- Karakteristik Kapitalisme
a) Hak Kepemilikan
Sebagian besar hak kepemilikan dalam sistem ekonomi kapitalis adalah
hak kepemilikan individu atau swasta.
b) Profit
Dalam masyarakat kapitalis profit menjadikan tujuan utama untuk
mencapai kemakmuran atau secara kasarnya adalah untuk memuaskan nafsu
si pemilik modal.
c) Konsumerisme
Istilah ini identik dengan hedonisme, yaitu falsafah hidup yang
mengajarkan untuk mencapai kepuasan sebesar – besarnya selama hidup di
dunia ini.
d) Kompetisi
Semangat ini telah muncul sejak zaman pemikiran Adam Smith dan
J.B.Say. melalui konsep ini individu/kelompok/organisasi dituntut untuk
selalu efisiensi agar dapat berkompetisi dengan yang lainya.
e) Harga
Konsep harga ini diidentikkan dengan kelangkaan atau bisa juga
disebabkan oleh permintaan yang melebihi penawaran.
- Dampak Kapitalisme
Arief Budirman (1991) mengemukakan bahwa salah satu dampak budaya
kapitalisme global adalah diciptakanya manusia – manusia yang serakah dan
materialistis, sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sistem kapitalisme. Sisi lain
dari pengembangan sistem kapitalis adalah ditimbulkanya semangat
individualistis, baik dalam berkonsumsi maupun berproduksi.
B. Perspektif Pekerja
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk
memenuhi kepuasannya. Keberadaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
merupakan aset yang berharga bagi organisasi itu sendiri. Keberhasilan suatu
organisasi ditentukan dari kualitas orang-orang yang berada di dalamnya. SDM akan
bekerja secara optimal jika organisasi dapat mendukung kemajuan karir mereka
dengan melihat apa sebenarnya kompetensi mereka.
Seorang karyawan mungkin pandai dalam mengerjakan suatu hal, tetapi jika
mereka tidak menterjemahkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempat kerja yang
efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang
harus dilakukan, tetapi juga tahu batas – batas moral yang harus dijaga oleh setiap
individu. Tetapi jangan salah, seorang yang pandai atau cerdas justru memiliki lebih
sedikit peluang untuk berbuat sesuatu yang melanggar norma. Hal ini berbanding
terbalik dengan orang yang “kelihatannya” lugu yang justru lebih banyak melanggar
norma keperilakuan baik itu keperilakuan di tempat kerja atau di ruang lingkup
organisasi lainnya.