Disusun oleh:
Kelompok 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1
iv
PEMBAHASAN
1
6. Moleong (2019) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau
sarana yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, baik data
kuantitatif maupun kualitatif.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi
kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
2
Untuk peneliti yang menggunakan wawancara sebagai metode pengumpulan
datanya, maka peneliti perlu menyusun interview guide atau panduan wawancara
yang digunakan untuk memperlancar proses wawancara.
Panduan ini tidak digunakan untuk responden, karena responden yang
diwawancarai akan menjawab sesuai apa yang ditanyakan peneliti.Jadi panduan
ini digunakan oleh peneliti itu sendiri supaya tetap on-track dalam mendalami
sebuah pernyataan saat wawancara. Panduan ini berisikan kata apa yang harus
dibuka untuk membuka wawancara, pertanyaan pembuka dan arah dari
wawancara.Meski demikian, ada beberapa peneliti yang tidak memerlukan
panduan ini. Alasannya, peneliti tersebut sudah melakukan penelitian tersebut
berulang kali sehingga sudah berpengalaman.
3) Angket/kuisioner
Angket ini sebenarnya hampir sama dengan wawancara tapi angket tidak
mempertemukan secara langsung antara responden dan peneliti. Angket ini
berperan untuk menghubungkan antara peneliti dengan responden sehingga bisa
dikatakan alat bantu penelitian atau instrumen penelitian. Angket ini memang
banyak digunakan pada penelitian kuantitatif, tapi bisa juga digunakan pada
penelitian kualitatif dengan syarat peneliti harus memahami diluar kepala tentang
apa yang sedang ditelitinya.Karena peneliti tidak bisa mendalami secara bebas
sepeti halnya saat wawancara langsung. Angket pada penelitian kualitatif
umumnya berisi pertanyaan terbuka yang dijawab dengan uraian panjang oleh
responden.
4) Alat tulis
Alat tulis ini tidak mesti buku besar tapi juga buku harian atau lembar-lembar
yang dapat mencatat data. Tapi berbeda dengan alat bantu lainnya, alat tulis ini
berfungsi pada moment-momen yang tidak diduga. Jadi seorang peneliti harus
selalu membawa buku catatan dan bolpoinnya kapanpun saat melakukan
observasi.
5) Alat rekam
Alat rekam juga sama seperti alat tulis, dimana fungsinya untuk merekam
kejadian-kejadian tak terduga. Alat rekam juga bisa digunakan untuk merekam
kejadian yang direncanakan seperti eksperimen atau wawancara.
3
6) Dokumen/literatur
Dalam melakukan penelitian kualitatif, ada metode pengumpulan data yang
bernama studi literatur. Yakni dengan mempelajari dokumen- dokumen atau
literatur yang terkait fokus penelitian sebagai bahan pembanding atau mendalami
apa yang sedang diteliti.
4
Konfirmabilitas adalah transparansi penelitian. Semua proses penyusunan dan
data penelitian bisa diungkapkan kepada peneliti lain atau umum, sehingga
temuannya bisa diperiksa atau dikonfirmasi lagi oleh peneliti lainnya.
5
Bentuk tes merupakan tipe soal dilihat dari cara peserta tes dalam
memberikan jawaban soal dan cara peneliti memberikan skor. Jika peserta
tes memiliki kebebasan yang luas dalam menjawab soal-soal tes, maka
dikatakan bahwa tes itu adalah tes subjektif (free answer tests). Jika peserta
tes tidak memiliki kebebasan dalam menjawab soal-soal tes, bahkan hanya
tinggal memilih dari jawaban yang telah disediakan oleh peneliti, maka tes
itu disebut tes objektif (restricted answer tests). Tes juga dapat dibedakan
menjadi tes subjektif dan tes objektif, dilihat dari cara peneliti dalam
memberikan skor. Suatu tes disebut tes subjektif berdasarkan cara peneliti
memberikan skor apabila skor yang diberikan peneliti dipertimbangkan
terlebih dahulu terhadap jawaban peserta tes, kemudian baru didapat
perolehan skor dari tes tersebut. Suatu tes disebut tes objektif berdasarkan
cara peneliti memberikan skor apabila peneliti memberikan skor secara
langsung tanpa harus mempertimbangkan jawaban yang diberikan oleh
peserta tes.
