Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Investasi merupakan salah satu bentuk cara untuk mendapatkan income
atau keuntungan yang dapat dikatakan dihasilkan dengan cukup cepat. Kegiatan
ini memiliki berbagai macam pilihan alat investasi, seperti saham, obligasi,
waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif) seperti
opsi (put atau call). Salah satu alat investasi yang banyak mengundang
ketertarikan berinvestasi adalah saham.
Pada makalah ini kami akan menjelaskan tentang akuisisi atas saham
entitas lain. Akuisisi atas saham entitas lain sendiri merupakan pembelian suatu
aset menggunakan berupa saham. Di dalam investasi pada instrumen ekuitas
terdapat berbagai karakteristik-karakteristik dan metode-metode yang digunakan
untuk mampu membuat penyajian dan pengungkapan atas investasi pada
instrumen ekuitas.

B. RumusanMasalah
1. Apa Investasi Instrumen Ekuitas?
2. Bagaimana Perhitungan Investasi Instrumen Ekuitas?
3. Bagaiman Perhitungan Investasi Instrumen Utang?
4. Bagaimana Menghitung Penurunan Nilai Investasi?
5. Bagaiman Reklsaifikasi Investasi?
6. Bagaimana Penyajian dan Pengungkapan Investasi?

C. Tujuan
1. MengetahuiInvestasi Instrumen Ekuitas.
2. Mengetahui Perhitungan Investasi Instrumen Ekuitas.
3. Mengetahui Perhitungan Investasi Instrumen Utang.
4. Mengetahui Menghitung Penurunan Nilai Investasi.
5. Mengetahui Reklsaifikasi Investasi.
6. Mengetahui Penyajian dan Pengungkapan Investasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Investasi Instrumen Ekuitas

Metode ekuitas adalah metode pencatatan investasi yang pada awal


perolehan investor mencatat investasi sebesar biayanya, dividen maupun
distribusi laba dicatat sebagai pengurang akun investasi. Nilai investasi ditambah
atau dikurangi dengan bagian laba/rugi investor pada perusahaan asosiasi setelah
tanggal perolehan. Untuk investasi dalam perusahaan asosiasi diatur dalam
PSAK No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi dalam Perusahaan Asosiasi.
Metode ekuitas harus diterapkan oleh investor yang memiliki saham berhak
suara pada perusahaan investee baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan kepemilikan 20% atau lebih. Dengan kepemilikan 20% atau lebih, secara
akuntansi investor dianggap memiliki pengaruh yang signifikan pada investee.

Ada tidaknya pengaruh signifikan oleh investor atas investee umumnya


dibuktikan dengan satu atau lebih cara berikut ini:
1. Keterwakilan dalam dewan direksi atau organ setara investee.
2. Partisipasi dalam proses pembuatan kebijakan, termasuk partisipasi
dalam pengambilan keputusan tentang deviden atau distribusi lainnya.
3. Adanya transaksi material antara investor dengan investee.
4. Pertukaran personel manajerial.
5. Penyediaan informasi teknis pokok.
Selain itu, dalam mempertimbangkan keberadaan pengaruh signifikan,
entitas harus juga memperhatikan keberadaan hak suara potensial. Hak suara
potensial dapat timbul jika entitas memiliki waran, opsi beli saham, instrumen
uang atau instrumen ekuitas yang dapat dikonversi menjadi saham biasa, atau
instrumen sejenis lainnya yang mempunyai potensi untuk menambah hak suara
entitas atau mengurangi hak suara pihak lain.keberadaan dan dampak dari hak
suara potensial yang dimiliki oleh entitas lain, harus dipertimbangkan dalam
melakukan penilaian apakas entitas mempunyai pengaruh signifikan.
Metode ini mencatat investasi sebesar perolehannya, saat perusahaan
investee memcatatkan laba, maka akan diakui “serap laba” dengan menjurnal
penambahan investasi dan pendapatan entitas asosiasi. Saat dividen dibagikan,
akan dicatat sebagai pengurang investasi.
Penghentian Penggunaan Metode Ekuitas
Berdasarkan PSAK 15 (Revisi 2013), entitas menghentikan penggunaan
metode ekuitas sejak investasinya berhenti menjadi investasi pada entitas
asosiasi, yaitu:
1. Jika investasi menjadi investasi entitas anak, maka investasi dicatat sesuai
dengan PSAK 22 (Revisi 2010) kombinasi bisnis dan PSAK 65.
2. Jika sisa kepentingan dalam entitas asosiasi merupkan aset keuangan, maka
entitas mengukur isa kepentingan tersebut dalam nilai wajar.
Ketika entitas menghentikan penggunaan metode ekuitas, maka entitas
mencatat seluruh jumlah yang sebelumnya telah diakui dalam penghasilan
kpmprehensif lain yang terkait dengan investasi tersebut ke dalam laporan laba
rugi.
B. Perhitungan Investasi Instrumen Ekuitas
Contoh :
Pada tanggal 2 Januari, PT Mira membeli 25% Kepemilikan di PT Raisa dengan
harga Rp55.000.000

