Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

INSTRUMEN PENELITIAN

Oleh :

NAMA : ANNISA FERENINTA


NIM : PO7120319082

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah singkat ini adalah “Instrumen penelitian”.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah yang telah membimbing saya untuk menyelesaikan makalah
singkat ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
dapat membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.

palu, 14 oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara
sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan
masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus dilakukan
dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode
penelitian,yakni suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari ciri-ciri keilmuan
yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam kegiatan penelitian,
keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral
dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen
penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan,
memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti. Instrumen itu
alat, sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan
dalam penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian
guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu hipotesahipotesa
tertentu. Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik. Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain
harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat
sesuai kaidahkaidah penyusunan instrumen. Menyusun instrumen
merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh
karena itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam
prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap
yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data
yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka
pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Instrumen Penelitian

Secara umum, instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian. Tanpa instrumen, kamu tidak akan bisa
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Jika datanya tidak
ada, penelitian pun tidak akan bisa dilakukan.

Tidak boleh asal, ada cara tersendiri ketika menentukan instrumen


penelitian. Seperti diketahui, penelitian bersifat ilmiah, sehingga instrumen
harus terukur dan teruji secara ilmiah. Bila tidak, penelitian tersebut dapat
dipertanyakan dan dipatahkan begitu saja.

Pada dasarnya, instrumen penelitian kualitatif dan kuantitatif berbeda.


Namun, sebelum membahas perbedaan di antara keduanya, ada baiknya
simak pengertian instrumen menurut para ahli di bawah ini. Pengertian-
pengertian di bawah ini akan memberimu gambaran mengenai instrumen
penelitian.

1. Suharsimi Arikunto
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
ketika mengumpulkan data. Tujuannya agar penelitian menjadi lebih
sistematis dan mudah.
2. Ibnu Hajar
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang dipakai untuk
mendapatkan informasi kuantitatif yang berisi variabel berkarakter dan
objektif. Data atau informasi yang dimaksud meliputi:
 Data kuantitatif, yakni jenis data yang berkaitan dengan jumlah
atau kuantitas yang berbentuk angka, sehingga data hitung dan
disimbolkan dalam bentuk ukuran-ukuran tertentu.

 Data kualitatif, yakni jenis data yang berhubungan dengan nilai


kualitas misalnya sangat baik, baik, sedang, baik, cukup, kurang,
dan sebagainya.

 Data nominal, data ordinal, dan data interval atau rasio.

 Data primer atau data sekunder.

3. Suryabrata
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam
keadaan atau aktivitas atribut-atribut psikologis. Istilah atribut
psikologis memang kurang familiar di telinga orang awam. Atribut
tersebut terbagi menjadi dua, yakni atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Atribut kognitif dikaitkan dengan pertanyaan, sedangkan
atribut non kognitif dikaitkan dengan pernyataan.
4. Notoatmodjo
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mendapatkan atau mengumpulkan data. Caranya bisa dengan
menggunakan kuesioner, formulir observasi, formulir lain yang
berkaitan dengan pencatatan data, dan lain-lain.
5. Sugiono
Instrumen dalam penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
peneliti guna mengukur fenomena sosial serta alam sebagaimana yang
ada dalam variabel penelitian.
6. Sukmadinata

Instrumen dalam penelitian merupakan sebuah tes yang memiliki


karakteristik dapat mengukur informan melalui sejumlah pertanyaan
dalam penelitian.

7. Sanjaya
Instrumen dalam penelitian adalah alat yang digunakan dalam kegiatan
pengumpulan data dan informasi penelitian. Menurutnya, kegiatan
penelitian merupakan kegiatan pengukuran, sehingga harus
menggunakan alat ukur yang valid dan baik.
Beberapa ahli di atas memang memiliki pandangan yang berbeda-
beda. Namun, dari beragamnya definisi menurut para ahli tersebut
kalian bisa menemukan kesamaannya. Beragam pengertian serta
definisi tersebut diharapkan dapat membuat kalian bisa lebih
memahami arti serta fungsinya.

Seperti disinggung sebelumnya, instrumen penelitian kuantitatif dan


instrumen penelitian kualitatif tidak sama. Dalam penelitian kualitatif,
instrumen pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri. Artinya,
peneliti yang mengamati, menanyakan, mendengar, dan mengambil
data penelitian.

