan
masalah operasi aktual pihak debitor. Pembentukan komite kreditur
merupakan tindakan nonyudisial yang umumnya diawali dengan rencana
penyelesaian (plant of setlement) yang diajukan oleh pihak debitor.
Rencana penyelesaian ini merupakan dokumen lengkap yang berisi skedul
pembayaran yang menyebutkan utang khusus dan prakiraan pembayaran.
Pihak kreditur kemudian bekerja sama dengan debitur untuk
melaksanakan rencana tersebut.
Dalam beberapa kasus yang ekstrem, kreditor dapat memutuskan
untuk mengambil alih kendali operasi perusahaan debitor. Pihak debitor
menunjukkan seorang trustee untuk mengambil alih tanggungjawab
manajemen perusahaan debitor. Trustee tersebut memberikan laporan
kepada kreditor dengan rekomendasi penyelesaian akhir klaim.

7
Lanjutan…

Pihak trustee juga berupaya untuk menjalankan skedul


pembayaran atau sebaliknya malah merekomendasikan kepailitan
sebagai alternatif terbaik. Keuntungan manajemen komite kreditor
dalam kasus yang ektrem ini adalah kreditor memiliki kendali
operasional terhadap debitor dan menerima laporan utuh mengenai
kondisi keuangan debitor. Kerugian bagi kreditor ketika mengambil
alih kendali operasional adalah menghadapi resiko yang lebih besar
jika debitor mengalami kepailitan, karena sebagai manajer sebelum
terjadinya kepailitan, kreditor dapat dianggap sebagai salah satu
pihak yang bertanggungjawab. Keuntungan bagi debitor adalah
bahwa kreditor berusaha untuk membantu debitor salam mengatasi
kesulitan keuangan dan masih mungkin untuk mengambil alih
kembali kendali operasional jika masalah keuangan telah
terselesaikan tanpa harus melakukan tindakan hukum.

8
1.3 Pengalihan Asset
Beberapa debitor dalam kesulitan keuangan dapat menglihkan aset, seperti
piutang atau instrumen keuangan lainnya, dalam upaya untuk meperoleh uang
tunai. Sebagai contoh, debitur dengan kebutuhan akan uang tunai dapat
melakukan anjak piutang usaha dengan niali diskon,dan kontrak yang dibuat dapat
menentukan apakah piutang tersebut dijual “bersyarat” atau “tanpa syarat”.
Ketentuan bersyarat berarti pihak debitor harus menerima pengambilan piutang
usaha yang tak tertagih yang sebelumnya telah dialihkan. Masalah akuntansi yang
timbul adalah menentukan apakah pengalihan ini harus dicatat sebagai penjualan
piutang atau sebagai perjanjian pendanaan antara perusahaan debitor dengan
perusahaan anjak piutang. PSAK 54 menetapkan bahwa pengendalian aset
keuangan dianggap sebagai penjualan hanya jika pihak yang melakukan
pengalihan(transferor atau perusahaan debitor) telah menyerahkan kendali atas
aset yang dialihkan tersebut.
Penyerahan kendali berarti aset yang dialihkan tersebut telah dipisahkan dari
pihak yang mengalihkan, dan kemudian pihak penerima pengalihan (transferce)
memproleh hak untuk menjanjikan atau menekankan aset yang dialihkan, dan
bahwa pihak yang mengalihkan tidak memiliki kendali efektif terhadap aset yang
dialihkan untuk membeli kembali atau menebus aset yang dialihkan.
TINDAKAN YUDISIAL
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan
yudisial yang dilakukan oleh pengadilan niaga dan hakim
pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam
undang-undang kepailitan No.37/2004 UU kepailitan ini
menyediakan kerangka yang diperlukan untuk pengajuan
kepailitan.
Baik kreditor ataupun debitor dapat memutuskan bahwa
tindakan yudisial merupakan yang terbaik dalam suatu
2 keadaan tertentu. Pihak debitor dapt mngisi petisi sukarela
untuk dapat perlindungn yudisial dalam bentuk urutan
pembebasan dan instansi atau kelanjutan klaim hukum yang
dijukan kreditor kepada debitor. Cara yang lain adalah pihak
kreditor mengajukan sebuah petisi pemaksaan atas debitor.
Setelah petisi itu diajukan, pengadilan niaga akan
mengevaluasi perusahaan dan menentukan apakah
manajemen saat ini tetap mengelola perusahaan atau
seorang trustee ditunjuk oleh pihak pengadilan. Penunjukkan
trustee merupakan hal yang umum jika pihak kreditor
mengajukan tuduhan terjadinya kesalahan manajemen atau
ketidakmampuan manajemen secara umum.
Lanjutan…

UU Kepailitan memberikan 2 alternatif utama berdasarkan


perlindungan pengadilan niaga. Dua alternatif ini seringkali dikenal
penundaan pembayaran (suspension of payments), di mana pihak debitor
memperoleh perlindungan yudisial selama periode rehabilitasi, yaitu waktu
yang digunakan untuk menghapuskan operasi yang tidak menguntungkan,
memperoleh kredit baru, mengembangkan struktur perusahaan yang baru
dengan operasi yang berkesinambungan dan melakukan perjanjian dengan
pihak kreditor. Alternatif kedua adalah pernyataan kebangkrutan dan
likuidasi. Pernyataan kebangkrutan dan likuidasi sering kali dilakukan oleh
trustee yang ditunjuk oleh pengadilan. Aset debitor dijual dan kewajibannya
dilunasi bersamaan dengan likuidasi perusahaan. Perbedaan utama antara
reorganisasi dan likuidasi adalah bahwa setelah reorganisasi debitor tetap
melanjutkan usahanya, sedangkan untuk likuidasi usaha tersebut
dihentikan.

11
PENUNDAAN PEMBAYARAN
Penundaan pembayaran memungkinkan untuk perlindungan
legal dari tindakan kreditor selama periode waktu yang diperlukan
untuk mereorganisasi perusahaan debitor dan mengembalikan
operasi perusahaan ke tingkat yang menguntungkan. Reorganisasi
dilakukan oleh pengadilan niaga dan trustee sering kali diangkat oleh
pengadilan untuk mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya
reorganisasi dapat dijelaskan melalui 4P reorganisasi. Perusahaan
2 yang mengalami kesulitan keuangan mengajukan petisi kepada
pengadilan niaga untuk untuk memperoleh perlindungan dari para
kreditornya. Jika perlindungan telah diberikan, perusahaan
menerima surat perintah pembebasan untuk menunda melakukan
pembayaran atas utang-utang sebelum petisi diajukan. Perusahaan
masih terus beroperasi sambil mempersiapkan rencana
reorganisasi (plan of reorganiozation) yang berfungsi sebagai
pedoman operasi selama masa reorganisasi. Proses reorganisasi
tersebut mencakup tindakan-tindakan yang terjadi dari saat petisi
diajukan hingga perusahaan menyelesaikan proses reorganisasi.
Neraca perusahaan dalam reorganisasi memiliki beberapa
sifat khusus, yaitu :

▸ Kewajiban prapetisi yang akan dikompromikan sebagai bagian dari


rencana reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah dari kewajiban
yang tidak akan dikompromikan. Kewajiban yang akan dikompromikan
mencakup utang yang tidak dijamin dan utang lain yang terjadi sebelum
perusahaan memasuki tahap reorganisasi. Kewajiban yang tidak dapat
diubah encana reorganisasi mencakup kewajiban yang dijamin penuh yang
terjadi sebelum proses reorganisasi dan seluruh kewajiban yang terjadi
setelah perusahaan memasukkan petisi untuk proses reorganisasi.
▸ Kewajiban harus dilaporkan sebesar perkiraan jumlah yang diperbolehkan
oleh pengadilan niaga. Jika estimasi yang memadai tidak mungkin
dilakukan, maka klaim tersebut harus diungkapkan dalam catatan kaki.

