Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGUMPULAN DATA INSTRUMEN PENELITIAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian dapat diartikan sebagai suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada
penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Sebagai suatu kegiatan sistematis penelitian harus
dilakukan dengan metode tertentu yang dikenal dengan istilah metode penelitian,yakni suatu cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah ini harus didasari
ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda,
tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung
dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.

Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid, maka kita harus mengetahui
bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu, sehingga data yang kita peroleh dapat
menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.

Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian yang sangat integral
dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena instrumen penelitian merupakan alat
yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.
Instrumen itu alat, sehingga instrumen penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam
penelusuran terhadap gejala-gejala yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau
menyanggah suatu hipotesa-hipotesa tertentu.

Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Untuk memperoleh
instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibiltasnya juga harus
dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen.

Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena dengan
mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena itu, menyusun
instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian yang tak dapat dipisahkan antara
yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena untuk menjaga kesinambungan data yang
dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-
hipotesa yang dibuat.

Berkaiatan dengan hal tersebut, pada pembahasan makalah ini akan diuraikan berbagai hal terkait
dengan metode pengumpulan data dan instrument penelitian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pengumpulan data dan instrumen penelitian?

2. Apa saja teknik pengumpulan data?

3. Bagaimana pengumpulan data dan instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif dan kuantitatif ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui pengertian pengumpulan data dan instrumen penelitian.

2. Mengetahui teknik pengumpulan data.

3. Mengetahui teknik pengumpulan data serta instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses, cara, perbuatan
mengumpulkan, atau menghimpun data. Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang
dapat digunakan oleh peneliti untuk menghimpun data. Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata
yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui:
angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Pengumpulan data dilakukan
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang
diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.
Jawaban itu masih perlu diuji secara empiris, dan untuk maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data.[1]
Sedangkan instrumen adalah alat yg dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh
pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia), perkakas, sarana penelitian (berupa seperangkat
tes dan sebagainya) untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan.

Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.[2]

Ibnu Hadjar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.[3]

Sementara itu, Sumadi Suryabrata menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang digunakan
untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non
kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan.
Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.[4]

Dari uraian beberapa pakar di atas, dapat kami ambil suatu generalisasi bahwa metode pengumpulan
data dan instrumennya adalah teknik dan alat bantu yang digunakan dalam sebuah research untuk
mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif atau kualitatif kemudian disusun
secara sistematis.

B. Teknik-teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini
adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid
dan reliable.

Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap yang sangat menentukan
terhadap proses dan hasil penelitian yang akan dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan
pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil suatu
penelitian.

Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen
yang telah ditentukan dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data
diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring
berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam
prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Dengan kondisi tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai kegiatan peneliti dalam upaya
mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk
penelitian kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).

Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian, apakah kuantitatif atau
kualitatif. Dalam penelitian kualitatif dikenal teknik pengumpulan data: observasi, focus group
discussion (FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan studi kasus (case study). Sedangkan
dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data: angket (questionnaire), wawancara, dan
dokumentasi.

Beberapa teknik pengumpulan data secara umum:

1. Observasi (pengamatan)

Nasution (1998) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Mursall (1995) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about
behavior and the meaning attached to those behavior” melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Sanafiah Faisal (1990) membedakan observasi menjadi observasi berpartisifasi (participant


observastion), Observasi secara terang-terangan dan tersamar (overt observastion and covert
observastion), observasi yang tak berstruktur (unstructured observation),[5] masing-masing tipe dan
jenis observasi tersebut digunakan sesuai dengan karakteristik objek material sumber data penelitian.

a. Observasi Partisipatif (participant observastion).

