Anda di halaman 1dari 16

RMK RPS 3 AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Perlakuan Akuntansi Pada Pendirian, Pengoperasian dan Perubahan Keanggotaan


Persekutuan

Disusun oleh:
Kelompok 10

Putu Angel Shinta Lestari (08/2107531066)

Ni Luh Gabriella Yulia Alexandra (09/2107531067)

Ni Ketut Febriyani (15/2107531089)

Dosen Pengampu:
Ni Gusti Putu Wirawati, S.E., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
PEMBAHASAN

A. ALOKASI LABA ATAU RUGI KEPADA PARA SEKUTU


Laba atau rugi dialokasikan kepada para sekutu pada tiap akhir periode sesuai
dengan perjanjian dalam persekutuan. Jika tidak terdapat dalam perjanjian, Bab VIII,
Bagian II, Pasal 1633 KUHPer menyatakan bahwa sekutu berhak memperoleh bagian
laba atau rugi secara proporsional sesuai dengan jumlah yang dikontribusikan ke dalam
persekutuan. Secara tidak langsung, semua persekutuan memiliki perjanjian alokasi laba
atau rugi. Perjanjian tersebut harus diikuti secara benar, dan jika ada yang tidak jelas,
maka akuntan harus memastikan bahwa semua sekutu setuju atas distribusi laba atau
rugi.
Terdapat beragam rencana distribusi laba atau rugi (profit distribution plans) di
dunia usaha. Menjadi tanggung jawab akuntan untuk mendistribusikan laba atau rugi
berdasarkan perjanjian persekutuan terlepas seberapa sederhana atau kompleks
perjanjian tersebut. Distribusi laba hampir sama dengan dividen pada korporasi:
distribusi ini tidak seharusnya termasuk ke dalam laporan laba rugi, terlepas bagaimana
cara laba tersebut didistribusikan. Distribusi laba dicatat langsung kepada akun modal,
bukan beban. Kebanyakan persekutuan menggunakan satu atau lebih metode distribusi,
yaitu:
1. Rasio yang ditetapkan sebelumnya (preselected ratio).
2. Bunga atas saldo modal (interest on capital balance).
3. Gaji kepada sekutu.
4. Bonus kepada sekutu.
Rasio yang ditetapkan sebelumnya biasanya adalah hasil negosiasi antara sesama
sekutu. Rasio pembagian laba bisa berdasarkan persentase jumlah modal persekutuan,
waktu dan tenaga yang dicurahkan kepada persekutuan, atau berbagai faktor lainnya.
Biasanya, persekutuan yang lebih kecil memisahkan laba per masing-masing sekutu.
Selain itu, beberapa sekutu memiliki rasio yang berbeda jika perusahaan mengalami
kerugian dibanding jika memperoleh keuntungan. Bentuk usaha persekutuan
memungkinkan banyak pilihan distribusi laba untuk memenuhi keinginan para sekutu.
Distribusi laba persekutuan berdasarkan bunga atas saldo modal mengakui kontribusi
dari investasi modal para sekutu kepada kemampuan menghasilkan laba bagi
persekutuan. Bunga atas saldo modal ini bukanlah beban bagi persekutuan; tetapi
merupakan distribusi laba. Jika satu atau lebih jasa dari sekutu yang penting bagi
persekutuan, perjanjian distribusi laba bisa saja memberikan gaji atau bonus. Sekali lagi,
gaji yang dibayarkan ke sekutu ini adalah bentuk distribusi laba dan tidak dibebankan.
Terkadang, proses distribusi bisa tergantung kepada besarnya laba atau bisa berbeda jika
persekutuan mengalami kerugian pada akhir periode. Contohnya, gaji untuk sekutu
hanya dibayarkan jika pendapatan melampaui beban pada jumlah tertentu. Akuntan
harus membaca dengan hati-hati menentukan distribusi laba yang paling tepat pada
kondisi tertentu.
Distribusi laba atau rugi dicatat dengan jurnal penutup pada tiap akhir periode.
Pendapatan dan beban ditutup kepada ikhtisar laba rugi atau langsung ke akun modal
para sekutu. Dalam contoh-contoh berikut, digunakan akun ikhtisar laba rugi, saldo di
mana laba bersih atau rugi bersih setelah akun pendapatan dan beban ditutup dan
sebelum distribusi laba atau rugi kepada akun modal para sekutu.

