Anda di halaman 1dari 27

Ringkasan Materi Kuliah RPS 9

PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN


Mata Kuliah Metode Penelitian Akuntansi
Kode Mata Kuliah EKA 400
Kelas A3

Disusun oleh:
Kelompok 3

Ni Wayan Mas Lestari (03/2107531058)


Putu Angel Shinta Lestari (05/2107531066)
Ni Luh Gabriella Yulia Alexandra (06/2107531067)
Ni Komang Priyahita (07/2107531074)
Ni Kadek Yunia Sumirta (08/2107531075)
Ni Ketut Febriyani (12/2107531089)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
v
vi
DAFTAR ISI

PETA KONSEP .......................................................................................................................... i

DATAR ISI ............................................................................................................................... iv

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1

1. Pengertian Instrumen Penelitian ..................................................................................... 1

2. Instrumen Penelitian Kualitatif ....................................................................................... 2

3. Instrumen Penelitian Kuantitatif ..................................................................................... 5

3.1 Instrumen Tes.......................................................................................................... 5

3.2 Instrumen Non Tes .................................................................................................. 7

4. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penelitian ..................................................... 14

5. Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian........................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ v

iv
PEMBAHASAN

1. Pengertian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau sarana yang digunakan untuk


mengumpulkan data atau informasi dalam sebuah penelitian. Instrumen penelitian
dapat berupa kuesioner, wawancara, lembar observasi, tes, dan sebagainya, tergantung
pada tujuan dan metode penelitian yang digunakan. Instrumen penelitian harus
dirancang dengan baik agar dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, serta
dapat menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan. Selain itu, instrumen penelitian
juga harus disesuaikan dengan karakteristik responden atau subjek penelitian, sehingga
dapat menghasilkan data yang relevan dan dapat diinterpretasikan dengan benar.
Berikut ini adalah beberapa definisi dan pandangan para ahli mengenai instrumen
penelitian:
1. Ibnu Hadjar (1996) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi
karakteristik variabel secara objektif.
2. Sumadi Suryabrata (2008) instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atributkognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah
pernyataan.
3. Bungin (2016) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau sarana
untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen penelitian yang biasa
digunakan antara lain kuesioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi.
4. Suharsimi Arikunto (2017) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat
yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
Instrumen penelitian meliputi kuesioner, observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi.
5. Sugiyono (2019) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen penelitian
dapat berupa kuesioner, wawancara, tes, observasi, dan sebagainya.

1
6. Moleong (2019) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau
sarana yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, baik data
kuantitatif maupun kualitatif.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi
kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.

2. Instrumen Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci dalam


penelitian. Instrumen lain seperti pedoman wawancara, pedoman observasi adalah
instrumen pendukung seorang peneliti untuk mengumpulkan data penelitian.Instrumen
penelitian yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam melakukan riset
kualitatif, kita tahu kedalaman data menjadi yang utama. Untuk bisa menjangkau data
lebih dalam, maka seorang peneliti memerlukan alat-alat bantu baik digunakan oleh
dirinya atau responden untuk mempemudah proses pengambilan data. Tenyata
instrumen ini sangat fleksibel karena dipengaruhi jenis penelitiannya. Sebagai contoh
pada penelitian fenomena alam, maka memerlukan alat bantu yang dapat mengukur
gejala-gejala alam. Sementara untuk riset sosial maka yang diperlukan adalah alat
bantu untuk digunakan responden seperti angket/kusisioner.
Contoh Instrumen Penelitian Kualitatif
1) Peneliti
Peneliti menjadi instrumen paling utama dalam penelitian kualitatif, Peneliti
akan memberikan pandangan subjektifnya terhadap fokus penelitian. Dengan kata
lain, dari semua data yang peneliti kumpulkan peneliti akan menyusun kesimpulan
bedasarkan perspektif pribadinya.
Oleh sebab itu, saat akan melakukan penelitian kualitatif peneliti harus
divalidasi. Karena menurut Sugiyono, Peneliti kualitatif sebagai human instrumen
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Sehingga harus divalidasi akan
kemampuan peneliti dalam kemampuannya memahami metode penelitian.
2) Panduan interview

