Anda di halaman 1dari 12

SAK ETAP UNTUK LEMBAGA KEUANGAN

BAB 16 ASET TIDAK BERWUJUD


Bab ini diterapkan untuk akuntansi untuk semua aset tidak berwujud kecuali aset tidak
berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Aset tidak berwujud
adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu
aset dapat diidentifikasikan jika:

1. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari
entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau
2. Muncul dari hak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak tersebut
dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban
lainnya.

Aset tidak berwujud tidak termasuk:

1. Efek (surat berharga), atau


2. Hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya
yang tidak dapat diperbarui lainnya

BAB 17 SEWA
Bab ini mencakup akuntansi untuk semua sewa, kecuali:

1. Sewa untuk mengekplorasi atau menggunakan mineral, minyak bumi, gas alam dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya;
2. Perjanjian lisensi seperti film, rekaman video, karya panggung, manuskrip (karya
tulis), hak paten, dan hak cipta (lihat Bab 16 Aset Tidak Berwujud);

BAB 18 KEWAJIBAN DIESTIMASI DAN KONTINJENSI


Bab ini diterapkan untuk semua kewajiban diestimasi (kewajiban yang waktu atau
jumlahnya belum pasti), kewajiban kontijensi dan aset kontijensi, kecuali kewajiban estimasi
yang diatur dalam Bab lain, yaitu:

1. Sewa (Bab 17 Sewa);

1
2. Kontrak konstruksi (Bab 20 Pendapatan);
3. Kewajiban imbalan kerja (Bab 23 Imbalan Kerja);
4. Kewajiban pajak penghasilan (Bab 24 Pajak Penghasilan).

Persyaratan dalam Bab ini tidak berlaku untuk kontrak eksekutori kecuali kontrak tersebut
merupakan kontrak memberatkan. Kontrak eksekutori adalah kontrak dalam hal tidak ada
satu pihak telah melakukan kewajibannya atau kedua pihak secara sebagian telah melakukan
kewajibannya secara seimbang. Istilah “penyisihan” seringkali digunakan dalam konteks
seperti penyusutan, penurunan nilai aset, dan tagihan tidak tertagih. Hal tersebut merupakan
penyesuaian atas nilai tercatat aset, bukan pengakuan kewajiban, sehingga tidak diatur dalam
Bab ini.

BAB 19 EKUITAS
Bab ini mengatur akuntansi ekuitas untuk:

1. Entitas Perorangan;
2. Persekutuan Perdata;
3. Firma;
4. Commanditaire Vennootschap (CV);
5. Perseroan Terbatas;
6. Koperasi.

BAB 20 PENDAPATAN
Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk pendapatan yang muncul sebagai akibat dari
transaksi atau kejadian berikut:

1. Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk tujuan produksi atau dibeli untuk
dijual kembali);
2. Pemberian jasa;
3. Kontrak konstruksi;
4. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti atau
dividen.

2
BAB 21 BIAYA PINJAMAN
Bab ini mengatur akuntansi untuk biaya pinjaman. Biaya pinjaman adalah bunga dan
biaya lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaman mencakup:

1. Bunga untuk cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang;
2. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman;
3. Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan proses perjanjian
peminjaman;
4. Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan yang diakui sesuai dengan bab 17
sewa;
5. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing dimana
perbedaan ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga.

BAB 22 PENURUNAN NILAI ASET


Kerugian penurunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset melebihi jumlah yang dapat
diperoleh kembali. Bab ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk penurunan nilai semua
aset, kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja (lihat Bab 23 Imbalan Kerja).

BAB 23 IMBALAN KERJA


Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen. Bab ini
diterapkan untuk empat jenis imbalan kerja:

1. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja)
yang jatuh tempo seluruhnya dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pekerja
memberikan jasanya.
2. Imbalan pascakerja adalah imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang
terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan pascakerja
dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah pekerja memberikan jasanya; dan
4. Pesangon pemutusan kerja adalah imbalan kerja yang terutang akibat:
- Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia pensiun normal, atau

3
- Keputusan pekerja menerima tawaran untuk mengundurkan diri secara sukarela
dengan imbalan tertentu.

BAB 24 PAJAK PENGHASILAN


Bab ini mengatur akuntansi untuk pajak penghasilan. Untuk tujuan ini, pajak
penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena
pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak,
yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas
pelaporan.

BAB 25 MATA UANG PELAPORAN


Bab ini diterapkan untuk semua entitas yang akan atau telah menggunakan mata uang
selain rupiah sebagai mata uang pelaporan. Mata uang fungsional adalah mata uang utama
dalam arti substansi ekonomi, yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan
operasi entitas. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan
laporan keuangan. Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh entitas untuk
membukukan transaksi.

BAB 26 TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING


Bab ini diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing. Transaksi
mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau harus diselesaikan dalam mata uang
asing, yang meliputi transaksi yang timbul ketika entitas:

1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam mata uang
asing;
2. Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing;
3. Memperoleh atau melepas aset, atau terjadinya atau menyelesaikan kewajiban, yang
didenominasi dalam mata uang asing.

BAB 27 PERISTIWA SETELAH AKHIR PERIODE PELAPORAN


Bab ini mendefinisikan peristiwa setelah akhir tanggal pelaporan dan menentukan
prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan peristiwa tersebut.Peristiwa
setelah akhir periode pelaporan adalah peristiwa-peristiwa, baik menguntungkan maupun
4
tidak menguntungkan, yang terjadi setelah akhir periode pelaporan sampai dengan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Ada dua jenis peristiwa setelah akhir periode pelaporan,
yaitu:

1. Peristiwa yang memberikan bukti atas suatu kondisi yang telah terjadi pada akhir
periode pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian).
2. Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah akhir periode
pelaporan (peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan
penyesuaian).

BAB 28 PENGUNGKAPAN PIHAK-PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN


ISTIMEWA
Bab ini mensyaratkan entitas untuk memberikan pengungkapan yang diperlukan
dalam laporan keuangannya untuk memberi perhatian pada kemungkinan posisi keuangan
dan laba atau rugi entitas telah terpengaruh oleh adanya pihakpihak yang mempunyai
hubungan istimewa serta transaksi dan saldo dengan pihak-pihak tersebut. Dalam konteks
SAK ETAP, pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa:

1. Dua entitas yang memiliki satu direktur atau anggota personel manajemen kunci
secara umum, tetapi tidak memenuhi ketentuan (d) dan (f) dalam definisi “pihak yang
mempunyai hubungan istimewa” (lihat daftar istilah).
2. Dua venturer karena mereka berbagi pengendalian bersama atas joint venture.
3. Pihak-pihak berikut dalam pelaksanaan urusan normal dengan entitas (meskipun
pihak-pihak tersebut dapat memengaruhi kebebasan entitas atau ikut serta dalam
proses pengambilan keputusan):
a. Penyandang dana;
b. Serikat dagang;
c. Entitas pelayanan umum; dan
d. Departemen dan instansi pemerintah.
e. Pelanggan, pemasok, pemilik hak waralaba (franchisor), distributor atau agen
umum yang mana entitas mengadakan transaksi usaha dengan volume signifikan,
semata-mata berdasar atas akibat ketergantungan ekonomi.
5
BAB 29 KETENTUAN TRANSISI
Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka
entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang
menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan maka:

1. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK
ETAP;
2. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak
mengijinkan pengakuan tersebut;
3. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban atau
komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi merupakan
jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda berdasarkan SAK ETAP;
4. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.

Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya berdasarkan
SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal yang sama dengan
menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya. Hasil penyesuaian yang muncul
dari transaksi, kejadian atau kondisi lainnya sebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui
secara langsung pada saldo laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.

BAB 30 TANGGAL EFEKTIF


SAK ETAP diterapkan untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2011. Penerapan dini diperkenankan. Jika SAK ETAP diterapkan dini, maka
entitas harus menerapkan SAK ETAP untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai
pada atau setelah 1 Januari 2010.
Apabila SAK ETAP ini telah berlaku efektif, maka lembaga keuangan seperti LPD
tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di
dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan
dibandingkan dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan
secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK ETAP yang hanya sekitar seratus halaman
dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak
6
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi
pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Perlu pula diketahui bahwa Karakter SAK-ETAP:

1. Berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK-Umum


2. Menggunakan historical cost
3. Hanya mengatur transaksi umum yang terjadi pada ETAP
4. Lebih sederhana
5. Tidak berubah dalam beberapa tahun kedepan

Penyajian Laporan Keuangan


Entitas harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and
unreserved statement) atas kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan
yang terdiri dari:

1. Penyajian Wajar
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar mensyarakatkan penyajian
jujur atas pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan definisi
dan kriteria pengakuan asset, kewajiban, penghasilan, dan beban.
Penyajian wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas. Entitas yang
menggunakan SAK ETAP harus secara eksplisit menyatakan secara penuh atas
kepatuhan terhadap SAK ETAP dalam catatan laporan keuangan. Entitas harus
menilai kelangsungan usaha pada saat menyusun laporan keuangan. Entitas
menyajikan laporan keuangan minimal satu kali dalam setahun. Informasi komparatif
dengan periode sebelumnya dengan keunggulan yang sama. Pos-pos yang material
disajikan terpisah.
2. Kepatuhan terhadap SAK ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus membuat
suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas
kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak
boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan
dalam SAK ETAP.
7
3. Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas yang menggunakan
SAK ETAP membuat penilaian atas kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan
usahanya.
4. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi
komparatif) minimum satu tahun sekali.
5. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar perioda harus
konsiseten kecuali (a) terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas atau
perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan menghasilkan penyajian lebih
baik sesuai kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, aatau (2) SAK
ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian. Penyajian dan klasifikasi pos-pos
harus konsisten, kecuali:
 Terjadi perubahan signifikan operasi entitas atau perubahan tersebut
menghasilkan penyajian yang lebih andal dan relevan.
 SAK ETAP mensyaratkan perubahan penyajian.
 Reklasifikasi harus dilakukan retrospektif, kecuali tidak praktis dapat secara
prospektif.
 Jika prospektif: diungkapkan sifat reklasifikasi dan jumlah pos yang
direklasifikasi serta alasannya.
6. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan perioda sebelumnya
kecuali dinyatakan lain oleh SAK ETAP (termasuk informasi dalam laporan keuangn
dan catatan atas laporan keuangan).
7. Materialitas dan Agregasi
Pos-pos yang material disajikan terpisah dalam laporan keuangan, sedangkan
yang tidak material digabungkan dengan jumlah yang memiliki sifat atau fungsi yang
sejenis. Kelalalian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat suatu pos
dianggap material jika, baik secara individua maupun bersama-sama, dapat
memengaruhi pengguna laporan keuangan dalam penggambilan keputusan ekonomi.
Besaran dan sifat unsur tersebut dapat menjadi factor penentu.

8
8. Identifikasi Laporan Keuangan Lengkap
Terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus
kas, catatan atas laporan keuangan. Perubahan perioda laporan keuangan sehingga
perioda laporan berbeda, maka ETAP mengungkapkan:
 Fakta tersebut.
 Alasan penggunaan perioda yang lebih pendek atau lebih panjang.
 Fakta bahwa jumlah informasi komparatif dalam laporan keuangan yang terkait
tidak dapat diperbandingkan.
 Identifikasi secara jelas setiap komponen laporan keuangan.

Informasi berikut, jika perlu, pada setiap halaman :

- Nama entitas pelapor dan perubahan dalam nama tersebut sejak laporan perioda
terakhir;
- Tanggal atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, mana yang lebih tepat
bagi setiap komponen laporan keuangan;
- Mata uang pelaporan, seperti didefinisikan dalam Bab 25 Mata Uang Pelaporan;
- Pembulatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.

Catatan laporan keuangan:

- Domisili , bentuk hukum dan alamat kantor yang terdaftar;


- Penjelasan sifat operasi dan aktivitas Utama.

Kebijakan Akuntansi
Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, yang terdiri dari perubahan estimasi
dan Koreksi kesalahan periode lalu. Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi,
aturan dan praktik tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangannya. Jika SAK ETAP secara spesifik mengatur transaksi,
kejadian atau keadaan lainnya, maka entitas harus menerapkan SAK ETAP. Namun, jika
dampak tidak material maka entitas tidak perlu mengikuti persyaratan dalam SAK ETAP.
Jika transaksi, peristiwa tidak diatur spesifik dalam SAK ETAP, maka manajemen dengan
menggunakan judgementnya mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi
yang menghasilkan informasi:

9
1. Relevan bagi pemakai untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi; dan
2. Andal yaitu dalam laporan keuangan yang menyajikan dengan jujur posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas dari suatu entitas
3. Mencerminkan substansi ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya, serta
tidak hanya mencerminkan bentuk hukumnya
4. Netral yaitu bebas dari bias
5. Mencerminkan kehati-hatian
6. Bersifat lengkap dalam semua hal yang material

Acuan dalam membuat pertimbangan (Bab 9.5):

o Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan isu yang
serupa dan terkait.
o Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban,
pendapatan dan beban dan prinsip-prinsip pervasif di Bab 2 Konsep dan Prinsip
Pervasif.
o PSAK non ETAP dan panduan tambahan dapat dijadikan rujukan, namun tidak boleh
bertentangan dengan Bab 9.5

10
DAFTAR PUSTAKA

11
Pertemuan Ke-14 SAP 14

“SAKE TAP untuk LEMBAGA KEUANGAN”

Oleh Kelompok 6 :

Ni Kadek Nadia Putri Padmayuni (1607532082 / 10) ( )


Cokorda Istri Agung Evita Nindia Putri (1607532090 / 18) ( )
Pradnya Paramita (1607532097 / 25) ( )
Ni Made Harista Dwi Anggreni (1607532099 / 27) ( )
Ni Putu Krisna Dewi (1607532100 / 28) ( )

Program Non Reguler


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2018

12

Anda mungkin juga menyukai