Ilustrasi Alokasi Laba


Selama tahun 20X1, persekutuan AB memperoleh pendapatan Rp45.000.000 dan
beban Rp35.000.000, sehingga menghasilkan laba Rp10.000.000 pada tahun tersebut.
Aldi masih memiliki saldo modal Rp20.000.000 selama tahun berjalan, tetapi investasi
modal Bayu selama tahun berjalan berubah-ubah sebagai berikut.

Tanggal Debit Kredit Saldo


1 Januari Rp10.000.000
1 Mei 3.000.000 7.000.000
1 September 500.000 7.500.000
1 November 1.000.000 6.500.000
31 Desember 6.500.000

Nilai debit sebesar Rp3.000.000 dan Rp1.000.000 dicatat dalam akun penarikan Bayu,
sedangkan tambahan investasi dikredit kea kun modalnya.

Rasio Pembagian laba secara Arbitrer


Aldi dan Bayu dapat saja menyetujui pembagian laba dengan rasio yang tidak ada
hubungannya dengan saldo modal atau kondisi operasional persekutuan. Misalnya para
sekutu setuju untuk membagi laba atau rugi dengan rasio 60 persen untuk Aldi dan 40
persen untuk Bayu. Beberapa perjanjian pada persekutuan menyatakan perbandingan ini
sebagai rasio 3:2. Tabel berikut menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan
menggunakan rasio 3:2.
Aldi Bayu Total
Persentase pembagian laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Alokasi 60:40 Rp6.000.000 Rp4.000.000 (10.000.000)
Total Rp6.000.000 Rp4.000.000 0

Tabel di atas menggambarkan bagaimana laba bersih didistribusikan ke akun modal para
sekutu. Distribusi secara aktual diselesaikan dengan menutup akun ikhtisar laba rugi.
Selain itu, akun penarikan ditutup kepada akun modal pada akhir periode.
31 Desember 20X1
(1) Modal, Bayu 4.000.000
Penarikan – Bayu 4.000.000
(menutup penarikan oleh Bayu)

(2) Pendapatan 45.000.000


Beban 35.000.000
Ikhtisar Lba Rugi 10.000.000
(menutup pendapatan dan beban)

(3) Ikhtisar Laba Rugi 10.000.000


Modal, Aldi 6.000.000
Modal, Bayu 4.000.000
(mendistribusikan laba berdasarkan perjanjian)

Bunga atas Saldo Modal


Perjanjian persekutuan dapat memberikan bunga atas saldo modal sekutu sebagai
bagian dari distribusi laba. Tingkat bunga sering kali dinyatakan dalam persentase
tertentu, tetapi beberapa persekutuan menggunakan suku bunga yang mengacu kepada
suku bunga BI atau suku bunga pasar uang saat ini.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, bunga atas saldo modal bukanlah merupakan
bentuk distribusi laba. Perhitungannya dilakukan setelah laba bersih ditentukan agar
dapat diputuskan bagaimana laba didistribusikan.
Yang harus diperhatikan adalah ketika bunga atas saldo modal termasuk dalam
rencana distribusi laba. Contohnya, jumlah yang akan didistribusikan dapat berbeda
secara signifikan tergantung kepada apakah bunga dihitung dari saldo awal modal, saldo
akhir modal, atau rata-rata saldo modal selama satu periode. Sebagian besar provisi
untuk bunga atas modal menyatakan menggunakan rata-rata tertimbang saldo modal.
Metode ini secara eksplisit mengakui kurun waktu dari tingkat modal selama satu
periode. Misalnya, rata-rata tertimbang saldo modal Bayu untuk tahun 20X1 dihitung
sebagai berikut.
Jml
Tanggal Debit Kredit Saldo Bulan x Saldo
bulan
1 Jan Rp10.000.000 4 Rp40.000.000
1 Mei 3.000.000 7.000.000 4 28.000.000
1 Sept 500.000 7.500.000 2 15.000.000
1 Nov 1.000.000 6.500.000 2 13.000.000
Total 12 Rp96.000.000
Rata-rata modal Rp 8.000.000

Jika Aldi dan Bayu setuju mengenakan bunga 15 persen atas rata-rata tertimbang saldo
modal dengan sisa laba yang akan didistribusikan pada rasio 60:40, maka distribusi laba
Rp10.000.000 akan dihitung sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal Rp20.000.000 Rp8.000.000
Laba bersih Rp10.000.000
Bunga atas modal 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa laba 5.800.000
Alokasi 60:40 3.480.000 2.320.000 (5.800.000)
Total Rp6.480.000 Rp3.520.000 0

Gaji
Gaji yang dibayarkan kepada sekutu sering kali termasuk di dalam rencana distribusi
laba untuk mengakui dan memberikan kompensasi atas perbedaan jasa yang diberikan
masing-masing sekutu kepada persekutuan.
Sudah menjadi persepsi umum dalam akuntansi persekutuan bahwa gaji kepada
sekutu bukan diakui sebagai beban operasi tetapi bagian dari rencana distribusi laba.
Persepsi ini berhubungan erat dengan konsep kepemilikan dalam ekuitas. Berdasarkan
teori kepemilikan, pemilik menginvestasikan modal dan jasa pribadi untuk menghasilkan
laba. Laba dihasilkan dari kedua investasi tersebut. Logika yang sama juga berlaku
untuk bentuk organisasi persekutuan. Beberapa sekutu melakukan investasi modal,
sementara yang lain menginvestasikan waktunya. Pihak-pihak yang melakukan investasi
modal berhak mendapatkan bunga atas modal; sedangkan pihak-pihak yang
menginvestasikan waktunya berhak mendapatkan gaji. Meskipun demikian, baik bunga
maupun gaji adalah hasil investasi dan tidak digunakan untuk menentukan laba, tetapi
proporsi laba yang akan dikredit ke akun modal masing-masing sekutu.
Ketika jumlah yang dibayarkan kepada sekutu selama tahun berjalan adalah
penarikan atas antisipasi laba, jumlah gaji yang disetujui biasanya ditambahkan kepada
kerugian dan jumlah tersebut kemudian didistribusikan kepada modal masing-masing
sekutu. Tindakan hati-hati harus dilakukan jika persekutuan mengalami kerugian dalam
tahun berjalan. Beberapa perjanjian persekutuan menyatakan distribusi laba yang
berbeda antara untuk laba dan untuk rugi.
Untuk menghitung gaji para sekutu, misalnya perjanjian persekutuan menyatakan
bahwa gaji yang dibayarkan ke Aldi sejumlah Rp2.000.000 dan Bayu Rp5.000.000.
Sisanya akan dibagikan dengan dasar distribusi laba/rugi 60:40. Distribusi laba dihitung
sebagai berikut.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Sisa laba 3.000.000
Alokasi 60:40 1.800.000 1.200.000 (3.000.000)
Total Rp3.800.000 Rp6.200.000 0

Bonus
Bonus terkadang digunakan sebagai alat untuk memberikan kompensasi tambahan
kepada sekutu yang memberikan jasa kepada persekutuan. Bonus biasanya dinyatakan
dalam persentase dari laba sebelum atau setelah bonus. Terkadang perjanjian
persekutuan mensyaratkan laba minimum yang harus diperoleh sebelum bonus
dibagikan. Bonus mudah dihitung dengan menurunkan dan memecahkan persamaan.
Misalnya, bonus sebesar 10 persen dari laba akan dikredit pada modal Bayu jika laba
melebihi Rp5.000.000 sebelum dibagikan dengan distribusi laba. Dalam Kasus 1, bonus
dihitung sebagai persentase dari laba sebelum dikurangi bonus. Dalam Kasus 2 bonus
dihitung sebagai persentase dari laba setelah dikurangi bonus.
Kasus 1:
Bonus = X% (NI – MIN)
Dimana:
X% = persentase bonus
NI = laba bersih sebelum bonus
MIN = jumlah minimum laba sebelum bonus
Maka, perhitungannya:
Bonus = 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000) = Rp500.000

Kasus 2:
Bonus = X% (NI – MIN - Bonus)
= 0,10 (Rp10.000.000 – Rp5.000.000 – Bonus)
= 0,10 (Rp5.000.000 – Bonus)
= Rp500.000 – 0,10 Bonus
1,10 Bonus = Rp500.000
Bonus = Rp454.545.
Distribusi laba bersih berdasarkan kasus 2 dihitung sebagai berikut:
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Laba bersih Rp10.000.000
Bonus untuk sekutu 454.545 (454.545)
Sisa laba 9.545.454
Alokasi 60:40 5.727.273 3.818.182 (9.545.454)
Total Rp5.727.273 Rp4.272.727 0

Alokasi Laba dengan Dasar Bertahap


Perjanjian persekutuan bisa memuat kombinasi dari beberapa prosedur alokasi yang
akan digunakan untuk distribusi laba. Misalnya, perjanjian laba atau rugi persekutuan
AB menyatakan alokasi dengan metode berikut.
1. Bunga 15 persen dari rata-rata tertimbang saldo modal.
2. Gaji sebesar Rp2.000.000 untuk Aldi dan Rp5.000.000 untuk Bayu.
3. Bonus 10 persen akan dibayarkan kepada Bayu jika laba persekutuan melebihi
Rp5.000.000 sebelum dikurangi bonus, gaji, dan bunga atas saldo modal.
4. Jika ada sisa akan dialokasikan 60 persen untuk Aldi dan 40 persen untuk Bayu.
Perjanjian persekutuan juga harus berisikan alternatif yang menyatakan proses alokasi
dalam situasi laba persekutuan tidak mencukupi untuk memenuhi semua prosedur
alokasi. Beberapa persekutuan menyatakan distribusi laba yang akan diikuti walau apa
pun kemungkinan yang terjadi. Kebanyakan perjanjian menyatakan bahwa seluruh
proses harus diselesaikan dan jika ada sisa dialokasikan sebesar rasio distribusi laba atau
rugi sebagaimana yang digambarkan di bawah ini.
Aldi Bayu Total
Persentase laba 60% 40% 100%
Rata-rata modal 20.000.000 8.000.000
Laba bersih Rp20.000.000
Langkah 1:
Bunga atas rata-rata modal (15%) 3.000.000 1.200.000 (4.200.000)
Sisa setelah langkah 1 5.800.000
Langkah 2:
Gaji 2.000.000 5.000.000 (7.000.000)
Defisit setelah langkah 2 (1.200.000)
Langkah 3:
Bonus (500.000) (500.000)
Defisit setelah langkah 3 (1.700.000)
Langkah 4:
Alokasi 60:40 (1.020.000) (680.000) 1.700.000
Total Rp3.980.000 Rp6.020.000 0

Dalam kasus ini, dua langkah distribusi pertama menghasilkan defisit. Perjanjian
persekutuan AB menyatakan seluruh proses distribusi laba harus diselesaikan dan defisit
yang timbul dibagikan dengan rasio laba atau rugi. Perjanjian persekutuan juga dapat
menyatakan proses distribusi dihentikan pada tahap mana pun apabila terjadi defisit.

Metode Alokasi Laba Khusus


Beberapa persekutuan mendistribusikan laba bersih dengan dasar lain. Misalnya,
kebanyakan kantor akuntan publik mendistribusikan laba dengan dasar "unit"
persekutuan. Seorang sekutu baru memperoleh sejumlah unit dan tambahan unit yang
ditugaskan oleh komite kompensasi dengan cara memperoleh klien baru, menyediakan
persekutuan dengan keahlian di industri tertentu, bertugas sebagai managing partner,
atau menerima berbagai tanggung jawab lainnya.
Persekutuan lain bisa membuat rencana distribusi laba yang mencerminkan laba dari
persekutuan. Misalnya, beberapa persekutuan dokter gigi dan medis mengalokasikan
laba berdasarkan tagihan atas jasa. Kriteria lain bisa berdasarkan ukuran klien, tahun
bekerja di perusahaan, atau posisi sekutu di perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha
persekutuan adalah fleksibilitas dalam mendistribusikan laba kepada sekutu.

B. LAPORAN KEUANGAN PERSEKUTUAN


Sebuah persekutuan merupakan entitas pelaporan terpisah menurut kepentingan
akuntansi dan ada tiga laporan keuangan-laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas-
yang biasanya disusun pada akhir periode pelaporan. Laporan interim juga bisa dibuat
untuk memenuhi kebutuhan para sekutu. Selain ketiga laporan keuangan, laporan modal
para sekutu (statement of partners' capital) biasanya dibuat untuk menyajikan perubahan
akun modal sekutu untuk suatu periode. Laporan modal para sekutu persekutuan AB
untuk tahun 20X1 dengan distribusi laba bertahap seperti digambarkan sebelumnya
adalah sebagai berikut.
Persekutuan AB
Laporan Modal Para Sekutu
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X1
Aldi Bayu Total
Saldo 1 Januari 20X1 20.000.000 10.000.000 Rp30.000.000
Ditambah:
Investasi tambahan 500.000 500.000
Distribusi laba bersih 3.980.000 6.020.000 10.000.000
23.980.000 16.520.000 40.500.000
Dikurangi: Penarikan (4.000.000) (4.000.000)
Saldo 31 Desember 20X1 Rp23.980.000 Rp12.520.000 Rp36.500.000

C. PERUBAHAN DALAM KEANGGOTAAN


Perubahan dalam keanggotaan persekutuan terjadi dengan adanya penambahan
sekutu baru atau berhentinya sekutu saat ini. Sekutu baru biasanya merupakan sumber
tambahan modal utama atau sebagai tenaga ahli. Struktur legal dari persekutuan
mensyaratkan bahwa penerimaan sekutu baru (admission of a new partner) secara tidak
langsung merupakan persetujuan dari semua sekutu saat ini. Lebih dari itu, pengumuman
publik biasanya dibuat mengenai penambahan sekutu baru sehingga pihak ketiga yang
melakukan transaksi bisnis dengan persekutuan menyadari adanya perubahan dalam
persekutuan.
Berhentinya atau pengunduran diri seorang sekutu dari persekutuan (withdrawal of a
partner from a partnership) menyebabkan pembubaran secara hukum atas persekutuan.
Banyak persekutuan yang tetap melanjutkan operasi bisnisnya dan persekutuan mungkin
saja membeli kepemilikan sekutu yang berhenti pada harga pembelian (buyout price).
Harga pembelian adalah nilai estimasi jika, (1) aset dijual pada harga sama dengan atau
lebih besar dari nilai likuidasi atau nilai yang menjadi dasar penjualan seluruh bisnis jika
bisnis tetap berjalan tanpa sekutu yang keluar tersebut, dan (2) persekutuan diakhiri pada
saat tersebut, dengan pembayaran seluruh kreditor persekutuan dan penghentian bisnis.
Sekutu yang mengundurkan diri dari persekutuan dapat dimintai pertanggungjawaban
oleh persekutuan atas kerugian yang dialami persekutuan karena pengunduran diri atau
disasosiasi yang illegal. Disasosiasi yang illegal terjadi ketika disasosiasi tersebut terjadi
karena pelanggaran dalam perjanjian persekutuan atau, untuk persekutuan yang dibentuk
untuk waktu atau tujuan tertentu, sebelum waktu atau tujuan tersebut selesai. Ada juga
beberapa kejadian yang mensyaratkan pembubaran secara hukum dan berakhirnya
persekutuan.

Konsep-konsep Umum untuk Mencatat Perubahan Keanggotaan dalam


Persekutuan
• Persekutuan Sebagai Sebuah Entitas Terpisah dari Individu-individu Sekutu dan
Penggunaan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP)
KUHPer secara jelas mendefinisikan persekutuan sebagai sebuah entitas yang
terpisah dan masing-masing individu sekutu. Sebagai contoh, entitas persekutuan
tidak berubah karena penambahan atau pengunduran diri individu sekutu. Ini sama
dengan konsep entitas untuk bentuk bisnis korporasi, dimana korporasi tidak perlu
direvaluasi setiap terjadi perubahan pemegang saham.
Beberapa persekutuan memilih mengikuti atau mentaati prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum (General Accepted Accounting Principles-GAAP)
dalam proses akuntansi dan pelaporan keuangan. Persekutuan-persekutuan ini
mengikuti standar yang sama yang disusun oleh DSAK dan badan regulator lainnya
seperti yang dilakukan perusahaan publik. Seringkali perusahaan joint venture
(modal ventura) atau pemberi kredit lainnya mensyaratkan perusahaan persekutuan
swasta mengikuti GAAP agar finansial persekutuan dapat dibandingkan dengan
perusahaan publik lainnya. Perusahaan joint venture memiliki tujuan untuk dapat
memperoleh pemodal publik. Sehingga jika persekutuan mengikuti GAAP dan
diaudit oleh auditor eksternal, persekutuan dapat memperoleh opini audit yang
menyatakan bahwa laporan keuangan persekutuan telah sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dengan mengikuti GAAP dan pendefinisian perusahaan sebagai entitas
terpisah dari invidu sekutu, perubahan keanggotaan dalam persekutuan akan dicatat
seperti entitas korporasi mencatat jika ada perubahan investornya. Tambahan
investasi diakui pada nilai wajar dan meningkatkan total modal perusahaan.