Peneliti dituntut untuk mendapatkan data valid, sehingga data yang


diperoleh tidak sembarangan atau dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu, kondisi informasi pun harus jelas dan sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini perlu dilakukan agar data yang dikumpulkan dapat
diakui kebenarannya.
Sementara itu, data yang didapatkan dalam penelitian kuantitatif
biasanya dengan menggunakan angket atau kuesioner. Data
dikuantifikasikan agar dapat diolah secara statistik. Jika data yang
diperoleh menyimpang dari ketentuan statistik, akan dapat diabaikan.
Secara garis besar, perbedaan keduanya terletak dari jenis data yang
didapatkan. Data kualitatif bersifat pernyataan, sedangkan data
kuantitatif dalam bentuk angka atau simbol yang dapat diolah secara
statistik.

B. Fungsi Instrumen Penelitian

Instrumen penilitian memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses


penelitian, yaitu digunakan sebagai alat dalam mengumpulkan data yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan adanya intrumen penelitian,
maka akan mengetahui sumber daya data yang akan diteliti dan jenis
datanya, teknik pengumpulan datanya, instrumen pengumpulan datanya,
langkah penyusunan instrumen penelitian tersebut serta mengetahui
validitas, rebilitas, tingkat kesukaran daya pembeda, dan
pengecoh/distractor suatu data dalam penelitian.

Instrumen yang baik memiliki kriteria tertentu dalam penelitian,


sehingga menghasilkan kualitas data penelitian yang baik juga. Begitu juga
sebaliknya instrumen yang tidak memiliki kriteria yang baik dalam
penelitian akan menghasilkan kualitas data penelitian tidak baik juga.

Seringkali dijumpai data hasil penelitian tidak sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Hal itu disebabkan oleh ketidaksesuaian antara teori yang
digunakan sebagai dasar dengan instrumen yang digunakan untuk
mengukur karakteristik variabel. Agar instrumen penelitian dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, maka instrumen harus disusun sesuai
teori yang digunakan dalam penelitian.

Instrumen penelitian diturunkan dari teori-teori yang diangkat dalam


penelitian. Oleh karena itu, pemilihan dasar teori agar benar-benar
mempertimbangkan karakteristik data variabel penelitian yang akan diteliti.
Instrumen yang diturunkan dari teori yang digunakan akan menghasilkan
data sesuai dengan konsep dasar yang dituangkan dalam teori.

C. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian

Ada beberapa jenis instrumen penelitian yang biasanya digunakan oleh


peneliti. Instrumen ini dapat dipakai untuk penelitian dan penulisan karya
tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, laporan, dan sebagainya.
Instrumen penelitian juga digunakan untuk penelitian kualitatif maupun
penelitian kuantitatif.

Berikut ini adalah beberapa instrumen penelitian:

1. Kuesioner

Apa itu kuesioner? Kuesioner adalah instrumen yang berisi


daftar pertanyaan. Biasanya digunakan untuk mengumpulkan
data penelitian dari responden. Kuesioner berisi serangkaian
pertanyaan yang dibuat secara terstruktur dan tidak. Jika
kuesioner salah, hasil peneltian pun juga akan salah. Untuk itu,
kuesioner harus dibentuk dan dirancang secara valid, reliabel,
dan tidak palsu. Hal ini dilakukan supaya data yang didapatkan
bisa divalidasi.

Menurut Popoola, kuesioner yang baik memiliki kriteria, yakni:

 Pertanyaan tidak boleh ambigu dan harus mempunyai satu


interpretasi.

 Pertanyaan harus mudah dipahami.

 Pertanyaan harus mampu memiliki jawaban yang tepat.

 Pertanyaan tidak boleh mengandung kata-kata yang tidak jelas


artinya.

 Pertanyaan seharusnya tidak memerlukan perhitungan yang


ketat.

 Pertanyaan tidak mengharuskan responden untuk memutuskan


klasifikasi.

 Pertanyaan tidak boleh memicu jawaban yang bias.

 Kuesioner tidak boleh terlalu panjang.

 Pertanyaan tidak terlalu bertele-tele.

 Kuesioner harus mencakup objek yang tepat.