2
Untuk peneliti yang menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan
datanya, maka peneliti perlu menyusun interview guide atau panduan wawancara
yang digunakan untuk memperlancar proses wawancara.
Panduan ini tidak digunakan untuk responden, karena responden yang
diwawancarai akan menjawab sesuai apa yang ditanyakan peneliti.Jadi panduan
ini digunakan oleh peneliti itu sendiri supaya tetap on-track dalam mendalami
sebuah pernyataan saat wawancara. Panduan ini berisikan kata apa yang harus
dibuka untuk membuka wawancara, pertanyaan pembuka dan arah dari
wawancara.Meski demikian, ada beberapa peneliti yang tidak memerlukan
panduan ini. Alasannya, peneliti tersebut sudah melakukan penelitian tersebut
berulang kali sehingga sudah berpengalaman.
3) Angket/kuisioner
Angket ini sebenarnya hampir sama dengan wawancara tapi angket tidak
mempertemukan secara langsung antara responden dan peneliti. Angket ini
berperan untuk menghubungkan antara peneliti dengan responden sehingga bisa
dikatakan alat bantu penelitian atau instrumen penelitian. Angket ini memang
banyak digunakan pada penelitian kuantitatif, tapi bisa juga digunakan pada
penelitian kualitatif dengan syarat peneliti harus memahami diluar kepala tentang
apa yang sedang ditelitinya.Karena peneliti tidak bisa mendalami secara bebas
sepeti halnya saat wawancara langsung. Angket pada penelitian kualitatif
umumnya berisi pertanyaan terbuka yang dijawab dengan uraian panjang oleh
responden.
4) Alat tulis
Alat tulis ini tidak mesti buku besar tapi juga buku harian atau lembar-lembar
yang dapat mencatat data. Tapi berbeda dengan alat bantu lainnya, alat tulis ini
berfungsi pada moment-momen yang tidak diduga. Jadi seorang peneliti harus
selalu membawa buku catatan dan bolpoinnya kapanpun saat melakukan
observasi.

5) Alat rekam
Alat rekam juga sama seperti alat tulis, dimana fungsinya untuk merekam
kejadian-kejadian tak terduga. Alat rekam juga bisa digunakan untuk merekam
kejadian yang direncanakan seperti eksperimen atau wawancara.

3
6) Dokumen/literatur
Dalam melakukan penelitian kualitatif, ada metode pengumpulan data yang
bernama studi literatur. Yakni dengan mempelajari dokumen- dokumen atau
literatur yang terkait fokus penelitian sebagai bahan pembanding atau mendalami
apa yang sedang diteliti.

Kriteria Instrumen penelitian


Instrumen penelitian kualitatif yang baik adalah yang punya kredibilitas dan
relibilitas. Hal ini untuk menjamin hasil penelitian tidak memberikan informasi yang
salah, dan menimbulkan kesalah pemahaman jika dibaca orang banyak. Penelitian
kualitatif akan mempunyai tingkat akurat yang tinggi dengan mengikuti kriteria
instrumen berikut:
a) Kredibilitas
Laporan penelitian kualitatif yang kredibel ditandai dengan pehamanan dan
perasaan yang sama bagi orang yang membaca laporannya atau responden yang
mengalaminya sendiri. Oleh sebab itu, instrumen penelitian kualitatif harus valid
dalam mengukur atau merekam data penelitian.
Validitas bisa diujikan dengan cara mendiskusikan data penelitian dengan
responden. Sedangkan relibilitas instrumen dapat dibuktikan apabila instrumen
yang sama akan menunjukkan hasil yang sama apabila digunakan oleh orang lain,
dalam waktu yang bersamaan atau waktu yang berbeda.
b) Transferabilitas
Transferabilitas pada penelitian kualitatif adalah apabila temuan penelitian dapat
dipahami dengan jelas oleh pembaca.
c) Dependabilitas
Istilah dependabilitas sama dengan reliabilitas. Reliabilitas pada penelitian
kualitatif disebut dengan derajat ketepatan yang dibuktikan dengan instrumen
pengukuran penelitian. Reliabilitas penelitian kualitatif bisa dicapai dengan
mengikuti langkah-langkah penyusunan penelitian yaitu penyusunan database
(dokumen, bukti, gambar, wawancara, dst) secara lengkap dan uraian rinci.dari
data-data yang ada di lapangan.
d) Konfirmabilitas

4
Konfirmabilitas adalah transparansi penelitian. Semua proses penyusunan dan
data penelitian bisa diungkapkan kepada peneliti lain atau umum, sehingga
temuannya bisa diperiksa atau dikonfirmasi lagi oleh peneliti lainnya.