• Persekutuan Sebagai Sekumpulan Hak Kepemilikan Sekutu dan Penggunaan


Akuntansi Non-GAAP
Para sekutu dalam sebuah perusahaan swasta dapat saja memilih mengikuti
metode akuntansi non-GAAP untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu. Dalam
kasus ini, perusahaan dapat diaudit oleh auditor eksternal, tapi opini audit yang
menyatakan dengan jelas bahwa prinsip-prinsip akuntansi non-GAAP digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan. Persekutuan seperti ini tidak dapat
memperoleh opini audit "wajar tanpa pengecualian".
Banyak persekutuan menggunakan transaksi perubahan keanggotaan
persekutuan sebagai kesempatan untuk merevaluasi aset dan kewajiban persekutuan
yang ada atau untuk mencatat goodwill yang belum dicatat. Praktik revaluasi aset
bersih atau pengakuan goodwill tidak sesuai dengan GAAP. Argumen penggunaan
metode non-GAAP adalah bahwa revaluasi aset pada saat perubahan keanggotaan
menyatakan secara lengkap kondisi ekonomis sebenarnya persekutuan pada saat
tersebut dan mengalokasikan perubahan nilai aset serta kewajiban dan goodwill
kepada para sekutu yang telah mengelola bisnis sepanjang terjadinya perubahan
nilai.
Metode bonus kadang disetujui digunakan oleh para sekutu ketika terjadi
perubahan keanggotaan dalam persekutuan. Metode bonus tidak mengubah modal
bersih persekutuan setelah investasi oleh sekutu baru. Sebaliknya, metode bonus
mengalokasikan kepemilikan modal sekutu berdasarkan persetujuan seluruh sekutu,
dan seringkali didasarkan pada nilai investasi sekutu baru. Pada beberapa kasus,
sekutu lama mengalokasikan sebagian modalnya ke sekutu baru; sementara di kasus
lain, sekutu baru setuju mengalokasikan sebagian kepemilikian modalnya ke sekutu
lama. Sehingga, metode bonus tidak melanggar GAAP karena para sekutu secara
legal mengalokasikan sebagian atau seluruh kepemilikan modal persekutuan yang
dapat dialihkan kepada sekutu lainnya. Sekutu di perusahaan swasta memiliki
kebebasan memilih bagaimana mencatat perubahan keanggotaan dalam persekutuan.
Sebagai catatan, persekutuan swasta dapat menggunakan metode GAAP atau non-
GAAP, didasarkan pada kebutuhan informasi para sekutu.

Sekutu Baru Membeli Hak Kepemilikan


Seseorang bisa memperoleh hak kepemilikan dalam persekutuan secara langsung
dari satu atau lebih sekutu yang ada saat ini. Dalam transaksi ini, kas atau aset lain
ditukar di luar persekutuan, dan pencatatan yang dilakukan dalam pembukuan
persekutuan hanyalah reklasifikasi modal dalam persekutuan.
Sebuah konsep yang sering digunakan adalah nilai buku. Nilai buku persekutuan
(book value of a partnership) adalah jumlah modal, yang juga merupakan selisih antara
jumlah aset dan kewajiban. Nilai buku sangat penting karena merupakan basis yang
digunakan dalam revaluasi aset dan pengakuan goodwill.

Sekutu Baru Melakukan Investasi di Persekutuan


Seorang sekutu baru dapat mengakuisisi kepemilikan dengan cara melakukan
investasi ke dalam persekutuan. Dalam kasus ini, persekutuan menerima kas atau aset
lain. Tiga kondisi dapat terjadi jika sekutu baru melakukan investasi di persekutuan,
yaitu:
Kasus 1. Investasi sekutu baru sama dengan proporsi sekutu baru terhadap nilai buku
persekutuan.
Kasus 2. Investasi sekutu baru lebih besar dari proporsi sekutu baru terhadap nilai
buku persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset bersih persekutuan
sebelumnya dicatat terlalu rendah di pembukuan atau adanya goodwill yang belum
dicatat.
Kasus 3. Investasi sekutu baru lebih rendah dari proporsi sekutu baru terhadap nilai
buku persekutuan. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai aset bersih persekutuan
sebelumnya terlalu tinggi di pembukuan atau sekutu baru memberikan kontribusi
goodwill sebagai tambahan aset lain.
Langkah pertama untuk menentukan bagaimana menghitung masuknya sekutu baru
adalah dengan menghitung proporsi sekutu baru terhadap nilai buku persekutuan (new
partner's proportion of the Partnership's book value) sebagai berikut.

𝑝𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢𝑎𝑛 =


(𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎 + 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑢) 𝑥
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑘𝑢𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑟𝑢

Proporsi sekutu baru terhadap nlai buku persekutuan dibandingkan dengan jumlah
investasi yang dibuat sekutu baru untuk menentukan prosedur akuntansi yang harus
dilakukan dalam penerimaannya sebagai sekutu baru. Figur 1-1 memberikan rangkuman
dari ketiga kasus di atas. Langkah l adalah membandingkan investasi sekutu baru
dengan proporsinya terhadap nilai buku persekutuan. Perlu dicatat bahwa hal ini
dilakukan sebelum revaluasi atau pengakuan goodwill. Langkah 2 adalah menentukan
metode penerimaan. Tiga metode yang berbeda tersedia untuk penerimaan sekutu baru
ketika terjadi perbedaan antara investasi sekutu baru dengan proporsinya terhadap nilai
buku persekutuan. Ketiga metode adalah: (1) revaluasi aset bersih, (2) pengakuan
goodwill, (3) menggunakan metode bonus (bonus method). Dengan menggunakan
revaluasi aset bersih dan pengakuan goodwill, biaya historis yang mendasari aset bersih
disesuaikan selama proses penerimaan sekutu baru. Beberapa sekutu menolak
mengubah nilai biaya historis dan lebih memilih metode bonus, yang menggunakan
transfer modal kepemilikan di antara sekutu mengikuti modal yang dihasilkan dari
persekutuan. Dengan menggunakan metode bonus, aset bersih tetap dinilai sebesar
biaya historis. Pilihan metode akuntansi dalam penerimaan sekutu baru tergantung pada
kesepakatan para sekutu.

Figur 1-1 (Gambaran umum akuntansi penerimaan sekutu baru)


(1) Membandingk (2) Metode alternative (3) Observasi kunci
an proporsi untuk mencatat
nilai buku dan penerimaan sekutu
investasi baru
sekutu baru
Biaya perolehan 1. Revaluasi aset bersih - Sekutu lama menerima
investasi > nilai menuju nilai pasar peningkatan nilai aset, goodwill,
buku dan alokasikan atau bonus sebesar kelebihan biaya
kepada sekutu lama. perolehan investasi sekutu baru
2. Catat goodwill yang atas nilai buku.
belum diakui dan - Mencatat peningkatan nilai aset
alokasikan kepada atau goodwill kepada sekutu lama
sekutu lama. yang meningkatkan modal
3. Alokasikan bonus persekutuan.
kepada sekutu lama.
Biaya perolehan 1. Tidak ada revaluasi, - Tidak ada alokasi lebih lanjut yang
investasi = nilai bonus, atau diperlukan karena sekutu baru akan
buku goodwill. menerima bagian modal sebanding
denan investasinya.
- Jumlah modal akhir persekutuan
sama dengan modal sebelumnya
ditambah investasi sekutu baru.
Biaya perolehan 1. Revaluasi aset bersih - Sekutu lama memperoleh alokasi
investasi < nilai menuju nilai pasar penurunan nilai aset yang terjadi
buku dan alokasikan sebelum penerimaan sekutu baru.
kepada sekutu lama. Atau sekutu baru mendapatkan
2. Mengakui goodwill goodwill atau bonus sebagai
yang dibawa sekutu insentif.
baru. - Mencatat penurunan nilai aset yang
3. Alokasikan bonus menghasilkan penurunan modal,
kepada sekutu baru. sedangkan mencatat goodwill
sekutu baru menghasilkan
peningkatan modal.

Menentukan Biaya Investasi Sekutu Baru


Dalam beberapa situasi, akuntan diminta untuk menentukan jumlah investasi yang
harus dikontribusikan oleh sekutu baru. Misalnya, kita ambil contoh Aldi dan Bayu
yang ingin memasukkan Citra sebagai sekutu baru. Modal sekutu lama adalah
Rp30.000.000, dan para sekutu berkeinginan untuk memasukkan Citra ke dalam
persekutuan dengan hak kepemilikan sebesar 25 persen.
Asumsikan bahwa sekutu lama, Aldi dan Bayu, menyetujui bahwa aset persekutuan
harus direvaluasi sehingga bertambah sebesar Rp3.000.000 untuk mengakui
peningkatan nilai tanah yang dimiliki persekutuan. Pertanyaannya adalah berapakah
investasi yang harus dikontribusikan Citra sebagai sekutu baru untuk seperempat hak
kepemilikan.
Ketika menentukan biaya investasi sekutu baru, sangatlah penting untuk mencatat
total modal persekutuan yang dihasilkan dan persentase kepemilikan yang masih
ditahan sekutu lama. Dalam contoh ini, sekutu lama mempertahankan % kepemilikan
pada persekutuan yang dihasilkan, artinya 75 persen kepemilikan modal sebesar
Rp33.000.000, di mana Rp30.000.000 berasal dari modal lama ditambah Rp3.000.000
dari revaluasi tanah, sebagai berikut.

75% total modal yang dihasilkan Rp33.000.000


Total modal yang dihasilkan (100%) 44.000.000
Dikurangi modal sekutu lama (33.000.000)
Kontribusi kas yang dibutuhkan bagi sekutu baru Rp11.000.000

Berhentinya Seorang Sekutu dari Persekutuan


Ketika seorang sekutu berhenti atau mengundurkan diri dari persekutuan, maka
persekutuan secara tidak langsung dibubarkan, tetapi sekutu yang lainnya mungkin
masih berkeinginan melanjutkan operasi usaha. Dalam sebagian besar kasus,
persekutuan membeli semua kepemilikan sekutu yang berhenti sebesar harga pembelian
(buyout price). Harga pembelian adalah jumlah estimasi jika, (1) aset persekutuan dijual
pada harga sama dengan atau lebih besar dari nilai likudasi atau nilai yang menjadi
dasar harga penjualan keseluruhan bisnis yang terus berlangsung tanpa sekutu yang
berhenti, dan (2) persekutuan diakhiri pada saat itu, dan seluruh kewajiban persekutuan
diselesaikan. Perhatikan bahwa goodwill dapat termasuk dalam penilaian. Persekutuan
harus membayar bunga kepada sekutu yang berhenti sejak tanggal berhenti sampai
dengan tanggal pembayaran. Dalam kasus berhentinya sekutu karena ada pelanggaran,
persekutuan dapat menuntut secara legal sekutu yang keluar atas kerusakan atau
kerugian yang ditimbulkan akibat pelanggaran yang terjadi.
Dalam kasus di mana persekutuan menyetujui pemberhentian dan tidak ada
kesalahan, akuntan dapat membantu perhitungan harga pembelian kepemilikan. Ini
penting untuk menentukan seluruh kewajiban yang masih ada saat tanggal berhenti.
Perjanjian persekutuan dapat termasuk prosedur lain untuk digunakan pada kasus
berhentinya sekutu, seperti spesifikasi penilaian, proses akuisisi nilai sekutu baru yang
dapat dialihkan, dan hal lain terkait perubahan proses keanggotaan.
Beberapa persekutuan melakukan audit ketika terjadi perubahan dalam komposisi
sekutu. Audit ini menghasilkan keakuratan nilai buku aset dan kewajiban. Terkadang,
kesalahan akuntansi ditemukan selama proses audit. Kesalahan tersebut harus diperbaiki
dan akun modal para sekutu harus disesuaikan berdasarkan rasio laba atau rugi yang ada
pada periode kesalahan ditemukan.
Pada umumnya, sekutu yang tersisa membeli bagian sekutu yang berhenti dengan
akuisisi langsung atau persekutuan membeli bagian kepemilikan sekutu yang berhenti
tersebut. Jika sekutu yang tersisa membeli langsung kepemilikan sekutu yang berhenti,
satu-satunya jurnal pada pembukuan persekutuan adalah mencatat reklasifikasi modal
sesama sekutu. Jika persekutuan mengakuisisi bagian sekutu yang berhenti, persekutuan
harus mencatat pengurangan jumlah modal persekutuan akibat penurunan aset atas
pembayaran kepada sekutu yang berhenti. Perhitungan harga pembelian ketika seorang
sekutu berhenti dari persekutuan dapat digambarkan dalam tiga skenario berikut.
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Richard E, dkk. 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia) Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai