Anda di halaman 1dari 28

Seminar Analisis Informasi Keuangan

“Analisis Laporan Keuangan PT Bumi Serpong Damai


Tbk.”

SISI DEFKRIAN (1610533018)


YUFNI FAISAL (1610533038)
ILHAM EVAN SAPUTRA (16105)

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2019
I
REPORTING OF FINANCIAL STATEMENT ANALYSIS
a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current Ratio mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka


pendeknya dengan menggunakan asset lancar yang dimiliki.

𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Tahun Aset Lancar Hutang Lancar Rasio


2014 Rp 11.623.677.431.540 Rp 5.329.326.982.247 2,18
2015 Rp 16.789.559.633.165 Rp 6.146.403.064.486 2,73
2016 Rp 16.341.455.817.712 Rp 5.566.196.840.616 2,93
2017 Rp 17.964.523.956.819 Rp 7.568.816.957.723 2,37
2018 Rp 20.948.678.473.652 Rp 6.231.233.383.026 3,36

Analisis rasio lancar PT Bumi Serpong Damai Tbk tahun 2018 menunjukkan angka
yang paling tinggi dari periode pelaporan perusahaan dari tahun 2014-2018. Hal ini berarti
perusahaan mampu mengelola/memanajemen asset lancar tahun 2018 lebih baik daripada
tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2018 menandakan bahwa kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya yang
menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi. Namun, di samping itu rasio lancar yang tinggi
menunjukkan adanya kelebihan asset lancar yang akan mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar secara umum menghasilkan tingkat
return yang lebih rendah dibandingkan dengan asset tetap.

b. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio cepat mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka


pendeknya dengam menggunakan asset lancar yang dimilikinya tanpa memanfaatkan
persediaan.

Aset Lancar − Persediaan


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
Utang Lancar

Tahun Aset Lancar Hutang Lancar Persediaan Rasio


2014 Rp 11.623.677.431.540 Rp 5.329.326.982.247 Rp 5.239.016.917.801 1,19
2015 Rp 16.789.559.633.165 Rp 6.146.403.064.486 Rp 6.547.651.545.914 1,66
2016 Rp 16.341.455.817.712 Rp 5.566.196.840.616 Rp 7.440.631.663.835 1,59
2017 Rp 17.964.523.956.819 Rp 7.568.816.957.723 Rp 7.910.269.422.155 1,32
2018 Rp 20.948.678.473.652 Rp 6.231.233.383.026 Rp 9.044.390.118.830 1,91

Di antara komponen asset lancar, persediaan biasanya dianggap sebagai asset yang
paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui
untuk sampai menjadi kas dan juga terjadi ketidakpastian nilai persediaan. Dengan
alasan di atas, persediaan dikeluarkan dari asset lancar untuk perhitungan rasio cepat.

Rasio cepat PT Bumi Serpong Damai Tbk. tahun 2018 lebih besar dari tahun-tahun
sebelumnya. Dalam hal ini, perusahaan mampu mempergunakan asset lancar untuk
memenuhi kewajiban jangka pendek tahun 2018 lebih baik daripada tahun-tahun
sebelumnya, tanpa memanfaatkan persediaan.

c. Cash Ratio (Rasio Kas)

Rasio Kas (Cash Ratio) atau sering disebut juga dengan Rasio Aset Tunai (Cash Asset
Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan total kas (tunai) dan setara kas
perusahaan dengan kewajiban lancarnya. Rasio Kas ini pada dasarnya adalah penyempurnaan
dari rasio cepat (quick ratio) yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejauh mana dana (kas
dan setara kas) yang tersedia untuk melunasi kewajiban lancar atau hutang jangka pendeknya.
Calon kreditur menggunakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas perusahaan dan seberapa
mudahnya perusahaan dapat menutupi kewajiban hutang jangka pendeknya.

𝑘𝑎𝑠 + 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑘𝑎𝑠


𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑎𝑠 =
ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Tahun Hutang Lancar Kas dan Setara Kas Rasio


2014 Rp5.329.326.982.247 Rp 2.966.813.507.701 0,55
2015 Rp6.146.403.064.486 Rp 6.109.239.577.200 0,99
2016 Rp5.566.196.840.616 Rp 3.568.915.922.508 0,64
2017 Rp7.568.816.957.723 Rp 5.793.029.077.323 0,76
2018 Rp6.231.233.383.026 Rp 8.139.323.593.710 1,30

Rasio kas yang baik adalah rasio kas yang nilainya diatas 1, atau rasio kas yang memiliki
kenaikan tren. Rasio kas diatas 1 berarti menunjukkan perusahaan memiliki kas yang lebih
besar dibandingkan utang lancarnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan kas yang
dimiliki, perusahaan dapat melunasi utang jangka pendeknya, sehingga perusahaan aman dari
risiko likuidasi
PT Bumi Serpong Damai Tbk. memiliki rasio kas diatas 1 hanya pada tahun 2018, hal ini
menujukkan bahwa kas PT Bumi Serpong Damai Tbk. sebesar 1,30 kali utang jangka
pendeknya. Artinya dari sisi rasio kas likuiditas, PT Bumi Serpong Damai Tbk. pada tahun
2018 dapat dikatakan bagus dan aman dari likuidasi. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya
rasio kas PT Bumi Serpong Damai Tbk. dibawah 1.

PT Bumi Serpong Damai Tbk.


4

3.5

2.5

1.5

0.5

0
tahun 2014 tahun2015 tahun2016 tahun 2017 tahun 2018

current ratio quick ratio cash ratio

d. Inventory Turnover

Rasio Perputaran Persediaan atau Inventory Turnover Ratio adalah jenis rasio
efisiensi yang menunjukan seberapa efektif persediaan dikelola dengan
membandingkan harga pokok penjualan (HPP) dengan persediaan rata-rata untuk suatu
periode. Inventory Turnover Ratio mengukur berapa kali perusahaan menjual total
persediaan rata-rata sepanjang tahun yang bersangkutan. Rasio ini merupakan indikator
yang baik untuk menilai kualitas persediaan dan praktek pembelian yang efektif dalam
manajemen persediaan (Inventory Management).

𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

tahun cost of sales average inventory ratio


2014 Rp 1.446.518.485.321 Rp 4.517.896.576.595 0,32
2015 Rp 1.571.558.558.979 Rp 5.893.334.231.858 0,26
2016 Rp 1.840.304.062.208 Rp 6.994.141.604.875 0,26
2017 Rp 2.756.914.142.298 Rp 7.675.450.542.995 0,35
2018 Rp 1.874.274.191.288 Rp 8.477.329.770.493 0,22
inventory turnover
0.4

0.3

0.2

0.1

0
2014 2015 2016 2017 2018

inventory turnover

e. Receivable Turnover

Receivable turnover atau perputaran piutang adalah rasio yang dipakai untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang
tertanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Rasio perputaran piutang ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana efektifitas perusahaan dalam menagih penjualan
kreditnya untuk diubah menjadi kas.
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑎𝑐𝑐. 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒

AVERAGE ACC.
TAHUN SALES RECEIVABLE RASIO
2014 Rp 5.613.890.331.615 Rp 98.250.180.551 57,13
2015 Rp 6.209.574.072.348 Rp 126.531.685.986 49,07
2016 Rp 6.521.770.279.079 Rp 275.315.474.767 23,68
2017 Rp 10.347.343.192.163 Rp 448.775.208.010 23,05
2018 Rp 6.628.782.185.008 Rp 392.094.537.756 16,90

receivable turnover
60
50
40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018

receivable turnover
f. Working Capital Turnover

𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑤𝑜𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑐𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙

AVERAGE WORKING
RASIO
TAHUN SALES CAPITAL
2014 Rp 5.613.890.331.615 Rp 6.844.949.157.181 0,82
2015 Rp 6.209.574.072.348 Rp 8.060.215.467.867 0,77
2016 Rp 6.521.770.279.079 Rp 10.999.310.884.823 0,59
2017 Rp 10.347.343.192.163 Rp 9.584.172.929.543 1,07
2018 Rp 6.628.782.185.008 Rp 13.225.367.832.210 0,50

working capital turnover


1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
2014 2015 2016 2017 2018

working capital turnover

g. Total Asset Turnover

𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟 =
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡

TAHUN SALES AVERAGE TOTAL ASSET RASIO


2014 Rp 5.613.890.331.615 Rp 25.353.442.444.436 0,22
2015 Rp 6.209.574.072.348 Rp 32.078.436.943.520 0,19
2016 Rp 6.521.770.279.079 Rp 37.157.177.236.689 0,17
2017 Rp 10.347.343.192.163 Rp 42.121.697.229.444 0,24
2018 Rp 6.628.782.185.008 Rp 49.026.340.339.855 0,13
total asset turnover
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2014 2015 2016 2017 2018

total asset turnover

h. Account Receivable Collect Period

360
𝑎𝑐𝑐. 𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑐𝑜𝑙𝑙𝑒𝑐𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =
𝑟𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑡𝑢𝑟𝑛𝑜𝑣𝑒𝑟

TAHUN receivable turnover rasio


2014 57,13 6,30
2015 49,07 7,33
2016 23,68 15,20
2017 23,05 15,61
2018 16,9 21,30

inventory turnover
0.4

0.3

0.2

0.1

0
2014 2015 2016 2017 2018

inventory turnover

i. Debt to Asset Ratio

Merupakan perbandingan untuk mengukur seberapa besar liabilitas mempengaruhi


aset.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡

tahun total asset total liabillities RASIO


2014 Rp 28.134.725.397.393 Rp 9.661.295.391.976 0,34
2015 Rp 36.022.148.489.646 Rp 13.925.458.006.310 0,38
2016 Rp 38.292.205.983.731 Rp 13.939.298.974.339 0,36
2017 Rp 45.951.188.475.157 Rp 16.754.337.385.933 0,36
2018 Rp 52.101.492.204.552 Rp 21.814.594.254.302 0,41

j. Long Term Debt to Equity Ratio

𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠


𝑙𝑜𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

LONG TERM SHAREHOLDER'S


TAHUN LIABILLITIES EQUITY RATIO
2014 Rp 4.331.968.409.729 Rp 18.473.430.005.417 0,23
2015 Rp 7.779.054.941.824 Rp 22.096.690.483.336 0,35
2016 Rp 8.373.102.133.723 Rp 24.352.907.009.392 0,34
2017 Rp 9.185.520.428.210 Rp 29.196.851.089.224 0,31
2018 Rp 15.583.360.871.276 Rp 30.286.897.950.250 0,51

k. Debt to Equity Ratio

Rasio Utang terhadap Ekuitas membandingkan total liabilitas atau utang


perusahaan dengan total pembiayaan dari ekuitasnya. Rasio Utang terhadap Ekuitas
yang tinggi menunjukkan bahwa bisnis menerima proporsi pendanaan utang yang lebih
besar daripada pendanaan ekuitasnya.

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
𝑑𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟 ′ 𝑠 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

SHAREHOLDER'S
tahun total liabillities EQUITY RATIO
Rp
2014 9.661.295.391.976 Rp 18.473.430.005.417 0,52
Rp
2015 13.925.458.006.310 Rp 22.096.690.483.336 0,63
Rp
2016 13.939.298.974.339 Rp 24.352.907.009.392 0,57
Rp
2017 16.754.337.385.933 Rp 29.196.851.089.224 0,57
Rp
2018 21.814.594.254.302 Rp 30.286.897.950.250 0,72

Kreditur memandang perusahaan yang memiliki Rasio Utang terhadap Ekuitas


tinggi akan lebih berisiko. Hal ini bisa jadi dikarenakan para investor tidak ingin
mendanai perusahaan terkait sebanyak pendanaan dari kreditur. Dengan kata lain, dana
dari investor tidak memiliki porsi sebanyak dari para kreditor.

Chart Title
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2014 2015 2016 2017 2018

debt to asset ratio long term debt to equity ratio debt to equity ratio

l. Gross profit margin

𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 − 𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠


𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠

tahun sales cost of sales ratio


2014 Rp 5.613.890.331.615 Rp1.446.518.485.321 0,74
2015 Rp 6.209.574.072.348 Rp1.571.558.558.979 0,74
2016 Rp 6.521.770.279.079 Rp1.840.304.062.208 0,71
2017 Rp 10.347.343.192.163 Rp2.756.914.142.298 0,73
2018 Rp 6.628.782.185.008 Rp1.874.274.191.288 0,71

m. Operating profit margin

𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑓𝑟𝑜𝑚 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛


𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
INCOME FROM
TAHUN OPERATIONS SALES RATIO
2014 RP 2.631.576.330.241 RP 5.613.890.331.615 0,46
2015 RP 2.909.627.167.875 RP 6.209.574.072.348 0,46
2016 RP 2.476.077.237.167 RP 6.521.770.279.079 0,37
2017 RP 5.062.395.669.731 RP 10.347.343.192.163 0,48
2018 RP 2.165.174.819.754 RP 6.628.782.185.008 0,32

n. Net profit margin

menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih


pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat langsung pada analisis common-
size untuk laporan laba rugi. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan
perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode
tertentu.

𝑛𝑒𝑡 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 =
𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠

tahun net income sales ratio


Rp
2014 Rp 3.996.463.893.465 5.613.890.331.615 0,71
Rp
2015 Rp 2.346.109.798.881 6.209.574.072.348 0,37
Rp
2016 Rp 2.018.142.293.142 6.521.770.279.079 0,30
Rp
2017 Rp 5.097.010.578.160 10.347.343.192.163 0,49
Rp
2018 Rp 1.443.967.362.364 6.628.782.185.008 0,21

Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan


menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sedangkan NPM
yang rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut, yang secara umum rasio yang
rendah bisa menujukkan ketidakefisienan manajemen. Pada PT Bumi Serpong Damai
Tbk rasio net profit margin (NPM) secara garis besar mengalami penurunan
disetiap tahun dimulai dari tahun 2014 hingga tahun 2016, kemuadian meningkat
kembali di tahun 2017 menjadi 0,49, dan kembali turun pada tahun 2018 menjadi
0,21. Ratio tertinggi ada pada tahun 2014,mencapai 0,71
II
ANALISIS LIABILITAS PERUSAHAAN
Commitment, securities, convertible debt and term of indebteness

Lease

Pada tahun 2014, PT Bumi Serpong Damai Tbk. melakukan pembayaran sewa pembiayaan
(finance lease) minimum masa yang akan datang (future minimum lease payment) berdasarkan perjanjian sewa
antara Perusahaan dan PT Hewlett-Packard Finance Indonesia atas perolehan peralatan kantor oleh
Perusahaan pada tanggal 30 September 2014. Liabilitas sewa pembiayaan tidak memiliki
jaminan dan berjangka waktu tiga (3) tahun, dengan suku bunga efektif 3,00% sampai dengan
3,15% per tahun. Beban bunga sewa pembiayaan adalah sebesar Rp 2.189.528.032 pada tahun
2014.
Kemudian pada tahun 2015, PT Bumi Serpong Damai Tbk. juga melakukan
pembayaran sewa pembiayaan minimum masa yang akan datang (future minimum lease
payment) berdasarkan perjanjian sewa antara Grup dengan PT Hewlett-Packard Finance
Indonesia dan CISCO Systems Capital Asia Pte atas perolehan peralatan kantor oleh
Perusahaan dan PT Duta Pertiwi Tbk, entitas anak. Liabilitas sewa pembiayaan tidak memiliki
jaminan dan berjangka waktu tiga (3) sampai dengan empat (4) tahun, dengan suku bunga
efektif 3,00% sampai dengan 4,50% per tahun. Beban bunga sewa pembiayaan pada tahun 2015
dan 2014 yang dibebankan pada laba rugi masing-masing sebesar Rp 5.451.482.788 dan Rp
2.189.528.032
Berikut adalah pembayaran sewa pembiayaan minimum masa yang akan datang (future
minimum lease payment) tahun 2016-2019 berdasarkan perjanjian sewa antara Grup dengan PT
Hewlett-Packard Finance Indonesia dan CISCO Systems Capital Asia Pte Ltd:

Postritirement Benefit
Off balance sheet Financing

Special purpose entities

Shareholder equity

SHAREHOLDER'S
tahun EQUITY
2014 Rp 18.473.430.005.417
2015 Rp 22.096.690.483.336
2016 Rp 24.352.907.009.392
2017 Rp 29.196.851.089.224
2018 Rp 30.286.897.950.250

Capital Stock

Tujuan utama dari pengelolaan modal adalah untuk memastikan bahwa perusahaan
mempertahankan rasio modal yang sehat dalam rangka mendukung bisnis dan memaksimalkan nilai
pemegang saham. Perusahaan tidak diwajibkan untuk memenuhi syarat-syarat modal tertentu.

III
ANALISIS CURRENT ASSET DAN LONGTERM ASSET
Persediaan

 Persediaan Real Estat

Persediaan real estat terdiri dari persediaan tanah dan bangunan yang siap dijual (rumah
tinggal, rumah toko (ruko) dan bangunan strata title); bangunan yang sedang dikonstruksi
(rumah tinggal, ruko dan bangunan strata title); dan tanah; dinyatakan berdasarkan biaya atau
nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value).
Cadangan kerugian penurunan nilai persediaan dibentuk untuk menyesuaikan nilai persediaan
ke nilai realisasi bersih.

Biaya perolehan tanah yang sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah yang
belum dikembangkan ditambah dengan biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang
dapat diatribusikan padakegiatan pengembangan real estat serta biaya pinjaman. Jumlah biaya
tanah yang sedang dikembangkan akan dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual
pada saat tanah tersebut selesai dikembangkan dengan menggunakan metode luas areal.
Biaya pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan
prasarana atau area yang tidak dijual lainnya, dialokasikan berdasarkan luas area yang
dapat dijual.

Biaya perolehan bangunan yang sedang dikonstruksi termasuk biaya konstruksi


dipindahkan ke tanah dan bangunan yang siap dijual pada saat selesai dibangun dan
siap dijual dengan menggunakan metode identifikasi khusus.

Akumulasi biaya ke proyek pengembangan tidak dihentikan walaupun realisasi


pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun,
dilakukan cadangan secara periodik ataas perbedaan tersebut. Jumlah cadangan tersebut
akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi tahun berjalan.

Biaya pemeliharaan dan perbaikan yang terjadi atas proyek yang sudah selesai
dan secara substansial siap untuk digunakan sesuai tujuannya dibebankan pada laba
rugi pada saat terjadinya.

Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode
pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan
mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi, dan direalokasi.

Beban yang tidak berhubungan dengan proyek real estat dibebankan ke laba
rugi pada saat terjadinya.

 Persediaan dari Hotel

Persediaan dari hotel dinyatakan berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). Biaya perolehan
ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang. Persediaan yang tidak
lagi memiliki manfaat ekonomis di masa mendatang dihapuskan menjadi beban tahun
berjalan berdasarkan penelaahan manajemen atas nilai ekonomis persediaantersebut.

Efek investasi
IV
Sekuritas Investasi

A. Tahun 2014

 Investasi Dalam Saham

Pt Bumi Serpong Damai Tbk Mencatat akun investasi dalam saham dengan dua metode yaitu
metode Ekuitas dan Metode Biaya.

Metode Ekuitas :
Metode Biaya :

Investasi pada PT Matra Olahcipta, PT Dutakarya Propertindo, PT CitraagungTirta


Jatim, PT AMSL Indonesia, PT AMSL Delta Mas, PT Binamaju Mitra Sejati, PT Indonesia
International Expo, PT Indonesia Internasional Graha, PT Plaza Indonesia Realty Tbk dan BKS
Pasar Pagi – ITC Mangga Dua dicatat dengan menggunakan metode ekuitas dan pada awalnya
diakui sebesar biaya perolehan. Investasi ini termasuk goodwill yang teridentifikasi pada saat
akuisisi, setelah dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai

Grup tidak membentuk cadangan kerugian penurunan nilai atas investasi dalam saham
pada entitas-entitas di atas, karena manajemen berkeyakinan bahwa entitasentitas tersebut
masih memiliki potensi pertumbuhan dalam jangka panjang mengingat sebagian besar entitas
asosiasi tersebut bergerak dalam jenis usaha real estat.

Investasi pada saham Pt Bumi Serpong Damai Tbk mempengaruhi Aset tidak lancar
Perusahaan dan Laba sebelum pajak.

Rincian :

Pada tahun 2014 Jumlah Aset Tidak Lancar mengalami pertumbuhan yang cukup
signifikan sebesar 54% dari semula tercatat sebesar Rp10,7 triliun pada tahun 2013 menjadi
sebesar Rp16,5 triliun pada tahun 2014. Pertumbuhan Jumlah Aset Tidak Lancar tersebut
terutama disebabkan oleh peningkatan investasi dalam saham.

Peningkatan Jumlah Aset Tidak Lancar terutama didorong oleh pertumbuhan investasi
dalam saham yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 818% atau secara nominal sebesar
Rp4,28 triliun dari semula tercatat sebesar Rp523 miliar pada tahun 2013 menjadi sebesar
Rp4,8 triliun pada tahun 2014. Peningkatan tersebut antara lain penambahan saham selama
tahun 2014 antara lain kepada PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (Kode Emiten: PLIN), PT
AMSL Delta Mas, PT Phinisindo Zamrud Nusantara serta PT Indonesia International Graha.
Investasi-investasi dalam saham pada Entitas tersebut ditujukan untuk kepentingan usaha
jangka panjang karena sebagian besar Entitas tersebut bergerak di bidang usaha yang sama
yaitu industri real estat.
Laba sebelum pajak pada tahun 2014 tercatat sebesar Rp4,3 triliun atau mengalami
peningkatan sebesar 31% dibandingkan dengan tahun 2013 yang sebesar Rp3,3 triliun.
Peningkatan Laba sebelum pajak tersebut terutama didorong oleh peningkatan Ekuitas pada
laba bersih dari investasi dalam saham sebesar Rp1,7 trilun pada tahun 2014.

 Investasi Dalam Obligasi


Pada tahun 2014, Perusahaan memiliki investasi dalam Obligasi I Express Transindo Utama Tahun
2014 (TAXI I) yang diterbitkan oleh PT Express Transindo Utama Tbk. Obligasi TAXI I memiliki jangka
waktu lima (5) tahun dan akan jatuh tempo pada tanggal 24 Juni 2019. Suku bunga obligasi adalah
tetap sebesar 12,25% per tahun yang akan dibayar secara triwulanan. Juga Pada tanggal 31 Desember
2014 dan 2013, PT Wijaya Pratama Raya (WPR), entitas anak, memiliki investasi dalam Obligasi
Berkelanjutan I SMART Tahap I Tahun 2012 Seri A (SMART I) yang diterbitkan oleh PT Sinar Mas Agro
Resources and Technology Tbk,

 Aktivitas Antar Perusahaan

1) Sepanjang tahun 2014, Perusahaan dan Entitas Anak telah berhasil meluncurkan
setidaknya 15 klaster hunian residensial, 2 kawasan komersial serta 2 apartemen tower.
Selain fokus pada pengembangan di kawasan BSD City di area Serpong, Perusahaan
melalui Entitas Anak juga telah mengembangkan beberapa proyek perumahan antara
lain Grand Wisata di Bekasi, Kota Wisata dan Legenda Wisata di Cibubur, Taman
Permata Buana di Jakarta, Banjar Wijaya di Tangerang, Kota Bunga di Bogor,
Balikpapan Baru dan Grand City di Balikpapan.

2) Pada tanggal 16 April 2014, Perusahaan mengumumkan Keterbukaan Informasi


Transaksi Afiliasi atas transaksi penjualan saham yang dilakukan oleh salah satu Entitas
Anak Perusahaan yakni PT Sinar Mas Wisesa (SMW) yang menjual seluruh
kepemilikan sahamnya di PT Karya Dutamas Cemerlang kepada PT Ekacentra
Usahamaju, pemegang saham Perusahaan, sebesar Rp131 miliar. Dengan
dilaksanakannya transaksi penjualan saham ini, Perusahaan melalui Entitas Anak SMW
mendapatkan dana untuk pengembangan proyek-proyek yang berada di bawah SMW.
3) Pada tanggal 27 Februari 2014, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI), entitas anak, membeli
saham PZN, entitas yang dikendalikan bersama oleh DUTI dengan kepemilikan 50%,
sebanyak 88 lembar saham dengan harga pembelian sebesar Rp 88.000.000. Transaksi
ini meningkatkan kepemilikan efektif DUTI pada PZN dari 50,00% menjadi sebesar
54,97%.

4) Berdasarkan Akta No. 8 tanggal 28 Oktober 2014 dan Akta No. 19 tanggal 31 Oktober
2014 dari Hannywati Susilo, S.H., M.H., M.Kn, notaris di Kota Tangerang Selatan, PT
Pastika Candra Pertiwi (PCP), entitas anak, mengakuisisi 157.352 lembar saham PMP,
dengan persentase kepemilikan sebesar 68% dan Grup mengkonsolidasikan laporan
keuangan PMP tersebut sejak Oktober 2014.

 Fair Value
Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif adalah berdasarkan
kuotasi harga pasar pada tanggal pelaporan. Pasar dianggap aktif apabila kuotasi harga tersedia
sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek, perantara efek,
kelompok industri atau badan penyedia jasa penentuan harga, atau badan pengatur, dan harga
tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar.
Kuotasi harga pasar yang digunakan untuk aset keuangan yang dimiliki oleh Grup adalah harga
penawaran (bid price) terkini. Instrumen keuangan seperti ini termasuk dalam hirarki Tingkat
1. Instrumen yang termasuk dalam hirarki Tingkat 1 terdiri dari investasi dalam obligasi
SMART I, obligasi TAXI I dan reksadana Simas Satu.
B. Tahun 2015

 Investasi Dalam Saham


Laba Bersih tahun ini menurun 44% atau sebesar Rp1,7 triliun dari Rp3,8 triliun pada
2014 menjadi Rp2,1 triliun pada 2015. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2014, Perusahaan
mencatat keuntungan atas akuisisi saham PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) sebesar
Rp1,54 triliun yang dicatat sebagai bagian dari “Ekuitas pada Laba Bersih dari Investasi Dalam
Saham” pada laba rugi.

 Investasi dalam Obligasi

 Aktivitas antar Perusahaan


1) Pada bulan April 2015, Perusahaan melalui Entitas Anak menerbitkan obligasi
berdenominasi dolar AS perdananya dan meraup US$225 juta dengan tenor lima tahun
yang dapat ditebus (callable) pada tahun ketiga.
2) Pada tanggal 28 Januari 2016, PT TransBSD Balaraja (TBB), Entitas Anak, telah
melakukan pelunasan semua utang ke PT Transindo Karya Investama (TKI) sebesar
Rp197,5 miliar.
3) PT Bumi Paramudita Mas (BPM), BPM membeli saham TBB yang dimiliki oleh TKI
sebanyak 1 lembar saham dengan harga pembelian sebesar Rp 1,0 juta.
4) Perusahaan membeli saham TBB yang dimiliki oleh TKI sebanyak 2.499 lembar saham
dengan harga pembelian sebesar Rp2,5 miliar.

 Fair Value

Seluruh aset dan liabilitas yang mana nilai wajar aset atau liabilitas tersebut diukur atau
diungkapkan, dikategorikan dalam hirarki nilai wajar sebagai berikut:

Level 1 – harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau
liabilitas yang identik;
Level 2 – teknik penilaian dimana level input terendah yang signifikan terhadap
pengukuran nilai wajar dapat diobservasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung;
• Level 3 – teknik penilaian dimana level input terendah yang signifikan terhadap
pengukuran nilai wajar tidak dapat diobservasi.
Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia untuk
dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang lain, dan selanjutnya
diukur pada nilai wajar, dengan keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi diakui pada
bagian ekuitas sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau dianggap telah
mengalami penurunan nilai, dimana pada saat itu akumulasi keuntungan atau kerugian
direklasifikasi ke laba rugi.

Pada tanggal 31 Desember 2015 dan 2014, kategori ini meliputi investasi Grup dalam
saham yang dicatat dengan metode biaya, investasi pada Reksa Dana Simas Satu, dan investasi
pada obligasi SMART I dan TAXI I. Karena nilai wajarnya tidak dapat ditentukan secara andal,
maka investasi Grup dalam saham sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 15 dinyatakan
pada biaya perolehan, setelah dikurangi penurunan nilai, jika ada.
C. Tahun 2016

 Investasi dalam saham


PT Dutakarya Propertindo (DKP) mengalami defisit pada tanggal 31 Desember 2016
dan 2015. Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, bagian DUTI atas kerugian DKP telah
melebihi nilai tercatat investasi sehingga investasi dalam saham biasa pada DKP dicatat sebesar
nihil.

Perusahaan mempertahankan Investasi dalam Saham pada nilai Rp5,86 triliun, tidak
berbeda jauh dengan posisi tahun sebelumnya yaitu Rp5,41 triliun. Nilai investasi terbesar di
akhir tahun 2016 adalah investasi pada PT Plaza Indonesia Realty Tbk. (“PLIN”) yaitu sebesar
Rp4,51 triliun.

 Investasi dalam Obligasi


Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, Perusahaan memiliki investasi dalam Obligasi
I Express Transindo Utama Tahun 2014 (TAXI I) yang diterbitkan oleh PT Express Transindo
Utama Tbk. Obligasi TAXI I memiliki jangka waktu lima (5) tahun dan akan jatuh tempo pada
tanggal 24 Juni 2019. Suku bunga obligasi adalah tetap sebesar 12,25% per tahun yang akan
dibayar secara triwulanan.

Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, PT Perwita Margasakti (PMS) dan PT Wijaya
Pratama Raya (WPR), entitas-entitas anak, masing-masing memiliki investasi dalam obligasi
SMART I yang diterbitkan oleh PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, pihak
berelasi (Catatan 53). Pada Bulan Oktober 2016, WPR menjual investasi dalam obligasi
SMART I tersebut.
 Aktivitas antar perusahaan

1) Perusahaan melalui Entitas Anak mengembangkan gedung perkantoran Sinar Mas


Land Plaza Medan dengan Net Leasable Area (NLA) mencapai 18.573 m2.

Nilai wajar investasi dalam obligasi dan reksadana diukur menggunakan harga
kuotasian terakhir yang dipublikasikan pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015.

D. Tahun 2017

 Investasi dalam saham


Investasi dalam saham pada Entitas Asosiasi pada tanggal 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp5,95 triliun, mengalami kenaikan sebesar Rp1,05 triliun dibandingkan dengan tahun
2016. Sementara investasi pada Ventura Bersama pada tanggal 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp1,24 triliun, mengalami kenaikan sebesar Rp288,72 triliun dibandingkan dengan
tahun 2016.
Pada tahun 2017 sampai dengan tahun 2020. Berdasarkan Keputusan Sirkuler Rapat
Umum Pemegang Saham IIE bulan Juni 2017, para pemegang saham IIE menyetujui konversi
atas utang para pemegang saham menjadi modal saham. Sehingga seluruh pinjaman yang telah
diberikan kepada IIE sebesar Rp 331.240.000.000 dikonversi menjadi investasi dalam saham.
Transaksi ini tidak mengakibatkan perubahan persentase kepemilikan Perusahaan dalam IIE.
Investasi pada saham Pt Bumi Serpong Damai Tbk mempengaruhi Aset tidak lancar
Perusahaan dan Laba sebelum pajak.

Rincian :

Perusahaan berhasil meningkatkan Laba Bersih sebesar 174%. Peningkatan ini


disumbangkan oleh peningkatan Pendapatan Usaha sebesar 57%. Di sisi neraca, Perusahaan
juga berhasil meningkatkan Jumlah Aset secara signifikan, tercatat pada tahun 2016 sebesar
Rp38,54 triliun, meningkat menjadi sebesar Rp45,95 triliun pada tahun 2017.

Peningkatan Jumlah Aset terjadi berkat peningkatan Investasi dalam Saham terutama
karena pengalihan unit-unit di Sinarmas MSIG Tower senilai Rp2,54 triliun dan penambahan
kepemilikan saham PT Plaza Indonesia Tbk. (PLIN) sebesar Rp484,91 miliar

Jumlah Aset Perusahaan per 31 Desember 2017 adalah sebesar Rp45,95 triliun,
mengalami kenaikan sebesar Rp7,41 triliun atau 19,24% dibandingkan dengan tahun 2016.
Peningkatan ini berkat peningkatan Properti Investasi dan Investasi dalam Saham, terutama
karena penambahan unit-unit hak milik atas satuan rumah susun yang merupakan bagian dari
Sinarmas MSIG Tower senilai Rp2,54 triliun dan penambahan kepemilikan saham di PLIN
sebesar Rp484,91 miliar.
 Investasi dalam Obligasi

 Aktivitas antar perusahaan

 Pada tanggal 11 September 2017, Perusahaan melalui Entitas Anak, PT Duta Cakra
Pesona, telah menandatangani Perjanjian Pengalihan terhadap Perjanjian Pengikatan
Jual Beli Unit Sinarmas MSIG Tower dengan PT Purimas Sasmita. Objek perjanjian
tersebut adalah unit-unit seluas 36.874,49 m2 yang terletak di beberapa lantai di
Sinarmas MSIG Tower.

 Menerbitkan Surat Utang Senior sebesar USD70 juta melalui Entitas Anak.

 Perusahaan melalui Entitas Anak Global Prime Capital Pte. Ltd. yang berdomisili di
Singapura menerbitkan Surat Utang Senior 2020 dan 2023 yang totalnya masing-
masing bernilai USD225 juta dan USD200 juta. Pada tahun 2016, telah dilakukan
tender offer untuk membeli kembali sebagian Surat Utang Senior 2020 dengan total
nilai USD146,42 juta. Di tahun 2017, Perusahaan menerbitkan lagi Surat Utang
Senior sebagai bagian dari Surat Utang Senior 2023 senilai USD70 juta.

 Penandatanganan Perjanjian Pengalihan Terhadap Perjanjian Pengikatan Jual Beli Unit


SinarMas MSIG Tower antara PT Duta Cakra Pesona, Entitas Anak Perusahaan dengan
PT Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG, atas unit-unit hak milik atas satuan rumah susun
seluas 35.989,44 m², yang merupakan bagian dari SinarMas MSIG Tower terdiri dan
terletak di beberapa lantai yaitu Lantai Basement sampai dengan Lantai 17 (Refugee
Floor), Lantai 40 sampai dengan Lantai 46.
E. Tahun 2018
 Investasi dalam saham
Investasi dalam saham per 31 Desember 2018 tercatat Rp7,48 triliun yang
terdiri atas investasi pada perusahaan asosiasi dengan metode ekuitas sebesar Rp6,05
triliun, investasi pada ventura bersama dengan metode ekuitas sebesar Rp1,41 triliun
dan investasi pada saham biasa Rp16,45 miliar.

 Investasi dalam obligasi


-Tdak ditemukan data

 Aktivitas antar perusahaan


1. Perusahaan melalui Entitas Anak Global Prime Capital Pte. Ltd. yang
berdomisili di Singapura pada tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018 menerbitkan
Surat Utang Senior yang totalnya bernilai USD795 juta, yang mana USD300
juta di antaranya diterbitkan pada tahun 2018. Pada tahun 2016, telah dilakukan
tender offer untuk membeli kembali sebagian Surat Utang Senior 2020 dengan
total nilai USD146,42 juta. Pada akhir tahun 2018 dan 2017, seluruh Surat
Utang Senior Perusahaan tercatat dengan nilai Rp9,88 triliun dan Rp5,70 triliun.
2. Kas dan Setara Kas Perusahaan pada 31 Desember 2018 meningkat Rp2,35
triliun menjadi Rp8,14 triliun dari sebelumnya Rp5,79 triliun. Peningkatan ini
sebagian besar adalah karena penerbitan Senior Notes yang dilakukan oleh
Entitas Anak, Global Prime Capital Pte. Ltd. sebesar USD300 juta atau
ekuivalen Rp4,29 triliun. Penerimaan kas ini membuat Kas Bersih Diperoleh
dari Aktivitas Pendanaan tercatat Rp3,36 triliun.
3. Pada tanggal 31 Desember 2018, bangunan proyek Ocean Park dan Go!Wet
dijadikan jaminan atas utang bank Perusahaan dan Entitas Anak.
7E+10

6E+10

5E+10

4E+10 Investasi pada


Saham
3E+10
Investasi pada
2E+10 Obligasi

1E+10

0
2014 2015 2016 2017

Investasi Pt Bumi Serpong damai dalam sahan relatif stabil sementara pada obligasi
menurun drastis

Anda mungkin juga menyukai