Jika dibandingkan dengan jenis instrumen lainnya, kuesioner


memiliki keunggulan data pribadi responden dapat
disembunyikan; jadi responden bisa anonim. Data yang
dikumpulkan dapat berjumlah besar dalam waktu relatif singkat.

Hanya saja, kueseiner pun tak luput dari kelemahan. Terkadang


beberapa pertanyaan dalam kuesioner yang membingungkan
tidak dapat diklasifikasikan. Hal ini disebabkan karena peneliti
tidak ada di tempat untuk menjelaskan pertanyaan yang sulit bagi
responden.

2. Wawancara

Wawancara adalah salah satu instrumen penelitian yang kerap


dipakai untuk penelitian kualitatif. Dalam wawancara, peneliti
mengumpulkan informasi dari responden melalui interaksi
verbal. Sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan
terstruktur yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti kemudian
bertemu dengan narasumber dan mengajukan pertanyaan.

Peralatan dan perlengkapan yang dapat digunakan selama


periode wawancara adalah tape recorder, kertas, pulpen, laptop,
dan lain-lain. Wawancara dapat dilakukan secara pribadi atau
melalui telepon atau sistem surat elektronik (email).

Keuntungan utama dari metode wawancara adalah menghasilkan


tingkat respon yang tinggi. Selain itu, wawancara lebih mewakili
seluruh populasi penelitian. Selain itu, kontak pribadi antara
peneliti dan responden memungkinkan peneliti untuk
menjelaskan pertanyaan membingungkan dan ambigu secara
detail.

Sama seperti kuesioner, wawancara pun tak luput dari


kelemahan. Instrumen ini memiliki kelemahan, yaitu jumlah
narasumber yang dijangkau tidak banyak karena keterbatasan
waktu dan tenaga peneliti.

3. Observasi

Jenis instrumen selanjutnya adalah observasi. Metode ini dipakai


seorang peneliti untuk mengamati perilaku atau situasi individu.
Sejauh ini, ada dua jenis observasi yakni observasi partisipan dan
observasi non-partisipan. Dalam observasi partisipan, peneliti
adalah anggota kelompok yang akan diamati.
Hasil yang akurat dan tepat waktu akan diperoleh oleh peneliti,
tetapi kadang memiliki masalah bias. Sedangkan dalam
pengamatan non-partisipan, peneliti bukan anggota kelompok
yang akan diamati. Sehingga hasilnya lebih layak karena bebas
dari bias tetapi memiliki masalah ketidaktepatan dan hasil yang
tertunda.

Kelebihan metode observasi yakni lebih fleksibel dan lebih


murah untuk dijalankan. Metode ini menuntut kerjasama yang
kurang aktif dari yang diamati dan hasilnya dapat diandalkan
untuk kegiatan penelitian. Namun Akinade & Owolabi
menegaskan metode observasi adalah alat yang populer dalam
penelitian terutama dalam ilmu perilaku dan sosial.

Metode ini memerlukan keterampilan khusus untuk membuat


dan menilai pengamatan perilaku dalam penelitian. Ketika
melakukan pengamatan perilaku, hal pertama yang harus kamu
lakukan adalah mengembangkan kategori perilaku (skema
pengkodean). Cara ini melibatkan pengidentifikasian atribut
spesifik yang akan memberikan petunjuk untuk masalah yang
dihadapi.

4. Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion)

Apakah kamu pernah FGD? Ya, instrumen penelitian dalam


bentuk diskusi ini pun bisa digunakan untuk mendapatkan data.
Instrumen pengumpulan data ini memungkinan peneliti untuk
mendapatkan data dari sekelompok besar orang pada saat yang
sama. Metode ini berbeda dari metode wawancara.

Bila dalam metode wawancara peneliti berfokus pada satu orang


pada satu waktu, maka dalam metode diskusi kelompok terarah,
peneliti memperoleh data dari sejumlah besar orang untuk
kegiatan penelitiannya. Biasanya metode diskusi kelompok
terarah sangat populer ketika melakukan penelitian yang
berkaitan dengan behavioral (perilaku), perpustakaan dan ilmu
informasi, ilmu kearsipan, catatan dan teknologi informasi.