3. Instrumen Penelitian Kuantitatif

Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen observasi adalah penelitinya sendiri,


maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen mesti dibentuk dan menjadi perangkat
yang “independent” dari peneliti. Peneliti harus mampu menciptakan instrumen
semenarik mungkin, apapun instrumen itu.
Pada lazimnya instrument penelitian dalam observasi kuantitatif terbagi dua ialah tes
dan non tes.
3.1 Instrumen Tes
Tes sebagai instrument observasi yakni suatu alat yang berisi serangkaian
soal-soal yang mesti dijawab oleh responden untuk mengukur suatu aspek
tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Menyusun tes harus sesuai prosedur dan
melalui proses yang benar. Prosedur yang ditempuh dalam menyusun atau
mengembangkan tes kemampuan dalam rangka penelitian pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
a) Penetapan Aspek yang Diukur
Menetapkan aspek yang hendak diukur merupakan langkah pertama dalam
upaya penyusunan atau pengembangan tes. Dalam pengembangan tes hasil
belajar, terdapat dua aspek yang mendapat perhatian, yaitu (1) materi
pelajaran, dan (2) aspek kepribadian/ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
yang akan dukur.
b) Pendeskripsian Aspek yang Diukur
Pendeskripsian aspek yang diukur merupakan penjabaran lebih lanjut dari
aspek- aspek yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam proses menyusun
tes, deskripsi variabel yang telah ditetapkan tersebut dituangkan dalam
bentuk tabel spesifikasi atau lebih dikenal dengan kisi-kisi tes. Di dalam
kisi-kisi tes termuat materi pelajaran dan aspek kepribadian yang diukur,
bentuk tes dan tipe soal yang digunakan, serta jumlah soal.
c) Pemilihan Bentuk Tes

5
Bentuk tes merupakan tipe soal dilihat dari cara peserta tes dalam
memberikan jawaban soal dan cara peneliti memberikan skor. Jika peserta
tes memiliki kebebasan yang luas dalam menjawab soal-soal tes, maka
dikatakan bahwa tes itu adalah tes subjektif (free answer tests). Jika peserta
tes tidak memiliki kebebasan dalam menjawab soal-soal tes, bahkan hanya
tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan oleh peneliti, maka tes
itu disebut tes objektif (restricted answer tests). Tes juga dapat dibedakan
menjadi tes subjektif dan tes objektif, dilihat dari cara peneliti dalam
memberikan skor. Suatu tes disebut tes subjektif berdasarkan cara peneliti
memberikan skor apabila skor yang diberikan peneliti dipertimbangkan
terlebih dahulu terhadap jawaban peserta tes, kemudian baru didapat
perolehan skor dari tes tersebut. Suatu tes disebut tes objektif berdasarkan
cara peneliti memberikan skor apabila peneliti memberikan skor secara
langsung tanpa harus mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh
peserta tes.
d) Penyusunan Butir Soal
Penyusunan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas bentuk dan tipe
soal yang akan dibuat, bukan disusun menurut urutan materi. Butir-butir soal
tes objektif dikelompokkan tersendiri, begitu juga dengan soal-soal tes
subjektif. Jika dalam tes objektif digunakan beberapa tipe soal (pilihan
benar, pilihan kombinasi, dan/atau pilihan kompleks), maka butir-butir soal
tes objektif harus disusun berdasarkan tipe soal tersebut.
e) Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba instruman yang berupa tes dilakukan untuk
mengetahui validitas butir soal, tingkat reliabilitas tes, ketepatan petunjuk
dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Uji coba tes dilakukan pada subjek
yang memiliki karakteristik yang identik dengan subjek penelitian yang
sesungguhnya (relevan) agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan.
f) Analisis Hasil Uji Coba
Analisis terhadap hasil uji coba tes dilakukan untuk mengetahui secara
empirik validitas butir soal dan tingkat reliabilitas tes. Ukuran yang
digunakan untuk menilai validitas butir soal adalah indeks kesukaran soal

