Anda di halaman 1dari 20

BAB 28

(Informasi Keuangan)

Informasi keuangan banyak digunakan dalam keputusan investasi dan kredit di pasar keuangan (financial
market). Kecukupan dan ketepatan informasi dalam keputusan keputusan tersebut diupayakan melalui
penghilangan kendala-kendala, terutama yang berkaitan dengan asimetri informasi adverse selection,
dan moral hazard Pada dasarnya, pelaporan keuangan dikembangkan untuk mengatasi kendala kendala
tersebut.

Informasi keuangan berperan dalam pembentukan harga saham melalui proses pengambilan keputusan
yang dilakukan oleh para investor dalam perdagangan efek. Informasi informasi penting dalam
pelaporan keuangan yang biasanya menjadi kajian dalam studi tentang pasar modal meliputi dividen,
laba, harga, imbalan, dan informasi publik Informasi informasi ini, biasanya, merupakan informasi yang
diperoleh atau disediakan karena regulasi pemerintah dan berkaitan dengan informasi keuangan.

Selain dividen, laba merupakan informasi keuangan penting dalam teori tentang pembentukan harga
saham. Laba, pada hakikatnya, adalah kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha setelah nilai yang
diperlukan untuk mempertahankan modal awal telah dicapai Konsep pemeliharaan modal menjadi kunci
dalam mendefinisikan laba. Konsep pemeliharaan modal terdiri atas pemeliharaan modal operasi atau f
(operating or phisical capital maintenance dan pemeliharaan modal finansial (financial capital
maintenance).

Tujuan pelaporan keuangan yang bersifat umum adalah untuk memberikan informasi tentang suatu
entitas. Informasi yang disampaikan tersebut adalah informa yang bermanfaat bagi investor dan kreditur
yang ada saat ini dan yang akan datang Biasanya, informasi tersebut digunakan untuk pengambilan
keputusan dalam kapasitasnya sebagai penyedia modal. Tujuan lainnya adalah untuk penilaian
kepengurusan (stewardship) dan pertanggungjawaban (responsibility) dari manajemen (direksi

Informasi keuangan harus mempunyai ciri-ciri kualitatif yang memadai, Kerangka konseptual untuk
pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board mengklasifikasikan
ciri-cir kualitatif tersebut menjadi karakteristik fundamental dan karakteristik komplementer
Karakteristik fundamental mensyaratkan bahwa informasi keuangan harus relevan dan jujur. Termasuk
dalam pernyataan kejujuran adalah lengkap dan netral. Karakteristik komplementer mengharuskan agar
informasi keuangan dapat diperbandingkan, dapat diverifikasi, tepat waktu, dan dapat dimengerti.
BAB 29

(Laporan Keuangan)

Laporan keuangan merupakan inti dari keterbukaan informasi di pasar modal. Informasi tentang laba
(earning) yang terdapat dalam laporan keuangan digunakan sebagai Indikator dari nilai fundamental
perusahaan. Indikator-indikator ini merupakan salah satu informasi penting yang digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan investasi

Unsur penting dalam penyusunan laporan keuangan adalah pengetahuan yang mendalam mengenai
pengertian dari tiap tiap elemen dari laporan keuangan, kapan elemen-elemen tersebut harus diakui
dan bagaimana cara mengukurnya. Penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan
hal lain yang perlu didalami. Saat menyusun laporan keuangan, rujukan harus diberikan pada tujuan
pelaporan keuangan, diri-ciri kualitatif pelaporan keuangan, dan konsep laba. Umumnya, standar
akuntansi mengatur mengenai hal-hal tersebut. Jika standar akuntansi belum mengaturnya, kerangka
konseptual untuk pelaporan keuangan dapat digunakan sebagai acuan.

Penerapan IFRS yang berbasis prinsip, bukan berbasis aturan, mengharuskan aset dan liabilitas
dinyatakan sebesar nilai wajar Akuntansi berbasis nilai wajar ini mengakibatkan pertimbangan
profesional akan menjadi lebih dominan. Perusahaan lebih mempunyai fleksibilitas dalam
penerapannya. Selain itu, penerapan IFRS memerlukan kerangka pemrosesan fakta, pemahaman makna
ekonomi, pengalaman praktik, dan pola berpikir tidak hanya terbatas pada masalah akuntansi.
Penerapan IFRS memerlukan pengetahuan-pengetahuan lain, di antaranya pengetahuan dalam bidang
keuangan, ekonomi, pengambilan keputusan, metode penilaian, dan akuntansi forensik.

Agarlebih perlu dianalisis dan diinterpretasikan. Analisis dan interpretasi laporan keuangan akan
memberikan makna atau arah perubahan dari suatu fenomena. Makna dapat berupa kesimpulan
tentang kondisi atau kinerja perusahaan. Arah perubahan dapat digunakan untuk memprediksikan
kejadian pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan dapat digunakan untuk menunjukkan 4
(empat) hal, yaitu likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan efisiensi. Metode yang digunakan dapat
berupa analisis horizontal, analisis vertikal, analisis ukuran sama, atau analisis nisbah.