Dalam FGD, seorang peneliti harus mengidentifikasi informan


kunci yang dapat dihubungi. Tujuannya untuk memperoleh
informasi yang layak tentang variabel yang dikaji dalam
penelitian. Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data
penelitian kualitatif dalam menjelaskan suatu fenomena yang
sedang diteliti atau diselidiki.

Syarat lainnya, keanggotaan FDG tidak boleh lebih dari 10


orang. Hal ini seperti konferensi mini, yakni anggota kelompok
dapat berkumpul di lokasi yang kondusif. Sebelum pelaksanaan
FGD, peneliti harus mendapatkan persetujuan dari partisipan
terlebih dahulu. Selain itu, peneliti harus merancang panduan
FGD yang biasanya berisi garis besar untuk menangkap variabel
yang menarik.

Keuntungan utama dari metode ini adalah menambah kredibilitas


dan orisinalitas pada kegiatan penelitian. Sementara itu,
tantangan metode FGD meliputi terlalu banyak biaya untuk
dilakukan, terlalu banyak waktu untuk melakukan, dan beberapa
responden mungkin tidak bebas untuk berkontribusi.

5. Eksperimen atau Percobaan

Jenis pengumpulan data berikutnya adalah eksperimen. Metode


ini berlangsung dalam penelitian sains murni dan terapan. Jadi
para peneliti melakukan beberapa percobaan dalam pengaturan
laboratorium untuk menguji beberapa reaksi yang mungkin
terjadi pada objek penelitian.

Kelebihan dari metode eksperimen adalah menghasilkan data


langsung, hasilnya dapat bertahan dan bebas dari kesalahan jika
dijalankan dengan baik dalam kondisi atau keadaan normal.
Kelemahannya yaitu membutuhkan biaya yang cukup mahal
terlalu mahal. Bila dalam penelitian di laboratorium maka bahan
kimia yang digunakan dapat menyebabkan kerusakan permanen
jika mereka ditangani dengan ceroboh.

6. Tes

Tes dapat berupa serangkaian pertanyaan, latihan, lembar kerja


dan lain sebagainya yang memiliki tujuan sebagai alat ukur
keterampilan, intelegensi, kemampuan hingga bakat yang
dimiliki oleh suatu individu atau kelompok yang menjadi subjek
penelitian.

Tes tersebut nantinya dapat berupa soal-soal terstandarisasi yang


mengharuskan subjek penelitian untuk menjawabnya guna
memperoleh hasil tertentu. Contohnya seperti tes kepribadian, tes
minat bakat, tes potensi akademik, tes pencapaian, dan lain
sebagainya.

7. Skala Bertingkat

Skala bertingkat juga disebut dengan rating, yaitu suatu ukuran


objektif yang dibuat berskala atau bertingkat. Instrumen ini
memudahkan peneliti untuk memberikan gambaran penampilan
yang kemudian dapat menunjukkan frekuensi munculnya sifat-
sifat tertentu.

Instrumen ini juga berguna untuk memperoleh gambaran


kuantitatif aspek tertentu dari suatu barang dalam bentuk skala
yang sifatnya ordinal seperti sangat baik, baik, sedang, tidak
baik, dan sangat tidak baik.

8. Dokumentasi Intrumen Penelitian

Dokumentasi merujuk kepada barang-barang tertulis. Instrumen


ini memungkinkan peneliti memperoleh data melalui penelitian
terhadap benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, catatan
harian, artefak, video dan lain sebagainya. Instrumen ini
dikembangkan dalam penelitian dengan pendekatan analisis isi.
Oleh karenanya, biasanya digunakan dalam penelitian seperti
bukti-bukti sejarah, landasan hukum suatu peraturan, dan lain
sebagainya.

Contoh Instrumen Penelitian

Contoh ini berupa metode wawancara. Sebelum mengambil data, peneliti


harus menyiapkan daftar pertanyaan seperti di bawah ini.

Lampiran 1. Draf Wawancara (Instrumen Penelitian)

Peneliti memiliki peran sebagai instrumen pengumpulan data. Dalam


pengumpulan data tersebut juga digunakan perangkat bantu. Perangkat
bantu yang digunakan adalah interview guide (panduan wawancara).
Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan Bapak H. Abu
Bakar selaku manajer Koperasi Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum dan
Nina Zuliani selaku pembukuan. Adapun draf wawancara yang digunakan
adalah sebagai berikut:

Draf Wawancara untuk Bapak H. Abu Bakar


Terkait dengan produk pembiayaan yang ada di Koperasi Pondok
Pesantren Manba’ul ‘Ulum, pembiayaan bagi hasil manakah yang mampu
mendominasi seluruh pembiayaan yang ada?