Investasi Saham Rp55.000.000


Kas Rp55.000.000

Laba bersih PT Raisa untuk tahun 2015 adalah sebesar Rp40.000.000. PT Mira
mencatat bagian atas laba tersebut sebesar Rp10.000.000 (25% x Rp40.000.000).

Investasi Saham Rp10.000.000


Bagian Laba Rugi dari Entitas Sosial Rp10.000.000
Pada tanggal 15 Januari 2016, PT Raisa mengumumkan dan membayar deviden
tunai sebesar Rp10.000.000. PT Mira Mengakui bagian atas deviden tersebut
sebesar Rp2.500.000 (25% x Rp10.000.000).

Kas Rp2.500.000
Investasi Saham Rp2.500.000

C. Investasi Instrumen Utang


Karakterisitk Pembeda Instrumen Ekuitas Dan Utang:

1. Terdapat nilai jatuh tempo, yang mencerminkan nilai yang harus dibayar ke
pemegang surat utang pada tanggal jatuh tempo.
2. Terdapat tingkat bunga, yang menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran
bunga secara berkala.
3. Terdapat tanggal jatuh tempo, yang menunjukkan kapan utang harus dilunasi.

Berikut portofolio investasi instrumen utang yangdimiliki PT Wahana (yang


dicatat dengan nilai wajar melalui laba rugi)
Portofolio Investasi PT Wahana

Keuntungan/Kerugian
Investasi Nilai Tercatat Nilai Wajar
Belum Terealisasi
PT Ferro Rp95.000.000 Rp110.000.000 Rp15.000.000
PT Gilang Rp180.500.000 Rp168.250.000 -Rp12.250.000
Total Rp275.500.000 Rp278.250.000 Rp2.750.000
Saldo Penyesuaian
periode sebelumnya -
Penyesuaian nilai wajar Rp2.750.000

Investasi di surat Utang Rp2.750.000


Keuntungan/Kerugian belum terealisasi Rp2.750.000

Pinjaman yang diberikan dan piutang serta asset keuangan dimiliki


hingga jatuh tempo dicatat menggunakan biaya perolehan diamortisasi.
Investasi di Obligasi

Pada tanggal 1 januari 2015, PT Bravo membeli Obligasi dengan nilai nominal
Rp. 100.000.000 dan tingkat bunga kupon 10% yang dibayar semesteran tiap
tanggal 1 Januri dan 1 Juli. Tingkat bunga efektif adalah 8%. Obligasi tersebut
jatuh tempo pada tanggal 1 januari 2020.

Harga Obligasi :

Nilai sekarang dari pokok utang :


Rp 100.000.000 x 0,6756 Rp67.560.000
Nilai sekarang dari pembayaran bunga
(Rp 100.000.000 x 10% x 6/12) x 8,1109 Rp40.554.000
Rp108.114.000

Untuk Menentukan berapa pendapatan bunga dan jumlah amortisasi


premium tiap periode, maka perlu dibuat table amortisasi berikut :

1 2 3 4
Premium
Bunga Pendapatan Amortisasi
Belum Nilai Tercatat
Diterima Bunga Premium
Diamortisasi

Periode ( 10% x 6/12 x ( 8% x 6/12 x (Nilai Nominal +


Rp 100.000.000 ) Nilai Tercatat ) (1) - (2) (3) - (4) (4)
8.114.000 108.114.000
1 5.000.000 4.324.560 675.440 7.438.560 107.438.560
2 5.000.000 4.297.542 702.458 6.736.102 106.736.102
3 5.000.000 4.269.444 730.556 6.005.546 106.005.546
4 5.000.000 4.240.222 759.778 5.245.768 105.245.768
5 5.000.000 4.209.831 790.169 4.455.599 104.455.599
6 5.000.000 4.178.224 821.776 3.633.823 103.633.823
7 5.000.000 4.145.353 854.647 2.779.176 102.779.176
8 5.000.000 4.111.167 888.833 1.890.343 101.890.343
9 5.000.000 4.075.614 924.386 965.957 100.965.957
10 5.000.000 4.034.043 965.957 - 100.000.000