Observasi partisipatif merupakan seperangkat strategi dalam penelitian yang tujuannya adalah untuk
mendapatkan data yang lengkap. Hal ini dilakukan dengan mengembangkan keakraban yang dekat dan
mendalam dengan satu kelompok orang dilingkungan alamiah mereka. Dalam penelitian ini peneliti
menetapkan sejumlah tujuan dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari objek yang sedang di
telitinya.[6]

Susan Stainback (1998), menyatakan bahwa “in participant observation, the researcher observes what
people do, listen to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif,
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan
berpartisipasi dalam aktivitas mereka.[7]

Dalam observasi partisipatif terdapat beberapa kategori peran partisipan yang terjadi di lapangan
penelitian kualitatif. Menurut Junker terdapat beberapa macam kategori peran partisipan dilapangan
yaitu:

1) Peran serta lengkap, yaitu peran pengamat dalam hubungan ini menjadi anggota penuh dari yang
diamati. Pengamat akan memperoleh informasi tentang apapun dari yang diamati, termasuk yang
barang kali yang dirahasiakan.
2) Peran serta sebagai pengamat, yaitu peneliti dalam hubungan ini berperan sebagai pengamat (ply on
the wall). Statusnya sebagai anggota dalam hubungan ini sebenarnya hanya sebatas pura-pura saja,
sehingga tidak melebur secara fisik maupun psikis dalam pengertian yang sesungguhnya.

3) Pengamat sebagai pemeran serta, dalam hubungan ini peneliti sebagai pengamat ikut melakukan
apa yang di lakukan oleh nara sumber sebagai yang teramati meskipun belum sepenuhnya.

4) Pengamat penuh, dalam hubungan ini kedudukan pengamat dan yang diamati terpisah, informasi
diteruskan satu arah saja, sehingga subjek tidak merasa diamati.[8]

b. Observasi Terus Terang atau Tersamar

Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa ciri penelitian kualitatif diantaranya adalah untuk
menemukan dan mengungkap fakta yang ada di lapangan secara alamiah (natural setting).
Konsekuensinya peneliti harus secara cermat dan bijaksana menerapkan teknik pengumpulan data di
lapangan pada nara sumber, agar benar-benar data diperolehnya bersifat alamiah.

Oleh karena itu dalam observasi peneliti dalam pengumpulan data “menyatakan terus terang kepada
sumber data (kepada masyarakat yang ditelitinya, bahwa peneliti sedang melakukan observasi dalam
penelitian”.[9] Pada tipe ini semua proses yang dilakukan oleh peneliti diketahui semuanya oleh orang
yang diteliti. “Tapi dalam suatu saat peneliti tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan
kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi.[10]

c. Observasi Tak Berstruktur

Dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak terstruktur, karena fokus penelitian belum jelas.
Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian
sudah jelas seperti dalam penelitian kuantitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur
dengan menggunakan pedoman observasi.

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang
akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melaksanakan penelitian tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan.[11]

Selanjutnya Spradley (1980) mengatakan dalam penelitian kualitatif memiliki tahapan dan objek yang
observasi. Tahapan observasi, yaitu; Observasi deskriftif, Observasi terfokus, dan Observasi terseleksi.
Dan objek yang diobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (aktor) dan kegiatan (aktivitas).[12]

Dari ketiga objek tersebut dapat dikembangkan lagi menjadi beberapa item pokok, yaitu; Ruang
(tempat) dalam aspek fisiknya; Pelaku yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi; Kegiatan, yaitu apa
yang dilakukan orang dalam situasi itu; Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu;
Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu; Kejadian atau peristiwa, yaitu rangkaian kegiatan; Waktu,
yaitu menyangkut urutan kegiatan, tujuan, yaitu apa yang ingin dicapai dan emosi; Perasaan yang
dirasakan dan dinyatakan.[13]

2. Questioner (Kuesioner/Angket)

Questioner disebut pula angket atau self administrated questioner adalah teknik pengumpulan data
dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi.[14]

Berdasarkan cara menyusun petanyaan dalam teknik questioner ini dibagi menjadi dua:

a. Kuesioner terbuka (Opene and Items)

Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan tidak disediakan jawaban pilihan
sehingga responden dapat bebas/terbuka luas untuk menjawabnya sesuai dengan pendapat/pandangan
dan pengetahuannya.

Kelebihan kuesioner terbuka; 1) Menyusun pertanyaan sangat mudah, 2) Memberikan kebebasan


kepada responden untuk menjawab dan mencurahkan isi hati dan pemikirannya.

Kelemahan kusioner terbuka; 1) Untuk peneliti sangat sulit mengolah dan mengelompokkan jawaban
karena sangat bervariasinya jawaban yang diberikan oleh responden, 2) Pengolahan jawaban memakan
waktu yang lama, satu dan lain hal peneliti harus membaca satu persatu, 3) Untuk peneliti mungkin
menimbulkan rasa bosan karena tulisannya sulit dibaca, kalimat tidak jelas dari jawaban yang diberikan
oleh responden, 4) Rasa malas akan timbul pada responden yangtidak mempunyai banyak waktu luang
untuk menjawab.

b. Koesioner tertutup (Closed and Items)

Adalah suatu kuesioner dimana pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan telah disediakan jawaban
pilihan, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan.

Kelebihan kuesioner tertutup; 1) Untuk peneliti, mudah mengolah jawaban yang masuk, 2) Untuk
peneliti, waktu yang dimanfaatkan dalam pengelompokkan jawaban menjadi singkat karena dapat
memanfaatkan bantuan enumerator, 3) Untuk responden, mudah memilih jawaban, 4) Untuk
responden, dalam mengisi jawaban mmerlukan waktu singkat.

Kelemahan kuestioner tertutup; 1) Untuk peneliti, dalam penyusunan pertanyaan perlu berhati-hati agar
tidak ditafsirkan lain (berarti ganda), 2) Untuk responden, kebebasan menjawab merasa dibatasi.

3. Interview (Wawancara)
Wawancara adalah suatu tanya jawab secara tatap muka yang dilaksanakan oleh pewawancara dengan
orang yang diwawancarai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.[15]

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut: “a meeting of two persons to exchange
information and idea through question and responses, resulting in-communication and joint
construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang
untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
topik tertentu.[16]

Menurut Mishler (1986:82), ia mengungkapkan tentang wawancara lapangan adalah “The field
interview is a joint production of researcher and a member. Member are active participant whose
insights, feelings, and cooperation are essential part of a discussion process that reveals subjective
meanings. The interviewer's presence and from of involvement how she or he listens, attends,
encourages, interrupts, digresses, initiates topics, and terminates responses-is integral to the
respondent's account”.[17] Wawancara lapangan adalah produksi bersama peneliti dan anggota.
Anggota yang peserta aktif yang wawasan, perasaan, dan kerjasama merupakan bagian penting dari
proses diskusi yang mengungkapkan makna subjektif. Kehadiran pewawancara dan dari keterlibatan
bagaimana dia mendengarkan, menghadiri, mendorong, menyela, digresses, memulai topik, dan
berakhir tanggapan-merupakan bagian integral akun responden.

a. Macam-macam Interview/wawancara.

Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu; Wawancara terstruktur


(structured interview); Wawancara semiterstruktur (semistructure Interview); Wawancara tak
berstruktur (unstructured Interview).[18]

b. Langkah-langkah wawancara.

Lincoln dan Guba dalam Sanapiah Faisal, mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

2) Menyimpan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

3) Mengawali atau membuka alur wawancara.

4) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

5) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan.

6) Mengidentifikasikan tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.[19]

c. Isi wawancara

Beberapa jenis yang dapat dinyatakan dalam wawancara adalah:


1) Pengalaman dan perbuatan responden, yaitu apa yang telah dikerjakannya atau yang lazim
dikerjakannya.

2) Pendapat, pandangan, tanggapan, tafsiran atau perkiraanya tentang sesuatu.

3) Perasaan, respons emosional, apakah ia merasa cemas, takut, senang, gembira,curiga, jengkel dan
sebagainya tentang sesuatu..

4) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahuinya tentang sesuatu..

5) Penginderaan, apa yang dilihat, didengar, dirabah, dikecap atau diciumnya, diuraikan secara
deskriptif.

6) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat tinggal, keluarga dan sebagainya.[20]

Beberapa aspek di atas dipersiapkan agar dapat mengantisipasi kekosongan terhadap sesuatu yang
hendak ditanyakan. Materi pertanyaan dapat melingkupidimensi waktu, seperti tentang apa-apa yang
dikerjakan responden di masa lampau, sekarang dan akan datang. Dan pada intinya pertanyaan-
pertanyaan yang dirumuskan harus berpedoman pada arah penelitian atau harus sesuai dengan tujuan
penelitian.

d. Alat-alat wawancara

1) Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua pembicaraan atau percakapan dengan sumber data,
sekarang sudah banyak komputer-komputer kecil, notebook yang dapat digunakan untuk mencatat hasil
pembicaraan.

2) Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan. Penggunaan tape
recorder dalam wawancara perlu memberi tahu kepada informan boleh atau tidak.

3) Kamera: untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber
data. Dengan adanya foto-foto ini dapat meningkatkan keabsahan dan penelitian akan lebih terjamin,
karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.[21]

4. Document (Dokumen)

Dokumen adalah merupakan catatan peristiwa yang telah lalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan,
gambar, atau karya menumental dari seseorang lainnya. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa, film, video, CD, DVD, cassete, dan lain-lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, karya lukis, patung naskah, tulisan, prasasti dan
lain sebagainya.[22]

Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dekumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis
atau dicetak, dapat merupakan catatan anekdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen. Dokumen
kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik yang beragam, file siswa dan pegawai,
diskripsi program dan data statistik pengajaran.[23] Nasution menjelaskan bahwa:” ada sumber yang
non manusia (non human resources), antara lain adalah dokumen, foto dan bahan statistik.[24]

Dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data sekunder manakala dokumen tersebut
memiliki nilai. Menurut Wang dan Soergel (1998), nilai kegunaan dokumen dapat dilihat dari beberapa
hal sebagai berikut:

a. Evistemic values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna bagi pemenuhan kebutuhan
akan pengetahuan atau informasi yang tidak/belum diketahui. Nilai evistemic merupakan prasyarat bagi
semua dokumen.

b. Functional values, yaitu suatu dokumen yang keberadaannya sangat berguna karena memberi
konstribusi pada penelitian yang dilakukan. Dokumen akan berguna karena berisi teori, data pendukung
empiris, atau metodologi.

c. Conditional values, yaitu suatu dokumen sangat berguna apabila muncul beberapa kondisi atau
syarat terpenuhi, atau terdapat dokumen lain yang dapat memperkuat dokumen tersebut.

d. Social values, yaitu suatu dokumen keberadaannya sangat berguna dalam hubungan dengan
kelompok atau individu. Seperti berhubungan dengan guru, tokoh masyarakat, kiyai, ulama’, atau tokoh
lainnya.[25]

Jadi hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah
pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Hasil
penelitian juga akan lebih kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada.

Selaasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan.[26]

Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan,


juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain:

a. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang
ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang
tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak
dicapai melalui penelitian kualitatif.

b. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah jenuh, dan
penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen
(misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu sajanjutnya
perlu di perhatikan bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibel yang tinggi, misalnya terdapat
berbagai foto yang tidak mencerminkan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Begitu
pula autoboigrafi yang di tulis untuk dirinya sendiri.

C. Instrumen Penelitian Untuk Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

1. Instrumen Penelitian Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin
menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau
kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.
Oleh karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri, maka peneliti harus “divalidasi”. Validasi terhadap peneliti, meliputi; pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk
memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya.

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).

Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus
diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

c. Tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yng
dapat menangkap keseluruhan situasi kecuali manusia.

d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata
dan untuk memahaminya, kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan
kita.

e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya,
melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang
timbul seketika.

f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh peneg

c. Peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan refleksi secara
terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat,
dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang tersembunyi di dalam
masyarakat.

Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah:

a. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek
memang bagus dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar
mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.

b. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian.
Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk menangkap simbol-
simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan "lantaran pengalaman belajar
ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam
bentuk tertulis".

c. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-perubahan yang
terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai jika
kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti
kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak terduga
sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi
ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam penelitian
kuantitatif.

Menurut (Ulfatin, 2014:188) penelitian kualitatif dalam pengumpulan datanya, instrumen yang dapat
digunakan antara lain:

a. Instrumen Wawancara

Instrumen wawancara digunakan dalam penelitian kualitatif karena dapat mengungkap informasi lintas
waktu, yaitu berkaitan dengan dengan masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dan
data yang dihasilkan dariwawancara bersifat terbuka, menyeluruh, dan tidak terbatas, sehingga mampu
membentuk informasi yang utuh dan menyuluruh dalam mengungkap penelian kualitatif.

b. Instrumen Observasi atau Pengamatan

Instrumen observasi digunakan dalam penelitian kualitatif sebagai pelengkap dari teknik wawancara
yang telah dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatis digunakan untuk melihat dan mengamati
secara langsung objek penelitian, sehingga peneliti mampu mencatat dan menghimpun data yang
diperlukan untuk mengungkap penelitian yang dilakukan. Observasi dalam penelitian kualitatif peneliti
harus memahami terlebih dahulu variasi pengamatan dan peran-peran yang dilakukan peneliti.

c. Instrumen Dokumen
Dokumen dalam penelitian kualitatif digunakan sebagai penyempurna dari data wawancara dan
observasi yang telah dilakukan. Dokumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau
karya monumental dari obyek yang diteliti.

2. Instrumen Penelitian Kuantitatif

Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah penelitinya sendiri, maka dalam penelitian
kuantitatif, instrumen harus dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti. Peneliti
harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun instrumen itu.

Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes
sebagai instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab
oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes,
terdapat instrumen berupa non tes, seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi
peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti
yang menggunakan teknik interview atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang
menggunakan teknik observasi, dan lainnya.

Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat
ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau
orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran penampilan, terutama panampilan di
dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Pedoman
wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin akan diajukan kepada responden. Sedangkan
pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

Penelitian kuantitatif dalam mengambil data menggunakan instrumen yang berupa:

a. Instrumen Tes dan Inventori

Tes dan inventori digunakan untuk pengambilan data penelitian kuantitatif karena instrumen tes untuk
mengukur kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, seperti bakat matematika, bakat musik,
kemampuan bahasa dan sebagainya. Sedangkan inventori untuk mengetahui karakteristik (psikologis)
tertentu dari individu. Dari kedua instrumen ini data yang terkumpul berupa angka-angka yang nantinya
akan diuji dengan statistik untuk menentukan tujuan dari penelitian.

b. Instrumen Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner digunakan dalam penelitian kuantitatif, untuk menjaring data yang sifatnya
informatif dan faktual. Misalnya data tentang tingkat pendidikan, umur, penilaian terhadap kepribadian
dan sebagainya. Jenis data untuk angket atau kuesioner berupa angka-angka, kemudian akan diolah
dengan bantuan software statistik untuk mengetahui hasil datanya. Angket atau kuesoner dalam
pengambilan data, sebelumnya harus sudah tentukan dan sudah diuji coba terlebih dahulu.

c. Instrumen Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif haruslah disusun terlebih
dahulu dan diuji coba, serta digunakan dalam pengambilan data yang berupa angka-angka.

d. Instrumen Dokumen

Dokumen digunakan dalam pengambilan data penelitian kuantitatif sebagai pengambilan data atau
rekapan data yang terdiri dari data nilai yang berupa angka dan bisa diseleksi dengan menggunakan
statistik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
menghimpun data. Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan dalam sebuah penelitian
untuk mengumpulkan aneka ragam informasi yang diolah secara kuantitatif atau kualitatif kemudian
disusun secara sistematis.

2. Teknik-teknik pengumpulan data; a) Interview, b) Dokumen, c) Observasi, d) Kuesioner/angket.

3. Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Dan
menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau
kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada peneliti itu sendiri.
Instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai
instrument penelitian adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab oleh
responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan tujuan penelitian. Selain tes, terdapat
instrumen berupa nontes, seperti skala sikap atau daftar pernyataan untuk digunakan bagi peneliti yang
menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket, pedoman wawancara untuk peneliti yang
menggunakan teknik intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang menggunakan
teknik observasi, dan lainnya.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi ,Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, 2000.

Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Heriyanto, Albertus dan Sandjaja, Panduan Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka.

http://tithagalz.wordpress.com/2011/03/27/pengertian-pengumpulan-data/

Kaelan, M.S., Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, Yokyakarta: Paradigma, 2010.

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992.

Neuman, W. Lawrence, Social Research Metthods, Canadian Internanational Depelopment Agency,


2004.

Patton, Michael Quninn, Qualitative Evaluation Methodes, Sage Publications, Baverly Hills, 1980.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2012.


Sukandarrumidi, Metode Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, Cet. 3, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2006.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo, 2008.

Anda mungkin juga menyukai