Dalam kerangka tata kelola perusahaan yang baik, penyusunan laporan keuangan. akan melalui proses
verifikasi bertahap. Proses ini dapat lebih memastikan keandalan laporan keuangan yang disampaikan
kepada publik. Proses verifikasi bertahap meliputi poin-poin berikut.
1. Sertifikasi oleh manajemen.

2. Pengawasan melalui tata kelola perusahaan.

3. Sistem saling periksa (check & balance) melalui pengendalian internal.

4. Audit oleh akuntan publik.

5. Penelitian dan pemeriksaan oleh pihak otoritas.

6. Penelitian oleh pengguna laporan keuangan.

Adanya pengawasan atau verifikasi bertahap ini akan meningkatkan keandalan (reliability) laporan
keuangan sehingga dapat mencegah pengguna laporan keuangan dari perbuatan salah pilih (adverse
selection).

Bab 30

(Manipulasi Laporan Keuangan)

Manipulasi laporan keuangan dianggap sebagal tindakan melanggar memenuhi syarat-syarat berikut.

1. Adanya niat jahat

2. Adanya perbuatan yang mengakibatkan salah saji (mis statement) dan penghilangan (omission).
3. Salah saji atau penghilangan berkaitan dengan jumlah atau pengungkapan.

4. Dengan maksud menipu pengguna laporan keuangan.

5. Dilakukan secara melawan hukum.

Kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) merupakan kata lain dari manipulasi
laporan keuangan. Kecurangan pelaporan keuangan dapat dilakukan dengan pengelolaan laba (earning
management), pengelolaan laporan posisi keuangan (balance sheet management), atau pengelolaan
pengungkapan (disclosure management). Inti dari pengelolaan laba adalah mengatur perhitungan laba
sehingga memperoleh gambaran tentang hasil usaha yang paling diinginkan oleh manajemen.
Pengelolaan laporan posisi keuangan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran posisi (kondisi)
keuangan yang paling diinginkan. Sementara, pengelolaan pengungkapan berkaitan dengan kecukupan
pengungkapan sesuai dengan keinginan manajemen.

Bidang (area) yang dapat digunakan untuk melakukan kecurangan pelaporan keuangan adalah akuntansi
dan pelaporan, transaksi, tata kelola perusahaan, dan organisasi. Umumnya, ke-empat bidang ini
dijalankan secara bersama-sama. Tidak berdiri sendiri-sendiri. Sementara, terdapat 4 (empat) kondisi
yang memudahkan untuk melakukan kecurangan, yaitu adanya piha

manajemen yang dominan, adanya penetapan harga atau na yang tidak wajar, dan adanya pengendalian
yang berada dalam satu manajemen. Skandal-skandal akuntansi yang terjadi di Indonesia dan dunia
biasanya dilakukan dengan cara-cara berikut.

1. Menerapkan standar akuntansi secara keliru.

2. Mengatur atau menciptakan transaksi yang tidak genuine.

3. Menyalahgunakan posisi manajemen yang dominan untuk mengesampingkan sistem

4. pengendalian internal.

5. Mendirikan perusahaan perusahaan yang dapat digunakan sebagai kendaraan untuk melaksanakan
transaksi yang tidak genuine.

6. Menyalahgunakan hubungan antarpihak berelasi (related parties untuk mengatur transaksi.


Skandal akuntansi yang marak terjadi mengakibatkan pemerintah memandang perlu untuk
mengeluarkan regulasi yang berkaitan dengan pelaporan keuangan dan tata kelolanya. Regulasi juga
dianggap perlu bagi profesi yang berkaitan ent dengan keandalan pelaporan keuangan, yaitu akuntan
publik. Di Amerika Serikat, regulasi diwujudkan dengan dikeluarkannya Sarbanes Oxley Act pada 2002.
Undang undang ini dianggap mereformasi tata kelola perusahaan dan profesi akuntan publik Gaung
Sarbanes and Oxley Act memancar ke seluruh dunia, dalam arti ketentuan tentang tata kelola
perusahaan dan pembatasan profesi akuntan publik banyak diikuti oleh negara-negara di dunia,
termasuk Indonesia.

BAB 31

(Laporan Tahunan)

Laporan tahunan merupakan pemutakhiran informasi tentang aspek fundamental perusahaan. Di


dalamnya terkandung unsur kinerja yang telah dicapai dan harapan pada masa mendatang. Dengan
analisis yang tajam, laporan tahunan dapat menunjukkan perkembangan nilai perusahaan, tidak saja
secara kuantitatif, tetapi juga kualitatif.