1 Januari 2015
Investasi di surat Utang Rp108.114.000
Kas Rp108.114.000
1 Julii 2015
Kas Rp5.000.000
Pendapatan Bunga Rp4.324.560
Investasi di Surat Utang Rp675.440

1 Desember 2015
Piutang Bunga Rp5.000.000
Pendapatan Bunga Rp4.297.542
Investasi di Surat Utang Rp702.458

Penghentian Pengakuan

Apabila terjadi penghentian pengakuan (missal, perusahaan melakukan


penjualan investasi). Maka entitas menghitung keuntungan/kerugian yang timbul
dari penjualan tersebut sesuai dengan klasifikasi.

Contoh Penghentian Pengakuan

Pada tanggal 1 Januari, PT Dharma menjual investasi dengan harga


Rp.35.000.000. Nilai saldo tercatat investasi adalah Rp. 34.700.000, investasi
tersebut talah mengalami kenaikan nilai wajar sebesar Rp. 1.800.000

Jurnal untuk mencatat penjualan investasi, jika diklasifikasikan sebagai :

a. Investasi yang diukur dengan nilai wajar melalui laporan laba rugi

Kas Rp35.000.000
Investasi di surat Utang Rp34.700.000
Keuntungan Penjualan Investasi Rp300.000

b. Investasi yang tersedia untuk dijual

Kas Rp35.000.000
Keuntungan/kerugian belum Terealisasi-Penghasilan
Koprehensif Lain* Rp1.800.000
Investasi di surat Utang Rp34.700.000
Keuntungan Penjualan Investasi Rp300.000

*Yang sebelumnya diakui di Penghasilan Komprehensif Lain


D. Penurunan Nilai Investasi
Evaluasi dan bukti objektif

Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas harus melakukan evaluasi


untuk menentukan apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan
mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai telah terjadi jika terdapat bukti yang
objektif mengenai penurunan nilai tersebut. Berikut adalah beberapa bukti
objektif bahwa aset keuangan mengalami penurunan nilai:

1. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak pinjaman;


2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi ;
3. Pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan
dengan kesulitan keuangan yang dialami pihak peminjam, memberikan
keringanan (konsesi) pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan
jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut ;
4. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau
melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
5. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan atau;
6. Data yang diobservasi mengidentifikasikan adanya penurunan yang dapat
diukur atas estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan sejak
pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat
diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset
tersebut, termasuk:
a. Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok
tersebut atau;
b. Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan
wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut .

PENGUKURAN

Penurunan nilai terjadi jika jumlah tercatat aset melebihi nilai


terpulihkan. Untuk investasi yang diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi, tidak perlu dilakukan penurunan nilai. Hal ini
dikarenakan perubahan nilai wajar untuk aset tersebut sudah diakui dalam laba
rugi periode berjalan.

Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi.

Nilai terpulihkan aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan


diamortisasi adalah nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk
kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang masih di diskonto
menggunakan suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal.
Jumlah kerugian penurunan nilai adalah selisih antara nilai tercatat aset dengan
nilai terpulihkan. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi, baik secara langsung
maupun menggunakan pos cadangan. Jumlah kerugian yang terjadi diakui pada
laba rugi.

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang


dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara objektif pada peristiwa yang
terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan nilai yang
sebelumnya diakui harus dipulihkan, baik secara langsung atau dengan
menyesuaikan pos cadangan.

Contoh:

Pada tanggal 31 Desember 2015, PT Harapan mempunyai investasi disurat yang


diterbitkan PT Lintas. Investasi tersebut mempunyai nilai tercatat sebesar nilai
nominal yaitu Rp 500.000.000. Investasi tersebut mempunyai sisa masa jatuh
tempo 4 tahun dengan bunga kupon 10% dibayar tahunan tiap tanggal 31
Desember. Perusahaan mengklasifikasikan investasi tersebut sebagai dimiliki
hingga jatuh tempo. Bunga per 31 Desember 2015 sudah dibayar oleh PT Lintas,
namun PT Lintas saat ini sedang mengalami kesulitan keuangan dan sudah
menyatakan bahwa PT Lintas tidak dapat melakukan pembayaran bunga dan
pokok scara penuh di tahun-tahun berikutnya. PT Lintas hanya mampu
melakukan pembayaran bunga sebesar Rp 40.000.000 tiap tahun dan
pembayaran pokok sebesar Rp 400.000.000.