13
Laporan laba rugi untuk perusahaan dalam reorganisasi
memiliki ketentuan khusus sebagai berikut:
▸ Jumlah dalam laporan laba tugi yang berkaitan langsung dengan reorganisasi,
seperti biaya jasa hukum dan kerugian atas penjualan aset, harus dilaporkan
secaraterpisah sebagai pos reorganisasi pada periode terjadinya. Namun
demikian, setiap keuntungan atau kerugian yang berasal dari operasi dalam
penghentian, atau pos-pos luar biasa, harus dilaporkan secara terpisah
menurut PSAK 1 tentang “Penyajian Laporan Keuangan”.
▸ Sebagian pendapatn bunga yang diperoleh selama proses reorganisasi
merupakan hasil dari debitor yang tidak diwajibkan untuk melunasi uangnya
dan menginvestasikan sumber daya yang tersedia pada instrumen yang
menghasilkan bunga. Pendapatan bunga tersebut harus dilaporkan secara
terpisah sebagai pos-pos reorganisasi. Sejauh mana beban bunga yang
dilaporkan berbeda dari bunga kontraktual atas utang perusahaan harus
diungkapkan, baik dalam kurung pada laporan laba rugi atau dalam catatan
kaki.
▸ Laba persaham diaungkapkan, namun antispasi perubahan jumlah lembar
saham biasa atau setara saham biasa yang terjadi sebagai akibat proses
reorganisasi harus diungkapkan.
14
Laporan arus kas sebuah perusahaan dalam
reorganisasi memiliki karakter klaim sebagai
berikut :
1. PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas” lebih
menyarankan penggunaan metode langsung
untuk menyajikan laporan arus kas dari aktivitas
operasi, namun jika metode tidak langsung yang
digunakan, maka perusahaan juga
mengungkapkan secara terpisah arus kas dari
aktivitas operasi yangb erkaitan dengan proses
reorganisasi.
2. Arus kas yang berkaitan dengan proses
reorganisasi harus dilaporkan secara terpisah
dari arus kas yang berasal dari operasi rutin.
Sebagai contoh kelebihan bunga yang diterima
sebagai hasil dari perusahaan tidak membayar
utang-utangnya selama proses reorganisasi
harus dilaporkan secara terpisah.
Akuntansi Permulaan Baru
(Fresh Start Accounting)
Pandangan dasar reorganisasi adalah merupakan
permulan bsru(fresh start) bagi perusahaan. Namun demikian,
sulit untuk menentukan apakah penundaan pembayaran
menghasilkan entitas baru di mana akuntansi permulaan baru
yang harus digunakan atau apakah reorganisasi menghasilkan
kelanjutan entitas yang lama. Pelaporan permulan baru harus
digunakan per tanggal konfirmasi rencana reorgnissi jika dua
4. kondisi berikut :
1. Nilai reorganisasi aset dari entitas yang akan muncul
sesaat tanggal konfirmasi lebih kecil daripada total
seluruh kewajiban dan klaim pascapetisi
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada saat
sebelum konfirmasi menerima kurang dari 50% saham
dengan hak suara dari entitas yang akan muncul. Hal ini
menandakan bahwa pemegang saham lama telah
kehilangan kendali atas perusahaan yang akan muncul.
Akuntansi Permulaan Baru meghasilkan entitas pelaporan yang
baru. Pertama, perusahaan diwajibkan untuk menghitung nilai reorganisasi
aset-aset entitas yang beru muncul. Nilai reorganisasi(reorganisasi volue)
merupakan nilai wajar entitas sebelum mempertimbangkan kewajiban dan
mendekati jumlah yang akan dibayar oleh seorang pembeli aset entitas yang
berminat. Nilai reorganisasi ini kemudian dialokaikan untu aset yang
menggunakan alokasi metode nilai dalam PSAK22, tentang Akuntansi
Penggabungan Usaha”.
Nilai reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan terhadap aset
terwujud dilaporkan sebagai aset tidak berwujud yang disebut sebagai “nilai
reorganisasi yang melebihi jumlah yang dialokasikan pada aset yang dapat
diidenifikasikan”. Kelebihan ini kemudian dicatat dalam PSAK19 tentang “ Aset
Tak Berwujud”. Aset tak berwujud dengan umur terbatas akan diamortisasi
sepanjang umurnya, sedangkan aset tak berwujud dengan umur terbatas
akan ditinjau ulang setiap tahun penurunan nilainya untuk mengetahui apakah
nilai tercatat melalui nilai wajarnya. Kewajiban perusahaan yang baru muncul
dicatat sebesar nilai sekarang jumlah yang akan dibayar. Seluruh saldo laba
atau defisit yang ada dihapuskan. Laporan operasi final disusun sesaat
sebelum mengakhiri proses reorganisasi.
Perusahaan yang Tidak Memenuhi Persyaratn untuk Akuntansi
Permulaan Baru
Perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi dua kondisi untuk
akuntansi permulaan baru harus menentukan apakah asetnya
mengalami penurunan nilai. Selain itu mereka harus melaporkan
kewajiban sejumlah nilai sekarang jumlah yang akan dibayarkan.
Dengan keuntungan atau kerugian dari penilaian kembai kewajiban
dicatat sebagai pos luar biasa atau biasa. Banyak perusahaan yang
memutuskan untuk merestrukturisasi operasinya sebagai bagian dari
rencana reorganisasi. Perusahaan-perusahaan tersebut yang tidak
memenuhi untuk akuntansi permulaan baru mencatat biaya
restrukturisasi, seperti biaya penutupan pabrik dan pengurangan
tenaga kerja. Menggabungkan beberapa sisa operasi dan sebagainya
berdasarkan PSAK58 tentang “penghentian operasi”. Pernyataan ini
memperbolehkan pengakuan kewajiban atas biaya terkait dengan
berhentinya atau aktivitas pelepasan pada saat kewajiban tersebut
terjadi, bukan pada waktu yang lebih cepat pada saat perusahaan
melakukan komitmen atas rencana berhenti
Lanjutan…
Akuntansi untuk aset jangka panjang dilakukan
berdasarkan PSAK 48, tentang “Prnurunan Nilai Aset”. Aset
jangka panjang (aset tetap) dibedakan menjadi, (1) yang akan
dimiliki dan digunakan, dan (2) yang akan dilepaskan dengan
menjual. Kerugian penurunan nilai dari aset jangka panjang yang
dipegang dan digunakan diakui hanya jika nilai tercatat atas
lebih kecil dari estimasi arus kas dari operasi didiskontokan
selama masa manfaatnya. Jumlah kerugian penurunan nilai
adalah peerbedaan antara nilai tercatat aset dan nilai wajarnya.
Untuk aset jangka panjang individual yang akan
dihapuskan dengan penjualan akan dinilai kembali menjadi nilai
terendah antara nilai tercatat atau nilai wajar dikurangi biaya
penjualan. Selain itu, jika penggunaan aset jangka panjang telah
dihentikan dan disisihkan untuk dilepaskan melalui penjualan,
maka tidak ada depresiasi lagi yang dicatat. Keputusan
manajemen untuk melepaskan segmen usaha diperhitungkan
sebagai segmen dihentikan berdasarkan PSAK 57.
RENCANA
REORGANISASI
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah
dokumen terperinci dengan pembahasan penuh
mengenai tindakan-tindakan utama yang akan ditempuh
selama proses reorganisasi. Selain, tindakan-tindakan
utama ini, manajemen juga terus berproduksi dan
5 menjual produk, menagih piutang dan menjalankan
operasi harian lainnya. Kebanyakan rencan ini berfisi
pembahasan yang terperinci mengenai hal-hal :
1. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan,
melalui penjualan atau likuidasi.
2. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
3. Revaluasi aset dan kewajiban.
4. Pengurangan atau penghapusan kalaim pemegang
saham terdahulu dan penerbitan saham baru
kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisasi umumnya terdiri dari sebuah dokumen terperinci
dengan pembahasan penuh mengenai tindakan-tindakan utama yang akan
ditempuh selama proses reorganisasi. Selain, tindakan-tindakan utama ini,
manajemen juga terus berproduksi dan menjual produk, menagih piutang dan
menjalankan operasi harian lainnya. Kebanyakan rencan ini berfisi pembahasan
yang terperinci mengenai hal-hal :
1. Penghapusan operasi yang tidak menguntungkan, melalui penjualan atau
likuidasi.
2. Restrukturisasi utang dengan kreditor tertentu.
3. Revaluasi aset dan kewajiban.
4. Pengurangan atau penghapusan kalaim pemegang saham terdahulu dan
penerbitan saham baru kepada kreditor atau pihak lainnya.
Rencana reorganisai harus disetujui oleh paling sedikit separuh dari
semua kreditor, yang memiliki dua pertiga dari jumlah nominal total utang
debitor yang belum lunas, meskipun pihak pengadilan masih dapat
mengesahkan rencana yang disetujui oleh kreditor dengan jumlah yang tidak
memenuhi ketentuan, asalkan pihak pengadilan menemukan alasan bahwa
rencana tersebut mewakili kepentingan terbaik seluruh pihak, layak dan adil
bagi kelompok yang tidak menyetujui rencana itu.
ILUSTRASI
REORGANISASI
Neraca, PT Induk pada tanggal 31 Desember 20X6 disajikan dalam Figur
17-1.
Pada tanggal 2 Januari 20X7, manajemen PT Induk mengajukan petisi
pada pengadilan niaga dalam rangka penundaan pembayaran untuk
memperoleh penangguhan pembayara utang dan waktu untuk
merehabilitasi perusahaan serta mengembalikannya pada operasi yang
menguntungkan. Berikut ini adalah garis waktu yang menunjukkan
tanggal-tanggal yang relevan untuk contoh ini.

Proses Reorganisasi

2 Jan 1 Juli 20X7 31 Des 2 Jan 1 Apr


20X7 20X7 20X8 20X8
Periode Petisi Rencana Akhir Rencana Reorganis
Prapetisi diajukan reorganisasi tahun reorganisa asi selesai
diajukan fiskal si
diajukaan
PT Induk mengajukan rencana reorganisasi yang disajikan pada
Figur 17-2, beserta laporan keuangan yang telah diaudit dan
pengungkapan lain yang diminta oleh pengadilan agama.
Sebelum rencana reorganisasi disetujui, PT Induk masih terus
beroperasi di bawah perlindungan petisi penundaan yang diberikan.
Perusahaan hanya melakukan pembayaran yang telah disetujui oleh
pengadilan untuk kewajiban prapetisi. Satu-satunya pembayaran yang
disetujui oleh pengadilan untuk kewajiban prapetisi adalah pembayaran
sebesar Rp 2.000.000 atas utang hipotek. Masalah pelaporan yang
paling penting adalah jumlah reorganisasi harus dilaporkan secara
terpisah dari jumlah operasi lainnya.
PT Induk menyusun laporan keuangan berikut per tanggal 31
Desember 20X7: neraca (Figur 17-3), laporan laba rugi (Figur17-4) dan
laporan arus kas (Figur 17-5). Perhatikan bahwa keterangan “Berada di
bawah Penguasaan Debitor” menunjukkan bahwa PT Induk masih terus
mengelola asetnya sendiri dan bukan dikelola oleh trustee yang ditunjuk
oleh pengadilan.
Pada tanggal 2 Januari 20X8, pengadilan niaga menyetujui
rencana reorganisasi, seperti yang diajukan. PT Induk menjalankan
rencana sebagaimana disajikan pada Figur 17-6
Konsep terpenting untuk menentukan akuntansi yang tepat
bagi entitas dalam proses reorganisasi adalah penentuan nilai
reorganisasi. Nilai reorganisasi merupakan nilai wajar aset yang
dimiliki oleh entitas tersebut. Metode yang umum untuk
menentukan nilai reorganisasi adalah adalah mendiskontokan
arus kas masa depan atau dengan perkiraan nilai.
Setelah analisis lengkap, nilai reorganisasi sebesar RP
195.000.000 ditetapkan untuk aset PT Induk. Ingat bahwa
akuntansi permulaan baru tepat digunakan hanya jika kedua
kondisi beikut terjadi:
1. Nilai reorganisasi lebih kecil daripada total kewajiban
pascapetisi dan klaim lain yang diperbolehkan.
2. Pemegang saham dengan hak suara yang ada sesaat
sebelum rencana reorganisasi disetujui memiliki kurang
dari 50% dari saham dengan hak suara dari entitas yang
akan muncul
Untuk menentukan kondidi pertama bagi PT Induk perbandingan dibuat pada
tanggal saat rencana reorgnasasi disetujui.

Kewajiban Pascapetisi 73.000.000


Kewajiban yang ditangguhkan karena penundaan biaya 133.000.000
Jumlah kewajiban pascapetisi dan klaim yang diperbolehkan 206.000.000
Nilai reorganisasi (195.000.000)
Kelebihan kewajiban dari nilai organisasi 11.000.000

Perhatikan bahwa kondisi pertama untuk akuntansi permulaan baru telah


terpenuhi. Kondisi kedua untuk akuntansi permulaan baru juga terjadi,
sebagaimana yang ditunjukkan pada figur 17-6. pemegang saham biasa sesaat
sebelum rencana reorganisasi disepakati untuk memiliki hanya 5% dari saham
biasa entitas yang akan muncul. Oleh karena itu, akuntansi permulaan baru oleh PT
Induk. Jika kedua kondisi untuk akuntansi permulaan baru tidak terpenuhi, maka
entitas yang baru muncul bukanlah entitas pelaporan yang baru.
Setelah mempelajari dengan seksama perusahaan dengan risiko yang
setara, potensi laba perusahaan yang akan timbul, dan nilai sekaran arus
kas masa depan, maka struktur modal perusahaan yang akan timbul
ditentukan sebagai berikut :

Kewajiban Pascapetisi 25.000.000


Utang Hipotik pascapetisi 48.000.000
Utang senior 57.000.000
Utang subordinasi 12.000.000
Saham biasa (baru) 20.000.000
Total struktur modal pascapetisi 162.000.00
0

Perhatikan bahwa untuk tujuan ilustrasi, saham biasa yang baru


dikeluarkan merupakan saham tanpa nilai nominal, sehingga tidak ada
tambahan modal disetor yang dibawa serta ke dalam entitas yang baru
muncul. Jika nilai yang ditetapkan ats saham yang baru dikeluarkan > nilai
nominalnya, maka akan tambahan modal disetor akan dikreditkan untuk
kelebihannya. Modal pascareorganisasi sebesar Rp 162.000.000 merupakan
nilai reorganisasi sebesar Rp 195.000.000 - Rp 33.000.000 yang dibayarkan
untuk kewajiban pascapetisi sebagai bagian dari rencana reorganisasi.
PT Induk menyiapkan ayat jurnal untuk mencatat pelaksanaan rencana
reorganisasi pada saat rencana tersebut dijalankan antara tanggal 1 Januari
20X8 dan 1 April 20X8. Figur 17-7 menunjukkan kertas kerja yang
menggambarkan pengaruh pelaksanaan rencana reorganisasi terhadap akun-
akun neraca PT Induk. Ayat jurnal yang (1) mencatat restruturisasi utang dan
penyesuaian keuntungan dari pembebasan utang.

1 Januari – 1 April 20X8


(1) Kewajiban yang dikompromikan 133.000.000
Kas 33.000.000
Utang Prioritas 57.000.000
Utang Subordinasi 12.000.000
Saham Biasa (baru) 11.000.000
Keuntungan Pembebasan Utang 20.000.000
Mencatat pembebasan utang

Ayat jurnal yang kedua (2) mencatat pertukaran saham dengan saham.
Pemegang saham istimewa terdahukui menerima 8.000 lembar saham biasa
yang baru dikeluarkan. Pemegang saham biasa terdahulu menerima 1.000
lembar saham biasa yang baru dikeluarkan.
1 Januari – 1 April 20X8
(2) Saham Istimewa 40.000.000
Saham Biasa (lama) 10.000.000
Saham biasa (baru) 9.000.000
Tambahan Modal Disetor 41.000.000
Mencatat pertukaran saham lama dengan
saham baru
Ayat jurnal ketiga (3)dan terakhir mencatat penyesuaian permulaan baru dari nilai
yang ditetapkan atas aset yang baru muncul dan penghapusan saldo laba yang ada,
atau defisit. Perbandingan antara nilai buku dan nilai wajar perusahaan sebagai
berikut.
Nilai wajar ditentukan sesuai dengan prosedur dalam PSAK 48. Kerugian penurunan
nilai diukur sebagai jumlah nilai tercatat aset (atau kelompok) jangka panjang yang
melebihi nilai wajarnya. Perhatikan bahwa Kelebihan Nilai Reorganisasi atas Jumlah
yang Dialokasikan pada Aset yang Dapat Diidentrifikasi didebit sebesar jumlah yang
tidak dialokasikan pada aset lain. Kelebihan nilai reorganisasi dilaporkan sebagai aset
tidak berwujud berdasarkan PSAK 19 yang menyatakan bahwa aset tak berwujud
dengan mnasa manfaat tervatas harus diamortisasi selama umurnya. Aset tak
berwujud dengan masa manfaat tak terbatas tersebut diuji untuk penurunan nilai
paling tidak tiap tahun untuk menentukan apakah aset tersebut mengalami
penurunan nilai dan harus mengakui kerugian untuk pengurangan nilai tercatat aset
FIGUR 17-6
Analisis Pemulihan Rencana
Reorganisasi
Didebit sebesar jumlah yang tidak dialokasikan pada
aset lain. Kelebihan nilai reorganisasi dilaporkan sebagai aset
tidak berwujud berdasarkan PSAK 19. PSAK 19 menyatakan
bahwa aset tak berwujud dengan masa manfaat terbatas
diamortisasi selama umurnya. Aset tak berwujud dengan masa
manfaat tak terbatas tersebut harus diuji untuk penurunan
nilai dan harus mengakui kerugian untuk pengurangan nilai
tercatat aset.
Perhatikan bahwa jika sebelum melakukan
reorganisasi PT Induk mempunyai goodwill yang ditentukan
mengalami penurunan nilai, perusahaan akan mengakui
kerugian penurunan nilai dalam laporan laba rugi debitor
dibawah pengawasan debitor. Umumnya perusahaan dalam
perencanaan reorganisasi tidak diharapkan untuk mempunyai
goodwill karena goodwill terkait dengan potensi selisih lebih
laba. Akan tetapi harus dilakukan penelaahan kasus demi
kasus untuk menentukan apakah perusahaan mengakui
adanya penurunan nilai goodwill.
Nilai Buku Nilai Wajar Selisih
Kas 7.000.000 7.000.000 0
Piutang dan pajak 12.000.0000 12.000.000 0
penghasilan
Efek yang dapat dipisahkan 8.000.000 10.000.000 2.000.000
Piutang usaha (bersih) 5.000.000 5.000.000 0
Persediaan 37.000.000 33.000.000 (4.000.000)
Aset tetap 78.000.000 85.000.000 7.000.000
Kelebihan nilai reorganisasi 0 10.000.000 10.000.000
atas jumlah yang dialoksikan
terhadap aset yang dapat
diidentifikasi
Total 147.000.000 162.000.000 15.000.000

38
Ayat jurnal untuk mencatat revaluasi aset dan penghapusan defisit pada permulaan
baru adalah sebagai berikut :
1 April 20X8
(3) Efek yang dapat dipasarkan 2.000.000
aset tetap 7.000.000
kelebihan nilai reorganisasi atas jml yang 10.000.000
dialokasikan thd aset yg dapat diidentifikasi 20.000.000
keuntungan pembebasan utang
tambahan modal disetor 41.000.000
persediaan 4.000.000
saldo laba – defisit 76.000.000
Mencatat akuntansi permulaan baru dan menghapuskan defisit.
Kolom terakhir pada figur 17-7 menunjukkan neraca entitas
pelaporan yang baru pasca reorganisasi.
Beberpa proses reorganisasi tidak berhasil dan pihak debitor harus
likuidasi. Alasan utama kegagalan reorganisasi adalah kerugian
operasi yang terjadi terus-menerus dan tidak terdapat kemungkinan
yang memadai untuk terjadinya pemulihan. Alasan umum lainnya
adalah ketidakmampuan untuk menjalankan rencana reorganisasi
karena kegagalan untuk menjual anak perusahaan yang tidak
menguntungkan, kegagalan utama tas rencana akibat pihak debitor
atau kreditor, atau ketidakmampuan untuk memengaruhi sebagian
rencana sebagai akibat dari perubahan dalam lingkungan ekonomi.
Perusahaan debitor kemudian beralih dari proses reorganisasi menjadi
proses likuidasi. Likuidasi ini merupakan topik bagian berikutnnya
dalam bab ini.
B. UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN LIKUIDASI

Likuidasi dilakukan oleh pengadilan niaga untuk kepentingan


kreditor dan pemegang saham perusahaan. Maksud dilakukannya
likuidasi adalah untuk memaksimalkan jumlah uang bersih yang
diperoleh dari penjualan aset debitor. Pengadilan niaga menunjuk
akuntan, pengacara atau manajer usaha yang berpengalaman
sebagai trustee untuk melakukan likuidasi. Proses likuidasi sering
kali diselesaikan dalam waktu 6 hingga 12 bulan, dan selama periode
tersebut, trustee harus menyampaikan laporan secara berkala
kepada pengadilan niaga. Seluruh proses likuidasi diatur dalam UU
kepailitan, yang menjelaskan prosedur khusus yang haurs diikuti dan
laporan-laporan yang harus dibuat. Aspek likuidasi yang paling
penting adalah menentukan hak legal masing-masing kreditor dan
menetapkan prioritas terhadap hak tersebut.
C. KELOMPOK KREDITOR
• UU kepailitan menentukan 3 kelompok kreditor, dengan klaim yang
mendapatkan prioritas sebagai berikut :
1. Kreditor yang dijamin, memiliki keterkaitan atau kepentingan
pengamanan, terhadap aset khusus yang sering disebut sebagai
“jaminan atau agunan” (collateral). Seorang kreditor yang memiliki
kepentingan hukum terhadap suatu aset khusus memiliki prioritas
paling tinggi terhadap aset tersebut. Sebagai contoh, pada figur 17-8,
utang hipotek PT Induk sebesar Rp50.000.000 dijamin dengan tanah
dan pabrik perusahaan. Pada tanggal 31 Desember20x6, tanah dan
pabrik tersebut secara bersama-sama memiliki nilai buku bersih
sebesar Rp65.000.000 dan nilai wajar sebesar Rp55.000.000.
pemegang hipotek memiliki klaim pertama atas uang yang diperoleh
dari penjualan tanah dan pabrik. Oleh karena itu, jika tanah dan pabrik
tersebut dijual dengan harga Rp55.000.000, maka sebanyak
Rp50.000.000 dari uang yang diterima digunakan untuk melunasi akun
hutang hipotek dan sisanya sebesar Rp5.000.000 tersedia untuk
kelompok kreditor tingkat lebih rendah berikutnya.
2. Kreditor dengan prioritas, merupakan kredit yang tidak terjamin, yaitu mereka
yang tidak memiliki klaim jaminan terhadap aset tertentu, yang memiliki prioritas
lebih tinggi daripada kreditor yang tidak dijamin lainnya.kreditor dengan dengan
prioritas terlebih dahuludari uang yang tersisa bagi kreditor yang tidak dijamin.
Dalam bisnis, kewajiban berikut dianggap sebagai prioritas.
 Biaya pengurusan kepailitan, termasuk biaya akuntansi dan legal untuk para ahli yang
ditunjuk oleh pengadilan niaga.
 Kewajiban yang timbul karena aktivitas bisnis normal selama proses kepailitan.
 Upah, gaji dan komisi, termasuk tunjangan dan uangkesehtan,yang diperoleh karyawan
untuk 180 hari semenjak tanggal petisi diajukan, akan tetapi dibatasi Rp10.000.000
untuk tiap orang.
 Kontribusi pada program manfaat karyawan untuk 180 hari terakhir yang tersisa setelah
penghapusan kompensasi dalam poin 3, namun dibatasi dengan batasan tersisa
sebesar Rp10.000.000 per orang.
 Deposit atau simpanan dari pelanggan yang telah melakukan pembayaran sebagian
untuk pembelian atau sewa guna usaha barang atau jasa yang tidak terkirim.
Prioritas diberikan pertama-tama sebesar Rp1.800.000 per orang, sisa deposit yang
masih ada ditambahkan pada klaim yang tidak dijamin.
 Klaim pajak unit pemerintah yang tidak dijamin, seperti pajak penghasilan, pajak
bangunan, pajak pemungutan,dan pajak lainnya.
3. Kreditor umum yang tidak dijamin, kreditor-kreditor ini hanya dibayar
setelah kreditor yang dijamin dan kreditor yang tidak dijamin tapi
dengan prioritas telah dibayarkan sebesar ketentuan batasan hukum.
Sering kali, kreditor umum yang tidak dijamin menerima jumlah yang
lebih kecil dari nilai penuh klaim yang diajukan. Jumlah yang dibayarkan
kepada kreditor umumnya dinyatakan dalam presentase tertentu dari
total klaim, seperti 55% atau berapapun presentase khususnya.
Pembayaran kreditor umum Yang tidak dijamin sering pula disebut
sebagai “deviden”. Bukalah hal yang tidak bisa serendah-rendahnya
hingga 20-25 persen dari total klaim yang tidak dijamin yang masih
tersisa.
4. Statement of Affairs
Accounting statement of affairs merupakan laporan akuntansi dasar yang
dimulai pada awal proses likuidasi untuk menyajikan perkiraan jumlah yang
dapat direalisasi dari penjualan aser, urutan klaim kreditor dan perkiraan
jumlah kreditor yang tidak dijamin yang akan menerima sebagai hasil
likuidasi. Laporan yang berbeda, juga disebut sebagai “statement of
affairs” merupakan kumpulan pertanyaan yang harus dijawab oleh pihak
debitor sebagai bagian dari petisi kepailitan. Pembahasan berikut adalah
mengenai laporan akuntansi, bukan kuesioner legal.
Statement of affairs bukanlah laporan yang dibuat secara
berkesinambungan, namun merupakan laporan perencanaan yang penting
untuk mengantisipasi likuidasi perusahaan. Statement of affairs
menyajikan nilai buku akun-akun neraca perusahaan debitor, estimasi nilai
wajar aset, urutan klaim dan estimasi kekurangan untuk kreditor umum
yang tidak dijamin. Pemegang saham biasa biasanya jarang sekali
memperoleh uang dari sebuah perusahaan yang dilikuidasi. Statement of
affairs merupakan alat bantu dalam perencanaan proses likuidasi yang
sesungguhnya yang akan dicatat pada buku debitor pada saat transaksi
terjadi.
Misalkan, alih-alih melakukan reorganisasi, PT Induk memutuskan pada
tanggal 31 Desesmber 20X6 untuk menggunakan UU Kepailitan. Contoh
berikut ini dimulai dengan Statement of affairs bagi PT Induk tertanggal 31
Desember 20X6, yang disajikan pada figur 17-8.
1. Laporan ini menunjukkan akun-akun neraca berdasarkan urutan
prioritas likuidasi. Akun-akun lancar versus non lancar tidak lagi penting
bagi PT Iinduk.
2. Laporan ini menyajikan estimasi nilai wajar dan perkiraan keuntungan
atau kerugian dari penghapusan aset. Semua ini hanya estimasi pada
saat petisi kepailitan diajukan, keuntungan atau kerugian yang
sesungguhnhya akan dicatat pada saat relisasi
3. Pada contoh ini, kreditor yang dijamin penuh diperkirakan akan
menerima seluruh klaim yang berjumlah Rp50.000.000, dengan dana
yang diperoleh dari penjualan aset yang diperoleh dari penjualan aset
yang dijaminkan. Uang hipotek diperkirakan akan dibayarkan penuh
dengan dana sebesar Rp55.000.000, yang diperoleh dari penjualan tanah
dan bangunan. Sisanya sebesar Rp5.000.000 akan digunakan untuk
memenuhi klaim yang tidak dijamin.
4. Kreditor yg dijamin sebagian tidak menerima klaim secara penuh dari penjualan aset jaminan.
Efek yg dapat dipasarkan dg estimasi nilai wajar sebesar Rp9.000.000 digunakan untuk
menjamin wesel bayar Rp10.000.000. Pertama, wesel bayar Rp9.000.000 akan dibayarkan;
sisa sebesar Rp10.000.000 akan ditambahkan menjadi kewajiban umum yg tidak terjamin
5. Aset bebas tersedia bagi kreditor yg tidak dijamin. Kreditor tidak dijamin pertama adalah
mereka dg prioritas seperti yg ditentukan oleh UU Kepailitan. PT Induk memiliki beban upah
yg masih harus dibayar sebesar Rp14.000.000 yg harus dibayarkan pada para pekerja, dan
tidak ada diantaranya yg memiliki jumlah jatuh tempo melebihi Rp2.000.000. Selain itu,
perusahaan akan memperkirakan akan menanggung beban Rp4.000.000 untuk mengurus
likuidasi.
6. Seluruh klaim tersebut ditambahkan pada kewajiban umum yg tidak terjamin adalah
Rp110.000.000. Hanya sebesar Rp45.000.000 yg dapat dipenuhi. Karenanya, estimasi dividen
untuk kreditor umum yg tidak terjamin adalah Rp0,41 (Rp45.000.000/ Rp110.000.000).
Estimasi kekurangan bagi kreditor yg tidak dijamin adalah Rp65.000.000
7. Pemegang saham tak akan menerima apa pun selama proses likuidasi PT Induk. Saham
adalah klaim residu yg akan diselesaikan setelah seluruh klaim kreditor telah terpenuhi.
Pemegang saham umumnya tak akan menerima apa pun dari likuidasi kepailitan.
Statement of affairs merupakan instrumen perencanaan yg disusun hanya pada awal proses
kepailita. Laporan memberi informasi pada kreditor dan pengadilan niaga mengenai
perkiraan jumlah dana tersedia kelompok kreditor. Sekali kepailitan telah terjadi, debitor
mencatat transaksi pada catatan akuntansi saat terjadinya.
48
Akuntansi Dan Pelaporan
Trustee
 Pengadilan niaga menunjuk pihak trustee untuk mengelola perusahaan
berdasarkan penundaan pembayaran bila terjadi kesalahan,
ketidakjujuran, ketidakkompetenan manajemen dan secara umum terjadi
kesalahan manajemen.
 (UU Kepailitan dan Likuidasi) pihak trustee memiliki tanggung jawab
melikuidasi segera perusahaan yang pailit dan membayar kreditor sesuai
status legal bagian mereka yang dijamin atau tidak dijamin.
 Pihak trustee memeriksa bukti—bukti klaim kreditor terhadap perusahaan
debitor yang pailit, yaitu aset bersih debitor.
 Terkadang, pihak trustee menerima hak atas seluruh aset, yaitu dalam
posisi sebagai pihak penerima (receivership), sehingga bertanggung
jawab atas manajemen nyata debitor dan harus mengarahkan rencana
reorganisasi atau likuidasi.
PERTIMBANGAN
TAMBAHAN
 Disajikan praktik akuntansi dan pelaporan
untuk trustee yang bertindak sebagai fidusia
untuk komite kreditor atau pengadilan niaga.
 Laporan trustee berbeda dari laporan
keuangan tradisional karena hak legal dan
tanggung jawab trustee berbeda dari
manajemen perusahaan debitor.
 Ditunjukkan penyajian singkat mengenai
provisi kepailitan yang berlaku untuk
perseorangan
Lanjutan
 Pihak trustee yang mengambil alih hak atas aset debitor dalam proses likuidasi
membuat laporan keuangan berkala diperuntukkan bagi pengadilan niaga, yang
melaporkan kemajuan proses likuidasi dan hubungan fidusia.
 Ketika pihak trustee menerima aset, pihak trustee membuat catatan akuntansi
untuk mencatat sebagai pihak penerima.
 Catatan akuntansi trustee berisi kewajiban trustee yg tercipta karena mengakui
kepemilikan debitor atas aset yang telah diterima oleh trustee. Akun baru ini
dikredit sebesar nilai buku aset yang diterima dan umumnya dinamakan sebagai
Perusahaan Debitor-Dalam Posisi Pihak Penerima.
 Pihak trustee tidak mengalihkan kewajiban debitor karena masih tetap menjadi
tanggung jawab perusahaan debitor secara hukum.
Bentuk umum ayat jurnal pembukaan pihak trustee, saat menerima aset
perusahaan debitor adalah:

Aset XX
Perusahaan Debitor-Dalam Posisi Pihak Penerima XX
Laporan Realisasi dan
Likuidasi
 Sebuah laporan bulanan, yang disebut sebagai laporan realisasi dan
likuidasi, disusun untuk pengadilan niaga.
 Laporan ini menunjukkan hasil tindakan fidusia yang dilakukan oleh
trustee yang dimulai pada saat pihak trustee menerima aset debitor.
 Laporan ini memiliki tiga bagian utama: aset, pos-pos tambahan, dan
kewajiban.
 Kewajiban debitor tidak dialihkan kepada pihak trustee, akan tetapi
pihak trustee dapat saja menimbulkan utang baru yang dilaporkan
dalam laporan realisasi dan likuidasi.
Bagian aset laporan ini dibagi ke dalam empat kelompok berikut ini.
Aset
Aset yg akan direalisasi Aset yg direalisasi
Aset yg diperoleh Aset yg tidak direalisasi
Lanjutan  Aset yang akan direalisasikan merupakan
aset yang diterima dari perusahaan debitor.
 Aset yang diperoleh merupakan aset yang
berikutnya diperoleh trustee.
 Aset yang direalisasi merupakan aset yang
dijual oleh pihak trustee
 Aset yang tidak direalisasi merupakan aset
yang masih berada di bawah tanggung jawab
pihak trustee pada akhir periode.
 Kas umumnya tidak dilaporkan dalam
laporan realisasi dan likuidasi karena laporan
arus kas yang terpisah umumnya akan
dibuat.
Pos-pos Tambahan

POS –POS PENDUKUNG


Beban Tambahan Kredit Tambahan

▸ Beban tambahan mencakup biaya administrasi trustee dan beban


kas apa pun yang dibayarkan oleh pihak trustee.
▸ Kredit tambahan mencakup beberapa pos pendapatan yang tidak
lazim.

Kewajiban
Meskipun tidak mencatat kewajiban debitor, pihak trustee dapat
menyelesaikan beberapa utang debitor dan juga dapat menimbulkan
utang baru setelah masa penerimaan tanggung jawab.
KEWAJIBAN
Kewajiban terlikuidasi Kewajiban akan dilikuidasi
Kewajiban tidak dilikuidasi Kewajiban yang timbul
Lanjutan

 Kewajiban terlikuidasi merupakan klaim kreditor yang


telah diselesaikan dalam periode berjalan.
 Kewajiban tidak dilikuidasi merupakan kewajiban yang
masih ada selama periode pelaporan.
 Kewajiban yang akan dilikuidasi merupakan utang yang
masih terdapat pada buku perusahaan debitor di mana
pihak trustee bertanggung jawab atas likuidasinya mulai
pada tanggal penunjukan.
 Kewajiban yang timbul terjadi apabila kewajiban baru
dilakukan oleh pihak trustee.
Ilustrasi Akuntansi Dan Pelaporan Trustee
31 Desember 20X6, Abimanyu diangkat menjadi pihak trustee untuk
bertanggung jawab atas proses likuidasi PT Induk. Abimanyu
diperbolehkan menjalankan perusahaan dalam jangka pendek untuk
menentukan apakah perusahaan dapat dijual secara utuh atau sebaliknya
terpecah—pecah.
Selama waktu tersebut, pihak trustee harus mengurangi jumlah utang
jangka pendek yang dimiliki PT Induk. Jika penjualan secara utuh tidak
menggembirakan, maka Abimanyu diarahkan untuk melikuidasi
perusahaan. Abimanyu menerima aset pada tanggal 31 Desember 20X6
dan melakukan beberapa transaksi selama bulan Januari 20X7.
Transaksi dan ayat jurnal yang dibuat pada buku PT Induk dan
pada buku trustee disajikan pada Figur 17-9.
1. Ayat jurnal (4) mencatat pengalihan aset dari PT Induk pada Abimanyu.
Abimanyu kemudian mengakui aset sebesar nilai bukunya seperti yang
dilaporkan oleh PT Induk. piutang usaha tertanggal “lama” untuk dicatat bahwa
ini merupakan bagian dari aset yang ditransfer. Kredit sebesar Rp155.000.000
pada PT Induk—Dalam Posisi sebagai Penerima merupakan kewajiban trustee.
Pada buku PT Induk, akun resiprokal, Abimanyu—Penerima merupakan
piutang. Perhatikan, tidak ada kewajiban yang dialihkan. Kewajiban ini tetap
ada pada buku PT Induk karena merupakan tanggung jawab legal dari PT
Induk
2. Transaksi trustee dicatat pada cara yang biasa dalam ayat jurnal (5) hingga (8).
Perbedaan satu—satunya adalah pembedaan antara akun “lama” yang
merupakan bagian dari aset yang dialihkan, dan akun-akun “baru” yang berasal
dari transaksi pihak trustee.
3. Pihak trustee membayar sebesar Rp20.000.000 dari utang PT Induk dan
membayar Rpl0.000.000 untuk wesel bayar yang dijamin sebagian. Dalam ayat
jurnal (9), debit sebesar Rp30.000.000 dibuat untuk akun kewajiban PT
Induk—Dalam Posisi sebagai Penerima. PT Induk membuat ayat jurnal yang
berkaitan untuk mengurangi utang usaha dan wesel bayar, dan untuk
mengurangi piutang, Abimanyu—Penerima.
4. Ayat jurnal sisanya (10) hingga (14) menyelesaikan transaksi,
menyesuaikan buku dan menutup buku pada akhir periode pertama
penerimaan. Operasi tersebut menghasilkan laba bersih sebesar
Rp4.000.000 untuk periode itu. Ayat jurnal penutup mengalihkan
laba bersih pada akun penerima dalam buku trustee. Ayat jurnal
yang berkaitan dengan buku PT Induk meningkatkan akun penerima
dan akun saldo laba.

Ayat jurnal merupakan dasar laporan realisasi dan likuidasi untuk bulan
Januari 20X7 . Laporan ini disampaikan kepada pengadilan niaga untuk
menunjukkan kondisi terkini proses likuidasi dan melaporkan tanggung
jawab fidusia Abimanyu, sebagai trustee. Laporan realisasi dan likuidasi
untuk PT Induk, sebagaimana yang dilaporkan oleh Abimanyu, disajikan
pada Figur 17-10.
Figur 17-9
Ayat jurnal Trustee & Perusahaan Debitor selama Proses Likuidasi
Figur 17-10
1. Laporan dimulai dengan akuntansi aset yang diterima dari PT Induk
dan aset yang diperoleh pihak trustee. Bagian aset yang direalisasi
melaporkan penerimaan hasil penjualan aset. Sebagai contoh, efek
yang dapat dipasarkan dijual dengan harga Rp9.000.000, yang berarti
lebih besar Rp1.000.000 dari nilai bukunya. Penjualan persediaan
juga dilaporkan sebesar jumlah penerimaan dana secara keseluruhan.
Ini merupakan pendekatan tradisional yang paling banyak digunakan
dalam praktik, meskipun terkadang alternatif lain yang ditemukan
adalah untuk mengakui penjualan aset sebesar nilai bukunya, dengan
elemen laba atau keuntungan yang diakui sebagai kredit tambahan.
Kedua metode tersebut, yaitu penerimaan kotor atau penggunaan
nilai buku, diperbolehkan dalam praktik. Aset yang tidak direalisasi
menunjukkan nilai buku akhir dari aset yang tersisa per tanggal 31
Januari 20X7 . Kas tidak dimasukkan dalam laporan, karena telah
menjadi aset yang direalisasi. Kas dilaporkan dalam laporan yang
terpisah oleh pihak trustee.
2. Pos-pos pendukung mencakup beban operasi yang dibayarkan sebesar
Rp13.000.000, beban penerima sebesar Rp5.000.000 dan keuntungan bersih
sebesar Rp4.000.000 sebagai pos penyeimbang (balancing item). Penting
untuk diperhatikan bahwa alokasi biaya tidak dimasukkan dalam pos
tambahan. Sebagai contoh, pihak trustee mengakui beban depresiasi sebesar
Rp10.000.000, beban piutang tak tertagih sebesar Rp3.000.000, dan
kadaluwarsa aset yang dibayar di muka sebesar Rp1.000.000. Hal ini tidak
akan terlihat secara langsung di dalam laporan, tetapi disajikan secara tidak
langsung. Sebagai contoh, di bawah aset yang akan direalisasikan, aset yang
dapat didepresiasikan dilaporkan sebesar Rp101.000.000, sedangkan di
bawah aset yang tidak direalisasi, aset yang dapat disusutkan bersih
disajikan sebesar Rp91.000.000. Perbedaan sebesar Rp10.000.000
merupakan beban penyusutan untuk periode berjalan. Beban piutang tak
tertagih dan beban dibayar di muka diperlakukan dengan cara yang serupa.
3. Bagian terakhir laporan ini melaporkan kewajiban. Pihak trustee
bertanggung jawab untuk melikuidasi utang yang ada sebelumnya
sebesar Rp183.000.000 dan telah menimbulkan utang tambahan
sebesar Rp20.000.000 selama bulan berjalan. Total utang sebesar
Rp34.000.000 telah dilikuidasi, sehingga masih terdapat kewajiban
sebesar Rp169.000.000 yang harus dilikuidasi.
4. Saldo laporan adalah sebesar Rp503.000.000, yang mengindikasikan
seluruh pas.

Pihak trustee memberikan laporan realisasi dan likuidasi


kepada pengadilan niaga setiap bulannya. Selain itu, laporan
arus kas yang pendek dibuat untuk meringkas penerimaan kas
dan pengeluaran kas setiap bulannya.
(FIGUR 17-10) Laporan Realisasi dan Likuidasi
PT Induk
Abimanyu, Penerima
Laporan Realisasi dan Likuidasi
31 Desember 20X6 hingga 31 Januari 20X7
Aset Hendak Direalisasi Aset Direalisasi
Piutang Usaha Lama (bersih) Rp18.000.000 Piutang Usaha Lama Rp12.000.000
Efek yang dapat dipasarkan 8.000.000 Piutang usaha baru 44.000.000
Persediaan Lama 45.000.000 Efek yang dapat dipasarkan 9.000.000
Aset dibayar di muka 1.000.00 Penjualan persediaan 85.000.000
Aset yg terdepresiasi 101.000.000

Aset Yang Diperoleh Aset yg tidak direalisasi


Piutang baru 85.000.000 Piutang usaha lama (bersih) 5.000.00
Persediaan baru yg dibeli 20.000.000 Piutang usaha baru (bersih) 39.000.000
Persediaan baru 15.000.000
Aset yg terdepresiasi (bersih) 91.000.000
Beban Tambahan Kredit Tambahan
Beban Operasi yg dibayarkan Rp13.000.000
Beban penerima 5.000.000
Keuntungan bersih dari operasi 4.000.000
Kewajiban yg dilikuidasi Kewajiban Hendak Dilikudasi
Utang jangka pendek lama Rp30.000.000 Utang lancar lama Rp133.000.000
Utang jangka pendek baru 4.000.000 Utang lancar baru 50.000.000

Kewajiban yg tidak dilikudasi Kewajiban yang Terjadi


Utang jangka pendek lama 103.000.000 Utang jangka pendek baru 20.000.000
Utang jangka pendek baru 16.000.000
Utang Hipotek 50.000.000
Rp503.000.000 Rp503.000.000
64
Tindakan nonyudisial perusahaan dalam
kesulitan keuangan:
 Debitor dapat melakukan restrukturisasi utang dengan
bersepakat untuk menyelesaikan kewajibannya sebesar
kurang dari nilai sekarang atau memodifikasi beberapa
persyaratan perjanjian utang.
 Utang debitor dapat diselesaikan dg pengalihan ekuitas/
aset/ persyaratan utang dimodifikasi.
 Kreditor dapat membentuk komite untuk mengelola usaha
debitor. Dalam tindakan nonyudisial ini, pihak debitur
sepakat memenuhi keinginan kreditor. Komite kreditor
dapat berupaya untuk memulihkan usaha/ menyimpulkan
bahwa likuidasi merupakan tindakan yang terbaik.

65
Cara Yudisial berdasarkan UU Kepailitan

1. Penundaan Pembayaran
Pihak debitor mendapatkan perlindungan dari klaim para
kreditor dan berupaya untuk memulihkan usaha dan
mengembalikannya menjadi operasi yang menguntungkan.
Pihak trustee terkadang ditunjuk oleh pengadilan niaga untuk
memberikan nasihat kepada debitor. Laporan keuangan yang
dibuat selama proses reorganisasi secara jelas memisahkan
pos-pos reorganisasi dengan pos-pos operasi.
Dua kondisi yang harus terjadi sebelum akuntansi
permulaan baru digunakan perusahaan baru mengalami
proses reorganisasi adalah:
1. Kewajiban pascapetisi, ditambah dengan kewajiban
sebelum petisi yang diperbolehkan oleh pengadilan sebagi
klaim, harus lebih besar dari pada nilai reorganisasi yang
diperlihatkan pada aset perusahaan,
2. Pemilik saham dengan hak suara dengan segera sebelum
konfirmasi rencana reorganisasi harus memiliki lebih kecil
dari 50% saham dengan hak suara perusahaan yang baru
timbul. Akuntansi permulaan baru mencakup revaluasi aset
dan penghapusan laba ditahan atau defisit.
2. Pernyataan Kepailitan dan Likuidasi

Pada awal tindakan yudisial, statement of affairs disusun


sebagai dokumen perencanaan untuk menunjukan perkiraan
jumlah yang akan direalisasikan dari likuidasi usaha dan
urutan klaim kreditor terhadap aset debitor. Selama proses
likuidasi, aset debitur dijual, dan klaim oleh kreditor
diselesaikan sesuai urutan prioritas yang ditetapkan oleh UU
Kepailitan. Klaim yang telah dijamin dipenuhi dengan
penjualan jaminan terkait, klaim yang tidak dijamin dengan
prioritas baru kemudian diselesaikan. Seluruh kas yang tersisa
dibagikan kepada kreditor umum yang tidak dijamin.

68
Lanjutan
 Pihak trustee kadang ditunjuk pengadilan niaga untuk mengelola
proses reorganisasi atau likuidasi.
 Pihak trustee menyediakan laporan realisasi dan likuidasi kepada
pengadilan niaga sebagai laporan atas kemajuan tindakan yudisial
dan atas tindakan fidusia yang dilakukan trustee.
 Laporan tersebut menunjukan aset yang dialihkan kepada pihak
trustee, tambahan aset yang dibeli oleh trustee, dan saldo akhir
aset yang belum direalisasikan yang masih harus dikonversikan
menjadi uang tunai.
 Laporan tersebut juga melaporkan kewajiban debitor yang
diselesaikan pihak trustee dan tambahan kewajiban yang
dilakukan pihak trustee. Beberapa perbedaan kecil di laporan ini
dapat dilihat di pengadilan niaga.
AKUNTANSI KREDITOR ATAS PINJAMAN YANG
DITURUNKAN NILAINYA
 PSAK 54 menunjukan standar akuntansi dan pengungkapan kreditor untuk
piutang yang diturunkan nilainya.
 Pinjaman dikatakan hendak diturunkan nilainya jika terdapat kemungkinan
pihak kreditor tidak akan mampu memperoleh seluruh jumlah yang jatuh
tempo berdasarkan perjanjian pinjaman.
 Penentuan suatu pinjaman akan diturunkan nilainya dilakukan selama
prosedur normal kreditor untuk penelaahan pinjaman, atau dibuat
berdasarkan informasi dan peristiwa lainnya. Utang yang diturunkan nilainya
diukur berdasarkan nilai sekarang dari ekspektasi arus kas masa depan, yang
didiskontokan berdasarkan tingkat suku bunga efektif pinjaman pada saat
permulaan pinjaman.
 Cara lainnya, jika pinjaman bergantung pada jaminan, pihak kreditor
menentukan adanya pengecualian mungkin dilakukan, nilai pinjaman diukur
menggunakan nilai wajar jaminan. Pihak kreditor harus membuat estimasi
terbaik total arus kas masa depan dari pinjaman tersebut, berdasarkan asumsi
dan proyeksi yang memadai.
Lanjutan
 Ayat jurnal untuk mencatat pengurangan nilai pinjaman yang diturunkan
nilainya merupakan debit terhadap beban piutang tak tertagih atau penyisihan
piutang tak tertagih, jika provisi untuk piutang tak tertagih dalam jumlah
yang memadai telah ada.
 Kredit dibuat terhadap akun penyisihan penilaian untuk pinjaman yang
diturunkan nilainya, yang digunakan sebagai akun kontra piutang pinjaman
untuk mengurangi nilai tercatat pinjaman agar menjadi sebesar nilai sekarang
arus kas masa depan.
 Pihak kreditor akan mengakui pendapatan bunga atas pinjaman yang
diturunkan nilainya dengan menggunakan metode bunga efektif yang
menghitung pendapatan bunga dengan rumusan tingkat bunga efektif
dikalikan nilai sekarang pinjaman yang masih belum terbayar selama periode
berjalan. Kemudian aku penyisihan penilaian disesuaikan dengan perubahan
dalam nilai sekarang pinjaman berikutnya.
Contoh:
1. Pada tanggal 31 Desember 20X5, PT Kreditur memiliki pinjaman
piutang lancar yang tidak dijamin sebesar Rp 30.000.000 dari PT
Induk yang jatuh tempo pada tanggal 31 Desember 20X6. Pinjaman
tersebut didokumentasikan dengan wesel bayar yang memiliki suku
bunga 10% per tahun. Bunga yang saat ini belum dibayarkan
berjumlah Rp 3.000.000 yang merupakan bunga untuk tahun 20X5.
2. Selama siklus penelaahan pinjaman secara berkala, PT Kreditur
menentukan bahwa per tanggal 31 Desember 20X5, terdapat
kemungkinan bahwa pinjaman dari PT Induk tidak dapat ditagih
secara penuh. Estimasi terbaik jumlah yang dapat diperoleh pada
tanggal 31 Desember 20X6 adalah sebesar Rp 23.000.000
 Langkah pertama, menentukan apakah pinjaman diturunkan nilainya
dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai sekarang estimasi total
arus kas masa depan.
 Nilai sekarang tersebut dihitung sebagai estimasi total arus kas masa depan
yang didiskontokan dengan menggunakan tingkat suku bunga efektif yang
awal, yaitu sebesar 10% dalam kasus ini. Untuk contoh ini tidak terdapat
premi atau diskonto terhadap pinjaman awal, sehingga suku bunga
efektifnya sama dengan suku bunga tercatat pinjaman.

Nilai tercatat pinjaman:


Pokok
Rp 30.000.000
Bunga akrual
Rp 3.000.000
Nilai tercatat
Rp 33.000.000

Nilai sekarang total arus kas masa depan:


Estimasi total kas masa depan
Rp 23.000.000
Faktor nilai sekarang untuk 10%, 1 tahun x 0,90909
Nilai sekarang arus kas masa depan
Rp 20.909.070
Kerugian kreditor atas penurunan nilai pinjaman
Rp 12.090.930
Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT kreditur untuk mengakui
penurunan piutang pinjaman adalah sebagai berikut.
31 Desember 20X5
(15 ) Beban piutang tak tertagih 12.090.930

Penyisihan penilaian pinjaman yang diturunka 12.090.930


nilainya

(16) Wesel tagih yang diturunkan nilainya 30.000.000

Wesel tagih 30.000.000

• (15) menilai kembali nilai tercatat pokok dan bunga pinjaman sehingga
turun menjadi nilai sekarangnya Rp20.909.930 Perusahaan dapat
mendebit penyisihan piutang tak tertagih jika provisi yang cukup telah
dibuat.
• Ayat jurnal (16) merupakan ayat jurnal untuk melakukan reklasifikasi
Wesel dari portofolio pinjaman yang sekarang ke dalam portofolio
pinjaman yang diturunkan nilainya
Neraca tanggal 31 Desember 20X5 melaporkan pinjaman
yang ditrunkan nilainya dalam bagian aset sebagai berikut.

Wesel tagih yang diturunkan nilainya Rp 33.000.000


Dikurangi: penyisihan penilaian pinjaman
-12.090.930
yang diturunkan nilainya
Nilai sekarang Wesel tagih yang diturunkan Rp 20.909.070
nilainya

Penting untuk diperhatikan bahwa PT Induk tidak akan membuat


ayat jurnal untuk pinjaman yang diturunkan nilainya.
Sesungguhnya sangat diragukan apakah PT Induk sampai
mengetahui bahwa PT Kreditur telah merevaluasi nilai wesel
tersebut
Pada tanggal 31 Desember 20X6, pada akhir tahun berikutnya, PT Kreditur akan
mengakui pendapatan bunga dengan menggunakan metode bunga efektif, sebagai
berikut:
(17) Piutang bunga yang diakui 3.000.000
Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman 909.093
Pendapatan bunga 2.090.907

Perhatikan bahwa saldo dalam akun penyisihan penilaian sekarang adalah sebesar
Rp 13.000.000 (Rp 12.090.909 ditambah denagn Rp 909.091). Ayat jurnal terakhir
adalah untuk mengakui perolehan piutang. Jika kreditor pada kenyataan menerima
jumlah sebesar hanya Rp 23.000.000 saja seperti yang telah diperkirakan, maka
ayat jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut

(18) Kas 23.000.000


Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman 13.000.000
Wesel tagih yang diturunkan nilainya 30.000.000
Piutang bunga yang diakru 6.000.000
Jika PT Kreditor menerima pelunasan dalam jumlah penuh, yaitu pokok awal
(Rp 30.000.000) ditambah dengan piutang bunga yan diakru untuk dua tahun
(Rp6.000.000 = Rp3.000.000 x 2), maka ayat jurnal berikut ini dibuat untuk
mencatat perolehan piutang dan untuk menghapuskan akun penyisihan penilaian
terhadap beban piutang tak tertagih atau terhadap penyisihan piutang tak
tertagih, tergantung akun apa yang digunakan dalam ayat jurnal (15) ketika
mengakui penurunan nilai.

(18b) Kas 36.000.000

Penyisihan penilaian untuk penurunan nilai pinjaman 13.000.00

Wesel tagih yang diturunkan nilainya 30.000.000

Piutang bunga yang diakru 6.000.000


Beban piutang tak tertagih (atau penyisihan 13.000.000
piutang tak tertagih)
BERMASALAH
RESTRUKTURISASI UTANG

PSAK 54 mengatur mengenai akuntansi debitor untuk


restrukturisasi utang bermasalah dan standar untuk akuntansi kreditor
terhadap restrukturisasi ini. Tidak semua negosiasi ulang atas
perjanjian utang dibahas dalam standar ini, restrukturisasi haruslah
merupakan konsesi yang diberikan oleh pihak kreditor kepada debitor
yang mengalami kesulitan keuangan. Negosiasi ulang antara debitor
dan kreditor yang disebabkan oleh lingkungan ekonomi umum yang
kompetitif bukanlah restrukturisasi utang bermasalah dan tidak
dimasukan dalam standar ini.
Bentuk restrukturisasi utang bermasalah yang paling umum
adalah modifikasi persyaratan utang untuk meringankan kebutuhan
kas jangka pendek pihak debitor.
Untuk Debitor

PSAK 54, pihak debitor membandingkan nilai tercatat utang dengan jumlah arus
kas masa depan yang terkait dengan utang tersebut atau dengan nilai wajar
jumlah yang dipertukarkan dalam pelunasan utang tersebut. Perbandingan ini
dibuat untuk menentukan timbul keuntungan atau kerugian yang harus diakui
terhadap transaksi tersebut, yangdigambarkan sebagai berikut:

Selisih restrukturisasi (debitor) = CV – TFCF atau CV – FV

Dimana:
CV = nilai tercatat utang
TFCF = nilai arus kas masa depan
FV = nilai wajar pos - pos nonkas
 Nilai tercatat utang merupakan nilai buku utang pada buku catatan
kreditor atau debitor ditambah dengan bunga yg diakru per tanggal
restrukturisasi.
 Jika debitor dan kreditor bersepakat melunasi utang yg ada melalui
pembayaran kas, transfer aset nonkas, atau transfer kepemilkan ekuitas
dg segera, maka selisih restrukturisasi dihitung sebagai perbedaan
antara nilai tercatat utang dengan nilai wajar pembayaran yg dilakukan.
 Pihak debitor mengakui adanya keuntungan dan pihak kreditor
mengakui kerugian terhadap jumlah selisih restrukturisasi
 Biaya legal dan biaya langsung lain yg timbul dari debitor dicatat
dengan cara:
1. Jika kepemilikan ekuitas dialihkan, biaya legal dan biaya langsung yg
terjadi mengurangi jumlah yg dicatat untuk kepemilikan ekuitas tsb.
2. Untuk restrukturisasi lain, biaya legal dan langsung dikurangkan
ketika mencatat keuntungan dari proses restrukturisasi.
Restrukturisasi
Utang
Dalam restrukturisasi utang yang
melibatkan modifikasi persyaratan,
jumlah arus kas masa depan merupakan
total agregat seluruh pembayaran kas
setelah terjadinya proses restrukturisasi
seperti yang ditentukan dalam perjanjian
restrukturisasi. Setiap pembayaran kas
atau pengalihan aset atau ekuitas yang
dilakukan segera mengurangi nilai buku
utang sebelum menghitung keuntungan
atau kerugian.
1. CV < TFCF: tidak ada keuntungan atau
Aturan kerugian terdapat beban bunga masa depan.
Jika nilai tercatat utang kurang dari/ sama
keputusan dengan total arus kas masa depan, maka tidak
yang ada keuntungan atau kerugian yang diakui dan
digunakan: beban bunga efektif masa depan pihak debitor
atas utang tersebut merupakan selisih
restrukturisasi antara nilai tercatatdan arus kas
masa depan.
2. CV > TFCF: Debitor untung; tidak ada beban
bunga masa depan. Jika nilai tercatat utang
lebih besar dari pada total arus kas masa depan,
maka pihak debitor mengakui terjadinya
keuntungan restrukturisasi sejumlah selisih
restrukturisasi. Dalam kasus ini, nilai buku kini
utang lebih besar daripada jumah total kas yang
akan dibayarkan - jelasnya, nilai buku harus
dikurangi. Sekali pun keuntungan telah diakui,
maka tidak ada beban bunga masa depan dari
utang ini yang dilaporkan oleh pihak debitor.
Lanjutan
 Nilai tercatat utang merupakan nilai buku utang pada buku catatan
kreditor atau debitor ditambah dengan bunga yang diakru per tanggal
restrukturisasi.
 Jika debitor dan kreditor bersepakat untuk melunasi utang yang ada
melalui pembayaran kas, transfer aset nonkas, atau transfer
kepemilikan ekuitas dengan segera, maka selisih restrukturisasi
(restructuring difference) dihitung sebagai perbedaan antara nilai
tercatat utang dengan nilai wajar pembayaran yang dilakukan. Pihak
debitor mengakui adanya keuntungan dan kreditor mengakui kerugian
terhadap jumlah selisih restrukturisasi.
 Biaya legal dan biaya langsung lain yang timbul dari pihak debitor
dicatat dengan cara berikut ini: Jika kepemilikan ekuitas yang
dialihkan, maka biaya legal dan biaya langsung yang terjadi
mengurangi jumlah yang dicatat untuk kepemilikan ekuitas tersebut;
untuk restrukturisasi yang lain, biaya legal dan biaya langsung
dikurangkan ketika mencatat keuntungan dari proses restrukturisasi.
Untuk Kreditor

Berdasarkan PSAK 54 akun kreditor untuk mencatat restrukturisasi utang


bermasalah sebagai penurunan sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya.
Perbedaan utama antara metode pengukuran debitor dan kreditor adalah bahwa
kreditor harus menentukan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan
untuk dibandingkan dengan nilai tercatat pinjaman, yang diperlihatkan sebagai
berikut:

Selisih restrukturisasi (kreditor) = CV - PV (TFCF) atau CV –FC

Dimana
▸ CV = nilai tercatat utang termasuk pokok utang &bunga masih harus dibayar
▸ PV (TFCF)= nilai sekarang nilai arus kas masa depan
▸ FV = nilai wajar aset tetap
Lanjutan
 Nilai sekarang dihitung dengan menggunakan suku
bunga efektif awal pinjaman.
 Jika penurunan nilai diakui oleh kreditor, maka akan
kontra penyisihan penilaian dikredit sebesar
pengurangan dari nilai tercatat utang hingga menjadi
sebesar nilai sekarang.
 Pihak kreditor umumnya menyediakan penyisihan
piutang tak tertagih, dan kerugian kreditor untuk
penurunan nilai dibebankan terhadap penyisihan
tersebut.
 Jika kreditor belum mengantisipasi piutang tak tertagih
secara memadai, maka kerugian penurunan nilai diakui
sebagai peningkatan beban piutang tak tertagih untuk
periode berjalan.
Ilustrasi Restrukturisasi Utang
Bermasalah
Ilustrasi berikut menunjukkan akuntansi dengan berbagai bentuk untuk
restrukturisasi utang bermasalah. Contoh ini terpisah dari contoh sebelumnya
mengenai pengakuan kreditor atas penurunan nilai pinjaman. PT induk mengalami
tekanan keuangan dan sedang melakukan evaluasi terhadap berbagai alternative
proses restrukturisasi yang ada. Berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap PT.
Induk.
1. Pada tanggal 31 desember 20x6, perusahaan memiliki kewajiban lancar yang
tidak dijamin sebesar Rp30.000.000 kepada PT kreditur, dimana terdapat
beban bunga yang telah diakru tetapi belum dibayarkan sebesar Rp3.000.000
2. PT induk telah melakukan negosiasi dengan PT kreditur untuk melakukan
restrukturisasi utang lancar sebesar Rp33.000.000 (Rp30.000.000 +
Rp3.000.000). Terdapat tiga alternative yang disajikan, yaitu
▹ ALTERNATIF 1 : transfer kas untuk penyelesaian utang secara penuh
▹ ALTERNATIF 2 : transfer aset nonkas untuk penyelesaian utang
▹ ALTERNATIF 3 : modifikasi persyaratan

86
ALTERNATIF 1: Transfer Kas untuk Penyelesaian
Utang secara Penuh
Transfer sebesar Rp 27.000.000 yang segera dilakukan untuk penyelesaian penuh
nilai tercatat utang. Selisih restrukturisasi antara nilai tercatat utang dan total arus
kas perjanjian restrukturisasi dihitung sebagai berikut:

Nilai Tercatat Pinjaman


Pokok Rp30.000.000
Bunga akrual 3.000.000 Rp33.000.000
Arus kas (27.000.000)
Selisih Restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp6.000.000

 Total arus kas sejumlah Rp 27.000.000 lebih rendah daripada nilai tercatat
utang sebesar Rp 33.000.000.
 Jika pihak kreditor menyetujui restrukturisasi, maka debitor mengakui
timbulnya keuntungan restrukturisasi sebesar Rp 6.000.000 dan pihak kreditor
mengakui adanya kerugian restrukturisasi dengan jumlah yang sama.
 Perhitungan nilai sekarang tidak perlu dilakukan oleh kreditor untuk
alternative arus kas segera.
Ayat jurnal yang perlu dicatat oleh PT Induk, perusahaan debitor::
31 Desember 20X6
(19)Wesel Bayar 30.000.000
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Kas 27.000.000
Keuntungan Restrukturisasi Utang 6.000.000
(Merestrukturisasi dan menyelesaikan utang)
Keuntungan restrukturisasi utang berdasarkan PSAK 54 dilaporkan sebagai kejadian luar
biasa dalam laporan laba rugi debitor.

Ayat jurnal harus dicatat oleh kreditor adalah sebagai berikut.


31 Desember 20X6

(20)Kas 27.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 6.000.000
Wesel Tagih 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
(Merestrukturisasi dan menyelesaikan piutang)

Jika PT Kreditur tidak melakukan penyisihan piutang tak tertagih dalam jumlah yang
memadai, maka yang didebit adalah akun piutang tak tertagih, dan bukan akun penyisihan
piutang tak tertagih.
ALTERNATIF 2: Transfer Aset
Nonkas untuk Penyelesaian Utang

 PT Induk bersepakat untuk mengalihkan persediaan dengan nilai


buku sebesar Rp 45.000.000 dan nilai wajar sebesar Rp 26.000.000
kepada PT Kreditur untuk penyelesaian penuh utang yang bernilai
Rp 33.000.000.
 Apabila asset nonkas dipindah tangankan dalam perjanjian
restrukturisasi, maka asset tersebut harus dievaluasi menjadi sebesar
nilai wajarnya sebelum menentukan besarnya selisih restrukturisasi.
Keuntungan atau kerugian disajikan pada laporan laba rugi debitor
sebagai pos-pos operasi yang berasal dari penghapusan asset.
 Oleh karena itu, PT Induk mengakui kerugian penghapusan
persediaan atas penurunan nilai persediaan sebesar Rp 19.000.000.
Selisih Restrukturisasi Dihitung Sebagai Berikut :

Nilai Tercatat Pinjaman


Pokok Rp30.000.000
Bunga akrual 3.000.000 Rp33.000.000
Arus kas (26.000.000)
Selisih Restrukturisasi (debitor = kreditor) Rp7.000.000

Nilai tercatat utang lebih besar daripada nilai wajar


asset yang dialihkan, oleh karena itu, debitor
mengakui keuntungan restrukturisasi sebesar Rp
7.000.000, dan kreditor mengakui kerugian sebesar
Rp 7.000.000
Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk adalah sebagai berikut:
31 Desember 20X6
(21)Wesel Bayar 30.000.000
Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Kerugian Penghapusan Persediaan 19.000.000
Persediaan 45.000.000
Keuntungan Restrukturisasi Utang 7.000.000
(Merestrukturisasi dan menyelesaikan utang)

Kerugian penghapusan persediaan sebesar Rp 19.000.000 mengurangi


persediaan dari nilai buku sebesar Rp 45.000.000 menjadi nilai wajar
sebesar Rp 26.000.000 sebelum selisih restrukturisasi dihitung. Nilai
tercatat utang sebesar Rp 33.000.000 dilunasi dengan nilai wajar persediaan
sebesar Rp 26.000.000. oleh karena itu, debitor mengakui keuntungan
restrukturisasi sebesar Rp 7.000.000.
Ayat jurnal pada buku kreditor adalah sebagai berikut:
31 Desember 20X6
(22)Persediaan 26.000.000
Penyisihan Piutang Tak Tertagih 7.000.000
Wesel Tagih 30.000.000
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
(Merestrukturisasi dan menyelesaikan piutang)

Asset nonkas dicatat sebesar nilai wajarnya. Penyisihan piutang tak


tertagih dibebankan dengan perbedaan yang timbul dari nilai yang diterima
sebesar Rp 26.000.000 dan nilai buku utang sebesar Rp 33.000.000.
Alternatif 3 : Modifikasi Persyaratan
Teknik restrukturisasi utang yang umum
adalah memodifikasi beberapa persyaratan
kontrak utang yang awal. Modifikasi
persyaratan berupa:
1. Pengurangan suku bunga tercatat untuk
sisa utang awal.
2. Perpanjangan tanggal jatuh tempo utang
awal dengan suku bunga yang lebih
rendah
3. Pengurangan bagian nilai tercatat utang
awal
4. Pengurangan bunga yang diakru
“Akuntansi debitor untuk modifikasi persyaratan
utang diatur dalam PSAK 54”
▸ Selisih restrukturisasi dihitung sebagai perbedaan
antara nilai tercatat utang dan total estimasi arus kas
masa depan berdasarkan persyaratan yang baru.
▸ Jika tercatat utang lebih besar daripada total
estimasi arus kas masa depan, maka pihak debitor
mengakui keuntungan atas selisih restrukturisasi.
▸ Jika nilai tercatat utang lebih rendah daripada
total arus kas masa depan, maka tidak ada
keuntungan atau kerugian yang diakui dan tingkat
suku bunga efektif diditentukan berdasarkan jumlah
selisih restrukturisasi.

94
Kasus A Nilai tercatat utang lebih besar daripada modifikasi
total arus kas masa depan—diakui keuntungan debitor
dan kerugian (beban) kreditor. PT Induk, pihak
debitor, berutang dengan nilai pokok Rp 30.000.000
ditambah bunga yang diakru sebesar Rp 3.000.000
kepada PT Kreditor. Pada tanggal 31 Desember 20X6,
kedua belah pihak menyepakati modifikasi persyaratan
kontrak utang sebagai berikut.
▸ Menghapuskan bunga yang diakru sebesar Rp
3.000.000
▸ Mengurangi tingkat suku bunga dari 10% menjadi
5%
▸ Memperpanjang masa jatuh tempo selama 1 tahun
tambahan, menjadi tanggal 31 Desember 20X7
Selisih restrukturisasi per tanggal modifikasi persyaratan adalah
sebagai berikut:
Debitor Kreditor
Nilai tercatat pinjaman:
Pokok 30.000.000
Bunga Akrual 3.000.000
Nilai Tercatat 33.000.000 33.000.000 33.000.000
Total estimasi arus kas tahun depan:
Total pokok utang 30.000.000
Total bunga kontraktual masa depan
(Rp 30.000.000 x 0,05 x I tahun) 1.500.000
Total estimasi arus kas masa depan 31.500.000 (31.500.000)
Faktor nilai tunai 10%. 1 tahun X 0,90909
Nilai tunai total arus kas masa depan 28.636.335 (28.636.335)
.
Selisih restrukturisasi 1.500.000 4.363.665

Bagi debitor, nilai tercatat utang sebesar Rp 33.000.000 lebih besar daripada total
estimasi arus kas masa depan sebesar Rp 31.500.000 dan pihak debitor mengakui adanya
keuntungan restrukturisasi.
Karena keuntungan restrukturisasi diakui debitor, PSAK 54 menyatakan debitor tidak
mengakui terjadinya beban bunga atas utang dalam periode di masa depan. Karena itu,
meskipun perjanjian restrukturisasi menyebutkan bunga kontraktual 5% untuk periode 1
tahun, maak debitor memasukkan jumlah ini sebagai nilai buku utang yang tersisa pada
tanggal restrukturisasi
Ayat jurnal yang harus dibuat oleh PT Induk, sebagai debitor, pada tanggal 31
Desember 20X6, yaitu tanggal modifikasi persyaratan perjanjian, adalah sebagai
berikut.

31 Desember 20X6
(23) Utang bunga yang diakru 3.000.000
Wesel bayar 30.000.000
Utang pinjaman yang direstrukturisasi (5%) 31.500.000
Keuntungan restrukturisasi utang 1.500.000
(Merestrukturisasi utang)

Total arus kas masa depan sebesar Rp 31.500.000 dicatat sebagai utang yang
direstrukturisasi, dan utang awal beserta bunga yang di akru dihapusbukukan.

97
Pada saat PT Induk membayar kembali utang pada tanggal 31 Desember
20X7, maka ayat jurnal yang dibuat adalah:

31 Desember 20X7
(24) Utang pinjaman yang direstrukturisasi (5%) 31.500.000
Kas 31.500.000
(Membayar utang yang di restrukturisasi)

Meskipun persyaratan perjanjian restrukturisasi menyebutkan tingkat suku


bunga kontraktual sebesar 5%, tidak ada beban bunga yang perlu dicatat.

98
Pihak kreditor harus mengakui terjadinya kerugian (sebagai beban atau
dibebankan terhadap penyisihan piutang tak tertagih) yang berjumlah Rp
4.363.636, yang merupakan selisih restrukturisasi antara nilai tercatat
utang dan nilai sekarang estimasi total arus kas masa depan. Berdasarkan
PSAK 54, pihak kreditor mengakui pendapatan bunga masa depan
menggunakan metode bunga efektif.
Ayat jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
(25) Penyisihan Piutang Tak Tertagih 4.363.665
Piutang Bunga yang Diakru 3.000.000
Penyisihan penilaian pinjaman yg diturunkan nilainya 1.363.665

(26) Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya (5%) 30.000.000


Wesel Tagih (10%) 30.000.000
Pada tanggal 31 Desember 20X6 neraca
akan melaporkan sebagai berikut:

Wesel Ttagih yang diturunkan Nilainya Rp30.000.000


Dikurangi: Penyisihan Penilaian Pinjaman yg (1.363.665)
diturunkan Nilainya
Nilai Sekarang Wesel Tagih yg diturunkan Rp28.636.335
Nilainya
Ayat jurnal yang dicatat oleh kreditor pada tanggal 31 Desember 20X7
adalah sebagai berikut:

(27) Kas 1.500.000


Penyisihan Penilaian Pinjaman yg 1.363.665
Diturunkan Nilainya
Pendapatan Bunga 2.863.635

• Rp 1.500.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05


• Rp 2.863.635 = nilai sekarang sebesar Rp 28.636.335 x tingkat suku
bunga efektif 0,10
Nilai tercatat untuk lebih kecil daripada
KASUS B modifikasi total arus kas masa depan: Tidak
Ada Keuntungan yang Diakui oleh Debitor. PT
induk, pihak debitor dan PT Kreditur
menyepakati modifikasi persyaratan untuk
utang sebesar Rp 30.000.000 dan suku bunga
yang diakru sebesar Rp 3.000.000 sebagai
berikut
▸ Menghapuskan bunga yang diakru sebesar
Rp 3.000.000
▸ Mengurangi tingkat suku bunga dari 10%
menjadi 5%
▸ Memperpanjang masa jatuh tempo selama 1
tahun tambahan hingga 31 Desember 20X7
Langkah pertama adalah menentukan besarnya selisih restrukturisasi pada
tanggal 31 Desember 20X6, saat restrukturisasi utang bermasalah.
Debitor Kreditor
Nilai tercatat pinjaman:
Pokok 30.000.000
Bunga Akrual 3.000.000
Nilai Tercatat 33.000.000 33.000.000 33.000.000
Total estimasi arus kas tahun depan:
Total pokok utang 30.000.000
Sisa utang bunga diakru 2.500.000
Total bunga kontraktual masa
depan
(Rp 30.000.000 x 0,05 x I tahun) 1.500.000
Total estimasi arus kas masa 34.000.000 (34.000.00)
depan
Factor nilai tunai 10%. 1 tahun X 0,90909
Niai tunai total arus kas masa 30.909.090 (30.909.090)
depan .
Selisih restrukturisasi 1.000.000 2.090.909

Pihak debitor tidak akan mengakui keuntungan di kasus ini karena nilai tercatat
utang Rp33.000.000 lebih kecil daripada total estimasi arus kas masa depan yang
timbul dari proses restrukturisasi.
103
Ayat jurnal yang harus dibuat dalam buku PT Induk pada tanggal 31 Desember
20X6, yang merupakan tanggal restrukturisasi adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X6
(29) Utang Bunga yang Diakru 3.000.000
Wesel Bayar 30.000.000
Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi 33.000.000
(Merestrukturisasi dan menyelesaikan utang)

 Utang pinjaman yang direstrukturisasi (5%) dinyatakan sebesar nilai


tercatat utang wesel yang lama (Rp 30.000.000) ditambah dengan seluruh
bunga yang terakru (Rp 3.000.000) meskipun pihak kreditor telah
menghapuskan bunga yang terakru sebesar Rp 500.000 sebagai bagian
dari proses restrukturisasi.
Lanjutan
 Karena total estimasi arus kas masa depan (Rp 34.000.000)
melebihi nilai tercatat utang (33.000.000), maka tidak perlu
dibuat penyesuaian terhadap jumlah total nilai tercatat
utang.

 Utang yang direstrukturisasi dinyatakan sebesar Rp


33.000.000 dan total beban bunga sebesar Rp 1.000.000
akan diakui selama masa jatuh tempo utang yang
direstrukturisasi yang menunjukkan selisih antara total arus
kas masa depan yang berjumlah Rp 34.000.000 dan nilai
tercatat utang yang direstrukturisasi sebesar Rp 33.000.000.

105
Pada tanggal 31 Desember 20X7, PT Induk harus membayar sebesar Rp
34.000.000 yang meliputi Rp 33.000.000 untuk melunasi utang yang
direstrukturisasi dan Rp 1.000.000 untuk beban bunga. Ayat jurnal pada
tanggal 31 Desember 20X7 adalah sebagai berikut.

31 Desember 20X7
(30) Beban Bunga 1.000.000
Utang Pinjaman yang Direstrukturisasi 33.000.000
Kas 34.000.000
(Membayar utang yang direstrukturisasi dan beban bunga)
Tingkat suku bunga actual debitor atas utang yang direstrukturisasi
dapat dicari dengan menyelesaikan formula nilai sekarang untuk suku
bunga, yaitu:

Nilai sekarang = Faktor nilai sekarang x Jumlah masa depan

Dimana nilai sekarang merupakan nilai buku utang, factor nilai


sekarang (PVF) merupakan factor dari table “nilai sekarang dari Rp1”
untuk satu periode, yang merupakan termin utang dan nilai masa
depan adalah total arus kas masa depan. Dengan demikian,

Rp 33.000.000 = PVF x PVF = Rp 33.000.000 / Rp


34.000.000 Dan 34.000.000 = 0,9705

107
Dalam tabel nilai sekarang dari Rp 1, factor sebesar 0,9705 ditemukan
untuk satu tahun dalam kolom 3%. Oleh karena itu, besarnya tingkat
suku bunga adalah sekitar 3%. Untuk contoh 1 tahun ini, tingkat suku
bunga dapat diperkirakan dengan perhitungan yang lebih langsung,
sebagai berikut:

Rp 1.000.000 / Rp 33.000.000 = 0,303 atau tingkat bunga 3,03%

 Meskipun perjanjian restrukturisasi menunjukkan tingkat suku bunga


kontraktual sebesar 5%, beban bunga yang dilaporkan pada laporan
laba rugi debitor dilaporkan berdasarkan tingkat suku bunga efektif
sebesar 3,03%.
 Selisih antara 5% dan 3,03% menjadi bagian dari pokok utang yang
direstrukturisasi. Untuk wesel bayar dengan jangka waktu lebih dari 1
tahun, tingkat suku bunga efektif yang dihitung akan digunakan untuk
menentukan jumlah beban bunga yang dilaporkan setiap tahunnya.

108
Ayat jurnal kreditor adalah sebagai berikut

31 Desember 20X6
(31) Penyisihan Piutang Tak Tertagih 2.090.909
Piutang Bunga yang Diakru 500.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman yg Diturunkan Nilainya 1.590.909

(32) Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya (5%) 30.000.000


Wesel Tagih (10%) 30.000.000

109
31 Desember 20X7
(33) Kas 4.000.000
Penyisihan Penilaian Pinjaman yang Diturunkan Nilainya1.590.090
Piutang Bunga yang Diakru 2.500.000
Pendapatan Bunga 3.090.909

• Rp 4.000.000 = Rp 30.000.000 x suku bunga kontraktual 0,05 ditambah


dengan bunga diakru yang tidak dihapuskan sebesar Rp 2.500.000
• Rp 3.090.909 = nilai sekarang sebesar Rp 30.909.090 x tingkat suku bunga
efektif 0,10

(34) Kas 30.000.000


Wesel Tagih yang Diturunkan Nilainya 30.000.000
PERTIMBANGAN LAIN
 Beberapa perjanjian restrukturisasi berisi provisi mengenai pembayaran
kontijensi.
 Sebagai contoh, perjanjian dapat menentukan bahwa pihak debitor
harus membayarkan jumlah tambahan jika laba bersih di masa
mendatang melebihi batasan tertentu.
 Pada waktu perjanjian restrukturisasi, jumlah kontinjensi harus
dimasukkan dalam estimasi total pembayaran kas masa depan yang
dihitung oleh debitor dan kreditor jika kondisi yang ditetapkan dalam
PSAK 57 tentang “Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan
Aset Kontinjensi” atas pengakuan kerugian kontinjensi telah terpenuhi.
 Standar ini mengharuskan kontinjensi untuk diakui sebagai utang pada
periode saat pertama kali terdapat kemungkinan bahwa kewajiban telah
terjadi dan jumlahnya dapat diestimasikan dengan memadai.
Lanjutan
 Pada waktu restrukturisasi utang, debitor diwajibkan untuk
membuat pengungkapan catatan kaki tambahan dalam laporan
keuangannya yang menjelaskan karakteristik utama rencara
restrukturisasi, agregat keuntungan dari proses restrukturisasi
utang dan pengaruh pajak penghasilan terkait, keuntungan atau
kerugian bersih dari pengalihan asset sesuai dengan rencana dan
pengaruh per lembar saham untuk keuntungan agregat dari
restrukturisasi utang bersih setelah pengaruh pajak penghasilan
terkait.
 Untuk periode setelah restrukturisasi, pihak debitor harus
mengungkapkan jumlah utang kontinjensi dan ketentuan yang
menyebabkan perubahan kontinjensi ini menjadi utang.

112
Lanjutan
 Baik dalam laporan keuangan atau dalam catatannya, pihak kreditor
harus mengungkapkan informasi khusus mengenai pinjaman yang
diturunkan nilainya.
 Pengungkapan ini meliputi investasi dalam pinjaman yang tercatat
yang penurunan nilainya telah diakui dan total penyisihan penilaian
yang terkait dalam pinjaman tersebut. selain itu, pihak kreditor harus
mengungkapkan saldo awal dan akhir untuk periode berjalan atas
penyisihan piutang tak tertagih.
 Termasuk penurunan nilai secara langsung yang terjadi selama
periode dan pemulihan yang dicatat selama periode tersebut.
akhirnya, pihak kreditor harus mengungkapkan kebijakan pengakuan
pendapatan dan jumlah pendapatan bunga yang diakui dalam periode
itu.

113
TERIMA KASIH

114

Anda mungkin juga menyukai