Informasi atau fakta material yang dapat memengaruhi harga sekuritas dan keputusan pemodal, calon
pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan harus disampaikan kepada OJK dan diumumkan kepada
publik selambat-lambatnya dalam 2 (dua) hari kerja setelah terjadinya peristiwa yang bersangkutan.
Waktu yang tepat untuk penyampaian dan pengumuman informasi atau fakta material ditentukan
berdasarkan probabilitas kejadian dan keandalan

pengukurannya.

Informasi penting lainnya diperoleh melalui prospektus yang harus disampaikan perusahaan saat
mengajukan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum sekuritas. Hampir semua aspek
penting dari emiten perlu dicantumkan dalam prospektus. Dengan informasi tersebut, investor dianggap
telah mempunyai informasi yang cukup dan tepat untuk mengambil keputusan investasi. Beberapa studi
terakhir menyimpulkan
masih perlunya perbaikan-perbaikan mendasar (reformasi) dalam pelaporan keuangan. Variabilitas yang
besar dalam pelaporan antara satu entitas dan entitas yang lain masih dipertanyakan. Sementara,
kemampuan laba (earning) dalam memprediksikan hasil pada masa mendatang perlu diperluas.
Informasi tentang kinerja dan pola konversi kas masa lalu lebih banyak digunakan untuk prediksi jumlah,
waktu, dan risiko arus kas mendatang dibandingkan dengan sumber daya dan klaim atas sumber daya
tersebut yang ada saat ini.

BAB 32

(Fungsi Akuntan)

Akuntan merupakan profesi yang sangat diregulasi. Hal ini tidak terlepas dari peran penting mereka di
pasar keuangan, terutama pasar modal. Mekanisme di pasar ini sangat mengandalkan pada informasi
keuangan yang dihasilkan oleh profesi tersebut. Informasi keuangan memengaruhi pembentukan harga
atau nilai di pasar. Namun tidak dipungkiri adanya faktor lain yang juga ikut menentukan.

Akuntansi adalah teknik yang dikembangkan untuk membantu orang atau organisasi memonitor
transaksi ekonominya. Akuntansi menyediakan informasi mengenai transaksi atau kejadian ekonomi
yang mereka lakukan. Dalam praktiknya, akuntansi merupakan suatu seni (art) atau keahlian craft)

Laporan keuangan, sebagai produk utama akuntansi, merupakan bentuk pertanggungjawaban direksi
atau dewan komisaris. Laporan ini dapat digunakan untuk menilai kinerja direksi melalui analisis
terhadap kuat-tidaknya posisi keuangan dan bagus-tidaknya hasil usaha. Dari evaluasi tersebut dapat
diambil keputusan untuk mempertahankan atau melepas direksi atau dewan komisaris. Selain sebagai
pertanggungjawaban, laporan keuangan dapat digunakan oleh investor atau kreditur untuk
memutuskan perlu-tidaknya menahan, menjual, dan membeli saham atau surat surat berharga yang
dimiliki,

Hubungan antara akuntan dan publik merupakan hubungan fidusia. Hubungan ini mengakibatkan
timbulnya kewajiban fidusia. Bagi akuntan manajemen, sebagai penyusun laporan keuangan, kewajiban
fidusia tersebut muncul karena hubungan fidusia yang disandang oleh direksi atau dewan komisaris.
Hubungan fidusia antara akuntan publik, sebagai pemberi asurans terhadap laporan keuangan, dengan
publik, terjalin secara langsung.
Hubungan fidusia antara akuntan publik dan direksi atau dewan komisaris dan pemegang saham dan
stakeholder lain didasarkan atas kepercayaan dari pemberi tugas fidusia. Kepercayaan bahwa akuntan
publik, direksi, atau dewan komisaris akan melaksanakan kewajiban fidusianya dengan baik. Kepastian
bahwa tugas fidusia akan dilaksanakan dengan baik dimanifestasikan dalam standar perilaku dan
standar performa yang harus dipatuhi oleh penerima tugas fidusia.

Bagi akuntan, standar perilaku yang akan dijabarkan dalam kode etik sebaiknya mengacu pada paham-
paham filosofis tentang etika yang lazim diakui secara universal. Paham-paham filosofis tersebut adalah
utilitarianisme, deontologisme, dan

virtuisme. Standar performa dapat digolongkan menjadi standar penyusunan dan standar pemberian
asurans laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan, standar yang harus diikuti adalah
standar akuntansi, termasuk kerangka pelaporan keuangannya. Proses penyusunan laporan keuangan
mengikuti kerangka pengendalian internal yang dikeluarkan oleh organisasi yang

mempunyai otoritas untuk melakukannya.

Standar performa bagi akuntan publik pada waktu memberikan jasa audit terhadap laporan keuangan
historis terdiri atas standar audit dan standar pengendalian mutu Standar audit diberlakukan untuk
pelaksanaan audit terhadap laporan keuangan. Standar pengendalian mutu berkaitan dengan kebijakan
dan prosedur yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik dalam menjalankan operasinya sehingga
kualitas, jasa asurans (termasuk audit atas laporan keuangan historis) telah memenuhi mutu yang
diharapkan oleh pengguna laporan.

Jika terjadi konflik antara akuntan dan pihak lain, penyelesaiannya dapat menempuh jalur profesional
atau jalur hukum. Solusi konflik melalui jalur profesional ditangani oleh organisasi profesi yang
bersangkutan. Jalur hukum ditempuh melalui pengadilan.

BAB 33

(Audit Laporan Keuangan)

Audit laporan keuangan merupakan hubungan fidusia yang melibatkan stakeholder, akuntan publik dan
direksi/ dewan komisaris. Tanggung jawab fidusia akuntan publik adalah kepada stakeholder. Kepada
direksi, akuntan publik mempunyai tanggung jawab untuk mengomunikasikan dan melaporkan
pekerjaan audit dan hasilnya. Hubungan fidusia seperti ini merupakan penerapan dari teori keagenan.

Dalam melakukan audit atas laporan keuangan, akuntan publik menggunakan pendekatan audit berbasis
risiko (risk based audit). Selain itu, selama melaksanakan audit, akuntan publik diwajibkan untuk
mematuhi kode etik dan standar audit yang berlaku. Akuntan publik juga harus senantiasa menerapkan
doktrin kewaspadaan profesional (professional sceptism) dan pertimbangan profesional (professional
judgement) dalam segala tindakan yang dilakukan.

Proses audit meliputi tahap-tahap sebagai berikut.

1. Penerimaan klien.

2. Pelaksanaan audit.

3. Penyimpulan audit.

4. Pelaporan audit.

5. Pelaksanaan audit,

selain penyimpulan dan pelaporan, harus mencakup tiga langkah berikut.

a. Perencanaan audit. Pemahaman dan penilaian sistem

b. pengendalian internal.

C. Pengumpulan bukti audit.


D. Masalah-masalah yang berkaitan

dengan tata kelola perusahaan, pelaporan keuangan, dan pemberian jasa audit atas laporan keuangan
semakin banyak yang diatur oleh ketentuan regulasi. Sarbanes Oxley Act (SOA) yang dikeluarkan pada
2002 di Amerika Serikat merupakan reformasi terhadap masalah-masalah tersebut.

BAB 34

(Kode Etik Akuntan)

Kode etik akuntan didasarkan atas kerangka konseptual (conceptual framework) dan prinsip-prinsip
dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan aturan etika selanjutnya. Kerangka konseptual
memuat faktor-faktor yang dapat menimbulkan ancaman (threat) terhadap upaya mematuhi prinsip-
prinsip dasar etika. Setiap ancaman perlu diidentifikasi, dievaluasi, dan dilakukan tindakan pencegahan
(safeguard).

Prinsip-prinsip dasar etika bagi profesi akuntan terdiri atas lima hal berikut.

1. Integritas (integrity).

2. Objektivitas (objectivity).

3. Kompetensi profesional dan kesaksamaan (professional competence and due care).

4. Kerahasiaan (confidentiality).

5. Perilaku profesional (professional behavior).

Ancaman yang dapat timbul diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi lima kategori berikut.

1. Kepentingan pribadi (self interest).


2. Telaah pekerjaan sendiri (self review).

3. Advokasi (advocacy).

4. Kefamilian (familiarity).

5. Intimidasi (intimidation).

Kode etik untuk akuntan profesional dirinci ke dalam tiga bagian, yaitu Bagian A, Bagian B, dan Bagian C.
Bagian A berd kerangka konseptual dan prinsip-prinsip dasar. Bagian B berlaku untuk akuntan
profesional yang melakukan praktik untuk publik (akuntan publik). Bagian C berkaitan dengan akuntan
profesional yang bekerja dalam bisnis (akuntan manajemen).

Kode etik untuk akuntan profesional yang bekerja dalam bisnis dibagi ke dalam seksi-seksi yang
membahas tentang hal-hal

berikut.

1. Benturan kepentingan.

2. Penyusunan dan pelaporan informasi.

3. Kepentingan keuangan, kompensasi, dan insentif yang dikaitkan dengan pelaporan keuangan dan
pengambilan keputusan.

BAB 35

(Kode Etik Akuntan Publik)

Bagian B dari kode etik yang dikeluarkan oleh IESBA berlaku untuk akuntan publik. Kerangka berpikir
dalam menghadapi ancaman yang mungkin timbul dari suatu keadaan atau hubungan mengikuti
kerangka konseptual dalam pelanggaran kode etik. Ancaman yang dapat muncul terhadap kepatuhan
prinsip prinsip dasar etika diklasifikasikan ke dalam lima hal, yaitu kepentingan pribadi, telaah pekerjaan
sendiri, advokasi, kefamilian, dan intimidasi.

Kode etik akuntan publik membahas tentang masalah-masalah berikut.

1. Penunjukan profesional.

2. Benturan kepentingan.

3. Pendapat kedua.

4. Honorarium dan bentuk remunerasi lainnya.

5. Pemasaran jasa profesional.

6. Hadiah dan keramah-tamahan lainnya.

7. Penyimpanan aset milik klien.

8. Objektivitas.

9. Independensi dalam penugasan audit dan review.

10. Independensi dalam penugasan asurans lain.

Keadaan atau hubungan yang dapat menimbulkan ancaman terhadap dipatuhinya prinsip-prinsip dasar
etika dapat digolongkan menjadi lima.

1. Hubungan keuangan.

2. Hubungan bisnis.

3. Hubungan kefamilian.

4. Hubungan kerja.
5. Hubungan jasa nonasurans.

Jasa nonasurans yang diberikan kepada klien audit dapat menimbulkan ancaman terhadap dipatuhinya
prinsip-prinsip dasar etika. Jenis jasa yang diberikan dapat bermacam-macam. Berikut ini jasa-jasa
nonasurans yang disebutkan dalam kode etik.

1. Jasa yang bersangkutan dengan tanggung jawab manajerial.

2. Jasa pencatatan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

3. Jasa penilaian.

4. Jasa perpajakan.

5. Jasa audit internal.

6. Jasa sistem informasi teknologi.

7. Jasa hukum.

8. Jasa penempatan kerja.

9. Jasa keuangan korporat.

BAB 36

(Tanggung Jawab Hukum)

Laporan bagian keuangan terpenting dalam merupakan sistem pertanggungjawaban keuangan


perusahaan terbuka kepada publik. Laporan ini juga merupakan unsur penting dalam sistem informasi
keuangan di pasar modal. Laporan keuangan yang tidak benar atau menyesatkan dapat menjadi sumber
masalah hukum, terutama bagi penanggung jawab dan pemberi asurans laporan tersebut.
Masalah hukum yang berkaitan dengan laporan keuangan biasanya berkaitan dengan kelalaian dan
kecurangan yang dapat mengakibatkan laporan tersebut "tidak benar" atau "menyesatkan. Laporan
keuangan dianggap tidak benar atau menyesatkan jika laporan tersebut tidak disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, dan tidak disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan dan
sandar akuntansi yang berlaku.

Kelalaian atau kecurangan dapat menimbulkan tuntutan perdata atau pidana tergantung siapa yang
menuntut. Tuntutan perdata dapat dilakukan di antara pihak- pihak yang bersepakat untuk membuat
suatu kontrak. Tuntutan perdata juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang memperoleh manfaat
(beneficiary third party) dari kontrak. Umumnya, tuntutan perdata yang berkaitan dengan kelalaian
berupa tuntutan ganti rugi (tort). Tuntutan pidana dilakukan oleh negara karena tindakan yang
bersangkutan dianggap sebagai tindakan kriminal.

Kelalaian dan kecurangan dalam penyusunan dan pemberian asurans terhadap laporan keuangan terjadi
karena tidak dipatuhi atau tidak dipenuhinya kode etik dan standar profesi yang bersangkutan. Untuk
akuntan publik, sebagai pemberi asurans, standar profesi yang dimaksud adalah standar audit,
sedangkan bagi akuntan manajemen, sebagai penyusun, standar profesi yang dimaksud adalah standar
akuntansi.

Kelalaian menimbulkan kesalahan yang tidak disengaja. Kelalaian dapat berupa kelalaian biasa (ordinary
negligence), kelalaian besar (gross negligence), atau kesembronoan (constructive fraud and reckless).
Kecurangan disertai dengan niat jahat (iktikad tidak baik) untuk menipu, mengelabui, atau menyesatkan
pihak lain demi keuntungan diri sendiri atau pihak lain.

Masyarakat Indonesia dapat dipandang sebagai masyarakat yang belum berbudaya litigasi. Kelemahan
dalam penegakan hukum, keengganan berurusan dengan hukum, dan kecenderungan untuk
menyelesaikan masalah hukum melalui cara di luar hukum menyebabkan rendahnya budaya tersebut.
Sebetulnya, pengembangan budaya hukum yang bersih dan efektif akan menunjang terciptanya sistem
tata kelola perusahaan nasional yang baik.

BAB 37

(Penetapan Standar)
Pekerjaan terbesar profesi akuntan adalah memperoleh kepercayaan dari stakeholder pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, untuk dipersepsikan sebagai profesi yang berintegritas dengan
kepatuhan yang tinggi dari anggota-anggotanya terhadap kode etik dan standar performa. Salah satu
sarana untuk membangun kepercayaan publik dan integritas profesi adalah dengan mengembangkan
kode etik profesi dan standar performa yang dapat memenuhi harapan masyarakat. Dalam buku ini,
kode etik dan standar performa yang dimaksud adalah kode etik dan standar yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan.