Nilai kini dari arus kas yang akan dibayarkan oleh PT Lintas
Nilai kinii pokok (Rp.400.000.000 x 0,683013 PVIF 4.10%) Rp273.205.382
Nilai kinii bunga (Rp.400.000.000 x 3,169865 PVIF 4.10%) Rp126.794.618
Total nilai kini arus kas Rp400.000.000
Nilai tercatat Rp500.000.000
Rugi penurunan nilai Rp100.000.000

31 Desember 2015
Rugi Penurunan Nilai Rp100.000.000
Investasi di surat Utang Rp100.000.000

Selama tahun 2016 ternyata kondisi keuangan PT Lintas mengalami


oeningkatan. Berdasarkan kondisi tersebut diestimasi nilai terpulihkan dari
investasi di PT Lintas mengalami peningkatan Rp425.000.000. Dalam situasi
tersebut, maka dilakukan pencatatan pembalikan rugi penurunan nilai sebesar
Rp.25.000.000 (nilai terpulihkan Rp425.000.000 dikurangi nilai tercatat
Rp400.000.000).

31 Desember 2015
Investasi di surat Utang Rp25.000.000
Pembalikan Rugi Penurunan Nilai Rp25.000.000

Aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan

Nilai terpulihkan aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan adalah
nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang didiskontokan pada tingkat
pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset keuangan serupa.

Jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai


tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari estimasi arus kas masa depan yang
di diskontokan pada tingkat pengembalian yang berlaku di pasar untuk aset
keuangan serupa tersebut. Kerugian penurunan nilai tersebut tidak dapat
dipulihkan.

Contoh: penurunan nilai aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
Pada tanggal 14 Mei 2015, PT Sonata mempunyai investasi di saham yang
diterbitkan PT Okta dengan membayar tunai Rp 40.000.000. Saham PT Okta
tidak diperdagangkan di bursa dan tidak dapat ditentukan nilai wajarnya secara
andal. Oleh karena itu, PT Sonata mencatat investasi tersebut pada biaya
perolehan.

14 Mei 2015
Investasi Saham Rp40.000.000
Kas Rp40.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2015, PT Sonata menilai telah terjadi penurunan nilai
dari investasi di saham PT Okta tersebut. Diestimasi nilai terpulihkan dri
investasi tersebut sebesar Rp 25.000.000.

31 Desemberi 2015
Rugi Penurunan Nilai Rp15.000.000
Investasi Saham Rp15.000.000

Pada akhir tahun 2016 diketahui nilai terpulihkan dari investasi di saham PT
Okta meningkat menjadi Rp 30.000.000. Namun kerugian penurunan nilai yang
telah diakui di akhir tahun 2015 tidak bisa dipulihkan.

Aset keuangan yang tersedia untuk dijual

Nilai terpulihkan diukur menggunakan nilai wajar kini. Penurunan nilai


wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk
dijual diakui dalam penghasilan komprehensif lainnya. Jika terdapat bukti
objektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai, maka kerugian
kumulatif yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif lainnya
tersebut harus dikeluarkan dari penghasilan komprehensif lainnya dan diakui
pada laba rugi.

Jumlah kerugian kumulatif yang dikeluarkan dari penghasilan komprehensif


lainnya dan diakui pada laba rugi sebesar selisih antara biaya perolehan (setelah
dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi) dengan nilai wajar kini, dikurangi
kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui pada laba
rugi.

Kerugian penurunan nilai yang diakui pada laba rugi atas investasi instrumen
ekuitas yang diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas yang tersedia untuk
dijual tidak boleh dipulihkan melalui laba rugi. Kerugian penurunan nilai dari
investasi di instrumen utang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia
untuk dijual harus dipulihkan melalui laba rugi.

Contoh: penurunan nilai aset keuangan yang tersedia untuk dijual

31 Oktober 2015 (Perolehan Investasi)


Investasi Saham Rp300.000.000
Kas Rp300.000.000

31 Desember 2015 (Penyesuaian nilai wajar)


Keuntungan/kerugian belum Terealisasi-Penghasilan
Koprehensif Lain Rp3.000.000
Investasi di Saham Rp3.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2016, diketahui bahwa telah terjadi penurunan nilai
atas investasi tersebut. Di estimasi nilai terpulihkan sebesar Rp 295.000.000.

31 Desember 2016 (Penurunan nilai)


Rugi Penurunan Nilai Rp5.000.000
Investasi di Saham Rp2.000.000
Keuntungan/kerugian belum Terealisasi-
Penghasilan Koprehensif Lain Rp1.000.000

Jika diperiode selanjutnya terjadi pemulihan rugi penurunan nilai, maka


kerugian penurunan nilai yang diakui pada laba rugi investasi instrumen ekuitas
tersebut tidak boleh dipulihkan melalui laba rugi. Kerugian penurunan nilai dari
kelompok tersedia untuk dijual dipulihkan melalui laba rugi hanya jika estimasi
pada instrumen utang.
E. Reklasifikasi Investasi
PSAK 55 (Revisi 2014) memberikan dasar pengaturan peraturan yang
ketat terkait transfer antar-kategori aset keuangan,. Pengaturan tersebut ditujukan
untuk mencegah manajemen laba dengan cara memilih jenis pengakuan tertentu
atau menghindari pengakuan keuntungan atau kerugian dengan melakukan
transfer antar-kategori aset keuangan.

Direklasifikasi ke

Diukur pada Tersedia Pinjaman Dimiliki hingga


nilai wajar untuk yang jatuh tempo
dijual diberikan
dan piutang

Diukur pada Hanya Hanya dalam Hanya dalam


Direklasifikasi dari

nilai wajar dalam situasi yang situasi yang


situasi yang langka langka
langka

Tersedia Tidak a, memenuhi a, perubahan


untuk dijual diperkenankan definisi intensi atau
pinjaman yang kemampuan
diberikan dan entitas
piutang
b, habis masa
b, memiliki berlakunya
intensi dan tainting rule
kemampuan
memiliki aset c, dalam situasi
keuangan yang jarang
untuk masa terjadi, yaitu
mendatang ukuran yang andal
yang dapat atas nilai wajar
diperkirakan tidak lagi tersedia
atau hingga
jatuh tempo

Direklasifikasi ke

Diukur pada Tersedia Pinjaman Dimiliki hingga


nilai wajar untuk dijual yang jatuh tempo
diberikan
dan piutang

Pinjaman Tidak Tersedia Tidak


yang diberika diprkenankan harga diperkenankan
dan piutang kuotasian

Dimiliki Tidak a, perubahan Tidak


hingga jatuh diperkenankan intensi atau diperkenankan
tempo kemampuan
entitas

b,terkena
tainting rule

Aset keuangan non-derivatif dapat direklasifikasi dari kategori aset


keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi hanya dalam situasi yang
langka. Situasi yang langka adalah situasi yang timbul dari satu kejadian yang
jarang terjadi dan sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi lagi dalam waktu
dekat. Contoh dari kejadian langka tersebut adalah memburuknya pasar
keuangan dunia pada kuartal ketiga tahun 2008.

Contoh perlakuan akuntansi apabila terjadi reklasifikasi.

1. Dari tersedia untuk dijual menjadi dimiliki hingga jatuh tempo

Pada tanggal 1 Januari 2015, PT Dolce Vita mereklasifikasi investasi di


obligasi dari kategori tersedia untuk dijual menjadi dimiliki hingga jatuh
tempo. Nilai nominal obligasi adalah Rp. 450.000.000. Pada tanggal
reklasifikasi, harga perolehan diamortisasi dari obligasi adalah Rp.
459.928.550. Nilai wajar dari obligasi tersebut adalah Rp. 474.408.250.
Tingkat bunga efektif yang baru adalah 7%.

Pada saat reklasifikasi, nilai wajar obligasi sebesar Rp. 474.408.250 menjadi
harga perolehan diamortisasi yang baru.
Selisih antara nilai tercatat baru dan nilai nominal:
Nilai tercatat baru Rp. 474.408.250
Nilai nominal Rp. 450.000.000
Selisih Rp. 24.408.250
Selisih tersebut diamortisasi selama umur obligasi menggunakan tingkat
bunga efektif yang baru sebagai berikut.
BIAYA
BUNGA PENDAPATAN PEROLEHAN
AMORTISASI
DITERIMA BUNGA DIAMORTISASI
BARU

01-01-
12 Rp. 474.408.250

31-01- Rp. Rp.


12 45.000.000 Rp. 33.208.577 11.791.423 Rp. 462.616.827

31-01- Rp.
13 45.000.000 Rp. 32.383.173 Rp.12.616.827 Rp. 450.000.00

Rp.
TOTAL 24.408.250

Keuntungan dan kerugian dalam penghasilan komprehensif lainnya sebesar


selisih antara nilai wajar Rp. 474.408.250 dan nilai tercatat lama Rp.
459.928.550, yaitu Rp. 14.479.700, diamortisasi menggunakan suku bunga
efektif.

2. Dari dimiliki hingga jatuh tempo menjadi tersedia untuk dijual

Berikut adalah contoh perlakuan akuntansi jika perusahaan menjual investasi


dimiliki hingga jatuh tempo sebelum tanggal jatuh temponya, sehingga
seluruh investasi dari dimiliki hingga jatuh tempo harus direklasifikasi
menjadi tersedia untuk dijual. Pada tanggal 01 Januari2008, PT Lanova
membeli obligasi dengan nilai nominal Rp. 500.000.000, tingkat bunga upon
10% , serta jangka waktu jatuh tempo 10 tahun. Obligasi tersebut membayar
bunga tiap 31 Desember. Harga beli obligasi tersebut adalah Rp. 540.555.000.
Tingkat bunga efektif sebesar 8,75%. Obligasi tersebut diklasifikasikan
sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo. Pada tanggal 01 Januari 2013,
PT Lanova menjual 20% dari obligasi yang dimilikinya tersebut. Nilai wajar
obligasi pada tanggal tersebut adalah Rp. 537.469.750 dan biaya perolehan
diamortisasi sebesar Rp. 520.359.600.

Oleh karena, PT Lanova telah menjual lebih dari jumlah yang tidak
signifikan dari investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo, maka perusahaan
terkena tainting rule. Sisa investasi yang ada harus diklasifikasikan sebagai
investasi tersedian untuk dijual. Selisih antara nilai tercatat dan nilai wajar
diakui di penghasilan komprehensif lainnya:

Nilai wajar sisa investasi (80% x Rp. 537.469.750) Rp. 429.975.800


Nilai tercatat sisa investasi (80% x Rp. 520.359.600) Rp. 416.287.680
Selisih Rp. 13.688.120
F. Penyajian dan Pengungkapan
Penyajian
Berikut contoh penyajian Investasi: Instrumen Ekuitas dan Utang

Pengungkapan
Pengungkapan terkait investasi dalam instrumen ekuitas dan instrumen utang
yang merupakan instrumen keuangan diatur dalam PSAK 60 (Revisi 2013)
Instrutnen Keuangan: Pengungkapan. Beberapa persyaratan pengungkapan yang
diatur dalam PSAK 60 adalah sebagai berikut.
1. Total nilai tercatat dari tiap kategori aset keuangan, yaitu:
a. aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi,
menunjukkan secara terpisah: (i) aset keuangan yang ditetapkan untuk
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada saat pengakuan
awal; dan (ii) aset keuangan yang dikategorikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan sesuai dengan PSAK 55 (Revisi 2014).
b. investasi dimiliki hingga jatuh tempo;
c. pinjaman yang diberikan dan piutang;
d. tersedia untuk dijual.

2. Jika entitas telah mereklasifikasi aset keuangan maka entitas mengungkapkan


jumlah yang direklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi

3. Entitas mengungkapkan jumlah tercatat aset keuangan yang dijaminkan sebagai


agunan untuk liabilitas atau liabilitas kontinjensi

4. Entitas mengungkapkan pos penghasilan, beban,keuntungan atau kerugian


berikut ini pada laporan laba rugi komprehensif atau catatan atas laporan
keuangan:

a. laba atau rugi neto pada: (i) aset keuangan atau liabilitas keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (ii) aset keuangan tersedia
untuk dijual; (iii) investasi dimiliki hingga jatuh tempo; (iv) pinjaman yang
diberikan dan piutang

b. total pendapatan bunga dan total beban bunga untuk aset keuangan yang
tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi;

c. pendapatan dan beban imbalan (selain jumlah yang termasuk dalam


penentuan suku bunga efektif) yang timbul dari aset keuangan yang tidak
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

5. Entitas mengungkapkan dalam ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan,


dasar pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan dan
kebijakanakuntansi lain.

6. Entitas mengungkapkan nilai wajar dari kelompok aset, termasuk asumsi yang
diterapkan dalam menentukan nilai wajar. Termasuk fakta bahwa informasi
nilai wajar tidak diungkapkan karena nilai wajarnya tidak dapat diukur
dengan andal.
Sementara pengukuran untuk investasi dalam entitas asosiasi diatur di
dalam PSAK 67 Pengungkapan Kepentingan Entitas Lain yang berlaku efektif 1
Januari 2015. Pengungkapanyang disyaratkan adalah sebagai berikut.

1. Entitas mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan


keuangan untuk mengevaluasi:

a. sifat, luas, dan dampak keuangan dari kepentingannya dalam pengaturan


bersamadan entitas asosiasi, termasuk sifat dan dampak hubungan
kontraktualnya dengan investor lain yang memiliki;

b. pengaruh signifikan atas pengaturan entitas asosiasi; dan

c. sifat dan perubahan risiko yang terkait dengan kepentingannya dalam


entitas asosiasi.

2. Entitas mengungkapkan:

a. untuk setiap entitas asosiasi yang material: (i) nama entitas asosiasi; (ii)
sifat hubungan entitas dengan entitas asosiasi; (iii) lokasi utama kegiatan
usaha (dan negara tempat pendirian, jika dapat diterapkan dan berbeda
dari lokasi utama kegiatan usaha) entitas asosiasi; (iv) proporsi bagian
kepentingan atau penyertaan modal yang dimiliki oleh entitas dan, jika
berbeda, proporsi hak suara yang dimiliki (jika dapat diterapkan).

b. untuk setiap entitas asosiasi yang material: (i) apakah investasi dalam
entitas asosiasi diukur dengan menggunakan metode ekuitas atau pada
nilai wajar; (ii) ringkasan informasi keuangan mengenai entitas asosiasi;
(iii) jika entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan metode ekuitas,
maka nilai wajar investasi dalam entitas asosiasi, jika terdapat harga pasar
kuotasian untuk investasi tersebut.

c. informasi keuangan dalam gabungan untuk seluruh entitas asosiasi yang


tidak material secara individual.

3. Entitas juga mengungkapkan:


a. sifat dan luas pembatasan signifikan apa pun.

b. ketika laporan keuangan entitas asosiasi yang digunakan dalam


menerapkan metode ekuitas adalah pada tanggal atau periode yang berbeda
dengan tanggal atau periodelaporan keuangan entitasnya: (i) tanggai akhir
periode pelaporan laporan keuangan entitas asosiasi; dan (ii) alasan
menggunakan tanggal atau periode yangberbeda.

c. bagian kerugian yang belum diakui dari entitas asosiasi, baik untuk periode
pelaporandan secara kumulatif, jika entitas menghentikan pengakuan
bagian kerugiannya dari entitas asosiasi ketika menerapkan metode
ekuitas.

4. Entitas mengungkapkan liabilitas kontinjensi yang terjadi terkait dengan


kepentingannya dalam entitas asosiasi(mencakup bagiannya terhadap
liabilitas kontinjensi yang terjadi secara bersamaan dengan investor lain yang
memiliki pengaruh signifikan atas entitas asosiasi), secara terpisah dari
jumlah liabilitas kontinjensi lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Metode ekuitas adalah metode pencatatan investasi yang pada awal


perolehan investor mencatat investasi sebesar biayanya, dividen maupun
distribusi laba dicatat sebagai pengurang akun investasi.

Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas harus melakukan evaluasi


untuk menentukan apakah terdapat bukti yang objektif bahwa aset keuangan
mengalami penurunan nilai.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini,diharapkan kepada pembaca dan penulis agar


dapat memahami serta menambah wawasan tentang Investasi Instrumen Ekuitas,
yang meliputi klasifikasi, pengakuan, penurunan nilai, reklasifikasi investasi,
serta hal-hal lain yang berhubungan dengan Investasi Instrumen Ekuitas.
DAFTARPUSTAKA

Martani, Dwi. 2015. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK Buku 2.


Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai