Anda di halaman 1dari 3

Kerangka konseptual merupakan acuan dalam pengembangan standar akuntansi dan solusi atas

berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Kerangka konseptual yang dibahas akan
terkait dengan proses perencanaan, penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran,
pelaporan, audit, serta pertanggungjawaban.

DEFINISI KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik merumuskan konsep yang mendasar penyusunan dan
pelaksanaan siklus akuntansi sektor publik. Konsep ini meliputi perencanaan, penganggaran, realisasi
anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, serta pertanggungjawaban organisasi sektor
publik seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah partai politik, yayasan, lembaga swadaya
masyarakat, dan lembaga peribadatan.

> 4.2. TUJUAN DAN PERANAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan bagi:

A . Tim penyusun standar akuntansi keuangan sektor publik untuk melaksanakan tugasnya, termasuk
tim penyusun standar akuntansi pemerintahan.

B. Penyusun laporan keuangan untuk memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi yang
diterima umum dan standar akuntansi keuangan sektor publik.

C . Auditor, seperti BPK dan KAP, untuk memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum.

d. Para pemakai laporan keuangan sektor publik untuk menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku di sektor
publik.

4 . 3 TUJUAN DAN PERANAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kerangka konseptual ini membahas bagaimana perencanaan publik disusun dan dilaksanakan.
Perencanaan merupakan proses pertama dan sangat menentukan keberhasilan proses selanjutnya.
Karena itu, pembahasan mengenai bagaimana membuat sebuah perencanaan yang berkualitas
menjadi sangat penting untuk dikaji. Pembahasan tentang Proses perencanaan akan dilanjutkan
dengan proses penganggaran. Sistem penganggaran adalah tatanan logis, sistematis, dan baku yang
terdiri dari tata kerja, pedoman kerja, dan prosedur kerja penyusunan anggaran yang saling
berkaitan. Jadi, proses penganggaran yang baik dan berkualitas sangat menentukan keberhasilan
serta akuntabilitas program.

4.4 ASUMSI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kondisi asumsi akuntansi sektor publik pada masyarakat yang semakin kritis dalam era reformasi ini.
sekarang menuntut Pemerintah dan organisasi sektor publik lainnya untuk mengelola pelayanan
publik secara lebih transparan serta partisipatif agar pelayanan menjadi lebih efektif dan akuntabel.
Untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi yang kuat dari masyarakat terhadap pembangunan,
masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, termasuk pada tahap perencanaan
pembangunan di berbagai tingkatan.

Kebutuhan masyarakat ini menjadi asumsi dasar bagi proses perencanaan, yang merupakan "pintu"
utama dari serangkaian proses dalam siklus akuntansi sektor publik. Berdasarkan kebutuhan
masyarakat ini, perencanaan disusun oleh organisasi publik.

4.5. IMPLEMENTASI KARAKTERISTIK KUALITATIF

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Karakteristik kualitatif merupakan perpaduan dari dua kata yakni "karakteristik" yang berarti ciri-
cirikhusus dan"kualitatif"yang berartiterkaitdengan mutu. Dari paduan kata tersebut, dapat
disimpulkan bahwa karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu.

Karakteristik kualitatif yang terkait dengan informasi akuntansi merupakan ciri khas informasi
akuntansi sektor publik yang dihasilkan dalam proses akuntansi dan berguna bagi pemakai. Jika
diimplementasikan pada Akuntansi Sektor Publik, karakteristik kualitatif Akuntansi Sektor Publik
adalah ciri khas informasiakuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada
penentuan kualitas produk setiap unsur Akuntansi Sektor Publik.

4.5.1 Kualitas Perencanaan Publik.

Kegiatan perencanaan sangat menentukan sukses tidaknya program pelayanan. Hal ini bisa dilihat
dari aspek kualitas perencanaannya yang harus disesuaikan dengan kriteria perencanaan, fungsi, dan
dampak yang akan ditimbulkan.

Pada tahap perencanaan, biasanya akan tercipta dokumenterencanaan yang sangat penting dan
menentukan dalam menghasilkan outcome. Jadi, melalui sistem kualitas perencanaan diharapkan
dapat dihasilkan outcome yang berkualitas. Oleh karena itu, peran perencanaan harus diperhatikan
secara profesional dalam setiap kegiatan organisasi publik.

4.5.2. Kualitas Penganggaran Publik .

Sangat disayangkan bahwa kualitas sering kali dilihat sebagai "bagian" dari organisasi dan bukan
sebagai strategi organisasi secara keseluruhan. Salah satu permasalahan utama dalam penyusunan
kualitas anggaran adalah pemikiran manajemen yang tidak mempunyai nilai tambah bagi kualitas
organisasi (H. James Harrington, COO of Sistemcorp, an Internet Software Development Company).
Kesalahan kualitas profesional terutama dibuat pada saat perencanaan anggaran, yang didasarkan
atas kebutuhan untuk mendapatkan kualitas yang baik dalam rangka memuaskan konsumen.

4.5.3. Kualitas Realisasi Anggaran Publik

Realisasi anggaran mencakup aspek-aspek yang dibutuhkan dalam melaksanakan anggaran. Tujuan
proses realisasi anggaran adalah mengembangkan produk dan layanan yang harus diberikan kepada
publik. Dalam hal ini, proses realisasi anggaran menjadi tahapan yang paling lama dalam siklus
akuntansi sektor publik, di mana sebagian besar sumber daya digunakan. Seluruh rencana, skedul,
dan prosedur dalam realisasi anggaran dipersiapkan serta diantisipasi sebelumnya.

4.5.4. Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa Publik


Pengadaan barang dan jasa merupakan penambahan barang dan/atau jasa dengan total biaya
kepemilikan yang paling masuk akal, dalam kuantitas dan kualitas yang benar, pada waktu yang
tepat, pada tempat yang tepat, dan dari sumber yang tepat untuk memperoleh manfaat secara
langsung.

4.5.5. Kualitas Pelaporan Sektor Publik

Walaupun seseorang berharap bahwa penyelenggaraan organisasi yang lebih baik akan
menyebabkan kualitas pelaporan keuangan meningkat, namun konsensus yang menimbulkan
"kualitas pelaporan keuangan" masih kurang. Sebagai contoh, walaupun BRC (1999) dan Sarbanes-
Oxley (2002) mengharuskan pemeriksa untuk mendiskusikan kualitas metode pelaporan keuangan
dan tidak hanya penerimaannya di masyarakat, ide tentang kualitas pelaporan keuangan menyisakan
konsep yang tidak jelas.

Anda mungkin juga menyukai