Tidak mudah untuk memenuhi semua harapan masyarakat. Akan selalu terdapat jurang perbedaan (gap)
antara apa yang diharapkan masyarakat dan apa yang bisa diberikan oleh profesi akuntan. Upaya yang
dapat dilakukan adalah mencoba untuk mempersempit jurang perbedaan tersebut. Pengelolaan jurang
perbedaan ini menjadi tugas lembaga penyusun standar.

Agar dapat menghasilkan standar dan kode etik yang memadai dan diterima oleh masyarakat, lembaga
penyusun standar harus merupakan lembaga yang dapat dipercaya dan diakui keberadaan dan
kompetensinya oleh masyarakat pengguna laporan keuangan. Selain itu, proses penyusunan juga harus
dilakukan secara saksama (due process) agar akseptabilitas, integritas, dan kapabilitas standar atau kode
etik dapat dipertanggungjawabkan

ekspektasi mengenai laporan keuangan, pada tingkat umum, berkaitan dengan keakuratan dan
kegunaan laporan tersebut. Dalam hal keakuratan, perbedaan ekspektasi bersangkutan dengan Istilah
benar dan wajar. Pengguna laporan keuangan mengharapkan agar laporan keuangan mencantumkan
angka-angka yang pasti benar (true). Sementara, penyusun, penanggung jawab, dan pemberi asurans
atas laporan keuangan menggunakan konsep penyajian yang wajar (fair presentation). Unsur
materialitas, pertimbangan profesional, dan estimasi ikut diperhatikan.

Perbedaan ekspektasi tentang manfaat laporan keuangan berhubungan dengan kegunaannya dalam
pengambilan keputusan oleh investor dan kreditur. Kritik yang diajukan terhadap poran keuangan yang
menggunakan basis biaya historis (historical cost accounting) adalah bahwa laporan tidak dapat
digunakan sebagai basis pengambilan keputusan karena disparitasnya yang tinggi dengan nilai yang
sebenarnya. Lembaga penyusun standar internasional (International Accounting Standard Board)
merespons tantangan ini dengan menerapkan konsep akuntansi nilai wajar (fair value accounting) dalam
penyusunan laporan keuangan. Penerapan akuntansi nilai wajar juga tidak luput dari kritik, terutama
yang berkaitan.
kebijakan keuangan dan penemuan semua kecurangan dan ketidakberesan. Jurang perbedaan harapan
tersebut, jika ingin dipenuhi atau dipersempit, akan mengharuskan diubahnya konsep audit laporan
keuangan historis. Dalam hal ini, tujuan, ruang lingkup, dan metode audit perlu didefinisikan kemball.
Audit atas laporan keuangan tidak dirancang untuk menemukan kecurangan atau ketidakberesan. Audit
laporan keuangan juga tidak dirancang untuk menilai efisiensi manajemen dan kepantasan kebijakan
keuangan.

dengan keandalan laporan. Perbedaan ekspektasi dalam bidang audit, selain keakuratan laporan
keuangan, mencakup peran audit dalam menjamin efisiensi manajemen dan kepantasan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) diberi wewenang oleh pemerintah untuk menyusun dan menetapkan
kode etik profesi dan standar profesi yang dalam hal ini adalah standar akuntansi keuangan. Institut
Akuntan Publik Indonesia (API) diberi wewenang untuk menetapkan Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Dalam perkembangannya, IAPI mengadopsi International Standards on Auditing (ISA) yang
dikeluarkan oleh International Auditing and Asurance Standard Board (IAASB) untuk standar audit
(SPAP) yang digunakan di Indonesia. Untuk kode etik profesi, IAI mengadopsi Code of Ethics for
Professional Accountant (Code of Ethics) yang dikeluarkan oleh International Ethics Standard Board
(IESB). Standar akuntansi keuangan dikaitkan dengan International Accounting Standard (IAS) yang
dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board dan International Financial Reporting
Standard (IFRS) yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountants.

BAB 38

(Stakeholder Lainnya)

Dalam kaitannya dengan tata kelola perusahaan, kepentingan stakeholder lain, selain pemegang saham,
dapat dikategorikan menjadi stakeholder yang hak-hak dan kewajibannya telah diatur dengan undang
undang dan stakeholder yang hak dan kewajibannya belum diatur oleh peraturan perundang-undangan.
Jika hak dan kewajiban stakeholder telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, perusahaan
wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang undangan tersebut. Demikian juga jika hak dan
kewajiban stakeholder telah diatur dalam perjanjian antara kedua belah pihak (kontrak). Kerugian yang
ditimbulkan karena pelanggaran terhadap hak-hak stakeholder harus memperoleh ganti rugi yang
efektif.
Kelompok stakeholder yang selama ini dibicarakan terdiri atas pemegang saham, kreditur, pemasok,
karyawan, pemerintah, konsumen, aktivis (lingkungan dan masyarakat), dan pesaing. Kecuali
pemerintah, kepentingan para stakeholder sebagian besar telah diakomodasikan dalam undang-undang
yang dikeluarkan oleh negara. Tersedianya undang-undang menunjukkan bahwa negara telah berperan
dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi prinsip-prinsip dasar hubungan etis yang harus terbangun
antara perusahaan dan stakeholder. Langkah- langkah pencegahan terhadap hubungan yang merugikan
kedua belah pihak juga telah diambil. Undang-undang juga mencegah terjadinya penyalahgunaan
wewenang dengan memastikan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Selain pemegang saham, kreditur (termasuk pemasok) merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan.
Pemegang saham menyediakan modal (equity).

sedangkan kreditur memberikan pinjaman (debt). Umumnya, bank merupakan kreditur terbesar.
Sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman kepada debitur, bank sering disebut sebagai
lembaga perantara karena dana yang dipinjamkannya berasal dari dana nasabah (masyarakat) yang
ditempatkan padanya. Dalam kedudukannya sebaga lembaga perantara, bank diberi hak untuk
melakukan pengawasan (monitoring) terhadap jalannya perusahaan. Hak-hak ini dilaksanakan melalui
syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian kredit sebagai negative covenant. Jika bank merupakan
pemasok dana dengan proporsi yang besar, la dapat memengaruhi tata kelola yang harus diterapkan
dalam perusahaan.

Perlindungan utama bagi kreditur dalam menagih pinjaman yang diberikan adalah melalui tuntutan
kepailitan. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (Undang-Undang Kepailitan) menyediakan sarana hukum bagi kreditur untuk
mengajukan permohonan pailit kepada debitur yang tidak membayar lunas utangnya saat jatuh tempo.
Hukum kepailitan menyediakan forum bersama untuk mengklasifikasikan hak-hak dari berbagai jenis
(penagihan) kreditur terhadap harta kekayaan debitur pailit yang sudah tidak cukup nilainya untuk
membayar semua tagihan para kreditur tersebut. Hukum kepailitan digunakan sebagai collective
proceeding dalam rangka mengatur collective action sehingga masalah-masalah yang muncul karena
kepentingan masing-masing kreditur dapat dihindari.

Selain kepailitan, Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 juga menyediakan sarana bagi debitur atau
kreditur untuk mengajukan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang IPKPU) jika diketahui bahwa kreditur akan mengalami
kesulitan dalam melunasi utang- utangnya. Tujuan permohonan PKPU adalah memberikan kesempatan
kepada debitur untuk mengajukan rencana perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran sebagian
atau seluruh utang kepada kreditur. Tujuan ini berbeda dengan permohonan pailit yang hasil akhirnya
adalah pemberesan. Inti dar PKPU adalah rencana perdamaian yang dapat disetujui atau ditolak oleh
kreditur. Jika rencana perdamaian disetujui, perdamaian harus disahkan oleh pengadilan. Jika rencana
perdamaian ditolak, debitur akan menjadi pailit demi hukum.

BAB 39

(Profesi dan Lembaga Lain)

Fungsi kepenasihatan dalam struktur tata kelola perusahaan, biasanya dilaksanakan oleh penasihat
profesional, seperti penasihat hukum, analis keuangan atau analis sekuritas, dan bank investasi. Di
Indonesia, fungsi bank investasi dilakukan oleh perusahaan sekuritas yang harus terpisah dari bank
komersial. Fungsi kepenasihatan berkaitan dengan bantuan untuk mengevaluasi dan memberikan
nasihat (rekomendasi) dari suatu transaksi bisnis.

Keputusan-keputusan bisnis yang telah didasarkan atas nasihat dari pihak luar akan meningkatkan
kredibilitas dan keandalan keputusan yang dibuat. Namun, perlu dicatat bahwa tanggung jawab
terhadap keputusan itu tetap berada di tangan direksi dan dewan komisaris atau pihak yang meminta
nasihat.

Kerangka tata kelola perusahaan yang baik harus dilengkapi dengan pendekatan yang efektif untuk
memastikan bahwa analisis dan nasihat atau pendapat yang diberikan oleh analis, perantara pedagang
sekuritas (broker-diler), lembaga pemeringkat, dan lembaga atau profesi lain yang relevan dengan
keputusan investor, bebas dari benturan kepentingan yang material yang dapat mengganggu integritas
analisis, nasihat, atau pendapat tersebut. International Organization of Securities Commission (OSCO)
melalui komite

tekniknya telah mengeluarkan berbagai prinsip (principles) bagi para pelaku di pasar modal. Pada
dasarnya, prinsip prinsip yang harus diikuti oleh para pelaku pasar modal tersebut bertujuan untuk
menciptakan pasar yang wajar (fair), efisien (efficient), dan transparan (transparent). Prinsip-prinsip itu
juga dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada investor dan menurunkan risiko sistemis.
Dengan diberlakukannya prinsip-prinsip tersebut, kredibilitas lembaga atau profesi, dan keandalan
analisis, nasihat, atau opini mereka akan dapat ditingkatkan.