d) Penyusunan Butir Soal
Penyusunan butir soal ke dalam suatu tes didasarkan atas bentuk dan tipe
soal yang akan dibuat, bukan disusun menurut urutan materi. Butir-butir soal
tes objektif dikelompokkan tersendiri, begitu juga dengan soal-soal tes
subjektif. Jika dalam tes objektif digunakan beberapa tipe soal (pilihan
benar, pilihan kombinasi, dan/atau pilihan kompleks), maka butir-butir soal
tes objektif harus disusun berdasarkan tipe soal tersebut.
e) Pelaksanaan Uji Coba
Pelaksanaan uji coba instruman yang berupa tes dilakukan untuk
mengetahui validitas butir soal, tingkat reliabilitas tes, ketepatan petunjuk
dan kejelasan bahasa yang digunakan, dan jumlah waktu riil yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tes. Uji coba tes dilakukan pada subjek
yang memiliki karakteristik yang identik dengan subjek penelitian yang
sesungguhnya (relevan) agar hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan.
f) Analisis Hasil Uji Coba
Analisis terhadap hasil uji coba tes dilakukan untuk mengetahui secara
empirik validitas butir soal dan tingkat reliabilitas tes. Ukuran yang
digunakan untuk menilai validitas butir soal adalah indeks kesukaran soal
6
(P) dan indeks daya beda soal (D), sedangkan untuk mengetahui tingkat
reliabilitas tes adalah dengan menggunakan koefisien reliabilitas yang
biasanya dihitung menggunakan rumus KR-20 atau KR-21 untuk tes
objektif dan koefisien Alpha untuk tes subjektif.
g) Seleksi, Penyempurnaan, dan Penataan Butir Soal.
Hasil analisis terhadap kualitas butir soal dijadikan dasar peneliti untuk
memilih atau menyempurnakan butir soal yang akan digunakan dalam tes.
Seleksi atau penyempurnaan butir soal diperlukan karena biasanya selalu
ada soal yang tidak memenuhi syarat dilihat dari kriteria tingkat kesukaran
dan daya beda soal. Oleh sebab itu, jumlah soal yang ditulis untuk keperluan
uji coba selalu harus lebih banyak dari jumlah yang diperlukan. Penataan
soal sebaiknya memperhatikan bentuk tes dan tipe soal, serta mengindahkan
tingkat kesukaran soal. Soal yang tergolong mudah biasanya berada di
bagian paling awal dari tes, sedangkan sebagian lagi ditempatkan di bagian
paling akhir dan soal-soal yang tergolong sedan dan sukar ditempatkan di
tengah-tengah. Penataan ini didasarkan atas pertimbangan psikologis
pengambil tes.
h) Pencetakan Tes
Pencetakan tes perlu memperhatikan format, jenis, dan model huruf yang
akan digunkanan. Format tes berkaitan dengan tata letak (lay out) dan soal-
soal di dalam tes, sedangkan jenis dan model huruf memiliki hubungan yang
erat dengan besar dan kejelasan huruf yang digunakan. Pencetakan tes perlu
diperhatikan agar penampilan tes menjadi lebih rapi, indah, dan jelas
sehingga menarik untuk dikerjakan.
7
tinggi. Skala bertingkat digunakan untuk melakukan pencatatan secara
objektif menilai penampilan atau penggambaran kepribadian seseorang.
Skala ini dapat berupa skala angka atau grafik. Skala angka digunakan
apabila skor yang diberikan seseorang tentang keadaan objek penelitian
dapat dilambangkan dengan angka. Sedangkan skala bentuk garfik dapat
mengurangi kesalahan-kesalahan atau ‘bias’ dalam mengisinya. Skala
bentuk ini dapat digambarkan dalam suatu garis dengan jarak yang sama
dari yang rendah ke tinggi.
2. Kuesioner (quetioner)
Kuesioner sering disebut sebagai angket. Kuesioner atau angket adalah
alat pengumpul data dalam bentuk daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
responden. Pada kuesioner ini, data diri/keadaan, pengalaman, pengetahuan
sikap atau pendapat, dan hal lainnya dapat diketahui.
Yusuf (2015: 104) mengungkapkan bahwa jenis-jenis kuesioner dilihat dari
berbagai segi, yaitu:
a. Kuesioner dari segi isi dapat dibedakan atas:
1) Pertanyaan fakta, menanyakan tentang fakta, antara lain jumlah
sekolah, jumlah jam belajar, jumlah murid, tinggi dan berat peserta
didik.
2) Pertanyaan perilaku, pertanyaan apabila peneliti menginginkan
informasi tentang tingkah laku responden dalam proses pendidikan.
Contoh bentuk pertanyaan perilaku: Apakah Anda sering pergi ke
perpustakaan untuk mendapatkan informasi dan bahan tentang
sesuatu yang diajarkan pendidik.
3) Pertanyaan informasi, pertanyaan apabila peneliti ingin
mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan sikap, berkaitan dengan perasaan,
kepercayaan prepredisposisi dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan objek yang dinilai.
b. Kuesioner dari segi jenisnya dapat dibedakan atas:
1) Kuesioner tertutup
Pada kuesioner tertutup, alternatif jawaban sudah ditentukan
terlebih dahulu. Responden hanya memilih di antara alternatif yang
8
telah disediakan. Contoh: Apakah Anda puas dengan yang Anda
capai pada semester lalu?
a. Puas
b. Tidak puas
Individu yang menjawab kuesioner memberi tanda silang pada huruf
a atau b, atau melingkari huruf itu sesuai dengan petunjuk.
Ada beberapa kebaikan bentuk dari kuesioner tertutup, yaitu:
⚫ Alternatif jawaban instruktur sama antara satu dan yang lain.
⚫ Mudah diproses
⚫ Jawaban dapat dibandingkan antara satu responden karena
dibantu oleh alternatif jawaban yang disediakan.
⚫ Responden lebih mudah menjawabnya.
⚫ Mudah dilaksanakan.
⚫ Mudah diberi kode.
Adapun kelemahan dari kuesioner tertutup, antara lain:
⚫ Membatasi diri individu untuk menyatakan pendapat
⚫ Mudah diterka.
⚫ Banyak membutuhkan waktu dan fasilitas.
⚫ Perbedaan interpretasi tentang pertanyaan tidak dapat
diketahui.
2) Kuesioner terbuka
Bentuk ini memberi kesempatan pada responden untuk
mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu yang ditanyakan,
sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Responden
menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat dalam
bahasa sendiri.
Contoh: Menurut pendapat Anda, faktor-faktor apakah yang
menyebabkan orang tua kurang membantu anaknya dalam belajar di
rumah?
Ada beberapa kebaikan kuesioner bentuk terbuka, yaitu:
• Sebagai persiapan untuk pertanyaan-pertanyaan tertutup.
9
• Individu dapat menjawab menurut keadaan dan kemampuan
yang sebenarnya.
• Memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir penalaran dan kreativitas dari responden.
• Sangat bermanfaat untuk mengantisipasi respon yang luas dan
kompleks
Ada beberapa kelemahan pada kuesioner ini, yaitu:
• Sulit diberi kode karena jawaban yang diberikan sangat
bervariasi terhadap pertanyaan yang sama.
• Sukar dianalisis
• Banyak jawaban-jawaban yang kurang relevan.
• Data tidak seragam dan tidak standar.
• Membutuhkan keterampilan menulis dan melahirkan pendapat.
• Waktu yang dibutuhkan lebih lama dari kuesioner tertutup
dalam aspek dan materi yang sama.
3) Kuesioner terbuka dan tertutup
Kuesioner bentuk ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang
telah diuraikan sebelumnya. Pada kuesioner bentuk ini berarti di
samping telah disediakan alternatif, diberi juga kesempatan pada
pengisi untuk mengemukakan alternatif jawabannya sendiri, apabila
alternatif yang disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang
bersangkutan. Contoh: Berapa lamakah Anda belajar dalam sehari
(dalam jam)?
a. ≤1,0
b. 1,1 – 2,0
c. 2,1 – 3,0
d. 3,1 – 4,0
e. …………. (tuliskan)
c. Kuesioner ditinjau dari segi yang menjawab dapat dibedakan
menjadi:
1) Kuesioner langsung
Kuesioner yang langsung dijawab atau diisi oleh individu yang
akan dimintai keterangannya.
10
2) Kuesioner tidak langsung
Kuesioner yang diisi oleh orang lain, yaitu orang yang tidak
dikenai informasi yang dibutuhkan.
11
Wawancara bebas merupakan suatu bentuk wawancara, di mana
pewawancara tidak terikat atau diatur suatu pedoman tertentu dan
individu yang diwawancarai mempunyai kebebasan untuk
mengutarakan pendapatnya.
12
2) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
13
4. Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penelitian
14
Langkah-langkah dalam proses pembuatan kuesioner :
Langkah 1 : Tinjauan literature yang relevan pada perencanaan kuesioner.
Langkah 2 : Merencanakan item-item untuk kuisioner. Berpikir mengenai apakah
akan
menggunakan kuisinoer terkait lainnya?
Langkah 3 : Merencanakan tata ruang dan kuesioner secara integrasi.
Langkah 4 : Melakukan uji coba kuesioner.
Langkah 5 : Tahap cara finalisasi apakah kuisioner yang dipakai sudah teruji untuk
diterapkan dengan perbaikan bila diperlukan.
Lima belas dasar membuat kuesioner menurut Johnson, Burke dan Christensen,
Larry, 2008.
Dasar 1 : Kuesioner harus sesuai dengan tujuan penelitian.
Dasar 2 : Memahami peserta penelitian.
Dasar 3 : Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Dasar 4 : Membuat bahasa yang tepat dan relative pendek.
Dasar 5 : Jangan menggunakan pertanyaan yang menggiring/tendensius.
Dasar 6 : Menghindari makna ganda.
Dasar 7 : Menghindari makna ganda yang lain.
Dasar 8 : Tentukan apakah pertanyaan terbuka atau tertutup.
Dasar 9 : Gunakan pertanyaan yang tidak bertentangan dan lengkap.
Dasar 10 : Berikan jawaban yang tersedia untuk item questioner closed ended
questions.
Dasar 11 : Sajikan beberapa item untuk mengukur hal-hal abstrak.
Dasar 12 : Sajikan beberapa metode ketika mengukur hal-hal abstrak.
Dasar 13 : Agar menggunakan bahasa atau susunan kata yang tidak membuat
rancu.
Dasar 14 : Mengembangkan kuesioner yang mudah bagi responden.
Dasar 15 : Lakukan uji coba test kuisioner sebelum diterapkan.
b) Pahami Konsep dengan Baik dan Turunkan dengan Bahasa yang Benar dan
Mudah Dimengerti
Menurut Kuncoro Mudjarat (2009), menyusun desain instrument adalah membuat
kuesioner. Pada penyusunan/pembuatan kuesioner harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
15
1) Apakah pertanyaan itu perlu? Karena pertanyaan yang tidak perlu hanya
akan membingungkan responden
2) Bagaimanakah pertanyaan itu sebaiknya diajukan?
3) Hal itu penting sehingga tidak membingungkan dan memberikan acuan.
Selain itu tetap dijaga kerahasiannya.
4) Apakah bentuk pertanyaannya terbuka atau tertutup?
(open-ended question atau closed-ended question)
5) Bagaimanakah seharusnya pertanyaan itu dirumuskan?
Sedapat mungkin dihindari menggunakan frase/istilah yang menimbulkan
persepsi ganda atau membingungkan. Hindari pertanyaan bermakna ganda
(double-barreled question).
6) Bagaimanakah format jawaban disusun?
Apakah alternatif jawaban yang akan digunakan dikotonomi atau pilihan
berganda? Bagaimanakah urutan alternatif jawaban disusun? Bagaimanakah
cara mengatasi jawaban tidak tahu, tidak ada jawaban dan jawaban netral?
7) Teknik skala yang bagaimanakah sebaiknya digunakan?
a) Rating Scale
• Graphic rating scales
• Hemized rating scales
• Comparative rating scale
b) Attitude scales
• Likert scale
• Semantic differential
c) Menggunakan Secara Tepat Alasan Memilih Angket Terbuka atau Tertutup
Isi kuensioner merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan
kepada responden dan diisi sendiri oleh responden. Sudah tentu respondennya
ditentukan dulu berdasarkan teknik sampling. Pengirim dapat mendatangi sendiri
responden atau mengirim daftar pertanyaan itu melalui pos. karena
“kepraktisannya” itulah angket banyak digunakan peneliti. Dalam membuat
angket harus memilih jenis angket yang akan digunakan secara tepat agar sesuai
dengan tujuan dari penelitian.
d) Menggunakan Bahasa Secara Benar dan Baik Sesuai dengan Kemampuan
Responden
16
Penggunaan bahasa dalam penyusunan kuesioner dan penelitian ilmiah
1) Dalam kuesioner:
a) Hindarkan pertanyaan yang menggiring. Contoh: "Dengan kenaikan
harga bahan pokok sekarang ini, seharusnya karyawan diberikan gaji
yang layak". Kalimat pertanyaan seperti itu mengandung unsur
menggiring opini dengan mendahului kalimat "dengan kenaikan harga
bahan pokok" dan "seharusnya karyawan diberi gaji yang layak".
b) Hindarkan pertanyaan yang menghendaki ingatan. Pertanyaan mengenai
waktu lampau seperti kejadian 10 tahun yang lalu dapat menyulitkan
responden untuk menjawab.
c) Hindarkan pertanyaan yang bermuatan. Contoh: "sejauh mana
kemungkinan perusahaan akan memberikan sanksi jika karyawan
melakukan demo". Kata "sanksi" dan "demo" mengandung muatan
emosi yang memperlihatkan dua sudut pandang pihak manajemen dan
pihak karyawan.
2) Dalam penelitian ilmiah
Untuk mencapai penelitian ilmiah yang baik khususnya dilihat dari segi
bahasanya, perlu kiranya dipahami bahwa bahasa Indonesia dalam karya
ilmiah mempunyai beberapa ciri khas atau aturan yang berbeda dari karya
tulis nonilmiah. Terdapat beberapa ciri khas yang harus dipenuhi dalam hal
penggunaan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Bahasa tulis
ragam ilmu pengetahuan memiliki ciri-ciri yaitu: 1) pilihan kata dan
peristilahannya tepat, 2) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf
baik, 3) penalaran dan sistematikanya bagus, 4) pemaparan dan gaya
bahasanya menarik.
a) Pilihan Kata dan Istilah yang Tepat
Untuk menyampaikan gagasan secara jelas kepada pembaca, pemilihan
kata atau istilah yang tepat sangat penting dalam menulis. Karena
konteksnya adalah penulisan karya ilmiah, pemilihan kata atau diksi serta
pemilihan istilah harus mengikuti kaidah- kaidah bahasa baku. Selain itu
pemilihan kata atau istilah juga menyangkut pemilihan berdasarkan
ketepatannya dalam mengantarkan gagasan yang dimaksud oleh penulis.
b) Kalimat Efektif
17
Karya tulis ilmiah yang baik tentunya selain menggunakan diksi dan
istilah yang tepat juga harus menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat
efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan
kaidah, ringkas, dan enak dibaca. Beberapa ciri kalimat efektif adalah
sebagai berikut :
▪ Keutuhan, kesatuan, kelogisan, atau kesepadanan makna dan
struktur,
▪ Kesejajaran bentuk kata, dan (atau) struktur kalimat secara
gramatikal,
▪ Kefokusan pikiran sehingga mudah dipahami,
▪ Kehematan pengunaan unsur kalimat,
▪ Kecermatan dan kesantunan, dan
▪ Kevariasian kata, dan struktur sehingga menghasilkan kesegaran
bahasa.
c) Paragraf yang Baik
Jika kalimat-kalimat yang mengantar ide atau gagasan tersebut sudah
baik, hal berikutnya yang perlu dicermati adalah apakah paragraf yang
disajikan sudah merupakan paragraf yang baik atau belum. Syarat
paragraf yang baik yaitu meliputi: kesatuan, kepaduan dan kelengkapan.
Paragraf yang baik harus menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam
sebuah paragraph hanya terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat
yang membentuk kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk pada
satu gagasan pokok tersebut. Oleh karena itu, pastikan bahwa semua
kalimat yang masih dalam satu paragraf tersebut benar-benar selaras
antara satu dengan yang lain dalam mengantarkan gagasan tersebut.
• Indikator variabel:
1) Kuantitas output yang dihasilkan,
18
2 ) Kualitas output yang dihasilkan,
3) Ketepatan waktu penyelesaian tugas
• Definisi operasional variabel:
1) Jumlah unit output yang mampu dihasilkan oleh karyawan dalam jangka
waktu 1 bulan terakhir,
2) Tingkat kesesuaian kualitas output dengan standar yang ditetapkan dalam
waktu 1 bulan terakhir,
3) Tingkat ketepatan waktu dalam penyelesaian tugas yang dibebankan dalam
waktu satu bulan terakhir.
• Instrumen penelitian
1. Berapa unit output yang anda hasilkan dalam 1 bulan terakhir? …. Unit
2. Kualitas output yang saya hasilkan dalam 1 bulan terakhir sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan (a)
1 2 3 4 5
Setuju Cukup Tidak Sangat tidak
Sangat setuju
setuju setuju setuju
3. Pekerjaan yang dibebankan kepada saya dalam 1 bulan terakhir dapat saya
selesaikan tepat waktu (a)
1 2 3 4 5
Setuju Cukup Tidak Sangat tidak
Sangat setuju
setuju setuju setuju
1 2 3 4 5
19
Tepat Cukup Tidak tepat Sangat tidak tepat
Sangat tepat
tepat
Jumlah skor ideal untuk seluruh item = 5 x 100 = 500 (SS) yaitu skor tertinggi,
dan jumlah skor terendah adalah 1 x 100 = 100 (STS). Jadi berdasarkan data itu
maka tingkat persetujuan terhadap ketepatan menyelesaikan pekerjaan = 365/500 x
100% = 73%. Jadi dapat dikatakan bahwa dari 100 responden maka 365 data terletak
pada daerah setuju.
20
DAFTAR PUSTAKA
Yuliarmini, Ni Nym. & Marhaeni, A A I N. (2019). Metode Riset Jilid 2. Denpasar: CV Sastra
Utama
Yusuf Muri. (2013). Metode penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Jakarta:PT Fajar
Interpratama lrata.
Yusuf, Muri. 2015. Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan: Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan Edisi Pertama. Perpustakaan Nasional:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
21