Bagaimanakah proses melakukan pembiayaan mudharabah di Koperasi


Pondok Pesantren Manba’ul ‘Ulum?

 Apa maksud dan tujuan penerapan konsep mudharabah?

 Apa yang menjadi target pasar dari penyaluran mudharabah?

Jenis pembiayaan apa (usaha) saja yang dibiayai


pembiayaan mudharabah?

Kebijakan apa yang diambil untuk menghindari risiko


pembiayaan mudharabah?

Bagaimanakah sistem pembagian hasil pembiayaan mudharabah?


Apakah untuk masing-masing jenis usaha berbeda, serta apakah jangka
waktu pembiayaan juga akan memengaruhi bagi hasil atas usaha?

 Dalam perhitungan pembagian margin, apakah dalam bentuk prosentase


atau nominal?

Bagaimana sistem dan prosedur pembayaran dan pelunasan


pembiayaan mudharabah?

Selama menerapkan konsep mudharabah, kendala apa saja yang cukup


menghambat proses pelaksanaan?

D. Uji instrumen

Apabila sudah tersedia instrumen yang terstandar, maka peneliti


boleh meminjam dan menggunakan untuk mengumpulkan data. Beberapa
instrumen yang sudah distandardisasikan antara lain : tes intelegensi, tes
minat, tes kemampuan dasar (tes bakat), tes kepribadian, dan beberapa tes
prestasi belajar.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah:
1. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel,
kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan
dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala,
penyusunan pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman
mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
4. Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
5. Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban peninjauan
saran-saran,dsb.
6. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik,
dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Ada dua macam tujuan uji coba dengan persyaratan jumlah
subjek yang berbeda :
a. Uji coba untuk tujuan manajerial.
Uji coba ini lebih menitikberatkan pada segi teknis. Tujuan uji
coba adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat keterpahaman instrumen, apakah responden
tidak menemui kesulitan dalam menangkap maksud peneliti.
2. Untuk mengetahui teknik paling efektif
3. Untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan oleh responden dalam
mengisi angket.
4. Untuk mengetahui apakah butir-butir yang tertera di dalam angket
sudah memadai dan cocok dengan keadaan di lapangan.
b. Uji coba untuk tujuan substansial
Uji coba ini lebih bertujuan untuk keandalan instrumen.

A. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian
adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data.
Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh
instrument yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua
hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.

a. Validitas instrument penelitian.


Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu
instrmen. Suatu instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan
yang tinggi. suatu instrument dikatan valid jika instrument tersebut
benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.
Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America
Psychologocal Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata
(2005:50) adalah sebagai berikut:
1. Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar
isi kurikulum yang berlaku.
2. Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian
instrument dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
3. Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan
instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-
masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau
diungkap
4. Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada
kesesuaiannya dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait
dengan variable yang dilibatkan.
Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu
1. Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara
bagian-bagian dari instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
2. Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau
informasi lain yang terkait dengan variabel yang diukur dan yang
dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.

b. Reliabilitas instrument
Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat
kehandalan, atau tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu
instrument dikatakan reliabel jika instrument itu memiliki reliabilitas
yang tinggi.
Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu:
1. Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada
hasil pencocokan antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian
relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali
pengetesan atau uji coba.
Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan
pada hasil pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari
instrument yang sam atau dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini
dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.
Punaji Setyosari (2012 : 201) mengemukakan bahwa ada emapat cara yang
biasa dipakai untuk menentukan suatu realiabilitas. Keempat cara tersebut
meliputi : 1) tes-retes (test-retest reliability); 2) format berselang-seling
(alternate-form reliability); 3) tes belah dua (split-half reliability); dan 4)
Kuder-Richardrson (Kuder-Richardson reliability).
1. Reliabilitas Tes Ulang (Tes-Retes)
Tes-retes ini adalah cara untuk mengukur realibilitas dengan
memberikan tes kepada orang yang sama dengan tes yang sama pula
lebih dari satu kali kesempatan kumudian hasil tes dari orang yang
sama dibandingkan dengan hasil tes yang diberikan berikutnya.
Hubungan hasil yang telah diperoleh dihitung melalui rata-rata skor tes
untuk menghasilkan koofisien korelasi. Koefisien ini berfariasi mulai
dari 0 (hubungan Nol) hingga 1 (hubungan sempurna). Koefisien
menunjukkan indikasi bahwa tes tersebut mengukur stabilitas dan
menggambarkan karakteristik pengambilan tes bukannya variable dan
sifat-sifat temporer. Reabilitas tes-retes memberikan keuntungan yaitu
hanya memerlukan 1 macam bentuk tes. Kelemahannya, hasil tes ini
dapat dipengaruhi oleh pelaksanaan dan ingatan peserta tes.
2. Reliabilitas Tes Bentuk Selang Seling
Bentuk ini memerlukan 2 bentuk tes yang sepadan atau parallel
satu sama lain baik isi maupun cara kerjanya. Bentuk ini ditentukan
oleh pelaksanaan suatu tes pada orang yang sama dan hasil hitungan
korelasi antara skor yang dimiliki oleh setiap orang pada kedua bentuk
tersebut. Untuk memenuhi reliabilitas ini perlu disediakan dua macam
tes yang setara misalnya untuk mengukur kemampuan kognitif maka
dua jenis tes ini mengukur kemampuan kognitif level pengetahuan.
Sebagai contoh tes 1 berbunyi : ibu kota provinsi Jawa Barat adalah
…. (jawaban : Bandung) . Tes 2 berbunyi : Gedung sate terletak di …..
(jawaban : Bandung).
3. Reliabilitas Tes Belah Dua
Tes belah dua ini dilakukan dengan memilah butir tes menjadi
nomor butir tes ganjil dan nomor genap, dapat juga dilakukan dengan
memilih jumlah soal tes menjadi 2 bagian, kemudian mengorelasikan
skor-skor yang diperoleh. Tes belah dua ini mensyaratkan jumlah tes
yang banyaknya genap.
Langkah ini menghasilkan skor taksiran yang oleh Tuckman
disebut sebagai split-half reliability. Teknik ini memungkinkan peneliti
menentukan apakah separuh tes mengukur kualitas yang sama atau
karakteristik yang sama. Koefisien korelasi yang diperoleh (r1) dan
dimasukkan dalam formula Spearman-Brown untuk menghitung
keseluruhan reliabilitas tes (r2).

Keterangan :

r2 = reliabilitas terkoreksi

r1 = reliabilitas tak terkoreksi

n = jumlah bagian

4. Reabilitas Kuder-Richardson
Apabila butir-butir tes diberi skor a atau b (misalnya benar atau
salah) pada suatu tes dipakai satu karakteristik atau kualitas dalam arti
bahwa butir-butir tes tersebut semuanya mengukur karakteristik atau
kualitas yang sama dapat ditentukan dengan cara menguji skor- skor
butir teks secara individual bukan sebagian atau seluruhnya, maka
digunakan formula Kuder-Richardson. Rumus Kuder-Richardson
dikenal dengan K-R formula 21 yaitu :

rK – R21 = Koefisien
reliabilitas Kuder-Richardson n
= Jumlah butir dalam tes
X = Skor rata-rata tes

s2 = Varian tes ( Ukuran Variabilitas )


5. Menguji Reliabilitas
Sebelum tes benar-benar dilaksanakan, perlu dilakuakn uji
reliabilitas tes. Tujuannya untuk memperoleh informasi apakah tes
tersebut memenuhi syarat reliabilitas atau tidak. Untuk mengujinya, ada
dua cara yaitu reliablitas internal dan reliabilitas eksternal.
Reliabilitas internal diuji dengan cara mengolah hasil tes yang
berbeda baik dari tes yang berbeda maupun tes yang sama. Reliabilitas
ini diperoleh melalui satu kali tes kemudian datanya dianalisis dengan
teknik, misalnya menggunakan rumus Spearman-Brown, Flanagan,
Rulon, K-R20 dan K-R21, dengan metode Hoyt dan rumus Alpha.
Reliabilitas secara eksternal diperoleh dengan teknik parallel dan
teknik ulang. Teknik parallel dipakai dengan cara memberikan dua
pasang tes yang memiliki tingkat kesukaran yang sama kepada
sekolompok responden. Hasil kedua tes itu kemudian dikorelasikan.
Teknik ulang dipakai dengan cara memberikan tes kepada sekelompok
subjek kemudian hasilnya dicatat. Selang beberapa waktu kemudian, tes
itu diberikan lagi kepada sekelompok subjek yang sama dan hasilnya
dicatat. Hasil kedua tes itu kemudian dikorelasikan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk mengukur validitas dan reliabilitas
variabel penelitian. Jumlah instrumen penelitian tergantung pada jumlah
variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Misalnya kita
akan meneliti tentang "Pengaruh keaktifan dosen dan minat baca
terhadap prestasi mahasiswa PBA”. Maka dalam hal ini ada tiga
instrumen yang perlu dibuat yaitu:
 Instrumen untuk mengukur keaktifan dosen
 Instrumen untuk mengukur minat baca
 Instrumen untuk mengukur prestasi mahasiswa PBA
Secara umum instrument penelitian dapat dipilah menjadi dua
kelompok, yaitu instrumen tes dan instrument non tes. Instrument tes
dapat berupa seperangkat tes sesuai dengan kemampuan yang ingin
diukur. Sedangkan instrument non tes dapat berupa kuesioner atau
angket, observasi,interviu atau wawancara, dan dokumentasi.
Prosedur yang ditempuh dalam pengadaan instrumen yang baik
adalah:
1. Perencanaan meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel,
kategorisasi variabel. Untuk tes, langkah ini meliputi perumusan tujuan
dan pembuatan tabel spesifikasi.
2. Penulisan butir soal, atau item kuesioner, penyusunan skala, penyusunan
pedoman wawancara.
3. Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman
mengerjakan, surat pengantar, kunci jawaban, dll.
Uji-coba, baik dalam skala kecil maupun besar.
Penganalisaan hasil, analisis item, melihat pola jawaban
peninjauan saran-saran,dsb.
Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik,
dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu uji-coba.
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian
adalah kualitas instrument yang digunakan untuk mengambil data.
Peneliti harus berusaha menyusun instrument agar diperoleh instrument
yang ampuh. Keampuhan instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu
tingkat validitas dan tingkat reliabilitasnya.
Dalam penelitian pendidikan atau social, ada empat macam
cara mengukur suatu data yang sering dijumpai. Keempat macam alat
ukur tersebut jika disebutkan dari cara yang simple atau sederhana
sampai yang kompleks (lengkap) adalah: skala nominal, skala ordinal,
skala interval, dan skala rasio. Dari keempat cara mengukur ini dipilih
salah satu untuk kemudian diterapkan dalam bentuk kuesioner yang
hendak dicapai dalam mencari data dari subjek penelitian.
Sedangkan Untuk mengukur sikap diperlukan suatu instrument
yang dapat mengukur sikap siswa. Skala Likert, yaitu skala dengan
menggunakan 5 pilihan jawaban responden, yakni Sangat setuju (SS),
Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Skala Diferensial Semantik, yaitu skala sikap yang
menggunakan pilihan-pilihan di antara batas-batas ekstrim, seperti
antara aktif dan pasif, antara mudah dan sukar, dan sebagainya. Skala
Thurstone, yaitu skala buat sikap yang menggunakan pembobotan
butir-butir pernyataan yang harus dipilih responden. Misalnya
responden diminta memilih 5 pernyataan dari 8 pernyataan yang
disediakan yang masing-masingnya diberi bobot nilainya. Skala
Guttman, yaitu skala sikap yang lebih tepat digunakan untuk mengukur
sikap tertentu dan tidak mengukur kombinasi dari beberapa sikap.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Margono,s. Metodologi penelitian pendidikan,Jakarta : PT Rineka
Cipta,1997.hal
[2] Dr.Lexy J. Moleong, M.A. Metodologi penelitian kualitatif,Bandung :
Remaja Rosdakarya,2002.hal 19
[3] Prof.Dr.suharsini arikunto.Prosedur Penelitian,Jakarta : PT Rineka
Cipta.2002.hal 129

Anda mungkin juga menyukai