6
(P) dan indeks daya beda soal (D), sedangkan untuk mengetahui tingkat
reliabilitas tes adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas yang
biasanya dihitung menggunakan rumus KR-20 atau KR-21 untuk tes
objektif dan koefisien Alpha untuk tes subjektif.
g) Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal.
Hasil analisis terhadap kualitas butir soal dijadikan dasar peneliti untuk
memilih atau menyempurnakan butir soal yang akan digunakan dalam tes.
Seleksi atau penyempurnaan butir soal diperlukan karena biasanya selalu
ada soal yang tidak memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran
dan daya beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk keperluan
uji coba selalu harus lebih banyak dari jumlah yang diperlukan. Penataan
soal sebaiknya memperhatikan bentuk tes dan tipe soal, serta mengindahkan
tingkat kesukaran soal. Soal yang tergolong mudah biasanya berada di
bagian paling awal dari tes, sedangkan sebagian lagi ditempatkan di bagian
paling akhir dan soal-soal yang tergolong sedan dan sukar ditempatkan di
tengah-tengah. Penataan ini didasarkan atas pertimbangan psikologis
pengambil tes.
h) Pencetakan Tes
Pencetakan tes perlu memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang
akan digunkanan. Format tes berkaitan dengan tata letak (lay out) dan soal-
soal di dalam tes, sedangkan jenis dan model huruf memiliki hubungan yang
erat dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan. Pencetakan tes perlu
diperhatikan agar penampilan tes menjadi lebih rapi, indah, dan jelas
sehingga menarik untuk dikerjakan.

3.2 Instrumen Nontes


Instrumen non tes merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data tidak
dalam bentuk tes, melainkan bentuk skala bertingkat (rating scale), kuesioner
(quetioner), daftar cocok (check list), wawancara (interview), pengamatan
(observation), dan riwayat hidup.
Jenis-jenis insrumen non tes yaitu sebagai berikut:
1. Skala bertingkat (rating scale)
Skala bertingkat menggambarkan sutau nilai berupa angka-angka yang
diterapkan dengan jarak yang sama secara bertingkat dari yang rendah ke

7
tinggi. Skala bertingkat digunakan untuk melakukan pencatatan secara
objektif menilai penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang.
Skala ini dapat berupa skala angka atau grafik. Skala angka digunakan
apabila skor yang diberikan seseorang tentang keadaan objek penelitian
dapat dilambangkan dengan angka. Sedangkan skala bentuk garfik dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan atau ‘bias’ dalam mengisinya. Skala
bentuk ini dapat digambarkan dalam suatu garis dengan jarak yang sama
dari yang rendah ke tinggi.
2. Kuesioner (quetioner)
Kuesioner sering disebut sebagai angket. Kuesioner atau angket adalah
alat pengumpul data dalam bentuk daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
responden. Pada kuesioner ini, data diri/keadaan, pengalaman, pengetahuan
sikap atau pendapat, dan hal lainnya dapat diketahui.
Yusuf (2015: 104) mengungkapkan bahwa jenis-jenis kuesioner dilihat dari
berbagai segi, yaitu:
a. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas:
1) Pertanyaan fakta, menanyakan tentang fakta, antara lain jumlah
sekolah, jumlah jam belajar, jumlah murid, tinggi dan berat peserta
didik.
2) Pertanyaan perilaku, pertanyaan apabila peneliti menginginkan
informasi tentang tingkah laku responden dalam proses pendidikan.
Contoh bentuk pertanyaan perilaku: Apakah Anda sering pergi ke
perpustakaan untuk mendapatkan informasi dan bahan tentang
sesuatu yang diajarkan pendidik.
3) Pertanyaan informasi, pertanyaan apabila peneliti ingin
mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan sikap, berkaitan dengan perasaan,
kepercayaan prepredisposisi dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan objek yang dinilai.
b. Kuesioner dari segi jenisnya dapat dibedakan atas:
1) Kuesioner tertutup
Pada kuesioner tertutup, alternatif jawaban sudah ditentukan
terlebih dahulu. Responden hanya memilih di antara alternatif yang

8
telah disediakan. Contoh: Apakah Anda puas dengan yang Anda
capai pada semester lalu?

a. Puas
b. Tidak puas
Individu yang menjawab kuesioner memberi tanda silang pada huruf
a atau b, atau melingkari huruf itu sesuai dengan petunjuk.
Ada beberapa kebaikan bentuk dari kuesioner tertutup, yaitu:
⚫ Alternatif jawaban instruktur sama antara satu dan yang lain.
⚫ Mudah diproses
⚫ Jawaban dapat dibandingkan antara satu responden karena
dibantu oleh alternatif jawaban yang disediakan.
⚫ Responden lebih mudah menjawabnya.
⚫ Mudah dilaksanakan.
⚫ Mudah diberi kode.
Adapun kelemahan dari kuesioner tertutup, antara lain:
⚫ Membatasi diri individu untuk menyatakan pendapat
⚫ Mudah diterka.
⚫ Banyak membutuhkan waktu dan fasilitas.
⚫ Perbedaan interpretasi tentang pertanyaan tidak dapat
diketahui.

2) Kuesioner terbuka
Bentuk ini memberi kesempatan pada responden untuk
mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan,
sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Responden
menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam
bahasa sendiri.
Contoh: Menurut pendapat Anda, faktor-faktor apakah yang
menyebabkan orang tua kurang membantu anaknya dalam belajar di
rumah?
Ada beberapa kebaikan kuesioner bentuk terbuka, yaitu:
• Sebagai persiapan untuk pertanyaan-pertanyaan tertutup.

9
• Individu dapat menjawab menurut keadaan dan kemampuan
yang sebenarnya.
• Memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir penalaran dan kreativitas dari responden.
• Sangat bermanfaat untuk mengantisipasi respon yang luas dan
kompleks
Ada beberapa kelemahan pada kuesioner ini, yaitu:
• Sulit diberi kode karena jawaban yang diberikan sangat
bervariasi terhadap pertanyaan yang sama.
• Sukar dianalisis
• Banyak jawaban-jawaban yang kurang relevan.
• Data tidak seragam dan tidak standar.
• Membutuhkan keterampilan menulis dan melahirkan pendapat.
• Waktu yang dibutuhkan lebih lama dari kuesioner tertutup
dalam aspek dan materi yang sama.
3) Kuesioner terbuka dan tertutup
Kuesioner bentuk ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang
telah diuraikan sebelumnya. Pada kuesioner bentuk ini berarti di
samping telah disediakan alternatif, diberi juga kesempatan pada
pengisi untuk mengemukakan alternatif jawabannya sendiri, apabila
alternatif yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan. Contoh: Berapa lamakah Anda belajar dalam sehari
(dalam jam)?
a. ≤1,0
b. 1,1 – 2,0
c. 2,1 – 3,0
d. 3,1 – 4,0
e. …………. (tuliskan)
c. Kuesioner ditinjau dari segi yang menjawab dapat dibedakan
menjadi:
1) Kuesioner langsung
Kuesioner yang langsung dijawab atau diisi oleh individu yang
akan dimintai keterangannya.

10
2) Kuesioner tidak langsung
Kuesioner yang diisi oleh orang lain, yaitu orang yang tidak
dikenai informasi yang dibutuhkan.

Secara keseluruhan adapun keuntungan dari kuesioner, diantaranya :


➢ Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
➢ Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
➢ Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.

Adapun kelemahan dari kuesioner, diantaranya :


➢ Seringkali sukar dicari validitasnya
➢ Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengara
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
➢ Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat
3. Interview
Interview sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioner lisan
adalah interaksi antara pewawancara dengan dengan yang diwawancarai
secara langsung atau tatap muka untuk memperoleh informasi. Biasanya
peneliti menggunakan interview ketika meneliti keadaan seseorang
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang
tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Dilihat dari bentuk pertanyaan yang diajukan, maka menurut Yusuf
(2015: 109) wawancara dapat dibedakan atas:
1) Wawancara terencana-terstruktur
Wawancara terencana-terstruktur adalah bentuk wawancara, di mana
pewawancara menyusun terlebih dahulu secara rinci pertanyaan yang
akan diajukan menurut pola tertentu dengan menggunakan format
yang standar.
2) Wawancara terencana tidak terstruktur
Wawancara terencana tidak terstruktur adalah suatu bentuk wawncara,
di mana pewawancara menyusun rencana dan menyiapkan materi,
tetapi tidak terinci menurut format tertentu.
3) Wawancara bebas

11
Wawancara bebas merupakan suatu bentuk wawancara, di mana
pewawancara tidak terikat atau diatur suatu pedoman tertentu dan
individu yang diwawancarai mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya.

Dalam melakukan wawancara/interview terdapat beberapa kriteria yang


perlu diperhatikan, yaitu:
a. Pewawancara hendaklah memiliki kemampuan dan keterampilan
dalam berkomunikasi, kemampuan dalam memahami dan menarima
pernyataan dan ide orang lain, rasa aman dan percaya diri.
b. Yang diwawancarai hendaklah memiliki kemampuan memahami dan
menangkap pertanyaan, kemampuan dalam menyatakan pendapat,
rasa aman dan percaya diri.
c. Isi atau materi wawancara meliputi tingkat kesukaran, kesensitifan
materi pertanyaan, dan luasnya materi wawancara.
d. Situasi wawancara meliputi waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan,
dan situasi lingkungan.

Adapun keunggulan dari interview, antara lain :


➢ Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memperoleh respon atau
jawaban yang relatif tinggi dari responden.
➢ Peneliti dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden
mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan
pertanyaan.
➢ Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti
dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh
pertanyaan dalam proses interview
➢ Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan
dengan cara kuesioner maupun observasi.
4. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara teliti dengan pencatatan
yang sistematis. Observasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan pedoman intrumen pengamatan

12
2) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

Observasi/pengamatan dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :


a. Sign system, digunakan sebagai instrumen pengamanat situasi
pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen
tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya, guru menerangkan,
guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru
bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak.
Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit,
semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul
lebih dari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu
kal. Dengan demikian akan diperoleh gambar tentang apa kejadian
yang muncul dalam situasi pengajaran.
b. Category system, sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah
variabel, misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktifan atau
partisipasi murid dalam proses belajar-mengajar. Dalalm hal ini
pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke
dalam kategori keaktif atau pastisipasi murid misalnya : murid
bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan,
dan lain sebagainya.
5. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dst.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan melalui 2 cara,diantaranya :
a. Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori
yang akan dicari datanya
b. Check-list yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya dalam
hal ini penelitian tinggal memberikan tanda atau tally setiap
pemunculan gejala yang dimaksud.

13
4. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penelitian

➢ Langkah langkah yang ditempuh dalam menyususn sebuah instrumen penelitian


menurut (Margono, 1997) diantaranya:
a. Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian
sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data
yang diinginkan peneliti
b. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel atau
subvariabel dan indikator-indikatornya.
c. Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi kisi ini berisi lingkup
materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan,
waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimagsudkan adalah kemampuan yang
diharapkan dari subjek yang ditelit, misalnya kalau diukur prestasi belajar,
maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal
pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.
d. Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan
jumlah yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat
peneliti harus mempunyai gambaran jawaban yang diharapkan. Yang artinya
jawaban yang betul atau yang diinginkan harus dibuat peneliti.
e. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan yang baru.
➢ Adapun Iskandar (2008:79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian yaitu:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi.
3. Mencari indikator dari setiap dimensi varisbel.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen yang akan digunakan.
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen.
6. Petunjuk pengisian instrumen.

5. Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian

a) Tentukan Konsep dengan Literatur yang Cerdas

14
Langkah-langkah dalam proses pembuatan kuesioner :
Langkah 1 : Tinjauan literature yang relevan pada perencanaan kuesioner.
Langkah 2 : Merencanakan item-item untuk kuisioner. Berpikir mengenai apakah
akan
menggunakan kuisinoer terkait lainnya?
Langkah 3 : Merencanakan tata ruang dan kuesioner secara integrasi.
Langkah 4 : Melakukan uji coba kuesioner.
Langkah 5 : Tahap cara finalisasi apakah kuisioner yang dipakai sudah teruji untuk
diterapkan dengan perbaikan bila diperlukan.
Lima belas dasar membuat kuesioner menurut Johnson, Burke dan Christensen,
Larry, 2008.
Dasar 1 : Kuesioner harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Dasar 2 : Memahami peserta penelitian.
Dasar 3 : Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Dasar 4 : Membuat bahasa yang tepat dan relative pendek.
Dasar 5 : Jangan menggunakan pertanyaan yang menggiring/tendensius.
Dasar 6 : Menghindari makna ganda.
Dasar 7 : Menghindari makna ganda yang lain.
Dasar 8 : Tentukan apakah pertanyaan terbuka atau tertutup.
Dasar 9 : Gunakan pertanyaan yang tidak bertentangan dan lengkap.
Dasar 10 : Berikan jawaban yang tersedia untuk item questioner closed ended
questions.
Dasar 11 : Sajikan beberapa item untuk mengukur hal-hal abstrak.
Dasar 12 : Sajikan beberapa metode ketika mengukur hal-hal abstrak.
Dasar 13 : Agar menggunakan bahasa atau susunan kata yang tidak membuat
rancu.
Dasar 14 : Mengembangkan kuesioner yang mudah bagi responden.
Dasar 15 : Lakukan uji coba test kuisioner sebelum diterapkan.
b) Pahami Konsep dengan Baik dan Turunkan dengan Bahasa yang Benar dan
Mudah Dimengerti
Menurut Kuncoro Mudjarat (2009), menyusun desain instrument adalah membuat
kuesioner. Pada penyusunan/pembuatan kuesioner harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

15
1) Apakah pertanyaan itu perlu? Karena pertanyaan yang tidak perlu hanya
akan membingungkan responden
2) Bagaimanakah pertanyaan itu sebaiknya diajukan?
3) Hal itu penting sehingga tidak membingungkan dan memberikan acuan.
Selain itu tetap dijaga kerahasiannya.
4) Apakah bentuk pertanyaannya terbuka atau tertutup?
(open-ended question atau closed-ended question)
5) Bagaimanakah seharusnya pertanyaan itu dirumuskan?
Sedapat mungkin dihindari menggunakan frase/istilah yang menimbulkan
persepsi ganda atau membingungkan. Hindari pertanyaan bermakna ganda
(double-barreled question).
6) Bagaimanakah format jawaban disusun?
Apakah alternatif jawaban yang akan digunakan dikotonomi atau pilihan
berganda? Bagaimanakah urutan alternatif jawaban disusun? Bagaimanakah
cara mengatasi jawaban tidak tahu, tidak ada jawaban dan jawaban netral?
7) Teknik skala yang bagaimanakah sebaiknya digunakan?
a) Rating Scale
• Graphic rating scales
• Hemized rating scales
• Comparative rating scale
b) Attitude scales
• Likert scale
• Semantic differential
c) Menggunakan Secara Tepat Alasan Memilih Angket Terbuka atau Tertutup
Isi kuensioner merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan
kepada responden dan diisi sendiri oleh responden. Sudah tentu respondennya
ditentukan dulu berdasarkan teknik sampling. Pengirim dapat mendatangi sendiri
responden atau mengirim daftar pertanyaan itu melalui pos. karena
“kepraktisannya” itulah angket banyak digunakan peneliti. Dalam membuat
angket harus memilih jenis angket yang akan digunakan secara tepat agar sesuai
dengan tujuan dari penelitian.
d) Menggunakan Bahasa Secara Benar dan Baik Sesuai dengan Kemampuan
Responden

16
Penggunaan bahasa dalam penyusunan kuesioner dan penelitian ilmiah
1) Dalam kuesioner:
a) Hindarkan pertanyaan yang menggiring. Contoh: "Dengan kenaikan
harga bahan pokok sekarang ini, seharusnya karyawan diberikan gaji
yang layak". Kalimat pertanyaan seperti itu mengandung unsur
menggiring opini dengan mendahului kalimat "dengan kenaikan harga
bahan pokok" dan "seharusnya karyawan diberi gaji yang layak".
b) Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Pertanyaan mengenai
waktu lampau seperti kejadian 10 tahun yang lalu dapat menyulitkan
responden untuk menjawab.
c) Hindarkan pertanyaan yang bermuatan. Contoh: "sejauh mana
kemungkinan perusahaan akan memberikan sanksi jika karyawan
melakukan demo". Kata "sanksi" dan "demo" mengandung muatan
emosi yang memperlihatkan dua sudut pandang pihak manajemen dan
pihak karyawan.
2) Dalam penelitian ilmiah
Untuk mencapai penelitian ilmiah yang baik khususnya dilihat dari segi
bahasanya, perlu kiranya dipahami bahwa bahasa Indonesia dalam karya
ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dari karya
tulis nonilmiah. Terdapat beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal
penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa tulis
ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan kata dan
peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf
baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya
bahasanya menarik.
a) Pilihan Kata dan Istilah yang Tepat
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca, pemilihan
kata atau istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena
konteksnya adalah penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta
pemilihan istilah harus mengikuti kaidah- kaidah bahasa baku. Selain itu
pemilihan kata atau istilah juga menyangkut pemilihan berdasarkan
ketepatannya dalam mengantarkan gagasan yang dimaksud oleh penulis.
b) Kalimat Efektif

17
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan
istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. Beberapa ciri kalimat efektif adalah
sebagai berikut :
▪ Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan
struktur,
▪ Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara
gramatikal,
▪ Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
▪ Kehematan pengunaan unsur kalimat,
▪ Kecermatan dan kesantunan, dan
▪ Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
c) Paragraf yang Baik
Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah
baik, hal berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah paragraf yang
disajikan sudah merupakan paragraf yang baik atau belum. Syarat
paragraf yang baik yaitu meliputi: kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.
Paragraf yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam
sebuah paragraph hanya terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat
yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk pada
satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu, pastikan bahwa semua
kalimat yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar selaras
antara satu dengan yang lain dalam mengantarkan gagasan tersebut.

Contoh Penyusunan Instrumen Penelitian


• Jenis penelitian: Penelitian Deskriptif
• Judul penelitian: Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (Studi Kasus pada PT
X)
• Variabel: Kinerja sumber daya manusia

• Indikator variabel:
1) Kuantitas output yang dihasilkan,

18
2 ) Kualitas output yang dihasilkan,
3) Ketepatan waktu penyelesaian tugas
• Definisi operasional variabel:
1) Jumlah unit output yang mampu dihasilkan oleh karyawan dalam jangka
waktu 1 bulan terakhir,
2) Tingkat kesesuaian kualitas output dengan standar yang ditetapkan dalam
waktu 1 bulan terakhir,
3) Tingkat ketepatan waktu dalam penyelesaian tugas yang dibebankan dalam
waktu satu bulan terakhir.
• Instrumen penelitian
1. Berapa unit output yang anda hasilkan dalam 1 bulan terakhir? …. Unit
2. Kualitas output yang saya hasilkan dalam 1 bulan terakhir sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (a)
1 2 3 4 5
Setuju Cukup Tidak Sangat tidak
Sangat setuju
setuju setuju setuju

Bagaimana penilaian anda tentang kualitas output yang anda hasilkan


dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan dalam 1 bulan terakhir?
(b)
1 2 3 4 5
Sesuai Cukup Tidak sesuai Sangat tidak
Sangat sesuai
sesuai sesuai

3. Pekerjaan yang dibebankan kepada saya dalam 1 bulan terakhir dapat saya
selesaikan tepat waktu (a)
1 2 3 4 5
Setuju Cukup Tidak Sangat tidak
Sangat setuju
setuju setuju setuju

Bagaimana penilaian anda tentang ketepatan waktu penyelesaian tugas yang


dibebankan kepada anda dalam 1 bulan terakhir? (b)

1 2 3 4 5

19
Tepat Cukup Tidak tepat Sangat tidak tepat
Sangat tepat
tepat

Berdasarkan atas instrumen yang dibuat tersebut, misalnya instrumen 3(a)


(Pekerjaan yang dibebankan kepada saya dalam 1 bulan terakhir dapat saya
selesaikan tepat waktu), diberikan kepada 100 orang responden yang diambil secara
random yang menanyakan terkait dengan instrumen tersebut. Sesuai dengan kriteria
jawaban responden, dari 100 orang yang mengisi kuesioner, setelah dilakukan
perhitungan ternyata, 30 orang menjawab sangat setuju, 40 orang menjawab setuju,
5 orang menjawab cukup setuju, 15 orang menjawab tidak setuju, dan 10 orang
menjawab sangat tidak setuju.

Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa 70 orang atau 70%


responden menjawab setuju dan sangat setuju, sehingga dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden yang diteliti setuju menyelesaikan pekerjaan yang diselesaikan
tepat waktu. Data tersebut juga dapat dianalisis berdasarkan atas scoring setiap
jawaban responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka:
Jumlah skor untuk 30 orang yang menjawab SS 30 x 5 150
Jumlah skor untuk 40 orang yang menjawab S 40 x 4 160
Jumlah skor untuk 5 orang yang menjawab CS 5x3 15
Jumlah skor untuk 15 orang yang menjawab TS 15 x 2 30
Jumlah skor untuk 10 orang yang menjawab STS 10 x 1 10
Jumlah 365

Jumlah skor ideal untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS) yaitu skor tertinggi,
dan jumlah skor terendah adalah 1 x 100 = 100 (STS). Jadi berdasarkan data itu
maka tingkat persetujuan terhadap ketepatan menyelesaikan pekerjaan = 365/500 x
100% = 73%. Jadi dapat dikatakan bahwa dari 100 responden maka 365 data terletak
pada daerah setuju.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan


Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media.

Maria Rika . Langkah-langkah penyusunan penelitian.Gurusiana. Diakses pada 06 mei 2023,


dari: https://www.gurusiana.id/read/rikamaria141734/article/langkah-langkah-
penyusunan-instrumen-penelitian-0

Sumadi Suryabrata. (2008) Metodelogi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Yuliarmini, Ni Nym. & Marhaeni, A A I N. (2019). Metode Riset Jilid 2. Denpasar: CV Sastra
Utama

Yusuf Muri. (2013). Metode penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Jakarta:PT Fajar
Interpratama lrata.

Yusuf, Muri. 2015. Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan Edisi Pertama. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)

21

Anda mungkin juga menyukai