Sebagian besar lembaga atau profesi seperti yang telah disebutkan telah diatur dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). Termasuk dalam lembaga atau profesi yang diatur
dalam UUPM adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan pasar modal, misalnya
perusahaan sekuritas, wakil perusahaan sekuritas, penasihat investasi, dan manajer investasi. Lembaga
penunjang pasar modal terdiri atas kustodian, biro administrasi sekuritas, dan wall amanat Profesi
penunjang menurut UUPM adalah akuntan, konsultan hukum, penilai, dan notaris. Profesi lain dapat
dianggap sebagal profesi penunjang berdasarkan peraturan pemerintah.

BAB 40

(Pemerintah)

Krisis global, yang dimulai dengan krisis keuangan di Amerika Serikat tahun 2007, menjadi pelajaran
sangat pahit tentang besarnya biaya (kerugian) sosial yang diakibatkan oleh hubungan keagenan dalam
masyarakat. Namun, dalam pertemuan para Kepala Negara kelompok G-20 disepakati bahwa prinsip
pasar, perdagangan terbuka,

dan rezim investasi masih layak untuk dipertahankan. Terdapat lima prinsip reformasi yang harus
dilakukan di sektor keuangan, yaitu penguatan transparansi dan akuntabilitas, perluasan regulasi yang
sehat, peningkatan integritas pasar keuangan, penguatan kerja sama internasional, dan reformasi
lembaga keuangan internasional.

Tata kelola perusahaan yang baik sangat dipegang, salah satu tugas dari regulasi relevan bagi
perusahaan-perusahaan yang adalah mengelola informasi tersebut. memperdagangkan saham atau
menjual surat-surat utang di pasar modal. Melalui yang disepakati dalam pertemuan para pasar,
perusahaan-perusahaan tersebut Kepala Negara kelompok G-20 di Washington, menggunakan atau
memengaruhi perputaran dana-dana publik sehingga kegiatannya banyak berkaitan dengan kepentingan
publik. Terhadap perusahaan-perusahaan ini tuntutan untuk diterapkannya tata kelola perusahaan yang
baik semakin besar.

Pihak-pihak yang berperan di pasar modal terdiri atas regulator, investor, emiten, perantara pedagang
sekuritas, penyelenggara pasar, lembaga penunjang, dan profesi penunjang. Selain pihak-pihak tersebut,
lembaga pemeringkat, analis sekuritas (analis keuangan), manajer investasi, dan penasihat investasi juga
mempunyai peran penting dalam kegiatan pasar modal. Umumnya, mereka bekerja pada perusahaan
sekuritas. Pasar modal adalah tempat pertukaran antara dana (uang) dan surat-surat berharga. Dalam
pertukaran ini, masalah harga, informasi, dan nilai perusahaan merupakan faktor penting.

Tujuan diselenggarakannya pasar modal adalah terciptanya pasar yang teratur, wajar, efisien, dan
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Terhindarnya pasar dari risiko sistemis juga menjadi
tujuan utama. Setiap pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal harus menunjang pada tercapainya
tujuan-tujuan tersebut. Banyak faktor yang menentukan efisiensi pasar modal. Namun, salah satu yang
penting adalah tersedianya Informasi guna pengambilan keputusan investasi di pasar. Hipotesis pasar
efisien mendalilkan hal ini. Jika dalil ini dapat

Salah satu dari lima prinsip reformasi 15 November 2008 adalah pemberlakuan regulasi yang efektif
terhadap sektor keuangan. Regulasi yang sehat (sound) perlu diperluas. Lima prinsip reformasi yang
ditelorkan oleh para Kepala Negara G-20 sangat erat kaitannya dengan pengembangan sistem tata
kelola perusahaan secara nasional, sehingga kepercayaan publik terhadap pasar keuangan dapat
dipulihkan. Tugas utama pemerintah dalam pengembangan tata kelola perusahaan tersebut adalah
menjaga dan memastikan agar prinsip, struktur, fungsi, dan mekanisme yang mendukung terciptanya
sistem tata kelola perusahaan secara nasional dapat berjalan dengan baik sehingga sasaran dan tujuan
yang diinginkan dapat tercapai.

Pengembangan tata kelola perusahaan yang baik secara nasional semakin menjadi perhatian dari
hampir seluruh negara-negara di dunia. Berbagal inisiatif telah dilakukan oleh organisasi-organisasi
internasional untuk menyusun prinsip-prinsip tata kelola yang baik. Prinsip-prinsip ini akan menjadi
acuan untuk semakin menyatunya praktik-praktik tata kelola yang dilakukan oleh suatu negara terhadap
kelaziman yang berlaku di dunia. Terdapat kecenderungan ke arah konvergensi praktik-praktik tata
kelola tersebut di seluruh dunia, walaupun aspek hukum, sosial, dan budaya di masing-masing negara
tetap akan berpengaruh. Globalisasi arus dana di pasar keuangan menuntut terjadinya konvergensi
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai